Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Nilai Muhammad Arifin M.

Pd

Dan Moral

KELOMPOK 12

INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

Disusun Oleh :

Noor Salhah (3062256006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PGIR BANJARMASIN (2023/2024)


KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya haturkan kepada Allah swt, karena berkat karunia nya lah saya
dapat membuat makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah berjudul “Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter” dari mata kuliah
“Pendidikan Nilai dan Moral”.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kampus dari Dosen
pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi saya dan bagi para pembaca. Khususnya dalam
memahami makna dan lainya.

Saya selaku pembuat makalah tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Muhammad Arifin M.Pd selaku Dosen untuk mata kuliah. Tidak lupa juga
bagi teman-teman dan pihak lainnya yang telah mendukung pembuatan makalah
ini saya ucapkan terima kasih.

Terakhir, saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan saya, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi saya khususnya
sebagai pembuat

Kandangan, September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................................

B. Rumusan Penulisan.........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................

D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

A. Pengertian Internalisasi..................................................................................................

B.Karakter............................................................................................................................

C. Definisi Nilai Menurut Beberapa para ahli...................................................................

D. Tahap – tahap internalisasi nilai menurut David Krathwoll [ 1968 ].........................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harusdigunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknasmenyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan mengisyaratkan bahwa core value
pembangunan masyarakat Indonesia bersumber pada nilai-nilai ketuhanan dan
akhlak mulia,yang bermakna bahwa pendidikan nilai merupakan bagian yang
penting dalam sistem pengajaran di Indonesia. Namun kenyataannya, sampai saat
ini masih marak isu tentang merosotnya nilai-nilai moral di kalangan pelajar. Aksi
tawuran antar-pelajar yang menimbulkan korban dan merusak lingkungan,
perbuatan asusila terhadap siswa lain, kecurangan dalam ujian nasional yang
marak akhir-akhir ini adalah contoh kongkret telah bergesernya nilai-nilai budaya
dan sosial di kalangan pelajar (Priyono, Abu, Ahmadi, 2006 : 48).

Akar permasalahannya adalah belum dimaksimalkan pembentukan nilai-


nilai moraldalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan kurikulum
pendidikan dasar dan menengah sampai pada saat ini untuk pengetahuan umum
cenderung berbicara tentan penanaman nilai-nilai moral pda siswa terutama untuk
mata pelajaran pendidikan agama dan kewarganegaraan. Namun belum terlihat
perubahan yang signifikan dari penanamn nilai-nilaimoral melalui pendidikan
agama dan kewarganegaraan.Indikasinya terlihat masih banyak siswa yang
mempunyai moral yang rendah, seperti contoh: banyak siswa yang suka ikut
tawuran, terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang dan lain sebagainya.
Dalam konteks memahami fenomena ini, menarik apa yang disarankan UNESCO
bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur

1.Belajar untuk tahu (learn to know)


2.Belajar untuk berbuat (learn to do) dan

3. Belajar untuk hidup bersama (learn to live together)

Unsur pertama dan kedua lebih terarah membentuk keinginan, agar


sumber daya manusia mempunyai kualitas dalam pengetahuan dan keterampilan
atau skill. Unsur ketiga lebih terarah menuju pembentukan karakter, misalnya;
menghargai perbedaan pendapat, tidak memaksakan kehendak, pengembangan
sensitivitas sosial dan lingkungan dan sebagainya(Elmubarok,2008 : 67).

Fenomena sekarang ini pemerintah telah menggalakkan pentingnya


pendidikan karakter bagi siswa di sekolah. Berbagai program yang dicanangkan
oleh pemerintah dalam Upaya diimplementasikan pendidikan
karakter.Kementerian Pendidikan Nasional sudah merencanakan penerapan
pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD sampai Perguruan
Tinggi. Menurut Muhammad Nuh (Sri Narwani, 2011: 1) pembentukan karakter
perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini maka
tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap,
pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Usia sekolah dasar
(sekitar umur 6 – 12 tahun) merupakan tahap penting bagi pelaksanaan
pendidikan karakter, bahkan hal yang fondamental bagi kesuksesan
perkembangan karakter peserta didik. Sigit Dwi K. (2007:121) menyatakan anak
sekolah dasar mengalami perkembangan fisik dan 2 motorik tak terkecuali
perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti,
dan moralnya yang bertumbuh pesat.

B. Rumusan Penulisan
1.Pengertian internalisasi

2.Pengertian karakter

3.Definisi internalisasi nilai menurut para ahli

4.Tahap tahap internalisasi nilai menurut david krathwoll

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan.
2. Untuk mengetahui strategi untuk menanamkan nilai-nilai karakter.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan khususnya pada nilai-
nilaikarakter yang harus ditanamkan kepada siswa.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan khususnya strategi


penanamannilai-nilai karakter bagi siswa.

3. Sebagai bahan rujukan untuk meneliti atau menulis tentang pendidikan karakter
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Internalisasi
Internalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, internalisasi dapat
diartikan sebagai penghayatan, proses-falsafah negara secara mendalam
berlangsung lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya. Pol penghayatan
terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku.

B.Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter

kata benda turunan dari kata kerja bahasa latin educare. Secara etimologis Kata
education yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pendidikan
merupakan pendidikan berasal dari 2 kata kerja yang berbeda, yaitu educare dan
educere. Educare dalam pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
yang membantu,menumbuhkan,mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata menjadi semakin tertata. Educere dalam pendidikan berarti sebuah
proses pembimbingan dimana terdapat duarelasi yang sifatnya vertikal, antara
yang memimpin (dux) dan yang dipimpin.

Dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World


Conference on Moslem Education) diselenggarakan oleh Universtas King Abdul
Aziz, Jeddah 1977.Kesimpulannya, pengertian pendidikan menurut Islam adalah
keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah taklim, tarbiyah, dan
takdib.Menurut Al-Attas istilah takdib adalah istilah yang paling tepat digunakan
untuk menggambarkan pengertian pendidikan. Pendidikan dari kata takdib yaitu
pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia,
tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu kearah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud. Taklim mencakup
aspek-aspek pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan
serta pedoman perilaku. Sedangkan kata tarbiyah mempunyai makna
meningkatkan atau membuat sesuatu lebih tinggi.

Karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang artinya mengukir.Kata


karakter juga diambil dari bahasa Inggris character.Sebuah pola, baik itu pikiran,
sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan
sulit dihilangkan disebut sebagai karakter.

b. nilai nilai karakter

Rencana strategi pendidik Muhammadiyah dalam penanaman kultur meliputi:

1) Disiplin ibadah, waktu, belajar, bekerja

Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru
untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik, diantaranya adalah
konsisten, bersifat jelas dengan menetapkan peraturan yang jelas, memperhatikan
harga diri siswa ketika guru menegur, memberikan alasan yang bisa dipahami jika
guru memberikan peraturan, menghadiahkan pujian, memberikan hukuman,
bersikap luwes, melibatkan peserta didik, bersikap tegas, tidak emosional.

2) Kesantunan

Kesantunan dapat diartikan sebagai sering berperilaku sopan santun terhadap


orang tua,saudara, teman dan guru, dan menghindarkan diri dari perilaku tidak
sopan.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang
adadalam agama, adat istiadat, dan aturannegara. Keteladanan merupakan sesuatu
yangdipraktikkan,diamalkan, bukan hanya dikhutbahkan. Seorang guru
hendaknya memiliki ketigaaspek tersebut. Keteladanan menjadi perisai budaya
yang sangat tajam dan dapat mengubahsegala sesuatu secara cepat dan efektif.

4) Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selaludipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.33 Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur pada peserta
didik, diantaranya adalah proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri,
menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, keteladanan,
terbuka, dan tidak bereaksi berlebihan.

5) Kesederhanaan

Merupakan sifat yang tidak berlebih-lebihan, menggunakan suatu hal pada tempat
danukurannya, serta apa adanya.

6) Kebersihan

Menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan sumber penyakit, selalu menjaga
suatuhal dari hadast dan najis.

7) Suka beramal shaleh

Dapat diartikan sebagai sering bersikap dan berperilaku yang menunjukkan


ketaatandalam melaksanakan ajaran agama dan menunjukkan perilaku yang baik
dalam pergaulan sehari-hari.

8) Layanan

Sikap terbuka terhadap pendapat orang lain, peduli terhadap sesama, serta arif
dalam pengambilan keputusan.

9) Hemat

Membiasakan diri hidup hemat dalam menggunakan uang jajan, alat tulis sekolah
tidak boros, membeli barang hanya yang diperlukan saja, dan mempergunakan
barang miliknya dengan hemat.

10) Percaya diri

Rasa percaya diri diperlukan dalam membentuk pribadi siswa. Rasa percaya diri
dapat dimunculkan dengan memberikan bantuan kepada anak didik untuk untuk
menemukan kelebihan atau potensi yang ia miliki.Rasa percaya diri dapat
dimunculkan dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa.
C. Definisi Nilai Menurut Beberapa para ahli
a. Equard spranger

Menurut Spranger Arti nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif
keputusan dalam situasi sosial tertentu.

b. Rokeah

Menurut Rokeach Nilai merupakan pola perhatian dalam hidup, baik secara
individu maupun secara kelompok. Nilai merupakan keyakinan dan sebagai
patokan yang mengarahkan perbuatan serta cara pengambilan keputusan dalam
menghadapi sesuatu yang sifatnya sangat spesiftk (Rokeach, 1968). Nilai dapat
merupakan salah satu aspek sikap.

a.Jarolimek

b.Kolhott

D. Tahap – tahap internalisasi nilai menurut David Krathwoll [ 1968 ]


a. Tahap menerima

Tahap receiving (penerimaan/menyimak), pada tahap ini seseorang secara aktif


dan sensitif menerima stimulus dan menghadapi fenomena-fenomena, sedia
menerima aktif dan selektif dalam memilih fenomena. Pada tahap ini nilai belum
terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai-nilai yang berada diluar dirinya
dan mencari nilai-nilai itu untuk dipilih mana yang paling menarik bagi dirinya.
Contohnya seorang anak yang diajari orangtua nya tentang tata cara dan bacaan-
bacaan sholat.

b. Tahap merespon

Tahap responding (menanggapi), dimana seseorang sudah mulai bersedia


menerima dan menanggapi secara aktif stimulus dalam bentuk respon yang nyata.
Dalam tahap ini ada tiga tingkatan yakni tahap compliance (manut), willingness to
response (sedia menanggapi) dan satisfaction in response (puas dalam
menanggapi). Pada tahap ini seseorang sudah mulai aktif menanggapi nilai-nilai
yang berkembang diluar dan meresponnya. Contohnya setelah mempelajari tata
cara dan bacaan-bacaan sholat, anak tersebut mencoba mempraktikkan nya dan
bersedia melaksanakan sholat apabila diperintahkan orang tuanya

c. Tahap menilai

Tahap valuing (memberi nilai), pada tahap ini seseorang sudah mampu
menangkap stimulus atas dasar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, ia mulai
mampu menyusun persepsi tentang objek. Dalam hal ini terdiri dari tiga
tahap,yakni percaya terhadap nilai yangia terima, merasa terikat dengan nilai yang
ia dipercayai (dipilihnya) itu, dan memiliki keterikatan batin (commitment) untuk
memperjuangkan nilai-nilai yang diterima dan diyakini itu. Contoh : seorang anak
sudah merasa bahwa melaksanakan sholat adalah sebuah kewajiban, sehingga
berusaha untuk melaksanakan sholat lima waktu.

d. Tahap perorganisasian

Tahap mengorganisasikan nilai (organizing), yakni satu tahap yang lebih


kompleks dari tahap yang sebelumnya. Seseorang mulai mengatur sistem nilai
yang ia terima dari luar untuk diorganisasikan (ditata) dalam dirinya, sehingga
sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya. Pada tahap
ini ada dua tahap organisasi nilai, yaitu mengkonsepsikan nilai dalam dirinya dan
mengorganisasikan sistem nilai dalam dirinya, yakni cara hidup dan tata
perilakunya sudah didasarkan atas nilai-nilai yang diyakininya.Contoh: seorang
anak sudah menjadikan sholat sebagai bagian dari hidupnya, serta memahami nilai
dan maksud yang terkandung dalam sholat.

e. Tahap karakterisasi

Tahap karakterisasi nilai, pada tahap ini seseorang telah mampu mengorganisir
sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya secara mapan, ajeg, dan konsisten
sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dengan pribadinya. Pada tahap ini bila
dipisahkan terdiri dari dua tahap yang lebih kecil yakni tahap menerapkan sistem
nilai dan tahap karakterisasi yakni tahap mempribadikan sistem nilai tersebut.
Contoh :sholat hanya sebagai ritual atau kebutuhan semata, melainkan sholat yang
didirikan nya mampu mencegah diri nya dari perbuatan keji dan munkar. Tahap-
tahap proses pembentukan nilai dari Krathwohl tersebut lebih banyak ditentukan
dari arah mana dan bagaimana seseorang itu menerima nilai-nilai dari luar
kemudian menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Jika mengkaji
dari teori David R. Krathwohl dapat dipahami bahwa perlu beberapa tahap untuk
dapat menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam kepada diri
seorang anak. Tahap tersebut dapat dimulai dengan proses pengenalan nilai-nilai
pendidikan Islam hingga prose pemahaman dan membentuk karakter. Jika
karakter qur’ani yang terdapat dalam Pendidikan Islam sudah terbentuk, maka
tujuan dari pendidikan Islam telah tercapai.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan karakter dan pembelajaran bahasa Indonesia memiliki hubungan


yang sangat erat. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mewujudkan
cita-cita dan harapan pendidikan nasional untuk mengembangkan,
membentuk, dan membina anak didik menjadi pribadi yang berkarakter, berada,
dan unggul dari segi kognitif dan afektif.

2. Internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia


dapat diimplementasikan melalui google classroom. Nilai-nilai pendidikan
karakter tersebut adalah rasa ingintahu, tanggung jawab, disiplin, dan kejujuran.
DAFTAR PUSTAKA

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER MAKALAH Disusun untuk


memenuhi tugas mata kuliah ". (n.d.). Diakses 25 September 2023 dari
https://www.studocu.com/id/document/institut-teknologi-dan-sains-
nahdlatul-ulama/indonesia/makalah-10/28630955.

INTERNALISASI NILAI NILAI DAN PENDIDIKAN KARAKTER DISUSUN


OLEH MIRDA YATI (201827055) RISKA JUARNI (201827058) DOSEN
PEMBIMBING. Diakses 25 September 2023 dari
https://www.academia.edu/44591109/INTERNALISASI_NILAI_NILAI_
DAN_PENDIDIKAN_KARAKTER_DISUSUN_OLEH_MIRDA_YATI_
201827055_RISKA_JUARNI_201827058_DOSEN_PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai