Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN SDM DALAM ALIRAN FILSAFAT

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Dedi Retno, M. Ag

Oleh
AMIR DIKI FAUZI RAHMAN
NENENG MUTMAINAH

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Jl. Noenoeng Tisnasaputra No.16 Tasikmalaya
Tlp. (0265) 331501-332595
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas akademik
yang diberikan oleh Bapak Dr. Dedi Retno. M.Ag dalam mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam.
Makalah ini membahas tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan. Melalui makalah ini, kami bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan.
Makalah yang kami buat ini tidaklah sempurna, namun besar harapan kami
agar makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran. Oleh karenanya,
kami mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk
tulisan yang lebih baik lagi kedepannya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen dan pihak-
pihak terkait yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan inspirasi selama
proses penyusunan makalah ini.

Hormat Kami,

(Penyusun)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Implikasi Pengembangan SDM Pendidikan Islam.........................................4
B. Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan SDM.......................................6
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan...................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era global keunggulan suatu bangsa tidak dapat lagi mengandalkan
pada sumber daya alam, melainkan harus pada sumber daya manusia, kualitas
SDM menempati kedudukan lebih penting dibanding dengan sumber daya alam.
Hal ini menunjukan bahwa dengan sumber daya manusia yang berkualitas, baik
dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan organisasi, maka kehidupan
masyarakat secara keseluruhan akan meningkat dalam berbagai terpaan perubahan
dan persaingan.1
Pendidikan dalam Islam merupakan pokok utama dalam kelanjutan
ketahuidan dan keimanan terhadap ajarannya. Perkembangan pendidikan Islam
sejalan dengan berkembangnya Islam itu sendiri, bahkan pendidikan Islam
sebenarnya telah dimulai sejak zaman nabi-nabi terdahulu dan disempurnakan
oleh nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah. Proses transformasi ilmu
secara bilateral telah terjadi setelah perang Badar yaitu dengan pengajaran
membaca dan menulis kepada umat Islam sebanyak sepuluh orang oleh tiap
tawanan perang pihak musuh. Dasar ajaran Islam sendiri merupakan perintah
untuk membaca sebagaimana bunyi ayat pertama yang diturunkan.2
Pendidikan Islam pada awal perkembangannya telah memiliki keunggulan
karena coraknya yang tersediri yaitu bersifat komprehensif dengan maksud agar
anak didik didorong sehingga mampu untuk menuangkan segala kemampuan
yang
dimilikinya. Tujuan dalam pendidikan Islam terdiri dari tujuan keagamaan dan
tujuan keduniaan. Kebijakan baru untuk tujuan keduniaan telah dinampakkan dari
upaya menonjolkan keterampilan bekerja dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Kedua tujuan tersebut hanya dapat dicapai bila sistem pendidikan yang berjalan
efektif dan sebanding.

1
Ahmad Zain Sarnoto, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam ……. Ahmad Zain Sarnoto’,
6.2 (2017), 51–60.
2
H Lukman Asha, Irwan Fathurrochman, and M I Pd, Manajemen Sumber Daya Manusia
Pendidikan Islam Penerbit Cv. Eureka Media Aksara.

1
2

Untuk tujuan tersebut sebenarnya telah diupayakan pendidikan Islam yang


memadukan kurikulum umum dan agama seperti yang berlangsung saat ini di
tingkat Madrasah Aliyah. Tuntutan masyarakat terhadap madrasah ini dapat
dikatakan memadai, artinya jika dijalankan secara efektif maka anak didik di
Madrasah Aliyah tersebut dapat bersaing ataupun berkemampuan sama dalam
mata pelajaran umum dengan keunggulan pelajaran agama yang memadai. Namun
fenomena yang terjadi di tingkat perguruan tinggi, kemampuan atas pengetahuan
umum (keduniaan) dan keagamaan ini tidak disahuti secara bijaksana. Hal ini
dapat dilihat tidak adanya institusi pendidikan tinggi Islam yang memfasilitasi
pendidikan yang mengintegrasikan kedua bidang tersebut. Akhirnya Madrasah
Aliyah hanya menghasilkan sumber daya manusia yang di tingkat tinggi
dimanfaatkan untuk kembali pada tujuan keduniaan semata, hal ini dapat
dimaklumi karena di jenjang yang lebih tinggi tidak diperoleh pendidikan agama
yang memadai ataupun integrasi ilmu umum dan agama yang mumpuni.
Dalam manajemen pendidikan salah satu bidang penting adalah berkaitan
dengan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan,baik itu
Pendidik seperti guru maupun tenaga kependidikan seperti tenaga administratif.
Intensitas dunia pendidikan berhubungan dengan manusia dapat dipandang
sebagai suatu perbedaan penting antara lembaga pendidikan/organisasi sekolah
dengan organisasi lainnya. Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 29
ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
mempunyai tugas melakukan pembimbingan dan pelatihan.3 Dalam konteks
sistem bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pendidikan nasional tersebut, seorang pendidik harus memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam
Pendidikan Islam?
2. Apasaja Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan Sumber Daya
Manusia (SDM)?

3
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL, ‘Undang Undang Sikdiknas’, Demographic Research, 49.0 (2003), 1-33 :
29 pag texts + end notes, appendix, referen.
3

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Implikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan Sumber
Daya Manusia (SDM).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan


Islam.
Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam
mengubah prilaku orang-orang yang terlibat alam suatu proses pekerjaan, dengan
menggunakan serangkaian teknik dan strategi belajar yang relevan. Konsep ini
mengandung makna adanya berbagai unsur kegiatan selama terjadinya proses
mengubah prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan, adanya unsur belajar, dan
perkembangan. Unsur pendidikan dimaksudkan untuk menentukan teknik dan
strategi yang relevan untuk mengubah prilaku. Unsur belajar dimaksudkan untuk
menggambarkan proses terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan,
termasuk dengan pendidik. Adapun unsur perkembangan dimaksudkan sebagai
proses gradual dalam perubahan dari suatu keadaan, misalnya dari keadaan tidak
dimilikinya kompetensi menjadi keadaan memiliki kompetensi, yang terjadi
dalam jangka waktu tertentu.4
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks pendidikan
Islam memiliki implikasi yang sangat penting dan mendalam. Berikut beberapa
implikasi yang dapat muncul dari upaya pengembangan SDM dalam pendidikan
Islam:
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan.
Pengembangan SDM melibatkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi
tenaga pendidik. Dengan demikian, kualitas pendidikan Islam dapat ditingkatkan,
baik dalam hal pemahaman konsep keislaman, etika, maupun metode pengajaran
yang efektif.
2. Pembentukan Karakter Islami.

4
Benny Kurniawan, ‘Pengembangan Sdm Dalam Pendidikan Islam’, Cakrawala: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam Dan Studi Sosial, 4.2 (2020), 105–25
<https://doi.org/10.33507/cakrawala.v4i2.323>.

4
Pendidikan Islam tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada
pembentukan karakter Islami. Pengembangan SDM yang terarah akan
memberikan

