Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Penilaian Proses Dan
Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD”. Tak lupa pula shalawat beserta
salam kepada baginda besar kita Nabi Muhammad Saw.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Nina Nuramalina, M.Pd Pada Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia SD/MI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan sarannya. Agar kedepannya nanti
kami bisa memberikan yang terbaik. Atas kesediaan waktunya untuk membaca
makalah ini. Kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran...................................................................................................16
C. Daftar Pustaka.....................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran dilakukan sebagai salah satu upaya yangditempuh untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku baik luar maupundalam yang bersifat
positif. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diamatidari kemajuan yang didapat
selama dari awal sampai akhir proses pembelajaran berlangsung. Aspek
pengukur kemajuan atau tingkatkeberhasilan perubahan tingkah laku, dapat
diamati melalui aspek kognitif(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan) yangdimiliki oleh pemelajar. Untuk mendapatkan hasil yang
objektif secara prosedural, proses menyimpulkan hasil belajar yang dicapai oleh
seseorang dilakukan pada tahapan akhir yaitu tahapan evaluasi atau
penilaian.Penilaian dapat disebut juga dengan istilah evaluasi yaitu proses
yangruntut dalam identifikasi, analisis, dan penyimpulan informasi perihal
penentuan seberapa jauh tujuan pendidikan yang dapat terealisasikan oleh
pemelajar selama proses pembelajaran. Pada setiap mata pelajaran yangterdapat
dalam sekolah dasar ataupun madrasah, masing-masing mempunyaimetode
penilaian yang berbeda-beda. Hal tersebut disesuaikan denganorientasi
pembelajaran yang beragam dari setiap mata pelajaran.Dalam melakukan
evaluasi atau penilaian, seorang pengajar
terlebihdahulu harus memahmai setiap metode dan tahapan yang terdapat dalam
proses evaluasi yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkanhasil
yang objektif dan akurat atas penilaian terhadap kemampuan belajarsiswa.
Penerapan penilaian tersebut, salah satunya dapat diterapkan pada pembelajaran
bahasa Indonesia di SD/MI. Hal demikian seiring dengan perkembangan zaman
dimana kompetensi kebahasaan menjadi salah satu kebutuhan dalam era
modernisasi. Kompetensi linguistik mulai banyak diminati oleh beberapa
kalangan sebagai salah satu sarana penyampaian ide dan gagasan.Untuk dapat
melaksanakan penilaian tersebut, seorang pengajar di haruskan memahami
berbagai pendekatan, strategi, serta metode maupun teknik yang digunakan
dalam proses pembelajaran yang tepat dan sesuaidengan era modernisasi. Pada
1
pembelajaran bahasa Indonesia,
2
penilaiandilakukan dengan memperhatikan setiap aspek pembelajaran,
terutamaaspek penilaian atau evaluasi yang tepat untuk diterapkan pada
pembelajaran bahasa Indonesia. Pemahaman akan proses penilaian pembelajaran
bahasa Indonesia diperlukan pengajar untuk menunjangkeobjektifan hasil
penilaian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar pada pendidikan Bahasa Indonesia MI/SD
2. Bagaimana manfaat pada pendidikan Bahasa Indonesia MI/SD
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Konsep D a s a r Pada Pendidikan
Bahasa Indonesia MI/SD
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Manfaat Pada Pendidikan Bahasa
Indonesia MI/SD
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu hal yang luhur di mana suatu pendidikan tak hanya sebatas
dalam lembaga formal saja tetapi pendidikan juga ada di lingkungan informal, karena
hakikatnya kita lahir sampai akhir hayat. Belajar adalah bagaimana kita berkembang
untuk terus menjadi baik menjadi pemimpin di bumi ini.
Dari beberapa definisi pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar
pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk sikap yang baik, sesuai nilai yang
berlaku, juga menumbuhkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk
dikembangkan lebih lanjut di masa yang akan datang.
4
2. Tujuan Pendidikan Dasar
Tujuan pendidikan merupakan gambaran kondisi akhir atau nilai-nilai yang ingin dicapai
dari suatu proses pendidikan. Setiap tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi, yaitu (1)
menggambarkan tentang kondisi akhir yang ingin dicapai, dan (2) memberikan arah bagi
semua usaha atau proses yang dilakukan.
Dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat dan globalisasi yang semakin
merambah ke desa-desa. Kondisi peserta didik yang belum bisa menyesuaikan dengan
adanya perubahan-perubahan ini menjadi penyebab terganggunya proses belajar
mengajar. Peserta didik lebih banyak melihat permainan tekhnologi dari pada belajar.
Apalagi dari orang tua yang kurang memperhatikan karena bekerja sampai larut, dituntut
kebutuhan yang semakin meningkat, serta ketidaktahuan orang tua dalam materi
pembelajaran yang selalu berganti.
Peran guru dalam menyediakan dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
sangat di butuhkan peserta didik, guru yang dapat memberikan pembelajaran dengan
berbagai cara agar peserta didik dapat memahami pembelajaran lebih lama akan
meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Konsep Dasar
Sastra merupakan salah satu hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia. Sastra adalah
suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Keberadaan sastra dalam kehidupan
manusia telah menyedot perhatian dari para penikmat seni. Sebagai salah satu
seni, sastra memiliki konsep dasar yang menjadikan sastra berbeda dengan seni
lainnya. Ada empat konsep yang akan dibahas dalam perkuliahan ini, yaitu:
1. Kaidah Sastra
Waluyo, (1994: 56-58) mengatakan bahwa kaidah sastra atau daya tarik sastra
terdapat pada unsur-unsur karya sastra tersebut. Pada karya cerita fiksi, daya
tariknya terletak pada unsur ceritanya yakni cerita atau kisah dari tokoh-tokoh
yang diceritakan sepanjang cerita yang dimaksud. Selain itu, faktor bahasa
juga memegang peranan penting dalam menciptakan daya pikat. Kemudian
gayanya dan hal-hal yang khas yang dapat menyebabkan karya itu memikat
pembaca. Khusus pada cerita fiksi, ada empat hal lagi yang membantu
menciptakan daya tarik suatu cerita rekaan, yaitu:
a. Kreativitas
Tanpa kreativitas, karya sastra yang diciptakan pengarang tidak mungkin
menempati perhatian pembaca. Kreativitas di¬tandai dengan adanya
5
penemuan baru dalam proses penceritaan. Pengarang-pengarang yang
lazim disebut "avantgarde" atau pelopor, biasanya menunjukkan daya
kreativitas yang menonjol yang membedakan karya rekaannya dari karya
yang mendahului.
Dalam sejarah sastra Indonesia, kita mengenal para pembaharu sastra
Indonesia yang menunjukkan daya kreativitas mereka seperti Marah Rusli
(Siti Nurbaya), Abdul Muis (Salah Asuhan), Sutan Takdir Alisyahbana
(Layar Terkembang), Armijn Pane (Belenggu), Achdiat Kartamiharja
(Atheis), Mochtar Lubis (Jalan Tak Ada Ujung), dan sebagainya.
Penemuan-penemuan hal yang baru itu mungkin melalui peniruan
terhadap karya yang sudah ada dengan jalan memperbaharui, namun
mungkin juga melalui pencarian secara modern harus banyak bersusah
payah untuk menemukan sesuatu yang baru, untuk tidak hanya
mengulang-ulang apa yang sudah diucapkan/diungkapkan oleh pengarang
lain.
b. Tegangan ( Suspense)
Di depan telah dibicarakan tentang tegangan atau suspense. Tidak
mungkin ada daya tarik tanpa menciptakan tegangan dalam sebuah cerita.
Jalinan cerita yang menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca
merupakan tegangan cerita itu. Tegangan bermula dari ketidakpastian
cerita yang berlanjut, yang mendebarkan bagi pembaca /pendengar cerita.
Tegangan menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita.
Tegangan diakibatkan oleh kemahiran pencerita di dalam merangkai kisah
seperti yang sudah dikemukakan di depan.
Tanpa tegangan, cerita tidak memikat. penulis/pencerita yang mahir akan
memelihara tegangan itu, sehingga mampu mempermainkan hasrat ingin
tahu pembaca. Bahkan kadang¬kadang segenap pikiran dan perasaan
pembaca terkonsentrasikan ke dalam cerita itu, karena kuatnya tegangan
yang dirangkai oleh sang penulis. Dalam menjawab hasrat ingin tahu
pembaca/pendengar, penulis/pencerita memberikan jawaban-jawaban yang
mengejutkan. Tinggi rendahnya kadar kejutan itu bergantung dari
kecakapan dan kreativitas pengarang. Penga¬rang-pengarang cerita rekaan
besar seperti Agata Christie, Sherlock Holmes, Pramudya Ananta Toer,
dan sebagainya mampu mencip¬takan jawaban-jawaban cerita yang penuh
kejutan sehingga cerita¬nya memiliki suspense yang memikat.
c. Konflik
Membicarakan daya tarik cerita rekaan harus menghubungkannya dengan
konflik yang dibangun. Jika konflik itu tidak wajar dan tidak kuat, maka
jalan ceritanya akan datar dan tidak menimbulkan daya tarik. Konflik yang
wajar artinya konflik yang manusiawi, yang mungkin terjadi dalam
kehidupan ini dan antara kedua orang yang mengalami konflik itu
mempunyai posisi yang kurang lebih seimbang. Jika posisinya sudah
nampak tidak seimbang, maka konflik menjadi tidak wajar karena
pem¬baca segera akan menebak kelanjutan jalan ceritanya.
6
Konflik itu juga harus kuat. Dalam kisah kehidupan sehari-hari, konflik
yang kuat biasanya berkaitan dengan problem manusia yang penting dan
melibatkan berbagai aspek kehidupan. Konflik itu bersifat
multidimensional yang tidak mudah menyelesaikannya. Roman Salah
Asuhan dan Belenggu memiliki konflik yang cukup kuat karena problem
yang menyebabkan konflik itu adalah problem hakiki dalam kehidupan
manusia. Konflik itu juga sukar menyelesaikannya karena tidak mungkin
adanya satu jawaban saja. Hal ini berbeda dengan konflik yang dibangun
melalui cerita wayang. Karena tokohnya hitam putih, maka konflik dalam
cerita wayang segera dapat ditebak jawabannya.
Dalam novel-novel mutakhir, jalinan konflik itu cukup bervariasi. Karena
konflik menjadi dasar cerita, maka perhatian pengarang kepada konflik ini
kiranya memungkinkan mereka akan lebih mampu menjalin cerita yang
memikat.
d. Jarak Estetika
Daya pikat sebuah cerita fiksi juga muncul akibat pengarang memiliki
jarak estetika yang cukup pekat dengan cerita dan tokoh-tokoh cerita itu.
Seolah-olah pengarang menguasai benar-benar dunia dari tokoh itu,
sehingga pengarang benar-benar ikut terlibat dalam diri tokoh dan
ceritanya. Jika keadaan ini dapat dilakukan oleh pengarang, pembaca akan
lebih yakin akan hadirnya cerita dan tokoh itu, seakan-akan cerita fiksi itu
bukan hanya tiruan dari kenyataan itu, namun adalah kenyataan sendiri
yang mengejawantah.
Pengarang akan menciptakan jarak estetis yang cukup rapat sehingga
tokoh dan peristiwa benar-benar hidup. Seperti halnya dalam cerita
Mushashi, pembaca akan merasa ikut terlibat dalam peristiwa-peristiwa
karena kekuatan cerita itu. Ketika pada adegan terakhir Mushashi
mengalahkan Sasaki Kojiro, pembaca mungkin akan merasa menyaksikan
dua ksatria bertempur di tepi pantai Parangtritis, di siang hari ketika
matahari terik, dan tiba-tiba Mushashi melompat menghantam kepala
Koliro dengan pedang. Ini dapat terjadi karena kekuatan cerita yang
pengarang ciptakan dengan membuat jarak estetis yang cukup rapat
sehingga tokoh dan peristiwa benar-benar hidup.
