Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAKEKAT PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah disusun untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah


Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Ali Murtadho, M.S.I
Semester/Kelas : III/G

Disusun oleh :

Astiti Ramawati (2011030344)


Rama Achdila Putra (2011030292)
Siti Nurdianti (2011030309)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG

2021/1442 H
KATA PENGANTAR

ِ ‫َاﻟﺴ َﻼ ُم َﻠَ ْﯿ ُ ْﲂ َو َر ْ َﲪ ُﺔ‬


‫ﷲ َو َ َﺮ َﰷﺗُ ُﻪ‬
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam, dengan judul: “Hakekat Pendidikan Dalam Pendidikan Islam”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Ali Murtadho, M.S.I yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tanpa halangan apapun. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Lampung Selatan, 14 September 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik .................................................................................................. 3
B. Syarat-Syarat dan Sifat-Sifat Pendidik...................................................................... 4
C. Tugas Pendidik .......................................................................................................... 7
D. Hakekat Pendidik ...................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang


akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan
sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Dalam islam,
pendidik merupakan figur yang sangat penting, begitu pentingnya seorang pendidik
sehingga menempatkan kedudukan pendidik setingkat dibawah kedudukan nabi dan
rosul. Maka dalam pendidikan islam, pendidik adalah komponen yang sangat
penting dalam sistem kependidikan, karena ia yang mengantarkan peserta didik pada
tujuan yang telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat
komprehensif.

Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap


perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
afektif, potensi kongnitif maupun potensi psikomotorik. Pendidik sebagai faktor
yang menentukan mutu pendidikan. Karena pendidik berhadapan langsung dengan
para peserta didik dalam proses pembelajaran dikelas. Ditangan pendidik mutu
kepribadian mereka dibentuk. Maka dari itu pendidik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai pendidik atau guru dalam berbagi segi, dan harus mempunyai profil yang
menyakinkan.

Seorang pendidik tugasnya bukan hanya mentransfer ilmunya kepada peserta


didikakan tetapi juga bertugas bagaimana mendidik peserta didiknya agar menjadi
insyan yang berakhlakul karimah, sehingga kelak peserta didiknya menjadi insyan
yang berpengetahuan dan berakhlakul karimah.

Kualitas para pendidik dapat diketahui dari tingkat profesionalisme mereka


dalam merealisasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas mengajar para
peserta didik. Namun pendidik-pendidik di indonesia masih jauh dari hal itu. Dan
lagi banyak sekali pendidik di indonesia yang hanya mengajar atau mendidik aspek

1
kongnitifnya saja, tanpa mendidik aspek afektif dan psikomotorik, yang hal itu
sangat tidak sesuai dengan teori pendidikan islam. Lemahnya mutu pendidikan di
indonesia, terutama pendidiakan islam, merupakan imbas utama akibat kurang
profesional dan tidak adanya kompetensi pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidik?
2. Apa saja syarat-syarat dan Sifat-sifat pendidik dalam pendidikan islam?
3. Apa saja tugas pendidik dalam pendidikan islam?
4. Apa hakikat pendidik dalam pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidik
2. Mengetahui syarat-syarat dan sifat-sifat pendidik dalam pendidikan islam
3. Mengetahui tugas pendidik dalam pendidikan islam
4. Mengetahui hakikat pendidik dalam pendidikan islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik

Kata pendidik berasal dari kata didik, artinya memelihara, merawat dan
memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan
(tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selaniutnya dengan
menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya orang yang mendidik.
Dalam kamus umum bahasa indonesia, pendidik artinya orang yang mendidik.
Secara etimologi dalam bahasa inggris ada beberapa kata yang berdekatan arti
pendidik seperti kata teacher artinya pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, di
pusat-pusat pelatihan disebut sebagai trainer atau instruktur.

Demikian pula dalam bahasa arab seperti kata al-mualim (guru), murabbi
(mendidik), mudarris (pengajar) dan ustadz. Secara terminology beberapa pakar
pendidikan berpendapat, menurut Ahmad Tafsir, bahwa pendidik dalam islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi efektif (rasa),
kongnitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Sedangkan Abdul Mujib
mengemukakan bahwa pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta
didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaaan akhlak mulia, dan
meluruskan prilakunya yang buruk. Pendidik dapat pula berarti orang bertanggung
jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak.
Secara umum dijelaskan pula oleh Maragustam Siregar, yakni orang yang
memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain baik
dilingkungan keluarga, masyarakat, maupun disekolah.1

Menurut Ramayulis, pendidik dalam pendidikan islam setidaknya ada empat


macam. Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi hamba-hamba dan sekalian
makhluknya. Kedua, Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya telah menerima
1
Muhamad Romli, “Hakikat pendidik dan peserta didik.", Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam Vol. 5 No. 1, (2015).

3
wahyu dari Allah kemudian bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang
ada di dalamnya kepada seluruh manusia. Ketiga, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga bagi anak-anaknya. Keempat, guru sebagai pendidik
dilingkungan pendidikan formal, seperti disekolah atau madrasah.

Salah satu hal yang menarik pada ajaran islam ialah penghargaan islam yang
sangat tinggi terhadap guru/pendidik. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan nabi dan rosul.
Mengapa demikian? Karena pendidik selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan),
sedangkan islam sangat menghargai pengetahuan. Sebenarnya tingginya kedudukan
pendidik dalam islam merupakan realisasi ajaran islam itu sendiri. Islam
memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang
belajar adalah calon pendidik, dan yang mengajar adalah pendidik. Maka, tidak
boleh tidak, islam pasti memuliakan pendidik.2

Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa pendidik adalah seseorang


yang lebih dewasa yang melakukan kegiatan pengajaran, pelatihan, pendidikan,
penggemblengan bimbingan atau pemanduan baik dirumah, disekolah, perguruan
tinggi atau dimasyarakat. Dengan demikian kata 'pendidik' dapat melekat pada orang
tua, guru di sekolah, dosen di universitas atau tokoh masyarakat dan sebagainya
yang melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan.

B. Syarat-Syarat dan Sifat-Sifat pendidik

Sebagai pekerjaan profesi dan pekerjaan yang sangat strategis dalam


menentukan kualitas perjalanan kehidupan bangsa, maka setiap orang yang hendak
mengabdikan dirinya sebagai pendidik harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu. Menurut Malik Fajar, tugas guru dimasa depan sangat berat. Karena harus
menjalankan tugas mengajar, mendidik dan membimbing peserta didik untuk
menyongsong masa depan. Apalagi di dunia pendidikan islam, dapat diambil contoh
pesantren, guru menempati peranan penting dan fungsi guru merupakan keharusan.

2
Muhammad Ali, "Hakikat pendidik dalam pendidikan Islam." Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol.
11 No. 1 (2017), hal. 82

4
Disana tiada pendidikan atau pembelajaran tanpa adanya seorang guru. Karena guru
merupakan menentu sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum sampai yang
lainnya.3

Suwarno sebagaimana dikutip Khoiron Rosyadi, mengusulkan enam syarat


yang harus dimiliki oleh setiap pendidik, yaitu :

1. Kedewasaan
2. Identifikasi norma, artinya menjadi satu dengan norma
3. Indentifikasi dengan anak, artinya pendidik dapat menempatkan diri dalam
kehidupan anak sehingga usaha pendidik tidak bertentangan dengan kodrat
anak.
4. Knowledge, memiliki pengetahuan yang cukup prihal pendidikan
5. Skill
6. Attitude, memiliki sifat jiwa yang positif terhadap pendidikan4

Al-Kanani (w733H) sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis dalam


bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengemukakan persyaratan seorang pendidik atas
tiga macam, yaitu: 1) yang berkenaan dengan dirinya sendiri.2) yang berkenaan
dengan pelajaran, dan 3) yang berkenaan dengan muridnya. Suatu hal yang sangat
menarik dari teori tentang syarat-syarat pendidik yang dikembangkan oleh al-
kanani itu yaitu adanya unsur yang menekankan pentingnya sifat kasih sayang,
lemah lembut terhadap anak didik.

Munir Mursi, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, tatkala ia


membacakan syarat-syarat guru kuttab ( semacam sekola dasar di indonesia),
menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam islam adalah syarat keagamaan.
Dengan demikian, syarat guru dalam islam adalah sebagai berikut:

1. Umur harus sudah dewasa


2. Kesehatan harus sehat jasmani dan rohani.

3
H. Syarifuddin, "HAKIKAT PENDIDIK", ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama
Islam Vol. 5 No. 1 (2021), hal. 26
4
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Meretas Pendidik Berkualitas dalam Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Kalimedia, 2012).

5
3. Keahlian, harus menguasai barang yang diajarkannya dan menguasai ilmu
mendidik (termasuk ilmu mengajar).
4. Harus berkepribadian muslim.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :

1. Integritas pribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.


2. Integritas sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat
3. Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma
susila yang dipilihnya.

