Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampuh :

Drs. Usman Yudi, M.Pd.I

Di susun oleh :

1. Alfianti Syayyidatin Niswani Zahro (06040420052)


2. Madona Dwi Fitriani (06040420059)
3. Osama Jihan Rosyidi (06040420063)
4. Rahmatul Lailia Annisa (06020420040)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
SUNAN AMPEL
April 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., teladan bagi
seluruh umat hingga akhir zaman. Dengan segenap usaha, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Komponen Pendidikan Islam dalam Perspektif Pendidikan Islam. Kami
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Doa dan
dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Drs. Usman Yudi, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan doa, dorongan selama penyusunan makalah
ini.
3. Teman – teman satu kelompok yang telah bekerja sama menyelesaikan makalah ini.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam


penulisan makalah ini, maka penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini.

Surabaya, 14 april 2021

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Pengertian komponen pendidikan isla ............................................. 2

B. Komponen – komponen pendidikan islam ....................................... 2

C. System penerapan pendidikan islam ................................................ 12

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14

A. Simpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia keilmuan islam, pendidikan merupakan bagian terpenting dalam
kehidupan manusia, karena dengan pendidikanlah manusia akan bisa eksis dan
berjaya di muka bumi ini. Pada dasarnya pendidikan memiliki komponen-komponen
serta sistem yang terpadu untuk mencapai tujuan. Eksistensi ilmu pendidikan islam
selain sebagai tuntutan hidup juga sebagai konsekuensi logis dari sifat dan karakter
ajaran islam.
Pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah masih menunjukkan keadaan
yang memperihatinkan.
Praktik pendidikan yang berlangsung saat ini dikalangan umat islam belum
sepenuhnya mengacu pada ilmu pendidikan islam yang hakiki. Sehingga perlu adanya
tinjauan teoritis dalam mengalikasikan sistem pendidikan islam yang mengandung
nilai-nilai kebenaran dari konsep ilahi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komponen pendidikan islam ?
2. Apa saja komponen – komponen pendidikan islam?
3. Bagaimana sistem penerapan pendidikan islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komponen pendidikan islam
2. Untuk mengetahui komponen – komponen dalam pendidikan islam
3. Untuk mengetahui sistem penerapan pendidikan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komponen Pendidikan Islam


Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan
bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan
komponen-komponen tersebut.berbagai komponen atau aspek tersebut

B. Komponen-Komponen Pendidikan Islam


1. Tujuan Pendidikan
Dilihat dari segi kebahasaan, kata tujuan berakar dari kata dasar tuju yang
berarti arah satu jurusan. Maka, tujuan berarti maksud atau sasaran, atau dapat juga
berarti sesuatu yang hendak dicapai. Sementara pengertian tujuan secara istilah
adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya
untuk dicapai melalui usaha. Setiap kegiatan apa pun bentuk dan jenisnya, sadar
atau tidak sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai.
Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan
mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat
menentukan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga
menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai baik tujuan yang
dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk
secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga
dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia
menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi
pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Pengertian tujuan pendidikan secara lebih luas dikemukakan oleh Al-Syaibany,
yang dimaksud dengaan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan yang
diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan
pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar tempat individu itu

2
hidup, atau pada proses pendidikan dan pengajaran, sebagai suatu aktivitas asasi
dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan tujuan pendidikan ialah hasil akhir yang diinginkan atau ingin dicapai
melalui proses pendidikan.Tentang tujuan ini, di dalam UU nomor 2 Tahun 1989
secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: “Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.” Secara singkat dikatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berbudi pekerti luhur.
c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Kepribadian yang mantap dan mandiri.
f. Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa
2. Faktor Pendidik
a. Pengertian
Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik. Dari pengertian
ini timbul kesan bahwa pendidik ialah orang yang melakukan kegiatan dalam
hal mendidik. Dalam bahsa Inggris ditemui beberapa kata yang mendekati
maknanya dengan pendidik. Kata-kata tersebut seperti teacher yang berarti guru
atau pengajar, dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di
rumah. Dalam bahasa arab ada beberapa kata yakni:
1) Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam
sekitarnya.
2) Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya sertamenjelaskan fungsinya dalam kehidupan,

3
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
3) Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa
depan.
4) Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan,
dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan
mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan
kemampuannya.
5) Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Adapun pengertian menurut istilah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
adalah:
a) Ahmad D. Marimba yang menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang
memikul tanggung jawab untuk mendidik.
b) Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidik sebagai siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik, dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik afektif, kognitif, maupun
psikomotorik. Menurutnya, tanggung jawab pertama dan utama terhadap
anak adalah orang tua anak didik. Tanggung jawaab itu disebabkan
sekurang-kurangnya oleh dua hal:
(1) karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan bertanggung jawab
mendidik anaknya;
(2) karena kepentinngan kedua orangtua, yaitu orangtua berkepentingan
terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya sukses
orangtuanya juga.
c) Hadari Nawawi, guru (pendidik) adalah orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah/kelas. Secara lebih khusus lagi, ia
mengatakan bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.

