Pd
Dan Moral
KELOMPOK 12
Disusun Oleh :
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kampus dari Dosen
pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi saya dan bagi para pembaca. Khususnya dalam
memahami makna dan lainya.
Saya selaku pembuat makalah tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Muhammad Arifin M.Pd selaku Dosen untuk mata kuliah. Tidak lupa juga
bagi teman-teman dan pihak lainnya yang telah mendukung pembuatan makalah
ini saya ucapkan terima kasih.
Terakhir, saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan saya, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi saya khususnya
sebagai pembuat
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Penulisan.........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Pengertian Internalisasi..................................................................................................
B.Karakter............................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harusdigunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknasmenyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan mengisyaratkan bahwa core value
pembangunan masyarakat Indonesia bersumber pada nilai-nilai ketuhanan dan
akhlak mulia,yang bermakna bahwa pendidikan nilai merupakan bagian yang
penting dalam sistem pengajaran di Indonesia. Namun kenyataannya, sampai saat
ini masih marak isu tentang merosotnya nilai-nilai moral di kalangan pelajar. Aksi
tawuran antar-pelajar yang menimbulkan korban dan merusak lingkungan,
perbuatan asusila terhadap siswa lain, kecurangan dalam ujian nasional yang
marak akhir-akhir ini adalah contoh kongkret telah bergesernya nilai-nilai budaya
dan sosial di kalangan pelajar (Priyono, Abu, Ahmadi, 2006 : 48).
B. Rumusan Penulisan
1.Pengertian internalisasi
2.Pengertian karakter
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan.
2. Untuk mengetahui strategi untuk menanamkan nilai-nilai karakter.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan khususnya pada nilai-
nilaikarakter yang harus ditanamkan kepada siswa.
3. Sebagai bahan rujukan untuk meneliti atau menulis tentang pendidikan karakter
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Internalisasi
Internalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, internalisasi dapat
diartikan sebagai penghayatan, proses-falsafah negara secara mendalam
berlangsung lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya. Pol penghayatan
terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku.
B.Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
kata benda turunan dari kata kerja bahasa latin educare. Secara etimologis Kata
education yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pendidikan
merupakan pendidikan berasal dari 2 kata kerja yang berbeda, yaitu educare dan
educere. Educare dalam pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
yang membantu,menumbuhkan,mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata menjadi semakin tertata. Educere dalam pendidikan berarti sebuah
proses pembimbingan dimana terdapat duarelasi yang sifatnya vertikal, antara
yang memimpin (dux) dan yang dipimpin.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru
untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik, diantaranya adalah
konsisten, bersifat jelas dengan menetapkan peraturan yang jelas, memperhatikan
harga diri siswa ketika guru menegur, memberikan alasan yang bisa dipahami jika
guru memberikan peraturan, menghadiahkan pujian, memberikan hukuman,
bersikap luwes, melibatkan peserta didik, bersikap tegas, tidak emosional.
2) Kesantunan
3) Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang
adadalam agama, adat istiadat, dan aturannegara. Keteladanan merupakan sesuatu
yangdipraktikkan,diamalkan, bukan hanya dikhutbahkan. Seorang guru
hendaknya memiliki ketigaaspek tersebut. Keteladanan menjadi perisai budaya
yang sangat tajam dan dapat mengubahsegala sesuatu secara cepat dan efektif.
4) Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selaludipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.33 Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur pada peserta
didik, diantaranya adalah proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri,
menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, keteladanan,
terbuka, dan tidak bereaksi berlebihan.
5) Kesederhanaan
Merupakan sifat yang tidak berlebih-lebihan, menggunakan suatu hal pada tempat
danukurannya, serta apa adanya.
6) Kebersihan
Menjauhkan diri dari segala yang menyebabkan sumber penyakit, selalu menjaga
suatuhal dari hadast dan najis.
8) Layanan
Sikap terbuka terhadap pendapat orang lain, peduli terhadap sesama, serta arif
dalam pengambilan keputusan.
9) Hemat
Membiasakan diri hidup hemat dalam menggunakan uang jajan, alat tulis sekolah
tidak boros, membeli barang hanya yang diperlukan saja, dan mempergunakan
barang miliknya dengan hemat.
Rasa percaya diri diperlukan dalam membentuk pribadi siswa. Rasa percaya diri
dapat dimunculkan dengan memberikan bantuan kepada anak didik untuk untuk
menemukan kelebihan atau potensi yang ia miliki.Rasa percaya diri dapat
dimunculkan dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa.
C. Definisi Nilai Menurut Beberapa para ahli
a. Equard spranger
Menurut Spranger Arti nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang
dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif
keputusan dalam situasi sosial tertentu.
b. Rokeah
Menurut Rokeach Nilai merupakan pola perhatian dalam hidup, baik secara
individu maupun secara kelompok. Nilai merupakan keyakinan dan sebagai
patokan yang mengarahkan perbuatan serta cara pengambilan keputusan dalam
menghadapi sesuatu yang sifatnya sangat spesiftk (Rokeach, 1968). Nilai dapat
merupakan salah satu aspek sikap.
a.Jarolimek
b.Kolhott
b. Tahap merespon
c. Tahap menilai
Tahap valuing (memberi nilai), pada tahap ini seseorang sudah mampu
menangkap stimulus atas dasar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, ia mulai
mampu menyusun persepsi tentang objek. Dalam hal ini terdiri dari tiga
tahap,yakni percaya terhadap nilai yangia terima, merasa terikat dengan nilai yang
ia dipercayai (dipilihnya) itu, dan memiliki keterikatan batin (commitment) untuk
memperjuangkan nilai-nilai yang diterima dan diyakini itu. Contoh : seorang anak
sudah merasa bahwa melaksanakan sholat adalah sebuah kewajiban, sehingga
berusaha untuk melaksanakan sholat lima waktu.
d. Tahap perorganisasian
e. Tahap karakterisasi
Tahap karakterisasi nilai, pada tahap ini seseorang telah mampu mengorganisir
sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya secara mapan, ajeg, dan konsisten
sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dengan pribadinya. Pada tahap ini bila
dipisahkan terdiri dari dua tahap yang lebih kecil yakni tahap menerapkan sistem
nilai dan tahap karakterisasi yakni tahap mempribadikan sistem nilai tersebut.
Contoh :sholat hanya sebagai ritual atau kebutuhan semata, melainkan sholat yang
didirikan nya mampu mencegah diri nya dari perbuatan keji dan munkar. Tahap-
tahap proses pembentukan nilai dari Krathwohl tersebut lebih banyak ditentukan
dari arah mana dan bagaimana seseorang itu menerima nilai-nilai dari luar
kemudian menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Jika mengkaji
dari teori David R. Krathwohl dapat dipahami bahwa perlu beberapa tahap untuk
dapat menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam kepada diri
seorang anak. Tahap tersebut dapat dimulai dengan proses pengenalan nilai-nilai
pendidikan Islam hingga prose pemahaman dan membentuk karakter. Jika
karakter qur’ani yang terdapat dalam Pendidikan Islam sudah terbentuk, maka
tujuan dari pendidikan Islam telah tercapai.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa: