Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK MENURUT


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Muhammad Manar, S. Fil., M. Ag

Disusun oleh :

1. Erika Novianti (12203183046)


2. Deby Alvionita (12203183234)
3. Najunda Risya (12203183127)
4. Robiatul Adawiyah (12203183305)

TADRIS BAHASA INGGRIS 2A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
APRIL 2019
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang patut kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat serta Nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam senantiasa kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan Syafaatnya kelak
di Yaumul Qiyamah.
Ungkapan rasa terimakasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua yang telah
memberikan dukungan serta yang baik atas terselesaikannya makalah ini kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi izin
kepada kami untuk melanjutkan study.
2. Bapak Muhammad Manar, S. Fil., M. Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan
atas pembuatan tugas kelompok ini.
3. Kepada semua pihak termasuk teman-teman yang telah berpartisipasi dalam
mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini sehingga memungkinkan
terselesaikan makalah ini.
4. Serta kedua orang tua yang telah memberikan bantuan materi dan moril.
Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Kiranya cukup sekian, semoga makalah ini dapat memberikan
kontribusi terhadap pengembangan Ilmu Pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Tulungagung, 01 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II .......................................................................................................................... 3

A. Pendidik ............................................................................................................. 3

B. Peserta Didik ..................................................................................................... 7

BAB III ....................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 13

B. Saran ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan pendidik merupakan orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan bimbingan terhadap peserta didik sehingga
mampu memenuhi kewajibanny baik sebagai khalifah bumi, makhluk sosial
maupun sebagai individu yang mampu berdiri sendiri.
Pekerjaan pendidik berlangsung dalam masyarakat modern ini tidak hanya
dilingkungan keluarga, namun juga di sekolah pun pendidikan juga diberikan oleh
guru-guru. Sehingga didalam kelas terjadilah komunikasi yang bersifat
pendagogis antara seorang murid dan guru atau peserta didik dengan pendidik.
Dalam pasal 1 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasiona, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan sasaran (obyek) dan sekaligus sebagai subyek
pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik
perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,
dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta pendidik salah satunya
adalah peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi
anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya didalam
keluarga.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidik?
2. Apa hakikat pendidik menurut Filsafat Pendidikan Islam?
3. Bagaimana tanggung jawab sebagai seorang pendidik?
4. Bagaimanakah kompetensi menjadi pendidik?
5. Apa sajakah hak-hak dan kode etik pendidik?
6. Apa pengertian peserta didik?
7. Apakah hakikat peserta didik menurut Filsafat Pendidikan Islam?
8. Bagaimana tugas dan tanggung jawab sebagai peserta didik?
9. Apa sajakah kode etik peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidik
2. Untuk mengetahui hakikat pendidik menurut Filsafat Pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui tanggung jawab sebagai seorang pendidik
4. Untuk mengetahui kompetensi menjadi pendidik
5. Untuk mengetahui hak-hak dan kode etik pendidik
6. Untuk mengetahui pengertian peserta didik
7. Untuk mengetahui hakikat peserta didik menurut Filsafat Pendidikan
Islam
8. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab sebagai peserta didik
9. Untuk mengetahui kode etik peserta didik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik, atau orang yang
melakukan kegiatan pembelajaran. Di dalam bahasa Inggris ditemui kata teacher
yang berarti guru yang juga sepadan dengan arti tutor. Sementara dalam bahasa
Arab terdapat kata ustadz, mudarris, mu’allim dan muaddib yang berarti guru atau
teacher.
Kata-kata tersebut secara keseluruhan terhimpun dalam pengertian
pendidik, karena pada dasarnya semua mengacu pada seseorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain.
Sementara secara istilah menurut Ahmad D. Amrimba pendidik ialah
orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Yang dimaksud disini ialah
orang dewasa, yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab atas
pendidikan dari peserta didik. Sejalan dengan beliau, Ahmad Tafsir
mendefinisikan pendidik sebagai siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik, dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
anak didik, baik afektif, kognitif maupun psikomotorik.1
Dapat disimpulkan bahwa pendidik merupakan orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan bimbingan terhadap peserta didik sehingga
mampu memenuhi kewajibannya baik sebagai khalifah di bumi, makhuk sosial
maupun sebagai seorang individu yang mampu berdiri sendiri.
2. Hakikat Pendidik
Pekerjaan mendidik berlangsung dalam masyarakat modern ini tidak
hanya di lingkungan keluarga, namun juga disekolah pun pendidikan juga
diberikan oleh guru-guru. Sehingga didalam kelas terjadilah komunikasi yang

1
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012) hlm. 135.
3
bersifat pendagogis antara seorang murid dan guru atau perserta didik dengan
pendidik.2
a Tanggung Jawab Pendidik
Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kesediaan untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan menerima segala
konsekuesi yang ada. Jika orang tua adalah penanggungjawab utama
terhadap seorang anak di lingkungan keluarga, maka guru adalah
penanggung jawab atas terlaksananya pendidikan yang baik bagi seorang
peserta didik, yang mana bisa diartikan guru atau pendidik meruakan orang
tua kedua bagi peserta didik.
Guru diberi amanat oleh orang tua atas pendidikan anaknya dan
sebagai pemegang amanat guru bertanggung jawab untuk mendidik
peserta didik dengan adil dan tuntas termasuk didalamnya dengan
menerapkan nilai-nilai kemanusiaan.
b Kompetensi Guru
1) Kompentensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi secara luas dan mendalam sehingga
meungkinkan terlaksananya bimbingan tehada peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan pemerintah sebagai
standar kompetensi nasional.
2) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam
mengelola kelas. Sekurang-kurangnya meliputi pemahaman
wawasan atau landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta
didik, pengembangan kurikulum dan silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil
belajar serta pengembangan peserta didik untuk megaktualisasi
berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

2
Wiyani, Nova Ardy dan Baenawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 97.
4
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi ini adalah salah satu bagian dari pendidik
sebagai bagan dari masyarakat. Sekurang-kurangnya meliputi
berkomunikasi secara lisan, tulisan maupun isyarat, menggunakan
teknologi secara fungsional, bergaul secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat, bergaul secara santun dengan mengindahkan norma
dan sistem nilai yang berlaku dengan masyarakat, serta
menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
4) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan
berakhlakul karimah. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan
pendapat syarat kepribadian seorang didik yaitu zuhud dan ikhlas,
bersih lahir batin, pemaaf, sabar, dan mampu megendalikan diri,
bersikap kebapaan atau keibuan serta mengenal dan memahami
peserta didik dengan baik.
c Hak Pendidik
1) Penghormatan
Bangsa yang maju peradabannya adalah bangsa yang
mampu menghargai guru karena peran dari guru itu signifikan. Hak
penghormatan bagi guru itu sendiri dapat dirincikan sebagi
berikut:3
a) Hak mendapatkan penghidupan yang layak
b) Hak mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalan
menjalankan tugas maupun kehidupan seharihari
c) Hak untuk bermasyarakat
d) Hak untuk mengembangkan kemampuannya

3
Ibid, hlm. 105.
5
e) Hak untuk mengemukakan pendapat
f) Hak berkeluarga secara bebas berdasarkan nlai-nilai agama
g) Hak memperoleh kebutuhan
h) Hak mendapatkan kebutuhan rohani dan jasmani.
2) Menerima Gaji
Hak guru dalam memperoleh gaji sebenarnya masih
kontradiktif bagi para ulama. Al-Ghazali berpendapat bahwa tidak
boleh mene berkembang menjadi profesi dan para pendidik itu
sendiri membutuhkan penghasilan yang layak untuk dapat bertahan
hidup.
d Kode Etik Pendidik
Menurut Dirto Hadisusanto, syarat pokok bagi seorang guru adalah
merasa terpanggil sebagai tugas suci, mencintai dan mengasihsayangi
peserta didik dan mempunyai rasa tanggung jawab yang oenuh atas
tugasnya. Sementara menurut Noeng amuhadjir, syarat pokok yang ahrus
dimiliki seorang guru adalah memiliki pengetahuan yang lebih,
mengimplisitkan nilai dan pengetahuannya dan bersedia menularkan
oengetahuan dan kemampuannya kepada orang lain.
e Kewibawaan Pendidik
Kewibawaan berasal dari kata wibawa yang berarti kekuasaan.
Secara istilah wibawa berarti pembawaan untuk dapat menguasai dan
mempengaruhi dihormati rang lain melalui sikap dan tingkah laku yang
mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Kewibawaan seorang
guru yang berasal dari jabatannya memiliki dua sifat yaitu yang pertama
adalah kewibawaan pendidikan. Seorang guru telah menerima amanat dari
orang tua untuk pendidikan anaknya. Kewibawaan yang dimiliki oleh
seorang guru terbatas oleh banyaknya peserta didik yang diserahkan. Yang
kedua adalah kewibawaan memerintah maksudnya sebagai seorang
pendidik guru berhak untuk memimpin anak didiknya dalam proses
pembelajaran.4

4
Ibid, hlm. 116.
6
1) Macam-macam kewibawaan
a) Kewibawaan lahir
Kewibawaan ini merupakan kewibawaan yang timbul
karena kesan-kesan lahir seseorang misalkan bentuk tubuh,
pakaian yang lengkap dan rapi, tulisan yang bagus dll.
b) Kewibawaan bathin
Meliputi adanya rasa cinta kepada orang lain, adanya rasa
demi kamu/ you attitude. Maksudnya adalah sikap yang
dapat dilukiskan sebagai tindakan baik peritah atau anjuran
demi kepentingan orang yang diperintah. Misalkan seorang
guru memerintah anak didiknya untuk rajin belajar. Lalu
adanya kelebihan batin, merupakan seorang guru yang
menguasai suatu bidang studi bertanggung jawab atas sikap
adil dan objektif seorang guru dan yang terakhir adanya
ketaatan pada norma yang berlaku.
2) Fungsi kewibawaan
Sikap seorang peserta didik terhadap guru yang berwibawa
adalah sikap menurut atau mengkuti yaitu mengakui kekuasaan
orang lain yang lebih besar darinya serta sikap tunduk dan patuh
yaitu sadarnya hak orang lain untuk memerintah dirinya dan dia
merasa terikat dengan perintah tersebut.

B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
jamaknya Talamid, yang artinya adalah”murid”, maksudnya adalah “orang-orang
yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah
“Thalib”, jamaknya adalah Thallab yang artinya adalah “mencari”, maksudnya
adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.5

5
M.Indra Saputra,”Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, Al Tadzkiyyah, Vol. 6,
2015, hlm 242.
7
Menurut pasal 1 ayat UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.6
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan peserta didik
adalah anggota masyarakat yang belum dewasa yang memiliki fitrah (potensi),
baik secara fisik maupun psikis, yang memerlukan usaha, bantuan dan bimbingan
orang lain yang lebih dewasa, untuk mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik merupakan sasaran (obyek) dan sekaligus sebagai subyek
pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik
perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya
secara umum peserta didik memiliki empat ciri, yaitu:
a Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan
berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan dan sebagainya.
b Mempunyai keinginan untuk berkembang kearah dewasa
c Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda
d Peserta didik melakukan penjajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individu.7
2. Hakikat Peserta Didik
Dalam pandangan pendidikan islam, untuk mengetahui hakikat peserta
didik, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang hakikat
manusia, karena manusia hasil dari suatu proses pendidikan.
Menurut konsep ajaran Islam manusia pada hakikatnya, adalah makhluk
ciptaan Allah yang secara biologis diciptakan melalui proses pertumbuhan dan
perkembangan yang berlangsung secara evolutif, yang melalui proses yang
bertahap. Sebagai makhluk ciptaan, manusia memiliki bentuk yang lebih baik,
lebih indah dan lebih sempurna dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah, hingga