4
d) Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini
meliputi: orang dewasa; orang tua; guru; pemimpin masyarakat; dan
pemimppin agama.
Dari berbagai definisi pendidik di atas, dapat dimengerti bahwa yang
dimaksud pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya
agar mancapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
Khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup
berdiri sendiri.
b. Karakteristik Pendidik
Ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksakan
tugasnya dalam mendidik, yaitu sebagai berikut:
1) Kematangan diri yang stabil; memhami diri sendiri, menciantai diri secara
wajar dan memiliki nilai-nilai itu, sehingga ia bertanggung jawab sendiri
atas hidupnya, tidak menggantungkan diri atau menjadi beban orang lain.
2) Kematangan sosial yang stabil, dalam hal ini seorang pendidik dituntut
memiliki pengetahuan yagn cukup tentang masyarakatnya, dan memiliki
kecakapan membina kerja sama dengan orang lain.
3) Kematangan professional (kemampuan mendidik); yakni menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya,
memiliki kecakapan dalam menggunakan cara-cara mendidik
3. Peserta Didik
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius. Peserta didik tidak
hanya melibatkan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Sementara istilah anak didik
hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Didalam ajaran islam
terdapatt berbagai istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz,
thalib dan muta’allim. Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas
pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik.
Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia
sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa.

5
Dilihat dari segi usia, peserta didik dapat dibagi menjadi 5 tahapan antara lain:
1) Tahap Asuhan (Usia 0-2 Tahun) Atau Neonatus
Tahap ini dimulai dari sejak kelahiran sampai kira-kira dua tahun. Pada
tahap ini individu belum mempunyai kesadaran dan daya intelektual. Ia
hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikoklogis
melalui air susu ibunya. Dalam ajaran islam terdapat tradisi keagamaan
yang dapat diberlakukan kepada peserta didik antara lain dengan memberi
adzan di telinga kanan dan iqamat ditelinga kiri pada saat baru dilahirkan.
Adzan dan iqamat ibarat password untuk membuka sistem saraf rohani anak
agar teringat kepada tuhan yang pernah diikrarkan ketika berada dialam
arwah. Selain itu juga dilakukan aqiqoh sebagai tanda syukur pengorbanan
dan kepedulian terhadap bayinya.
2) Tahap Jasmani (Usia 2-12 Tahun
Tahap ini disebut sebagai tahap kanak-kanak. Pada tahap ini anak mulai
memiliki potensi biologis dan psikologis, sehingga anak sudah mulai dapat
dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang
disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3) Tahap Psikologis (Usia 12-20 Tahun)
Tahap ini disebut juga fase tamyiz, yaitu fase dimana anak mulai
mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah.
Pada tahap ini seorang anak sudah dapat dibina, dibimbing dan dididik
untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab.
4) Tahap Dewasa (20-30 Tahun)
Pada tahap ini seseorang tidak lagi disebut anak-anak atau remaja,
melainkan sudah disebut dewasa dalam arti yang sesungguhnya, yakni
kedewasaan secara biologis, sosial, psikologis religius dan lain sebagainya.
Pada fase ini mereka sudah memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap
dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya.

5) Tahap Bijaksana(30 Sampai Akhir Hayat)


Pada fase ini manusia telah menemukan jati dirinya. Sehingga
tindakannya sudah memiliki makna dan mengandung kebijaksanaan yang
mampu member naungan dan perlindungan bagi orang lain. Pendidikan

6
pada tahap ini dilakukan dengan cara mengajak mereka agar
maumengamalkan ilmu, ketrampilan, pengalaman dan harta benda untuk
kepentingan masyarakat.
4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Halini
didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan,yang tidak
membatasi pendidikan pada sekolah saja.Lingkungan pendidikan merupakan
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Lingkungan keluarga
Pendidikan Dilingkunagn Keluarga Keluarga adalah lingkungan
pertama bagi anak. Disinilah pertama kali ia mengenal nilaidan norma. Karena
itu keluarga merupakan pendidikan tertua, yang bersifat informal dan
kodrati.Pendidikan dilingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar
dalam menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila
dan religius.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama
karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini
sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses
pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
b. pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
 Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
 Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
 Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2) Lingkungan sekolah
Pendidikan Dilingkungan Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak.
Disinilah potensi anak akan ditumbuhkembangkan. Sekolah merupakan
tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat, dalammencerdaskan kehidupan
bangsa. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anakuntuk
kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi

7
juga sebagaiprodusen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan
pembangunan.
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang,
berstruktur danberkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis
pendidikan sekolah mencakuppendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan kedinasan, pendidikan keagaman, danpendidikan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia.
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi
untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu
persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu,
tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu
untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut
sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
 Tanggung jawab formal kelembagaan
 Tanggung jawab keilmuan
 Tanggung jawab fungsional
3) Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara.
Selain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, pendidikan juga
dapat berlangsung di dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam
lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada
lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang terdiri dari individu-
individu dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dan yang lainnya dalam sebuah mata rantai kehidupan.
Pendidikan Dilingkungan Masyarakat Masyarakat adalah salah satu
lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya
danperkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat
tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional. Melalui pendidikan dimasyarakat anak akan dibekali
dengan penalaran dan keterampilan, sering juga pendidikan dimasyarakat ini
dijadikan upaya mengoptimalkanperkembangan diri.