Adapun menurut Athiyah al -Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki sifat-


sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang
diungkapkan oleh beliau adalah :

1. Memiliki sifat zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar
karena mencari ridha Allah
2. Seorang guru harus jauh dari dosa besar
3. Ikhlas dalam pekerjaan
4. Bersifat pemaaf
5. Harus mencintai peserta didiknya5

Dalam pendidikan islam maupun pendidikan secara umum, setiap pendidik


harus mempunyai kode etik. Kode etik pendidik adalah norma-norma yang
mengatur hubungan kemanusiaan antara pendidik dan peserta didik, orang tua
peserta didik, koleganya, serta dengan atasannya. Dari berbagai pendapat para
ilmuan dan para ulama diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya jauh lebih
lengkap dan kompleks jika seorang pendidik itu mencontoh figur Nabi Muhammad
SAW, karena Nabi adalah pendidik dalam islam yang pertama kali. Nabi adalah suri
tauladan yang ditunjuk Allah agar menjadi contoh bagi manusia yang hidup didunia.

5
Muhammad Ali, Op.Cit., hal. 85

6
C. Tugas Pendidik

Mengenai tugas pendidik, ahli-ahli pendidikan islam juga pendidikan barat


telah sepakat bahwa tugas pendidik ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang
amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam
bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh,
membiasakan, dan lain-lain.

Didalam Undang-undang sisdiknas dijelaskan bahwa tugas pendidik adalah


merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.
Sedangkan dalan Undang-undang guru dan dosen dijelaskan bahwa kewajiban guru
adalah:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,


serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
3. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama,suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarganya, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-udangan, hukum, dan kode etil guru,
serta nilai-nilai agama etika.6

Al-Ghazali mengatakan sebagaimana yang dikutip munardji, tugas pendidik


yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan serta membawa
hati nurani untuk bertaQarrub kepada Allah. Paters mengemukakan, sebagaimana
yang dikutip Nana sudjana, ada tiga tugas dan tanggung jawab guru,yaitu:

1. Guru sebagai pengajar


2. Guru sebagai pembimbing
3. Guru sebagai administrator kelas.
6
H. Syarifuddin, Op.Cit., hal. 26

7
Sedangkan tugas pendidik dalam perspektif pendidikan islami memacu
kepada tiga hal berikut :

1. Pendidik muslim bertugas melanjutkan tugas-tugas para Nabi dan Rosul


sebagaimana dijelaskan dalam Q.s Al- Baqarah ayat 151, Q.s. Al-Imran ayat 164
dan Q.s Al-jumu'ah ayat 2. Ketiga ayat ini menjelaskan bahwa Allah sebagai
maha pendidik mengurus para nabi dan Rosul untuk tiga tugas. Pertama,
membacakan Ayat-ayat Allah kepada manusia. Kedua, mengajarkan hikmah
kepada manusia. Ketiga, mengajarkan ilmu kepada manusia. Karena itu, tugas
pendidik muslim adalah melanjutkan tugas-tugas para Nabi dan Rosul yang
mendidik peserta didik dalam ayat-ayat Allah, hikmah dan ilmu.
2. Pendidik muslim bertugas mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan
hidupnya yaitu bersyahadah kepada Allah SWT.
3. Pendidik bertugas untuk meneruskan tugas para ulama sebagai penyampai
pesan-pesan agama kepada peserta didiknya, pemutus masalah peserta didiknya
secara bijaksana, penjelas masalah agama kepada peserta didiknya berdasarkan
kitab suci, dan pemberi teladan yang baik kepada peserta didiknya.

D. Hakekat pendidik

Hakekat pendidik sebagai manusia yang memahami ilmu pengetahuan sudah


barang tentu dan menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu
kepada orang lain demi kemaslahatan umat. Hakekat pendidik ditegaskan dalam Al-
Qur'an surat Al-Alaq (96) ayat 1-5. Dalam Al-Qur'an hakekat guru adalah Allah
SWT, namun tidak berarti manusia di dunia ini tidak mempunyai tugas sebagai
khalifah di muka bumi ini, tugas manusia salah satunya adalah mengajarkan ilmu
yang telah diperolehnya kepada orang lain, dengan kata lain dia sebagai guru.

Hakikat pendidik dalam Islam, adalah orang-orang yang bertanggung jawab


dalam perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak
didik, baik potensi afektif, kognitif maupun potensi psikomotor. Senada dengan ini,
Mohammad Fadhli al-Jamali menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat derajat

8
manusianya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia (A. Tafsir,
1994:75).

Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang karena
kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah
agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima
tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik
merupakan sifat yang lekat pada setiap orang, karena tanggung jawabnya atas
pendidikan (Ramayulis, 2002:85-6).7

Didalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa pendidik itu ada empat, diantaranya:

1. Allah Sebagai Pendidik


Sebagaimana dalam Q.S Ar-Rahman : 1-4

∩⊆∪ tβ$u‹t6ø9$# çµyϑ¯=tã ∩⊂∪ z≈|¡ΣM}$# šYn=y{ ∩⊄∪ tβ#uöà)ø9$# zΝ¯=tæ ∩⊇∪ ß≈oΗ÷q§9$#

Artinya :
“(1) (Tuhan) yang Maha pemurah, (2) Yang telah mengajarkan Al Quran. (3)
Dia menciptakan manusia. (4) Mengajarnya pandai berbicara.”

2. Rasul Sebagai Pendidik


Dijelaskan dalam firman Allah Q.S Al-Baqarah : 151.

öΝà6ŠÏj.t“ãƒuρ $oΨÏG≈tƒ#u öΝä3ø‹n=tæ (#θè=÷Gtƒ öΝà6ΖÏiΒ Zωθß™u‘ öΝà6‹Ïù $uΖù=y™ö‘r& !$yϑx.

∩⊇∈⊇∪ tβθßϑn=÷ès? (#θçΡθä3s? öΝs9 $¨Β Νä3ßϑÏk=yèãƒuρ sπyϑò6Ïtø:$#uρ |=≈tGÅ3ø9$# ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ

7
Maisyaroh, "Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islami.", Jurnal Pendidikan Agama
Islam Al-Thariqah Vol. 4 No. 2, (2019), hal. 8.

9
Yang Artinya : “Sebagaimana (kami telah sempurnakan nikmat kami kepadamu)
kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-
ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-
Kitab dan Hikmah (Al-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang kamu
belum ketahui.”

3. Orang Tua Sebagai pendidik


Sebagai mana dalam Q.S Luqman : 12-19

( ϵšø uΖÏ9 ãä3ô±o„ $yϑ¯ΡÎ*sù öà6ô±tƒ tΒuρ 4 ¬! öä3ô©$# Èβr& sπyϑõ3Ïtø:$# z≈yϑø)ä9 $oΨ÷s?#u ô‰s)s9uρ

¢o_ç6≈tƒ …çµÝàÏètƒ uθèδuρ ϵÏΖö/eω ß≈yϑø)ä9 tΑ$s% øŒÎ)uρ ∩⊇⊄∪ Ó‰‹Ïϑym ;Í_xî ©!$# ¨βÎ*sù tx x. tΒuρ

ϵ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ z≈|¡ΣM}$# $uΖøŠ¢¹uρuρ ∩⊇⊂∪ ÒΟŠÏàtã íΟù=Ýàs9 x8÷ŽÅe³9$# āχÎ) ( «!$$Î/ õ8Ύô³è@ Ÿω

¥’n<Î) y7÷ƒy‰Ï9≡uθÎ9uρ ’Í< öà6ô©$# Èβr& È÷tΒ%tæ ’Îû …çµè=≈|ÁÏùuρ 9÷δuρ 4’n?tã $·Ζ÷δuρ …絕Βé& çµ÷Fn=uΗxq

Ÿξsù ÖΝù=Ïæ ϵÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ’Î1 š‚͍ô±è@ βr& #’n?tã š‚#y‰yγ≈y_ βÎ)uρ ∩⊇⊆∪ 玍ÅÁyϑø9$#

¥’n<Î) ¢ΟèO 4 ¥’n<Î) z>$tΡr& ôtΒ Ÿ≅‹Î6y™ ôìÎ7¨?$#uρ ( $]ùρã÷ètΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# ’Îû $yϑßγö6Ïm$|¹uρ ( $yϑßγ÷èÏÜè?

7π¬6ym tΑ$s)÷WÏΒ à7s? βÎ) !$pκ¨ΞÎ) ¢o_ç6≈tƒ ∩⊇∈∪ tβθè=yϑ÷ès? óΟçFΖä. $yϑÎ/ Νà6ã∞Îm;tΡé'sù öΝä3ãèÅ_ötΒ

©!$# ¨βÎ) 4 ª!$# $pκÍ5 ÏNù'tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû ÷ρr& ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ’Îû ÷ρr& >οt÷‚|¹ ’Îû ä3tFsù 5ΑyŠöyz ôÏiΒ

10
÷ŽÉ9ô¹$#uρ ̍s3Ζßϑø9$# Çtã tµ÷Ρ$#uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ öãΒù&uρ nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r& ¢o_ç6≈tƒ ∩⊇∉∪ ׎Î7yz ì#‹ÏÜs9

Ÿωuρ Ĩ$¨Ζ=Ï9 š‚£‰s{ öÏiè|Áè? Ÿωuρ ∩⊇∠∪ Í‘θãΒW{$# ÇΠ÷“tã ôÏΒ y7Ï9≡sŒ ¨βÎ) ( y7t/$|¹r& !$tΒ 4’n?tã

’Îû ô‰ÅÁø%$#uρ ∩⊇∇∪ 9‘θã‚sù 5Α$tFøƒèΧ ¨≅ä. =Ïtä† Ÿω ©!$# ¨βÎ) ( $·mttΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû Ä·ôϑs?

∩⊇∪ ΎÏϑptø:$# ßNöθ|Ás9 ÏN≡uθô¹F{$# ts3Ρr& ¨βÎ) 4 y7Ï?öθ|¹ ÏΒ ôÙàÒøî$#uρ šÍ‹ô±tΒ

Yang artinya: “(12) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah


kepada Luqman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang tidak
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah maha
kaya lagi maha terpuji (13) Dan ingatlah ketika Luqman berkata anaknya
diwaktu ia member pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) adalah benar kezaliman yang besar (14) Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku, kamudian hanya
kepadakulah kembalimu (15) Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Ku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu,
maka janganlah engkau mengetahui keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku, kemudian
hanya kepada-Ku lah kamu kembali, maka kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan (16) (Luqman berkata), “Hai anak, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji Sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (membalasnya), sesungguhnya
Allah maha halus lagi maha mengetahui (17) Hai anak ku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah

11
(18) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri (19) dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan
lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(Q.S Luqman:12-19)

4. Orang Lain Sebagai Pendidik


Dijelaskan dalam Q.S Al-Kahfi : 60-82. Dalam ayat ini dijelaskan
bagaimana Nabi Khidir mengajari dan memahamkan Nabi Musa tentang hal-hal
yang diketahuinya. Khidir adalah julukan guru Nabi Musa yang bernama Balya
bin Malkam, yang menurut kebanyakan ulama bahwa Balya adalah seorang
Nabi (Al-Maraghi, 1989:343).Dimana sebelum dilaksanakannya proses belajar
mengajar diantara Nabi Musa dan Nabi Khidir terjadi perjanjian diantara
keduanya, yang meminta Nabi Musa sebagai murid untuk mentaati Nabi Khidir
sebagai gurunya, apabila melihat kejanggalankejanggalan atau hal-hal yang
belum paham ilmunya tentang hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa seorang
guru itu harus luas pandangannya (visioner) yang tidak hanya memberikan
pemahamam sebatas syariatnya saja tapi juga hakikatnya, demikian juga seorang
murid harus ada ketaatan disamping bersikap kritis dan sabar.8

8
A. Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2009).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting.


Pendidik adalah pekerjaan profesional yang tidak dapat dilakukan oleh suatu badan
tanpa syarat-syarat khusus yang mendukung pelaksanaan tersebut.pendidik
mempunyai kedudukan yang amat mulia, maka dari itu ia dijadikan sosok yang
dapat memberikan contoh bagi peserta didik baik dari tingkah laku, maupun
sifatnya, serta membimbing dan memotivasi anak didiknya agar dapat menyongsong
masa depan yang baik.

Tugas utama Pendidik Menurut Al-ghazali yaitu menyempurnakan,


membersihkan, menyucikan hati manusia untuk bertanggungjawab kepada Allah
Agar berhasil dalam melaksanakan kewajiban, maka Pendidik mestilah memiliki
kompetensi, sifat dankarakteristiknya mencerminkan Pendidik yang profesional dan
menjadi teladan, yang dalam melaksanakan tugastugasnya mengikut petunjuk dalam
Al-quran dan sunnah Rasulullah saw.

Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang


dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan
agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh
atau kaffah.Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran,
pembelajaran (ta‟limdan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib)
dan tadrib (latihan) dengan memperhatikan Kompetensi-kompetensi pedagogi
berupa profesi, kepribadian dan sosial.Pendidikan menumbuhkan budi pekerti,
kekuatan batin,karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara
integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranah tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2017. "Hakikat pendidik dalam pendidikan Islam." Tarbawiyah:


Jurnal Ilmiah Pendidikan 11.1. hal. 82.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Meretas Pendidik Berkualitas dalam


Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kalimedia.

Hermawan, A. Haris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jendral


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Maisyaroh. 2019. "Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam.".


Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 4.2. hal. 8.

Ramli, Muhamad. 2015. "Hakikat pendidik dan peserta didik". Tarbiyah Islamiyah:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 5.1.

Syarifuddin, H. 2021. "HAKIKAT PENDIDIK". ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi


Guru Pendidikan Agama Islam 5.1. hal 26.

14

Anda mungkin juga menyukai