Oleh
AMIR DIKI FAUZI RAHMAN
NENENG MUTMAINAH
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas akademik
yang diberikan oleh Bapak Dr. Dedi Retno. M.Ag dalam mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam.
Makalah ini membahas tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan. Melalui makalah ini, kami bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan.
Makalah yang kami buat ini tidaklah sempurna, namun besar harapan kami
agar makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran. Oleh karenanya,
kami mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk
tulisan yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen dan pihak-
pihak terkait yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan inspirasi selama
proses penyusunan makalah ini.
Hormat Kami,
(Penyusun)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Implikasi Pengembangan SDM Pendidikan Islam.........................................4
B. Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan SDM.......................................6
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan...................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era global keunggulan suatu bangsa tidak dapat lagi mengandalkan
pada sumber daya alam, melainkan harus pada sumber daya manusia, kualitas
SDM menempati kedudukan lebih penting dibanding dengan sumber daya alam.
Hal ini menunjukan bahwa dengan sumber daya manusia yang berkualitas, baik
dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan organisasi, maka kehidupan
masyarakat secara keseluruhan akan meningkat dalam berbagai terpaan perubahan
dan persaingan.1
Pendidikan dalam Islam merupakan pokok utama dalam kelanjutan
ketahuidan dan keimanan terhadap ajarannya. Perkembangan pendidikan Islam
sejalan dengan berkembangnya Islam itu sendiri, bahkan pendidikan Islam
sebenarnya telah dimulai sejak zaman nabi-nabi terdahulu dan disempurnakan
oleh nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah. Proses transformasi ilmu
secara bilateral telah terjadi setelah perang Badar yaitu dengan pengajaran
membaca dan menulis kepada umat Islam sebanyak sepuluh orang oleh tiap
tawanan perang pihak musuh. Dasar ajaran Islam sendiri merupakan perintah
untuk membaca sebagaimana bunyi ayat pertama yang diturunkan.2
Pendidikan Islam pada awal perkembangannya telah memiliki keunggulan
karena coraknya yang tersediri yaitu bersifat komprehensif dengan maksud agar
anak didik didorong sehingga mampu untuk menuangkan segala kemampuan
yang
dimilikinya. Tujuan dalam pendidikan Islam terdiri dari tujuan keagamaan dan
tujuan keduniaan. Kebijakan baru untuk tujuan keduniaan telah dinampakkan dari
upaya menonjolkan keterampilan bekerja dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Kedua tujuan tersebut hanya dapat dicapai bila sistem pendidikan yang berjalan
efektif dan sebanding.
1
Ahmad Zain Sarnoto, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam ……. Ahmad Zain Sarnoto’,
6.2 (2017), 51–60.
2
H Lukman Asha, Irwan Fathurrochman, and M I Pd, Manajemen Sumber Daya Manusia
Pendidikan Islam Penerbit Cv. Eureka Media Aksara.
1
2
3
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL, ‘Undang Undang Sikdiknas’, Demographic Research, 49.0 (2003), 1-33 :
29 pag texts + end notes, appendix, referen.
3
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Implikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan Sumber
Daya Manusia (SDM).
BAB II
PEMBAHASAN
4
Benny Kurniawan, ‘Pengembangan Sdm Dalam Pendidikan Islam’, Cakrawala: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam Dan Studi Sosial, 4.2 (2020), 105–25
<https://doi.org/10.33507/cakrawala.v4i2.323>.
4
Pendidikan Islam tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada
pembentukan karakter Islami. Pengembangan SDM yang terarah akan
memberikan
5
5
5
Firman Ashadi, ‘Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini’, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 4 (2016), 717–28
6
W. James Gardner, Howard P. Taylor, and Donald F. Dohn, ‘Journal Article’, Journal of the
American Medical Association, 167.16 (1958), 2030
<https://doi.org/10.1001/jama.1958.02990330126021>.
7
7
Gardner, Taylor, and Dohn.
8
karena itu, aliran ini sangat menghargai asa demokrasi dalam pembentukan watak
manusia.
Berdasarkan pemikiran ini, aliran rasioanalisme berpendapat bahwa tujuan
pendidikan pendidikan adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek
didik secara penuh berdasarkan bakat ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
luas untuk kepentingan kehidupannya, sehingga ia pun dengan mudah dapat
menyesuiakan diri dengan masyarakat dan lingkungan.