8
5. Materi Pembelajaran
Materi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan dan berkaitan dengan manusia ideal
yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang
keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisidengan
bahan pendidikan.
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang
utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis
dalam bentuk :
1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.
10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

9
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih
memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh
karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh
peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat
konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk
tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial,
misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang
berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi
telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk
mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi
yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih
kecil dan obyektif.
6. Metode Pendidikan
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat
untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan.
bagaimana baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti
apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam
mentransformasikannya kepada peserta didik .
Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari
Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan
bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam yaitu:
1) Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik pedidikan yang
efektif dan sukses.
2) Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk
terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap
dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.
3) Pendidikan Melalui Hukuman. Apabila teladan dan nasehat tdak mempan, maka
letakanlah persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu adalah hikuman,
hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan , ada juga orang-orang yang
cukup dengan teladan dan nasehat saja.
4) Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang mennyentuh
perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati manusia dan
akan mempengaruh kehidupan mereka.

10
5) Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia
karena sudah kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu
dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat.
6) Menyalurkan Kekuatan. Teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam
meperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di
dalam jiwa.
7) Mengisi Kekosongan. Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa
ketka sudah menumpuk dan tidak menyimpanya karena penuh resiko maka
islam sekaligus juga tidak senang kepada kekosongan.
8) Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Hidup ini penuh perjuangan daan
merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang
timbul karena tindakanya sendiri, maupun karena sebab-sebab diluar
kemampuanya, Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa peristiwa itu
berlalu begitu saja tanpa di ambil menjadi pengalaman yang berharga, ia mesti
menggnakanya untuk membina, mengasuh dan mendidik jiwa, oleh karena itu
pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.
7. Kurikulum pendidikan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.Setiap pendidik harus memahami
perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang
paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar
bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan
potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain
sebagainya.
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu,
kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.

11
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1) Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di
amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para
ulama.
2) Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi
siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
3) Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta
kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum
pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak
atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan
sekitarnya.

C. Sistem Penerapan Pendidikan Islam


Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari
komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor atau unsur yang disitematisasikan adalah proses kegiatan
kependidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
Islam sebagai agama wahyu menganggap pendidikan merupakan proses budaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, di
laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan
tanggungjawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Pendidikan yang
di laksanakan disekolah maupun di luar sekolah perlu di sesuaikan perkembangan
tuntutan pembangunann yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian
di segala bidang. Kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha perlu di
kembangkan sedemikian rupa sehingga dunia pendidikan siap pakai oleh dunia usaha.
Menurut system penerapan pendidikan islam yang seharusnya adalah suatu
keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing- masing bekerja
sendiri dalam fungsinya. Bekaitan dengan itu dari komponen lainnya yang secara
terpadu bergerak menuju kearah saru tujuan yang telah di tetapkan. Factor atau unsur
yang di sistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai
tujuannyn, pendidikan harus berusaha untuk menyiapkan peserta didik melalui proses

12
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Arah perkembangan semakin maju dalam pendidikan harus di pandang sebagai
tantangan yang penuh perjuangan. Strategi tersebut di wujudkan dalam program
pendidikan seperti konsep mengitegrasikan pendidikan dengan pendidikan ilmu
pengetahuan umum hal ini menuntut kita untuk mempersiapkan tenaga pendidikan
islam yang aspiratif tehadap kemajuan hidup manusia pada masa depan.
Islam dalam melakukan pendidikan adalah melalui pendekatan yang
menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan
sedikitpun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisk
maupun kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi. Islam
memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam
dirinnya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang
diabaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang dijadikan sesuai dengan
fitrahnya.
Islam adalah agama fitrah, oleh karena itu tidak ada satu system pun yang bisa
mendekati kodrat itu seperti dilakukan Islam atau menghasilkan sesuatu setelah
dibinanya dan didudukkannya di tempat yang tepat seperti yang di hasilkan Islam.Islam
tidak hanya memberi konsumsi yang tepat kepada setiap segi manusa, tetapi juga
memberi takaran bagia-bagian yang tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan
demikian, setelah masing-masing menerima bagiannya secara tepat dan takarannya
yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif, dan gesit selama hayatnya.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen
pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan
berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Komponen-komponen pendidikan islam meliputi: tujuan pendidikan, factor
pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, materi pembelajaran, metode
pendidikan, dan kurikulum pendidikan.

B. SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi tentang komponen
pendidikan Islam. Penulis sadar bahwa makalah inimasih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih jauh memaparkan materi dan lebih fokus mengenai
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group
Daradjat, Zakiah.2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Arifin, Muhammad.1989.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT.Bumi Aksara
https://www.academia.edu/37597401/Komponen_Prinsip_dan_Landasan_Pendidikan_Islam

15

Anda mungkin juga menyukai