Dosen Pengampu:
Dosen Pengampu:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PANGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Islam ........................................................................
B. Pengertian Pendidikan Nasional ...................................................................
C. Hubungan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional ...............................
D. Kedudukan Pendidikan Islam di dalam Sistem Pendidikan Nasional ..........
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan Islam.
1
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hlm : 45.
2
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, hlm : 46.
pendidikan Islam dengan melihat tiga kemungkinan hubungan antara konsep
pendidikan dan konsep Islam. Dilihat dari sudut pandang kita tentang Islam yang
berbeda-beda, istilah pendidikan Islam tersebut dapat dipahami sebagai :
1. Pendidikan (menurut) Islam,
2. Pendidikan (dalam) Islam,
3. Pendidikan (agama) Islam.
Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif,
sedang dalam hubungan yang kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-
historis. Adapun dalam hubungan yang ketiga, pendidikan Islam lebih bersifat
proses-operasional dalam usaha pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam
kerangka akademik, pengertian yang pertama merupakan lahan filsafat
pendidikan Islam, dan pengertian yang ketiga merupakan kawasan ilmu
pendidikan Islam teoritis.
3
Fuad Ihsan, Dasar Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 114-115
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan
nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 28-29
sistem pendidikan nasional.
Pendidikan Islam merupakan suatu Lembaga sesuai dengan peraturan
pemerintah No. 28 tahun 1990, No. 60 tahun 1999 dan No. 73 tahun 1991.
Pendidikan keagamaan diselenggarakan pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan dimana Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat serta pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal,
pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman.
Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan. Dalam pasal 3 isi kurikulum pendidikan dasar memuat
sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran (PP 28 Bab. VII pasal 14 ayat 2)
meliputi
1. pendidikan pancasila
2. pendidikan agama
3. pendidikan kewarganegaraan
4. bahsa indonesia
5. membaca dan menulis
6. matematika (termasuk berhitung)
7. pengantar sains dan teknologi
8. ilmu bumi
9. kerajinan tangan dan kesenian
10. pendidikan jasmani dan kesehatan
11. menggambar
12. bahasa inggris
Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum
pendidikan menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran tentang: 5
1. pendidikan Pancasila
2. pendidikan agama
3. pendidikan kewarganegaraan
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang beberapa
hal yang berkenaan dengan pendidikan agama. Pasal 37 (1): kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
5
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. 2004. Hal: 10-12
1. pendidikan agama
2. pendidikan kewarganegaraan
3. pendidikan bahasa
4. matematika
5. ilmu pengetahuan alam
6. ilmu pengetahuan sosial
7. seni dan budaya
8. pendidikan jasmani dan olahraga
9. keterampilan / kejuruan
10. muatan lokal
11. Selain itu kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
12. pendidikan agama
13. pendidikan kewarganegaraan
14. bahasa
Ada beberapa pokok-pokok pikiran nilai-nilai yang terkandung dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:
1. pendidikan nasional adalah pelaksanaan pembangaunan nasional dibidang
pendidikan
2. asas dan dasar pendidikan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
1945
3. tujuan pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik
4. pendidikan nasional bersifat demokratis dan humanis yakni memberikan
kesempatan kepada setiap negara untuk memperoleh pendidikan
5. memberikan kesempatan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kelainan
fisik atau mental
6. menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup
7. pendidikan keagamaan merupakan satu jenis pendidikan yang khusus
mengajarkan agama tertentu. 6
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem pendidikan
nasional tidaklah berlaku umum. Maksudnya adalah pola penyusunan sistem
pendidikan nasional harus berdasarkan keberadaan umat manusia dan latar
6
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 16-17
belakang sejarah bangsa masa lalu, sekarang dan masa depan.
Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan bahwa
pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun suatu sistem
pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan, keseimbangan dan
keserasian antara pengembangan kwantitatif dan pengembangan kwalitatif serta
antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.
Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem pendidikan
nasional harus berdasarkan dan pertimbangan faktor bangsa dan masyarakat
Indonesia serta aspek lahiriah dan rohaniah bangsa Indoneisa, sebab bangsa
Indonesia telah menjalani penindasan dan perjuangan melawan penjajah, tentu
dalam hal ini ada keterkaitan dengan masa awal perkembangan dan pendidikan
Islam di tanah air sampai sekarang ini.
Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik merupakan
bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan agama Islam di Indoneisa
dengan sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha penyiaran agama di
masyarakat. Islam dapat tersebar di seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah lagi
dengan kebutuhan akan pendidikan di masyarakat akan semakin meningkat.
Karena pendidikan adalah suatu usaha yang teratur, rinci dan terarah dalam
pemeliharaan, pengembangan dan peningkatan kebudayaan bangsa baik dalam
bidang pendidikan formal maupun non formal.
Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan sistematis,
menguntungkan pendidikan secara umum namun mempengaruhi sistem
pendidikan Islam. Pada keharusannya memperbaharui sistem pendidikan Islam
pada lembaga keagamaan ke arah sistem yang lebih sempurna. Dan disamping
itu muncul lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah
nasional swasta dengan menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada
kepentingan nasional dan semangat kebangsaan. Berdasarkan hal ini pendidikan
akan tetap tumbuh dan berkembang untuk mendidik masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam dan juga lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti
pesantren, madrasah, sekolah umum yang berdasarkan keagamaan dan yang
lainnya. Dan lembaga-lembaga inilah yang akan menjadi modal dasar dan modal
pokok dari pendidikan nasional yang akan disusun bangsa Indonesia yang sudah
merdeka, bersatu dan berdaulat
D. Fungsi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
7
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta:
Dirjen. Binbaga Islam, 1992), hlm: 41
8
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 177
telah membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran atau output yang
berkualitas dan potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di bidang
pendidikan agama Islam.
4. Madrasah dan pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk
bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam system pendidikan
nasional untuk menuntaskan wajib belajar tingkat SLTP dan pelaksana
pendidikan dasar 9 tahun. Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan dasar. 9
Adapun madrasah umumnya didirikan atas inisiatif masyarakat Islam yang
tujuan umumnya adalah untuk mendidik para peserta didik memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik. Dengan dikeluarkanya PP
Nomor 28 tahun 1990 dimana pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa SD dan
SLTP yang berciri khas agama Islam yang dikelola oleh Departemen Agama
disebut Madrasah Ibtidaiah dan Madrasah Tsanawiyah. Dengan kenyataan ini,
tugas dan fungsi MI dan MTs menjadi ganda, yaitu:
1. Sebagai sekolah pendidikan Islam
2. Sebagai sekolah pendidikan dasar.
Karenanya, keberdayaan fungsi Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah
Tsanawiyah makin kuat dan penting.
Dengan keadaan yang demikian, orang tidak bisa lagi menomor duakan
lembaga-lembaga pendidikan agama, terlebih-lebih bila lembaga pendidikan
agama terutama madrasah mampu memacu diri dengan berupaya maksimal
meningkatkan kualitas dalam berbagai aspeknya, tidak mustahil madrasah
nantinya akan menjadi alternatif pertama, pilihan masyarakat untuk memasukan
anak-anaknya. Sebab bagaimanapun disaat globalisasi melanda dunia seperti
sekarang ini, nilai-nilai etik dan moral sudah mulai luntur dan bergeser. Dalam
konteks ini madrasah sangat strategis untuk membendung arus demoralisasi
yang sangat merugikan.10
9
Hasbullah. Hal 178
10
Hasbullah. Hal 179
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengkoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada
kami. Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA