PENDIDIKAN NASIONAL
Tujuan
Amalia Hasanah
Nurmala Sari
Siti Hartina
Dwi Indah Kurnia
Semester : II-BTarbiyah
Dosen Pembimbing :Ahmad.Fuadi,M.Pd.I
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Ahmad
Fuadi, M.Pd.I mata kuliah ilmu Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat
dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Huybungan Pendidikan Islam
dengan Pendidikan Nasional” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang
belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami
dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih
pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah
bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu
penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat
tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi
yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua
pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Tim Penyusun
Kelompok XI (Sebelas)
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Islam. Dilihat dari sudut pandang kita tentang Islam yang berbeda-beda, istilah
pendidikan Islam tersebut dapat dipahami sebagai :
1. Pendidikan (menurut) Islam,
2. Pendidikan (dalam) Islam,
3. Pendidikan (agama) Islam.
Dalam hubungan yang pertama, pendidikan Islam bersifat normatif, sedang dalam
hubungan yang kedua, pendidikan Islam lebih bersifat sosio-historis. Adapun dalam
hubungan yang ketiga, pendidikan Islam lebih bersifat proses-operasional dalam usaha
pendidikan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam kerangka akademik, pengertian yang
pertama merupakan lahan filsafat pendidikan Islam, dan pengertian yang ketiga
merupakan kawasan ilmu pendidikan Islam teoritis.
3
Fuad Ihsan, Dasar Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal. 114-115
2
perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 1996. Hal: 28-29
2
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat serta
pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal
dan informal, pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman.
Pendidikan Islam juga Sebagai Mata Pelajaran dimana jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam
pasal 3 isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan
pelajaran (PP 28 Bab. VII pasal 14 ayat 2) meliputi
1. pendidikan pancasila
2. pendidikan agama
3. pendidikan kewarganegaraan
4. bahsa indonesia
5. membaca dan menulis
6. matematika (termasuk berhitung)
7. pengantar sains dan teknologi
8. ilmu bumi
9. kerajinan tangan dan kesenian
10. pendidikan jasmani dan kesehatan
11. menggambar
12. bahasa inggris
Pada PP 29 tahun 1990 Bab VIII pasal (15) ayat (2) isi kurikulum pendidikan
menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran tentang: 5
1. pendidikan pancasila
2. pendidikan agama
3. pendidikan kewarganegaraan
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 dicantumkan tentang beberapa hal yang
berkenaan dengan pendidikan agama. Pasal 37 (1): kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat:
1. pendidikan agama
2. pendidikan kewarganegaraan
3. pendidikan bahasa
4. matematika
5
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media. 2004. Hal: 10-12
2
5. ilmu pengetahuan alam
6. ilmu pengetahuan sosial
7. seni dan budaya
8. pendidikan jasmani dan olahraga
9. keterampilan / kejuruan
10. muatan lokal
11. Selain itu kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
12. pendidikan agama
13. pendidikan kewarganegaraan
14. bahasa
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa suatu sistem pendidikan nasional
tidaklah berlaku umum. Maksudnya adalah pola penyusunan sistem pendidikan nasional
harus berdasarkan keberadaan umat manusia dan latar belakang sejarah bangsa masa lalu,
sekarang dan masa depan.
Dalam laporan komisi pembaharuan pendidikan nasional dikatakan bahwa
pengembangan bangsa merupakan kriteria dasar dalam membangun suatu sistem
pendidikan nasional dengan mewujudkan keselarasan, keseimbangan dan keserasian
6
Hasbullah.Op.cit. Hal 16-17
2
antara pengembangan kwantitatif dan pengembangan kwalitatif serta antara aspek lahiriah
dan aspek rohaniah.
Dari keterangan tersebut dikatakan bahwa penyusunan sistem pendidikan nasional
harus berdasarkan dan pertimbangan faktor bangsa dan masyarakat Indonesia serta aspek
lahiriah dan rohaniah bangsa Indoneisa, sebab bangsa Indonesia telah menjalani
penindasan dan perjuangan melawan penjajah, tentu dalam hal ini ada keterkaitan dengan
masa awal perkembangan dan pendidikan Islam di tanah air sampai sekarang ini.
Ditinjau dari segi hakikat pendidikan Islam, kegiatan mendidik merupakan
bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan agama Islam di Indoneisa dengan
sistem pendidikan Islam dan usaha-usaha penyiaran agama di masyarakat. Islam dapat
tersebar di seluruh masyarakat Indonesia. Ditambah lagi dengan kebutuhan akan
pendidikan di masyarakat akan semakin meningkat. Karena pendidikan adalah suatu
usaha yang teratur, rinci dan terarah dalam pemeliharaan, pengembangan dan
peningkatan kebudayaan bangsa baik dalam bidang pendidikan formal maupun non
formal.
Dengan adanya sistem pendidikan Barat yang terkoordinir dan sistematis,
menguntungkan pendidikan secara umum namun mempengaruhi sistem pendidikan
Islam. Pada keharusannya memperbaharui sistem pendidikan Islam pada lembaga
keagamaan ke arah sistem yang lebih sempurna. Dan disamping itu muncul lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah nasional swasta dengan
menggunakan pola Barat yang berorientasi kepada kepentingan nasional dan semangat
kebangsaan. Berdasarkan hal ini pendidikan akan tetap tumbuh dan berkembang untuk
mendidik masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan juga lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah, sekolah umum yang berdasarkan
keagamaan dan yang lainnya. Dan lembaga-lembaga inilah yang akan menjadi modal
dasar dan modal pokok dari pendidikan nasional yang akan disusun bangsa Indonesia
yang sudah merdeka, bersatu dan berdaulat
2
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 7
Dari rumusan tersebut, tampaknya terdapat konsistensi dan keterkaitan langsung
antara rumusan fungsi pendidikan agama dengan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang pada pasal 4 UU Nomor 2 tahun 1989 yaitu: “Mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa…”
Dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, maka
pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting. Untuk itulah maka pendidikan
agama wajib diberikan pada semua satuan, jenjang dan jenis pendidikan, baik melalui
jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.8
Gambaran tentang peranan madrasah dan pondok pesantren adalah sebagai
berikut:
1. Madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan kemampuanya untuk tumbuh
dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta kemampuanya
untuk memasuki pelosok daerah terpencil disamping kemampuanya untuk tetap
tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan yang modern dan sangat maju.
2. Madrasah dan pondok pesantren sebagian besar adalah perguruan swasta yang
berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan
pendidikan. Dengan kata lain, madrasah dan pondok pesantren telah menunjukan
kemampuanya untuk tumbuh dan berkembang diatas kemampuan kekuatan sendiri,
dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia di masyarakat pendukungnya.
3. Madrasah dan pondok pesantren yang memiliki ciri khas sebagai pusat
pendidikan, pengembangan dari penyebaran agama Islam, diharapkan dan telah
membuktikan diri dapat menghasilkan keluaran atau out put yang berkualitas dan
potensial untuk menjadi pendidik, khususnya di bidang pendidikan agama Islam.
4. Madrasah dan pondok pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk
bersama-sama satuan pendidikan lainnya di dalam system pendidikan nasional untuk
menuntaskan wajib belajar tingkat SLTP dan pelaksana pendidikan dasar 9 tahun.
Dan atas dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah merupakan
lembaga pendidikan dasar.9
7
Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam, 1992), hlm: 41
8
Hasbullah.Op.cit.hal.177
9
Ibid, hlm: 178
2
Adapun madrasah umumnya didirikan atas inisiatif masyarakat Islam yang tujuan
umumnya adalah untuk mendidik para peserta didik memahami dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam dengan baik. Dengan dikeluarkanya PP Nomor 28 tahun 1990 dimana pada
pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa SD dan SLTP yang berciri khas agama Islam yang
dikelola oleh Departemen Agama disebut Madrasah Ibtidaiah dan Madrasah Tsanawiyah.
Dengan kenyataan ini, tugas dan fungsi MI dan MTs menjadi ganda, yaitu:
10
Ibid, hlm : 179
2
a. Masih tergantung pada pola pndidikan yang digariskan pmrintah, yakni
pendidikan untuk menompang pmbangunan.
b. Kekurangan dana dan fasilitas, sehingga pndidikan iIslam diorientasikan kepada
selera konsumen, dan mnyantuni kaum marginal.
c. Masih labilnya sistem pendidikan nasional.
3) Perkembangan kebudayaan dan perubahan masyarakat yang cepat, sehingga
pndidikan Islam semakin tidak berdaya berkompetisi dengan laju perubahan
masyarakat.
4) Appresiasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam yang belum
menggembirakan.
5) Adanya pelapisan sosial yang didasarkan pada ukuran serba materialistik dan
menyebabkan masyarakat berlomba menyerbu lembaga pendidikan favorit, dengan
tanpa mengindahkan aspek ideologi yang tersembunyi dibaliknya.
6) Adanya kecenderungan mismanajmen misalnya persaingan yang tidak sehat antar
pimpinan dan kepemimpinan yang tertutup.11
Meskipun pendidikan Islam tidak dapat bersaing dngan pendidikan lain akan
tetapi kehadirannya masih disambut hangat. Sebagai bukti, Pertama, lembaga pendidikan
yang ada dibawah Departemen Pendidikan Nasional, tidak dapat menampung seluruh
anak didik yang membutuhkan pendidikan. Kedua, Lembaga pendidikan Islam
kebanyakan didaerah pedesaan dan menawarkan biaya pendidikan yang relative murah.
Ketiga, sebagian masyaraka masih merasa terikat dengan pendidikan Islam atau merasa
berkewajiban memberikan pelajaran agama bagi anak mereka. Keempat, daerah-daerah
tertentu tidak ada lembaga pendidikan umum yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dengan hal demikian, pendidikan Islam memang menjadi alternative.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membenahi pendidikan khususnya
pendidikan Islam:
1) Pendidikan Islam hendaknya lebih adaptif dan meninggalkan status kuno. Tentu
saja tanpa meninggalkan misi yang diamanatkan oleh al-Qur’an.
2) Pendidikan Islam harus menuju integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum.
3) Pendidikan Islam hendaknya memperhatikan muatan Bahasa Asing.
4) Pendidikan didesainsedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan kemampuan
untuk berswadaya dan mandiri dalam kehidupan.
5) Lembaga-lembaga pendidikan Islam makin mempertegas komitmennya untuk
memantapkan dirinya sebagai lembaga ynag berlebelkan Islam.
11
Ismail, A Kholiq dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam. (Semarang: Putaka
Pelajar.2001.) Hal 173-174
2
6) Para pakar pendidikan Islam perlu segera meretas problema internal keilmuan dan
pendidikan Islam.12
12
Ibid. Hal:175-176
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan .Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya.2003.
A Kholiq, Ismail. dan Nurul Huda. Paradigma Pendidikan Islam. (Semarang: Pustaka
Pelajar.2001.