2. Ciri-ciri sastra
Ciri sastra yang akan kita pahamkan di sini adalah ciri-ciri sastra yang pernah
dikemukakan oleh para ahli sastra atau para praktisi sastra. Wellek & Warren
(1989:22) menyebutkan ciri-ciri sastra sebagai berikut:
a. Menimbulkan efek yang mengasingkan
b. Fiksionalitas
c. Ciptaan
d. Tujuan yang tidak praktis
e. Pengolahan dan penyampaian melalui media bahasa
f. Imajinasi
g. Bermakna lebih
7
h. Berlabel sastra
i. Merupakan konvensi masyarakat sebagai ciri-ciri sastra.
1
waluyo, (1994 : 56-58) Marah Rusli (Siti Nurbaya), Abdul Muis (Salah Asuhan), Sutan Takdir
Alisyahban (Layar Terkembang) Armijin Pane (Belenggu), Achdiat Kartamiharja (Atheis), Mochtar
Lubis (Jalan Tak Ada Ujung).
2
Wellek & Warren dalam pradopo (2002 : 34-35). Fananie, (2000:17-18).
8
B. MANFAAT DASAR
Belajar bahasa Indonesia sejak dini merupakan suatu yang wajib dilakukan oleh setiap
anak. Hal tersebut sangat berguna bagi perkembangan anak di masa depan. Apalagi di
jaman mendatang, anak akan mendapatkan tantangan jaman yang penuh persaingan.
Untuk bisa bersaing dan memenangkan persaingan tentu saja dibutuhkan kemampuan
berbahasa yang baik. Salah satunya kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Keterampilan berbahasa Indonesia sangat berguna bagi anak, baik dalam
lingkup pergaulan sehari-hari di rumah maupun di luar rumah. Hal ini karena bahasa
Indonesia merupakan bahasa resmi yang dipergunakan oleh seluruh orang di dalam
wilayah Indonesia.Namun untuk menanamkan keterampilan berbahasa nasional sejak
dini secara baik dan benar kepada anak maka semua itu perlu partisipasi orangtua dalam
mengajarkannya. Latiihan demi latihan harus dilakukan agar bisa berbahasa Indonesia
secara baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Seiring berkembangnya bahasa,
pentingnya pembelajaran bahasa pada SD atau Sekolah Dasar merupakan hal yang
sangat fundamental. Karena di dunia pendidikan ini aktivitas pembelajaran bahasa
Indonesia pertama kali dikenalkan, dimulai, diarahkan dan direncanakan. Bahasa
Indonesia secara esensial merupakan pembelajaran yang pada arah tujuannya adalah
untuk mengembangkan potensi siswa (manusia) dalam berkomunikasi baik itu secara
tulis maupun lisan.
10
5
Halidjah, Siti. "Evaluasi keterampilan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia." Jurnal
Visi Ilmu Pendidikan 2.1 (2012).
6
Setiawan, D. A. (2018). Penilaian Authentik Assesment Guru pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 2(1), 94-101.
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
proses menyimpulkan hasil belajar yang dicapai oleh seseorang dilakukan pada
tahapan akhir yaitu tahapan evaluasi atau penilaian.Penilaian dapat disebut juga
dengan istilah evaluasi yaitu proses yangruntut dalam identifikasi, analisis, dan
penyimpulan informasi perihal penentuan seberapa jauh tujuan pendidikan yang
dapat terealisasikan oleh pemelajar selama proses pembelajaran.
Pada setiap mata pelajaran yang terdapat dalam sekolah dasar ataupun madrasah,
masing-masing mempunyai metode penilaian yang berbeda-beda. Hal tersebut
disesuaikan denganorientasi pembelajaran yang beragam dari setiap mata
pelajaran.Dalam melakukan evaluasi atau penilaian, seorang pengajar
terlebihdahulu harus memahmai setiap metode dan tahapan yang terdapat dalam
proses evaluasi yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkanhasil
yang objektif dan akurat atas penilaian terhadap kemampuan belajarsiswa.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
,untuk itu penulis menerima kritik/saran yang bersifat membangun demi
menyempurnakan makalah ini agar ke depan nya bisa lebih baik lagi
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15