Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENDIDIKAN AGAMA DI INDONES ”

DosenPengampu:
Ikke Wulandari M.Pd I

Oleh:
Anggi Rahmadani (2323220027)

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan
rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah
Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan
terang benderang berupa agama Islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dengan
judul "Belum Di Isi "
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas
makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin

Bengkulu, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama dan Pendidikan Nasional...........................................2
B. Sejarah Pendidikan Agama di Indonesia...................................................3
C. Posisi Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional.................3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era global seperti sekarang ini, persoalan pokok yang dihadapi
adalah bagaimana cara menyiapkan sumber daya manusia yang modern
sekaligus religius. Di mana ia selalu tanggap terhadap perubahan yang ada di
sekitarnya dan berusaha merealisasikan hasil pemikirannya, yakni perpaduan
antara religiuitas dan intelektualitas sehingga menghasilkan sebuah ide yang
dinamis.
Sifat teladan merupakan alat pendidikan yang paling penting dalam
pendidikan islam. Makanya para pendidik, baik orang tua maupun guru,
diwajibkan untuk menempatkan dirinya sebagai sosok teladan bagi putra-putri
dan peserta didik mereka. sejalan dengan hal itu, maka pendidikan islam
menempatkan Rasulullah Saw sebagai sosok teladan bagi umatnya.
Untuk memadukan antara religiuitas dan intelektualitas, kita perlu
menggabungkan pendidikan agama dalam system pendidikan nasional.
Pendidikan nasional tanpa pendidikan agama, tidak dapat menciptakan
generasi-generasi muslim yang memiliki jiwa kepemimpinan seperti
Rasulullah. Maupun sebaliknya, tanpa system pendidikan nasional, pendidikan
agama akan mengalami ketertinggalan dikarenakan tidak tersusun bahkan
tidak terealisasikan secara optimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan permasalahan
dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Pendidikan Agama dan Pendidikan Nasional?
2. Sejarah Pendidikan Agama di Indonesia?
3. Posisi Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Agama dan Pendidikan Nasional


Menurut Dr. M. Fadhli al-jamaly menyatakan bahwa pendidikan
sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih
maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,
sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan
akal, perasaan maupun perbuatan.1
Menurut Redja Mudyahardjo pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup atau
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.2
Selain itu pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup
dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai
salah satu kebutuhan , fungsi social, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan
yang mempersiapkan dan membuktikan serta membentuk disiplin hidup.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala usaha yang
terencana dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam membentuk suatu
karakter untuk pertumbuhan individunya.
Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bagaimanapun
sederhananya komunitas manusia, memerlukan suatu adanya pendidikan.
Maka dalam pengertian umum, kehidupan dari komunitas tersebut akan
ditentukan aktifitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami
sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.
1
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cet. III, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 75
2
Redja mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Cet.2, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 3

2
Pendidikan agama merupakan satu jenis pendidikan yang khusus
mengajarkan agama tertentu. Pendidikan keagamaan berbentuk pada
pendidikan dunia, pesantren dan lain-lain.

B. Sejarah Pendidikan Agama di Indonesia


Pada mulanya, pusat pendidikan agama yang terbesar adalah di Negara
Mesir. Semua pendidikan agama yang ada di Indonesia berkiblat kepada
pendidikan yang ada di Mesir seperti Al-Azhar. Namun, tidak 100 % Negara
Indonesia dapat mencontoh sistem pendidikan yang ada di sana. Tetapi
setidaknya kita sebagai Warga Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, dapat mengambil sedikit contoh mengenai pendidikan agama
yang ada disana.
Halaqah atau sekolah duduk merupakan langkah pertama dalam
keberadaan pendidikan agama di Indonesia. Penanaman pendidikan agama
pada zaman dulu terjadi di majelis-majelis ta’lim, mesjid-mesjid dan sarana
kemasyarakatan lainnya, mengingat sangat pentingnya pendidikan agama di
Negara Indonesia dan pada diri kita pada khususnya.
Dengan perkembangan yang semakin pesat, maka pemerintah
melakukan upaya untuk menanamkan pendidikan agama di Indonesia, dengan
cara membuat sekolah-sekolah yang berbasis agama dan mendirikan pondok-
pondok pesantren yang sampai sekarang masih berdiri kokoh dan tersebar di
berbagai penjuru Indonesia.

C. Posisi Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara umum konsep pendidikan islam mengacu kepada makna dan
asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya
dengan ajaran islam.
Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan islam,
yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib. Tarbiyat mengandung arti
memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamnya sudah termasuk
makna mengajar. Berangkat dari pengertian ini maka tarbiyah didefinisikan

3
sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia secara maksimal agar
dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa yang akan
datang.3
Secara umum memang pendidikan islam diarahkan kepada usaha
untuk membimbing dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia
dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang taat.
Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu memiliki kadar
kemampuan yang berbeda. Selain itu, manusia sebagai makhluk social
menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi.4
Istilah sistem sering diartikan sama dengan metode atau cara sesuatu
himpunan unsur-unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama
lain menjadi satu kesatuan yang utuh.
System dapat digunakan untuk menunjuk suatu himpunan bagian yang
saling berkaitan, sehimpunan ide-ide prinsif hipotesis tau teori, metode atau
cara.
Mulyadi mengatakan bahwa sistem pada dasarnya adalah sekelompok
unsur yang berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-
sama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pada dasarnya sistem tersebut
merupakan satu kesatuan pekerjaan yang terdiri dari subsistem yang saling
berhubungan satu sama lain menurut aturan tertentu yang bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Pendidikan sebagai suatu system, karena pendidikan merupakan satu
usaha yang memiliki unsur masukan, unsur proses dan unsur hasil usaha.
Mendikbud menjelaskan bahwa “pendidikan merupakan suatu system
yang mempunyai unsur tujuan atau sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan peralatan atau
fasilitas.
Konsep sistem pendidikan nasional akan tergantung pada konsep
tentang sistem, konsep tentang pendidikan dan konsep tentang pendidikan
nasional. Perlu pula disadari bahwa konsep mengenai pendidikan dan sistem
3
Jalaluddin, Teologi Islam, Cet. I, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 72
4
Ibid, h. 76

4
pendidikan nasional tidak bisa semata-mata disimpulkan dari praktek
pelaksanaan pendidikan yang terjadi sehari-hari di lapangan, melainkan harus
dilihat dari segi konsepsi atau ide dasar yang me-landasinya seperti yang
biasanya tersurat dan juga tersirat dalam ketetapan Undang-undang Dasar,
Undang-undang Pendidikan dan peraturan-peraturan lain mengenai
pendidikan dan pengajaran.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religiuus, sikap hidup religius
ini telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejak kepercayaan
animisme, dinamisme, berkembang di masyarakat Indonesia, kemudian
masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia diiringi dengan masuknya
agama Islam, terakhir masuknya agama Kristen, membuktikan bahwa
masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.
Fakta-fakta sejarah juga mendukung kenyataan ini. Dengan demikian
tidak salah apabila dikatakan bahwa agama merupakan darah daging bagi
masyarakat Indonesia. Karena itulah para pendiri bangsa Indonesia sewaktu
merumuskan dasar Negara mereka sepakat untuk mencantumkan asas
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai salah satu asas dari pancasila.
Atas dasar itu, Bung Karno yang kemudian menjadi Presiden Pertama
Republik Indonesia di depan Sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan,
pada tanggal 1 Juni 1945 mengtakan bahwa betapa pentingnya setiap bangsa
Indonesia bertuhan. Dan mengajak setiap bangsa Indonesia5
Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam telah sepakat untuk
membentuk Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 dengan menjamin kemerdekaan bagi umat
islam untuk melaksanakan dan mengembangkan pendidikan islam.
Sesudah Indonesia merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkanlah Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila.
Esensi dari pencantuman asas ini bukanlah sesuatu pernyataan yang pasif akan
tetapi mengundang arti pernyataan aktif. Maksudnya adalah jika Negara telah
menetapkan salah satu asasnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka
5
Haidir Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,
Cet. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 153

5
Negara dan seluruh masyarakat Indonesia mesti proaktif untuk merealisasikan
agar terwujud secara aktif makna Ketuhanan Yang Maha Esa itu. Perwujudan
yang proaktif itu adalah antara lain:6
1. Setiap masyarakat Indonesia mestilah mengamalkan agamanya masing-
masing.
2. Di dalam pengalaman tersebut masing-masing penganut agama diberi
kebebasan sesuai dengan agama yang dianutnya.
3. Pemerintahan bertanggung jawab untuk memberikan kemudahan, fasilitas
serta terwujudnya toleransi dalam mengamalkan ajaran agama masing-
masing.
4. Pemerintahan dan masyarakat sama-sama bertanggung jawab
terlaksanakannya pendidikan agama, baik formal maupun nonformal.
5. Semangat menjalankan agama masing-masing tersebut mesti direkat
dengan semangat toleransi kehidupan beragama.
6. Pemerintah dan masyarakat sama-sama menjalin dan bertanggung jawab
agar praktek-praktek kehidupan yang akan menggoncangkan sendi-sendi
kehidupan beragama mesti dihindari.
Penjabaran yang telah dipaparkan di atas tadi, tercantum pada asas
Ketuhanan Yang Maha Esa yang dicantumkan pada Pancasila, ditindaklanjuti
dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional. Dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dicantumkan bahwa Negara berdasar
atas Ketuhana Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Atas dasar itu pula, maka di dalam batang tubuh Undang-undang
Dasar 1945 diatur hal yang berkenaan dengan ketuhanan, yakni pada Pasal 29
Ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

Ayat 1 berbunyi Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

6
Ibid, hlm. 154

6
Ayat 2 berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan itu.
Kajian antara hubungan Pancasila dan Agama telah banyak
diperbincangkan. Dalam Islam dikemukakan pemikiran bahwa prinsif-prinsif
yang ada di dalam Pancasila itu sejalan dengan prinsif-prinsif Islam, sehingga
telah lama tumbuh di kalangan umat Islam tidak ada pertentangan antara Islam
dan Pancasila.
Sejak awal kemerdekaan, pemuka-pemuka Islam telah dapat menerima
Pancasila sebagai dasar Negara, tepatnya sejak tanggal 18 Agustus 1945
ketika pemuka-pemuka Islam di antaranya Ki Bagus Hadikusuma, Mr. T.
Mohammad Hasandan dihadiri juga Muhammad Hatta, dapat menerima
menghilangkan tujuh kata yang terdapat dalam Piagam Jakarta “Dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”, diganti
dengan kalimat “ketuhanan Yang Maha Esa”.7
Permasalahan agama sejak awal kemerdekaan telah muncul sebagai
permasalahan prinsif, maka penanganannya pun juga mesti dihasilkan dengan
sungguh-sungguh. Mendudukkan Indonesia bukan Negara Agama dan bukan
Negara Sekuler, bukan berarti peranan agama menjadi kurang berarti.
Setidaknya ada empat hal pokok yang menyebabkan agama memiliki peranan
penting di Indonesia, yaitu:8
1. Asas ketuhanan Yang Maha Esa
Permasalahan pokok disini adalah bagaimana menjadikan asas ini
menjadi asas yang dinamis, bukan statis. Asas dinamis bahwa dituntut
bagaimana supaya asas Ketuhanan Yang Maha Esa, aktif hanya pada
tatanan filosofi dan pemikiran, tetapi dapat mencakup kepada pengamalan
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Asas Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945

7
Ibid, hlm. 155
8
Ibid, hlm. 156

7
Dalam batang tubuh UUD 1945, pada pasal 29 Ayat 1 dan 2. Ayat
1 disebutkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ayat 2 makna yang terkandung disini adalah bagaimana supaya setiap
warga Negara tersebut memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dan pada tahap berikutnya setiap pribadi tersebut
menjalankan atau mengamalkan agamanya.
3. Departemen Agama
Dalam ketentuan yuridis disebutkan bahwa Departemen agama
adalah bagian dari integral dari Pemerintahan Negara Indonesia.
Departemen Agama merupakan sebuah departemen yang mengurus
masalah agama yang sudah pasti tidak semua Negara memilikinya.
4. Kehidupan Sosial Religius Masyarakat Indonesia
Kehidupan beragama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berlandaskan islam,
diperlukan sebuah wadah atau tempat untuk merealisasikan hal tersebut.
Oleh karena itu, didirikanlah suatu wadah atau tempat yang
bernama Madrasah yang bertujuan untuk mendidik peserta didi memahami
dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik,
System pendidikan agama di Indonesia mendorong pihak sekolah
baik swasta maupun negeri secara institusional untuk menyelenggarakan
acara upacara keagamaan sesuai agama yang dipeluk oleh tiap-tiap warga
sekolah. Ritual yang dilakukan oleh siswa beragama islam berbeda dengan
ritual siswa beragama Kristen, Katolik, Hindu atau Budha. Di samping itu,
ada pula ragam ritual yang berbeda dari sekolah-sekolah tertentu, sebagai
cerminan dari identitas dan orientasi keagamaan masing-masing.
Contohnya saja pada pendidikan agama peringatan hari besar
agama, seperti Maulud Nabi Muhammad, Isra’ Mi’raj dan Peringatan 1
Muharram, dilakukan oleh para guru beragama Islam. Shalat Idul Fitri dan
idul Adha sebagai bentuk ibadah yang sering dilakukan di sekolah-
sekolah. Di sekolah Negeri, siswa-siswa beragama Kristen sering pula

8
melakukan perayaan hari besar agamanya secara bersama di gereja atau di
ruang kelas.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan keagamaan dalam system
pendidikan nasional, baik yang berada pada jalur sekolah maupun luar
sekolah, implementasi pelaksanaannya yaitu:9
1. Keberadaan Mata Pelajaran Agama
Pendidikan agama bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
menguasai pengetahuan khusus tentang ajaran agama, dan
diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan, sehingga pendidikan
keagamaan merupakan salah satu kajian dalam kurikulum semua jenis dan
jenjang pendidikan di Indonesia.
2. Lembaga penyelenggara Pendidikan Keagamaan
Di Indonesia, minimal ada 3 lembaga penyelenggaraan pendidikan
keagamaan, yaitu:
a. Pesantren
b. Madrasah-madrasah keagamaan (Diniah)
c. Madrasah yang termasuk pendidikan umum bercirikan islam
(ibtidaiyah, tsanawiyah dan Aliyah).
Akan tetapi kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan
pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum
tersentuh pendidikan. Selain itu, layanan pemerintah dalam
penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya di dalam angan.
Lebih jauh, anggaran untuk pendidikan.
Pembiayaan pendidikan diatur dalam peraturan-perundangan yang
berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah atau keputusan Menteri
Pendidikan Nasional yang kemudian dijabarkan dalam surat keputusan
dirjen.10
9
Fathul Jannah, Bahan Pelajaran Dasar-Dasar Kependidikan, (Samarinda: STAIN
Samarinda, 2011), hlm. 36
10
M. Saerozi, Politik Pendidikan Agama dalam Era Pliralisme (Telaah historis atas
kebijaksanaan Pendidikan Agama Konfensional di Indonesia), Cet. 1, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2004), hlm. 46

9
Ada empat komponen yang umumnya disebut dalam klausul
pembiayaan pendidikan, yaitu:11
1. Gaji guru atau tenaga kependidikan lainnya serta tenaga administrasi.
2. Pengadaan dana dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
3. Penyelenggaraan pendidikan.
4. Biaya perluasan dan pengembangan pendidikan menengah
Dalam hal ini, pendanaan pendidikan dipahami sebagai tanggung
jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.
Belum lagi bila berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang
hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya serta
hanya menciptakan pekerja. Kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan
Indonesia saat ini sangat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak
menjadi cerdas. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma
pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan
tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-
gencarnya ditumbuhsuburkan di Indonesia.
Sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung hingga saat ini
masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Indikator yang
dipergunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran, sehingga
secara nilai di dalam rapor maupun ijasah tidak serta merta menunjukkan
peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya
industrialisasi yang berlangsung saat ini.
Pendidikan juga saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi
sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan
terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum
lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat
belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak
mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk.
Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat,
sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi.

11
Ibid, hlm. 46

10
Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan
alternatif, sebagian besar dipandang sebagai upaya membangun
pemberontakan.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak
bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan
adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta
pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri
ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya
manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap
terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana sistem pendidikan di
Indonesia menciptakan anak bangsa yang memiliki sensitifitas terhadap
lingkungan hidup dan krisis sumber-sumber kehidupan, serta mendorong
terjadinya sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Sistem pendidikan harus
lebih ditujukan agar terjadi keseimbangan terhadap ketersediaan sumberdaya
alam serta kepentingan-kepentingan ekonomi dengan tidak meninggalkan
sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah segala usaha yang terencana dalam proses
pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segala
potensi yang dimilikinya dalam membentuk suatu karakter untuk pertumbuhan
individunya.
Konsep pendidikan islam secara umum mengacu kepada makna dan
asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri. Dalam hubungannya
dengan ajaran islam ada tiga istilah umum yang digunakan, yaitu al-tarbiyat,
al-ta’lim dan al-ta’dib.
Sedangkan konsep sistem pendidikan nasional masih bergantung pada
konsep tentang sistem, konsep tentang pendidikan dan konsep tentang
pendidikan nasional, adapun konsep mengenai pendidikan dan sistem
pendidikan nasional tidak bisa semata-mata disimpulkan dari praktek
pelaksanaan pendidikan yang terjadi sehari-hari di lapangan, melainkan harus
dilihat dari segi konsepsi atau ide dasar yang melandasinya seperti yang telah
tersirat dalam kesiapan Undang-Undang Dasar, Undang-Undang Pendidikan,
dan hal-hal lain yang terkait dengan peraturan pendidikan dan pengajaran.
Namun pada kenyataannya, dalam penyelenggaraan pendidikan hingga
kini masih jauh dari yang diharapkan, masih terlalu banyak penduduk
Indonesia yang belum tersentuh pendidikan, terlebih layanan pemerintah
dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya dalam angan.
Lebih jauh bagi masalah anggaran pendidikan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada) 2003


Jannah, Fathul, Bahan Pelajaran Dasar-Dasar Kependidikan, (Samarinda:
STAIN Samarinda) 2011
Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada)
2001
Putra Daulay, Haidir, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group) 2007
Saerozi. M. Politik Pendidikan Agama dalam Era Pliralisme (Telaah historis
atas kebijaksanaan Pendidikan Agama Konfensional di
Indonesia) Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 2004

13

Anda mungkin juga menyukai