6
Dini Fauziyati,”Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Sejarah Islam dan AlQur’an”, hlm 8.
7
M. Indra Saputra,”Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, AlTadzkiyyah, Vol. 6,
2015, hlm 242-243.
8
manusia dinilai sebagai makhluk lebih mulia, sisi lain manusia merupakan
makhluk yang mampu mendidik, dapat dididik, karena manusia dianugerahi
sejumlah potensi yang dapat dikembangkan.
Dalam perspektif falsafah pendidikan Islam, semua makhluk pada
dasarnya adalah peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu‟allim,
atau muaddib, Allah Swt. pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk
ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk.
Pemeliharaan Allah Swt mencakup sekaligus kependidikan-Nya, baik dalam arti
tarbiyah, ta‟alim, maupun ta‟adib. Karenanya, dalam perspektif falsafah islam,
peserta didik itu mencakup seluruh makhluk Allah Swt, seperti malaikat, jin,
manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,
dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik terdiri dari
beberapa macam:
a Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi
anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya didalam
keluarga.
b Peserta didik adalah semua anak yang berada dibawah bimbingan pendidik
di lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti disekolah,
pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat
pengajian anak-anak seperti TPA, mejelis taklim, dan sejenis, bahwa
peserta pengajian di masyarakat yang dilaksanakan seminggu sekali atau
sebulan sekali, semuanya oramgorang yang menimba ilmu yang dapat
dipandang sebagai anak didik.
c Peserta didik secara khusus adalah oran-orang yang belajar di lembaga
pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat,
pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
kependidikan.
Beberapa hal yang terkait dengan hakekat peserta didik yaitu:
a Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.

9
b Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan
mempunyai poa perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus
disesuaikan dalam proses pendidikan.
c Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang
lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, integensi, sosial, bakat,
minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
d Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa
aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
e Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun
terdiri dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta,
rasa dan karsa).
f Peserta didik merupakan obyek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif. Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang biasanya hanya
menerima, mendengarkan saja.8
3. Tugas dan Tanggungjawab Peserta Didik
Tujuan dari setiap proses pembelajaran adalah menta’lim, mentarbiyah,
atau menta’dibkan Al-‘ilm ke dalam diri setiap peserta didik. Al-‘ilm yang akan
dita’lim, ditarbiyah, atau dita’dibkan tersebut adalah al-haqq, yaitu semua
kebenaran yang datang dan bersumber dari Allah Swt, baik yang didatangkan-Nya
melalui Nabi dan Rasul (al-ayah al-quraniyah), maupun yang dihamparkan-Nya
pada seluruh alam semesta, termasuk diri manusia itu sendiri (al-ayah al-
kauniyah). Al-‘ilm tersebut merupakan penunjuk jalan bagi peserta didik untuk
mengenali dan meneguhkan kembali syahadah primordialnya terhadap Allah Swt
sehingga ia mampu mengaktualisasikannya dalam kehidupan keseharian.
Karenanya, dalam konteks ini, tugas utama setiap peserta didik adalah
mempelajari Al-‘ilm dan mempraktikkan atau mengamalkannya sepanjang
kehidupan.
Sedangkan kewajiban-kewajiban yang harus senantiasa dilakukan peserta
didik adalah, menurut Athiyah al-Abrasyi adalah:

8
Ibid, hlm 245-246.
10
a Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih
dahulu membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar
mengajar itu merupakan ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati
yang bersih.
b Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan
berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
c Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun
harus meninggalkan keluarga dan tanah air
d Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang
sebelum menukar guru
e Hendaklah menghormati guru, memuliakan dan mengagungkannya karna
Allah serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
f Jangan merepotkan guru, jangan berjalan dihadapannya, jangan duduk
ditempat duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.
g Jangan mebukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan
rahasia, dan jangan pula menipunya.
h Besungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
i Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik.
j Peserta didik harus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan
mengurangi percakapan dihadapan gurunya.
k Peserta didik hendanya senantiasa mengulangi pelajaran, baik waktu senja
menjelang subuh atau diantaranya waktu Isya’ dan makan sahur
l Bertekad untuk belajar seumur hidup.9
4. Kode Etik Peserta Didik
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam pendidik hendaknya
memahami potensi, dimensi dan kebutuhan peserta didik. Demikian pula peserta
didik dituntut memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan
kepribadiannya. Imam al-Ghazali merumuskan sebelas kode etik yang harus
dimiliki oleh peserta didik yaitu:10

9
Ibid, hlm 248.
10
Ibid, hlm 249-250.
11
a. Belajar dengan nilai ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk
menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan
mengisi dengan akhlak terpuji.
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
Artinya belajar tak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi
belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi tercapainya derajat
kemanusiaan yang tinggi baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
c. Bersikap tawaddhu (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan
pribadi untuk kepentingan pendidikannya sekalipun ia cerdas.
d. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,
sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan
mendalam dalam belajar.
e. Mempelajari ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun ilmu agama
f. Belajar dengan bertahap dan berjenjang.
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu
yang dapat membahagiakan serta memberi keselamatan dunia akhirat.
k. Harus tunduk dan patuh pada nasehat pendidik sebagimana tunduknya
orang sakiti terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode
mazhab yang dianjurkan pendidik pada umumnya.
Uraian kode etik peserta didik tersebut bertujuan sebagai standar tingkah
laku yang dapat dijadikan pedoman bagi peserta didik dalam belajar, disisi lain
berkaitan pula dengan etika peserta didik dalam hubungannya dengan sesama
peserta didik.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi inovasi pendidikan
merupakan rancangan-rancangan perencanaan dalam pembaharuan pendidikan agar
tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. Strategi inovasi pendidikan ada 4
macam yaitu strategi fasilitatif, strategi pendidikan, strategi bujukan, dan strategi
paksaan.
Dalam pembahasan diatas juga menjelaskan tentang hakikat seorang pendidik,
yaitu pekerjaan mendidik berlangsung dalam masyarakat modern ini tidak hanya di
lingkungan keluarga, namun juga disekolah pun pendidikan juga diberikan oleh guru-
guru. Sehingga didalam kelas terjadilah komunikasi yang bersifat pendagogis antara
seorang murid dan guru atau perserta didik dengan pendidik.
Selain itu juga menjelaskan tentang hakikat peserta didik, pada hakikatnya
penjelasan mengenai hakikat peserta didik tidak terlepas dari falsafah Islam yang
mengatakan bahwa sebenarnya setiap manusia adalah peserta didik. Sedangkan secara
khusus,dalam salah satu penjelasan didalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang
ditulis oleh Hasan Basri menjelaskan bahwa peserta didik secara khusus adalah oran-
orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan,
pengarahan, nasihat, pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
kependidikan.
B. Saran
Dari pembahasan diatas telah dipaparkan mengenai Hakikat pendidik dan
peserta didik menurut filsafat pendidikan islam. Tentunya diharapkan pembaca bisa
memahami makalah ini. Pembaca sebagai calon inovator juga diharapkan dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah dipaparkan sebelumnya. Namun disadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena sumber pengetahuan yang masih
terbatas. Maka dari itu penulis senantiasa menerima masukan, saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan makalah-makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fauziyati, Dini. ”Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Sejarah Islam dan
AlQur’an” (hlm 8)
Indra, M. Saputra. 2015. “Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam” dalam Al Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam Volume 6 (hlm 242-250).
Lampung.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wiyani, Nova Ardy dan Baenawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

14

Anda mungkin juga menyukai