5
5

dampak positif pada pembentukan karakter siswa, termasuk nilai-nilai keimanan,


akhlak mulia, dan tanggung jawab sosial.
3. Inovasi dalam Metode Pengajaran.
Pengembangan SDM membawa implikasi pada pemahaman dan penerapan
metode pengajaran yang inovatif. Guru yang terampil dan terdidik cenderung
lebih mampu menghadirkan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman
dan kebutuhan siswa.
4. Peningkatan Keberlanjutan Institusi Pendidikan
Dengan SDM yang berkualitas, lembaga pendidikan Islam dapat berfungsi
dengan lebih baik dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
zaman. Keberlanjutan institusi pendidikan Islam dapat terwujud melalui
kepemimpinan yang efektif dan pengelolaan sumber daya yang baik.
5. Pemberdayaan Masyarakat.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih dengan baik dapat menjadi agen
perubahan dalam masyarakat. Pendidikan Islam yang mengedepankan
pengembangan SDM tidak hanya bermanfaat bagi individu yang terlibat di
dalamnya, tetapi juga dapat memberdayakan masyarakat secara keseluruhan
melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif.
6. Peningkatan Kontribusi terhadap Masyarakat dan Negara.
Individu yang mendapatkan pendidikan Islam yang berkualitas diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan negara. Mereka dapat
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, profesional yang beretika, dan warga
negara yang peduli terhadap kepentingan bersama.
7. Pengembangan Pemikiran Kritis dan Analitis.
Pengembangan SDM dalam pendidikan Islam juga menekankan
pengembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Hal ini penting untuk
membentuk generasi yang mampu memahami, menilai, dan mengaplikasikan
nilai-nilai Islam dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan melakukan upaya yang berkelanjutan dalam pengembangan SDM
dalam pendidikan Islam, diharapkan dapat menciptakan lingkungan pendidikan
yang lebih baik, mempersiapkan generasi yang unggul secara akademis dan
moral, serta berkontribusi positif terhadap kemajuan masyarakat dan negara.
6

Pengembangan SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas


difokuskan pada peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang
terlibat atau akan terlibat dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan
kompetensi ini di antaranya dilaksanakan melalui pendidikan.5 Bila dikaitkan
dengan pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri, pendidikan juga merupakan upaya meningkatkan derajat
kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable terhadap berbagai perubahan
dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang diselenggarakan
seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk
melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan agar dapat
berpartisipasi dalam pembangunan
B. Teori Aliran Filsafat Yang Berkaitan Dengan Sumber Daya Manusia
(SDM).
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melibatkan serangkaian proses
dan aktivitas untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan potensi
karyawan agar dapat berkontribusi secara lebih efektif kepada organisasi. Dalam
konteks ini, terdapat beberapa teori dan pendekatan pengembangan SDM yang
dapat dilihat dari perspektif filsafat. Berikut adalah beberapa teori pengembangan
SDM yang dapat dijelaskan dari sudut pandang filsafat :
1. Teori Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran filsafat ilmu yang berpandangan bahwa otoritas
rasio (akal) adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria
kebenaran berbasis pada intelektualitas. Jadi strategi pengembangan ilmu menurut
paham rasionalisme adalah mengekplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan
kemampuan intelektual manusia. 6
Dalam aliran rasionalisme perkembangan manusia itu diperoleh dari akal
manusia itu sendiri sebagai dasar kepastian pengetahuan. Alat indera yang
dipergunakan manusia akan merangsang dan menangkap suatu pengetahuan yang
dimilikinya sehingga dapat direspon oleh akal mereka yang akan menghasilkan

5
Firman Ashadi, ‘Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini’, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 4 (2016), 717–28
6
W. James Gardner, Howard P. Taylor, and Donald F. Dohn, ‘Journal Article’, Journal of the
American Medical Association, 167.16 (1958), 2030
<https://doi.org/10.1001/jama.1958.02990330126021>.
7

suatu perkembangan yang baik terhadap perkembangan mereka sendiri. Jadi


dengan akal yang dibantu oleh panca indera, manusia dapat menghasilkan suatu
pengetahuan dengan benar.7 Pribadi-pribadi yang rasio adalah pribadi-pribadi
yang mempunyai suatu keyakinan atas dasar kesimpulan yang berlandaskan pada
analisis mendalam terhadap bebagai bukti yang dapat di percaya, sehingga
terdapat hubungan yang rasional antara ide dengan kenyataan empiric. Untuk
keperluan ini, ditemukan tata logic yang baik karena sangat berguna bagi
pengembangan rasionalitas tersebut.
Mengingat pengembangan rasionalitas manusia sangat tergantung kepada
pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sangat tergantung kepada
proses psikologik yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka yang lebih
ditekankan oleh aliran rasionalisme ini dalam pengembangan sumber daya
manusia tidak lain adalah dengan menggunakan pendekatan mental discipline,
yaitu suatu pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika berfikir
seseorang atau sekelompok orang melalui tata logik yang tersistematisasi
sedemikian rupa, sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data atau fakta
yang ada untuk menuju pengambilan atau kesimpulan yang baik pula. Proses
semacam ini memerlukan penguta-penguatan melalui pendekatan individualistis
yang mengacu pada intelektualisti.
Upaya penyadaran akan fungsi manusi sebagai makhluk rasioanal ini
merupakan tugas yang esensial bagi dunia pendidikan, karena memang
eksistensinya bersentuhan langsung dengan kemanusiaan itu sendiri. Dengan
demikian, penumbuhkembangkan berfikir reflektif, kritis, kreatif ini menurut
aliran rasionalisme merupakan kunci suksesnya suatu pendidikan. Jika
pengembangan dan penyempurnaan rasionalitas akan dicapai melalui upaya
pendidikan, maka diperlukan semacam ekosistem rasional yang akan mendukung
terciptanya kemampuan berfikir rasional tersebut.
Kebebasan adalah hak asasi manusia dan dengan kebebasan manusia
memperoleh jalan untuk mengembangkan potensi-potensinya. Kebebasan
merupakan sesuatu yang diperlukan bagi terbentuknya manusia-manusia yang
mandiri, sehingga ia pun mesti bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. Oleh

7
Gardner, Taylor, and Dohn.
8

karena itu, aliran ini sangat menghargai asa demokrasi dalam pembentukan watak
manusia.
Berdasarkan pemikiran ini, aliran rasioanalisme berpendapat bahwa tujuan
pendidikan pendidikan adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek
didik secara penuh berdasarkan bakat ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
luas untuk kepentingan kehidupannya, sehingga ia pun dengan mudah dapat
menyesuiakan diri dengan masyarakat dan lingkungan.
Sebenarnya memang benar jika segala sesuatu khususnya pengembangan
SDM itu tidak terlepas dari awalan rasio. Artinya, semua hal tidak akan bisa
berjalan tanpa adanya proses akal yang aktif pada setiap jiwa diri seseorang. Akan
tetapi, meskipun demikian penganut ini tidak boleh mempunyai sifat egoisme
karena tanpa yang lain ia tidak akan bisa berdiri seutuhnya sebagaimana yang
diharapkan.
2. Teori Realisme.
Pada hakikatnya kelahiran realisme sebagai suatu aliran dalam filsafat
merupakan sintesis antara filsafat idealisme Immanuel Kant di satu sisi, dan
empirisme John Lock disisi lainnya. Realisme ini kadanng kala disebut juga neo
rasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat
metafisik dan universal. Ia berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika
didasarkan pada pengalaman-pengalaman indrawi. John Lock menyangkal
kebenaran akal, sedangkan menurut idealisme Immanue Kant, realisme termasuk
salah satu aliran klasik yang selalu disandarkan pada nama besar Aristoteles yang
memandang dunia dalam terma material. Segala sesuatu yang ada di hadapan kita
adalah suatu yang riil dan terpisah dari pikiran manusia, namun ia dapat
memunculkan pikiran dengan melalui upaya selektif terhadap berbagai
pengalaman dan melalui pendayaan fungsi akal. Jadi, realitas yang ada adalah
dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu dapat
digerakkan dari alam.
Pandangan mengenai kehidupan, realisme berpendapat jika kehidupan fisik,
mental, moral dan spiritual biasanya dapat ditandai atau terlihat di alam. Dengan
demikian itu terlihat bahwa realisme sebenarnya akan cenderung mengatakan
sesuatu adalah sesuatu dalam dirinya sendiri daripada sesuatu yang seharusnya.
9

Maka dari itu di kembangkannya sumber daya manusia ini, realisme tersebut
berangkat dari bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan.8
Dalam memandang kehidupan, realisme berpendapat bahwa kehidupan fisik,
mental, moral, dan spiritual biasanya ditandai atau terlihat dalam alam natural.
Dengan demikian terlihat realisme sesungguhnya lebih cendrung untuk
mengatakan sesuatu itu sebagai sesuatu itu sendiri dari pada sesuatu itu sebagai
apa mestinya. Oleh karena itu, dalam mengembangkan SDM aliran ini berangkat
dari cara manusia memperoleh pengetahuan.
Menurut aliran realisme, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara
substantive ada. Suatu teori dikatakan benar apabila adanya kesesuaian dengan
harapan dapat diamati dan semuanya perfeck. Aliran ini menyakini bahwa adanya
hubungan interaksi antara pikiran manusia dan alam semesta tidak akan
mempengaruhi sifat dasar dunia. Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam
dirinya sendiri, bukan hasil persepsi dan bukan pula hasil olahan akal manusia.
Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadari dan ia tetap akan ada setelah pikiran
tidak menyadarinya. Jadi menurut realisme ada atau tidak adanya akal pikiran
manusia, alam tetap riil dan nyata dalam hukum-hukumnya.
Bila realisme dapat berkaitan dengan pembelajaran sebagai suatu pencarian
ilmu pengetahuan pada realisme bisa ditekankan kepada pendalaman masalah-
masalah empiris pada manusia yang sifatnya parsial kasuistis. Akan tetapi tidak
juga memungkiri potensi pragmatis pada manusia, tapi memandang pada
pragmatis di sini hanyalah bentuk instrumen guna kecintaan terhadap alam,
kendati demikian faktor objektif pada manusia akan mengetahui kebenaran
didalam bentuk kurang deduktif akan menjadi perhatian. Peningkatan didalam
SDM akan memfokuskan pada peningkatan dalam pendekatan ilmiah bersifat
induktif.9
Bagi kelompok realisme, ide atau proposisi adalah benar ketika eksistensinya
berhubungan dengan segi-segi dunia. Sebuah hipotesis tentang dunia tidak dapat
dikatakan benar semata-mata karena ia koheren dengan pengetahuan. Jika
pengetahuan baru itu berubungan dengan yang lama, maka hal itu hanyalah

8
Yuliyanti Yuliyanti and others, ‘Filsafat Pendidikan Realisme’, Lingua Rima: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 12.1 (2023), 1 <https://doi.org/10.31000/lgrm.v12i1.8011>.
9
Yuliyanti and others.
10

lantaran yang lama itu memang benar, yaitu desebabkan pengetahuan lama
koresponden dengan apa yang terjadi dengan kasus itu.
Dengan demikian, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
koresponden dengan dunia sebagaimana apa adanya. Dalam perjalanan waktu, ras
manusia telah dikonfirmasi secara berulang-ulang, menanamkan pengetahuan
tertentu kepada anak yang sedang tumbuh merupakan tugas yang paling penting.
3. Teori Pragmatisme.
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragam berasal
dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau action. Sedangkan pengertian isme
sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir
atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme beranggapan
bahwa fikiran itu mengikuti tindakan.10
Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila
teori itu bekerja. Ini berararti pragmatisme dapat digolongkan ke dalam
pembahasan tentang makna kebenaran atau theory of thurth. Hal ini dapat kita
lihat dalam buku William James yang berjudul The Meaning of Thurth. Menurut
James kebenaran adalah sesuatu yang terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran
adalah sesuatu yang tidak statis dan tidak mutlak. Dengan demikian kebenaran
adalah sesuatu yang bersifat relatif. Hal ini dapat dijelaskan melalui sebuah
contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah teori maka kebenaran teori
masih bersifat relatif sebelum kita membuktikan sendiri kebenaran dari teori itu.
Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh Pragmatisme
Barat yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat pada pandangan
pragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar jangkauan
pancaindera.11
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain:
a) Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses
belajar,
10
Sumasno Hadi, ‘Ujian Nasional Dalam Tinjauan Kritis Filsafat Pendidikan Pragmatisme’, Al
Adzka, 4.2 (2014) <https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v4i2.139>.
11
Moh Abrori, M Sugeng Sholehuddin, and Abdul Khobir, ‘Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu
Konsep Pendidikan Islam Menurut Nashiruddin Al-Thusi’, 2 (2024), 135–39.
11

b) Akal merupakan sumber otonom ilmu pengetahuan, dan


c) Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukhrawi.
4. Teori Eksistensialisme.
Dari sudut estimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang berarti di
luar dan sistensi yang berati berdri sendiri atau menempatkan, jadi secara luas
eksistensi dapat diartikan sebagai, berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar
dari dirinya. Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam filsafat yang
menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu dunia
dengan kesadaran. Jadi pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.12
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu selalu melihat manusia berada,
ekssistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi,
manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai dan
berdasarkan pengalaman yang konkret. Jadi dapat disimpulkan bahwa
eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan
keberadannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang
dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara
menempatkan dirinya. Ilmu-ilmu yang berkaitan eksistensialisme yaitu sosiologi
dan antropologi.
Eksistensialisme bisa dialamatkan sebagai saanlah satu reaksi dari sebagian
terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang
dunia kedua.13 Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah
merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat
manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
Secara singkat Kierkegaard memberikan pengertian Eksistensialisme adalah
suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah.
Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional. Dengan demikian
aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman, dan siuasi
sejarah yang dialami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak
serta spekulatif. Baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi,

12
Puri Feriawati and Agus Perry Kusuma, ‘View Metadata, Citation and Similar Papers at
Core.Ac.Uk’, Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Untuk
Substitusi Tepung Terigu Dengan Penambahan Tepung Angkak Dalam Pembuatan Mie
Kering, 15.1 (2020), 274–82.
13
Feriawati and Kusuma.
12

keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk
mencapai keyakinan hidupnya.
Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum Eksistensialisme atau
penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum.
Kebebasan untuk freedom to, adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap
dan perbuatannya.
5. Teori Pengembangan SDM menurut Islam.
Strategi pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW meliputi: (1) merencanakan dan menarik sumber daya manusia
yang berkualitas, (2) mengembangkan sumber daya manusia agar berkualitas, (3)
menilai kinerja sumber daya manusia, (4) memberikan motivasi, dan (5)
memelihara sumber daya yang berkualitas.[9] Sejalan dengan langkah yang
diambil Nabi Muhammad tersebut, Mujamil Qomar mengungkapkan bahwa
manajemen sumber daya manusia mencakup tujuh komponen, yaitu: (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan
pegawai, (4)promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan
(7) penilaian pegawai.
Dalam upaya membangun sumber daya manusia yang Qur’ani dan unggul,
diperlukan adanya aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Said Agil Husin al-Munawar bahwa secara normatif, proses
aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau
aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan yaitu:
a) Dimensi Spiritual, yakni iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Dimensi ini
ditekankan kepada akhlak. Terbinanya akhlak yang baik dapat menjadikan
terbentuknya individu dan masyarakat dalam kumpulan suatu masyarakat
yang beradab.
b) Dimensi Budaya, yakni kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar dan faktor ajar (lingkungan)
dengan berpedoman pada nilai-nilai ke-Islaman.
13

c) Dimensi Kecerdasan, merupakan dimensi yang dapat membawa kemajuan,


yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, dll. Dimensi kecerdasan dalam
pandangan psikologi merupakan suatu proses yang mencakup tiga proses
yaitu analisis, kreativitas, dan praktis. Tegasnya dimensi kecerdasan ini
berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan. Dari
uraian di atas, hemat penulis, kunci dari segala upaya membangun SDM yang
unggul serta Qur’ani yaitu pendidikan.
Pendidikan merupakan wadah untuk mendidik, membina, membimbing,
melatih, mengembangkan, mengolah, mengelola serta mendayagunakan SDM.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan akhlak, pendidikan intelektual, dan
pendidikan budaya, yang dilandasi oleh sumber ajaran Islam.14 Secara rinci, upaya
yang dapat dilakukan yaitu:
a) Menanamkan akhlakul mahmudah melalui teladan dan pembiasaan;
b) Mengembangkan pola pikir dengan mempertimbangkan kebaikan atau
keburukan tentang suatu hal tertentu;
c) Membangun dan mengembangkan mental SDM yang mandiri, dan berjiwa
kompetitif;
d) Saling tolong menolong dalam kebaikan;
e) Menghayati nilai-nilai moral yang berlaku;
f) Menerapkan proses humanisasi:
g) Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, informasi, teknologi;
h) Mengaplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam proses pendidikan;
i) Mengaplikasikan metode tilawah, taklim, tazkiyyah, dan hikmah seperti
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

14
Ahmad Zain Sarnoto, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam’, Madani Institute :
Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan Dan Sosial-Budaya, 6.2 (2017), 51–60
<https://doi.org/10.53976/jmi.v6i2.45>.
14
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks pendidikan
Islam memiliki implikasi yang sangat penting dan mendalam diantaranya
Peningkatan Kualitas Pendidikan, Pembentukan Karakter Islami, Inovasi
dalam Metode Pengajaran, Peningkatan Keberlanjutan Institusi Pendidikan,
Pemberdayaan Masyarakat, Peningkatan Kontribusi terhadap Masyarakat dan
Negara, Pengembangan Pemikiran Kritis dan Analitis.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melibatkan serangkaian proses
dan aktivitas untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan potensi
karyawan agar dapat berkontribusi secara lebih efektif kepada organisasi.
Dalam konteks ini, terdapat beberapa teori dan pendekatan pengembangan
SDM yang dapat dilihat dari perspektif filsafat. Berikut adalah beberapa teori
pengembangan SDM yang dapat dijelaskan dari sudut pandang filsafat seperti
:Teori Rasionalisme,Teori Realisme, Teori Pragmatisme, Teori
Eksistensialisme,Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia menurut Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Moh, M Sugeng Sholehuddin, and Abdul Khobir, ‘Gudang Jurnal


Multidisiplin Ilmu Konsep Pendidikan Islam Menurut Nashiruddin Al-
Thusi’, 2 (2024), 135–39
Ashadi, Firman, ‘Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini’, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 4 (2016),
717–28 <https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/3718>
Feriawati, Puri, and Agus Perry Kusuma, ‘View Metadata, Citation and Similar
Papers at Core. Ac.Uk’, Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning
(Cucurbita Moschata) Untuk Substitusi Tepung Terigu Dengan Penambahan
Tepung Angkak Dalam Pembuatan Mie Kering, 15.1 (2020), 274–82
Gardner, W. James, Howard P. Taylor, and Donald F. Dohn, ‘Journal Article’,
Journal of the American Medical Association, 167.16 (1958), 2030
Hadi, Sumasno, ‘Ujian Nasional Dalam Tinjauan Kritis Filsafat Pendidikan
Pragmatisme’, Al Adzka, 4.2 (2014)
Kurniawan, Benny, ‘Pengembangan Sdm Dalam Pendidikan Islam’, Cakrawala:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi Sosial, 4.2 (2020), 105–25
Lukman Asha, H, Irwan Fathurrochman, and M I Pd, Manajemen Sumber Daya
Manusia Pendidikan Islam Penerbit Cv. Eureka Media Aksara
NASIONAL, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN, ‘Undang Undang
Sikdiknas’, Demographic Research, 49.0 (2003), 1-33: 29 pag texts + end
notes, appendix, referen
Sarnoto, Ahmad Zain, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam …….
Ahmad Zain Sarnoto’, 6.2 (2017), 51–60
Yuliyanti, Yuliyanti, Evi Damayanti, Soleh Hidayat, and Ratna Sari Dewi,
‘Filsafat Pendidikan Realisme’, Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia, 12.1 (2023), 1
<https://doi.org/10.31000/lgrm.v12i1.8011>
Zain Sarnoto, Ahmad, ‘Sumber Daya Manusia Dalam Pendidikan Islam’, Madani
Institute : Jurnal Politik, Hukum, Ekonomi, Pendidikan Dan Sosial-Budaya.

Anda mungkin juga menyukai