Sebenarnya memang benar jika segala sesuatu khususnya pengembangan
SDM itu tidak terlepas dari awalan rasio. Artinya, semua hal tidak akan bisa
berjalan tanpa adanya proses akal yang aktif pada setiap jiwa diri seseorang. Akan
tetapi, meskipun demikian penganut ini tidak boleh mempunyai sifat egoisme
karena tanpa yang lain ia tidak akan bisa berdiri seutuhnya sebagaimana yang
diharapkan.
2. Teori Realisme.
Pada hakikatnya kelahiran realisme sebagai suatu aliran dalam filsafat
merupakan sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu sisi, dan
empirisme John Lock disisi lainnya. Realisme ini kadanng kala disebut juga neo
rasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat
metafisik dan universal. Ia berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika
didasarkan pada pengalaman-pengalaman indrawi. John Lock menyangkal
kebenaran akal, sedangkan menurut idealisme Immanue Kant, realisme termasuk
salah satu aliran klasik yang selalu disandarkan pada nama besar Aristoteles yang
memandang dunia dalam terma material. Segala sesuatu yang ada di hadapan kita
adalah suatu yang riil dan terpisah dari pikiran manusia, namun ia dapat
memunculkan pikiran dengan melalui upaya selektif terhadap berbagai
pengalaman dan melalui pendayaan fungsi akal. Jadi, realitas yang ada adalah
dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu dapat
digerakkan dari alam.
Pandangan mengenai kehidupan, realisme berpendapat jika kehidupan fisik,
mental, moral dan spiritual biasanya dapat ditandai atau terlihat di alam. Dengan
demikian itu terlihat bahwa realisme sebenarnya akan cenderung mengatakan
sesuatu adalah sesuatu dalam dirinya sendiri daripada sesuatu yang seharusnya.
9
Maka dari itu di kembangkannya sumber daya manusia ini, realisme tersebut
berangkat dari bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan.8
Dalam memandang kehidupan, realisme berpendapat bahwa kehidupan fisik,
mental, moral, dan spiritual biasanya ditandai atau terlihat dalam alam natural.
Dengan demikian terlihat realisme sesungguhnya lebih cendrung untuk
mengatakan sesuatu itu sebagai sesuatu itu sendiri dari pada sesuatu itu sebagai
apa mestinya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan SDM aliran ini berangkat
dari cara manusia memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran realisme, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara
substantive ada. Suatu teori dikatakan benar apabila adanya kesesuaian dengan
harapan dapat diamati dan semuanya perfeck. Aliran ini menyakini bahwa adanya
hubungan interaksi antara pikiran manusia dan alam semesta tidak akan
mempengaruhi sifat dasar dunia. Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam
dirinya sendiri, bukan hasil persepsi dan bukan pula hasil olahan akal manusia.
Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadari dan ia tetap akan ada setelah pikiran
tidak menyadarinya. Jadi menurut realisme ada atau tidak adanya akal pikiran
manusia, alam tetap riil dan nyata dalam hukum-hukumnya.
Bila realisme dapat berkaitan dengan pembelajaran sebagai suatu pencarian
ilmu pengetahuan pada realisme bisa ditekankan kepada pendalaman masalah-
masalah empiris pada manusia yang sifatnya parsial kasuistis. Akan tetapi tidak
juga memungkiri potensi pragmatis pada manusia, tapi memandang pada
pragmatis di sini hanyalah bentuk instrumen guna kecintaan terhadap alam,
kendati demikian faktor objektif pada manusia akan mengetahui kebenaran
didalam bentuk kurang deduktif akan menjadi perhatian. Peningkatan didalam
SDM akan memfokuskan pada peningkatan dalam pendekatan ilmiah bersifat
induktif.9
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya
berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat
dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika
pengetahuan baru itu berubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah
8
Yuliyanti Yuliyanti and others, ‘Filsafat Pendidikan Realisme’, Lingua Rima: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 12.1 (2023), 1 <https://doi.org/10.31000/lgrm.v12i1.8011>.
9
Yuliyanti and others.
10
lantaran yang lama itu memang benar, yaitu desebabkan pengetahuan lama
koresponden dengan apa yang terjadi dengan kasus itu.
Dengan demikian, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
koresponden dengan dunia sebagaimana apa adanya. Dalam perjalanan waktu, ras
manusia telah dikonfirmasi secara berulang-ulang, menanamkan pengetahuan
tertentu kepada anak yang sedang tumbuh merupakan tugas yang paling penting.
3. Teori Pragmatisme.
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragam berasal
dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau action. Sedangkan pengertian isme
sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir
atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme beranggapan
bahwa fikiran itu mengikuti tindakan.10
Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila
teori itu bekerja. Ini berararti pragmatisme dapat digolongkan ke dalam
pembahasan tentang makna kebenaran atau theory of thurth. Hal ini dapat kita
lihat dalam buku William James yang berjudul The Meaning of Thurth. Menurut
James kebenaran adalah sesuatu yang terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran
adalah sesuatu yang tidak statis dan tidak mutlak. Dengan demikian kebenaran
adalah sesuatu yang bersifat relatif. Hal ini dapat dijelaskan melalui sebuah
contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah teori maka kebenaran teori
masih bersifat relatif sebelum kita membuktikan sendiri kebenaran dari teori itu.
Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh Pragmatisme
Barat yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandangan
pragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan
pancaindera.11
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain:
a) Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses
belajar,
10
Sumasno Hadi, ‘Ujian Nasional Dalam Tinjauan Kritis Filsafat Pendidikan Pragmatisme’, Al
Adzka, 4.2 (2014) <https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v4i2.139>.
11
Moh Abrori, M Sugeng Sholehuddin, and Abdul Khobir, ‘Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu
Konsep Pendidikan Islam Menurut Nashiruddin Al-Thusi’, 2 (2024), 135–39.
11
12
Puri Feriawati and Agus Perry Kusuma, ‘View Metadata, Citation and Similar Papers at
Core.Ac.Uk’, Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Untuk
Substitusi Tepung Terigu Dengan Penambahan Tepung Angkak Dalam Pembuatan Mie
Kering, 15.1 (2020), 274–82.
13
Feriawati and Kusuma.
12
keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk
mencapai keyakinan hidupnya.
Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum Eksistensialisme atau
penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum.
Kebebasan untuk freedom to, adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap
dan perbuatannya.
5. Teori Pengembangan SDM menurut Islam.
Strategi pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW meliputi: (1) merencanakan dan menarik sumber daya manusia
yang berkualitas, (2) mengembangkan sumber daya manusia agar berkualitas, (3)
menilai kinerja sumber daya manusia, (4) memberikan motivasi, dan (5)
memelihara sumber daya yang berkualitas.[9] Sejalan dengan langkah yang
diambil Nabi Muhammad tersebut, Mujamil Qomar mengungkapkan bahwa
manajemen sumber daya manusia mencakup tujuh komponen, yaitu: (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4)promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan
(7) penilaian pegawai.
Dalam upaya membangun sumber daya manusia yang Qur’ani dan unggul,
diperlukan adanya aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Said Agil Husin al-Munawar bahwa secara normatif, proses
aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau
aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan yaitu:
a) Dimensi Spiritual, yakni iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Dimensi ini
ditekankan kepada akhlak. Terbinanya akhlak yang baik dapat menjadikan
terbentuknya individu dan masyarakat dalam kumpulan suatu masyarakat
yang beradab.
b) Dimensi Budaya, yakni kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar dan faktor ajar (lingkungan)
dengan berpedoman pada nilai-nilai ke-Islaman.
13
14
Ahmad Zain Sarnoto, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam’, Madani Institute :
Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan Dan Sosial-Budaya, 6.2 (2017), 51–60
<https://doi.org/10.53976/jmi.v6i2.45>.
14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks pendidikan
Islam memiliki implikasi yang sangat penting dan mendalam diantaranya
Peningkatan Kualitas Pendidikan, Pembentukan Karakter Islami, Inovasi
dalam Metode Pengajaran, Peningkatan Keberlanjutan Institusi Pendidikan,
Pemberdayaan Masyarakat, Peningkatan Kontribusi terhadap Masyarakat dan
Negara, Pengembangan Pemikiran Kritis dan Analitis.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melibatkan serangkaian proses
dan aktivitas untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan potensi
karyawan agar dapat berkontribusi secara lebih efektif kepada organisasi.
Dalam konteks ini, terdapat beberapa teori dan pendekatan pengembangan
SDM yang dapat dilihat dari perspektif filsafat. Berikut adalah beberapa teori
pengembangan SDM yang dapat dijelaskan dari sudut pandang filsafat seperti
:Teori Rasionalisme,Teori Realisme, Teori Pragmatisme, Teori
Eksistensialisme,Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia menurut Islam.
14
DAFTAR PUSTAKA