Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DAN

ORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM


LINK: http://salsabilmus.blogspot.com/2017/07/makalah-pembelajaran-pengembangan-dan.html

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami dari kelompok tujuh panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga kami
mendapatkan kekuatan dalam menyusun makalah ini, juga berkat segala
rahmat dan karunia-Nya akhirnya tersusunlah makalah yang berjudul,
”Pembelajaran dan Pengembangan serta Orientasi Pendidikan Islam”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Pendidikan Islam.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Yang dari beberapa
referensi saja pastinya makalah kami banyak kekurangan, Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah memberikan kemanfaatan atas makalah ini, khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Garut, April 2017


Daftar isi
Kata
pengantar ........................................................................................................
i
Daftar
isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan
penulisan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan
Islam ........................................................................... 2
2.2 Pembelajaran pendidikan
Islam ....................................................................... 3
2.3 Pengembangan pendidikan
Islam .................................................................... 5
2.4 Orientasi pendidikan
Islam ............................................................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ....................................................................................................
10
Daftar
pustaka ..................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
a.        Latar belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah unsure yang sangat urgent sekali
dalam kelangsungan hidup setiap manusia karna pada dasarnya seseorang
itu membutuhkan persiapan yang matang dalam merencanakan dan
melangsungkan masa depan.1[1] Dari usaha dan hasil yang di tempuh itu
berhasil atau tidaknya tergantung pada setiap usaha yang di lakukan,
manusia di bekali oleh ALLAH SWT sebuah akal yang pada fitrahnya di
gunakan untuk berfikir dan bagaimana untuk melangsungkan kehidupanya
yang kelak dari hasilnya itu dapat di pertanggung jawabkan pada hari akhir.
Berbicara tentang dunia pendidikan tidaklah lengkap bila tidak mengkaji satu
persatu apa yang ada dalam pelaksanaanya, namun di sini penulis
membatasi kajian penulisan ini hanya tertuju pada pembelajaran dan
pengembangan serta orientasi dalam pendidikan Islam.

b.        Rumusan masalah


1.      Apa itu pembelajaran dalam pendidikan Islam?
2.      Bagaimana perkembangannya dalam pendidikan Islam?
3.      Bagaimana orientasinya dalam pendidikan Islam?

c.         Tujuan penulisan


Tujuan yang dapat kita peroleh dari hasil pengkajian ini diantaranya
adalah mengenai :
         Bagaimana mengetahui pembelajaran dalam pendidikan Islam.
         Mengetahi perkembangan pendidikan Islam dan lebih mengembangkan
dalam proses pendidikan.
         Mengetahui orientasi dalam pendidikan Islam.
Penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan mengaplikasikannya
dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.

1[1] Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung ; PT Remaja Rosda Karya ,
1994) cet.II, hal.74.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga
mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian
yang saling mendukung antara lain:
         Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana
dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.
         Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
         Pendidik/ Guru (GBPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta didik, yang di samping
untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk
membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga membentuk kesalehan
sosial
Menurut Zakiyah Darajdat (1989; 87) yang dikutip oleh Abdul Majid dan
Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.
Sedangkan Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar
menjadi manusia bertakwa kepada Allah.2[2]
Dari pengertian dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian PAI
maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan
terencana oleh peserta didik dan guru untuk untuk meyakini akan adanya
suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu
diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga dituntut untuk
menghormati agama lain
Sedangkan dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin
dikatakan Pendidikan agama Islam adalah sistem pendidikan yang dapat
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai

2[2] Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 130
dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai
corak kepribadiannya.
Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu
harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana
cita-cita Islam.
Pengertian pendidikan agama Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
hambah Allah. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-
nilai tersebut juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan.
Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan
proses ikhtiariah yang secara pedagogis kematangan yang mengutungkan.
B.     Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
1.      Pengertian pembelajaran
Terdapat beberapa pengertian yang menjelaskan makna pembelajaran,
di antaranya sebagai berikut:
a. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan
pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara
efektif dan efesien.3[3]
b. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material; buku-buku,
papan tulis dan lainnya, fasilitas dan perlengkapan; ruang kelas, dan lainnya.
Prosedur meliputi, jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek,
belajar, dan sebagainya.4[4]
Menurut Wina Sanjaya ada beberapa manfaat yang dicapai jika kajian
tentang sistem pembelajaran dilaksanakan dengan baik, di antara manfaat
tersebut adalah:
a. Arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan serta dirumuskan
dengan jelas, konkrit, dan terorganisir. Hal ini supaya dapat membantu
dalam penentuan langkah-langkah proses pembelajaran, sebagai bahan
utama dalam pengembangan komponen-komponen pembelajaran, dan
dijadikan tolak ukur sejauh mana efektivitas proses pembelajaran.
b. Kinerja pendidik lebih sistematis, sehingga pola fikirnya dan kegiatannya
lebih runtut yang dimungkinkan diperoleh hasil optimal. Dengan kata lain
bisa terhindar dari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan.

3[3] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi bagi Pendidikan

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas), (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), Cet. 2, hlm. 132.

4[4] Oemar Hamalika, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.

VIII, hlm. 57
c. Sebagai perancang pembelajaran dengan optimalisasi segala potensi serta
sumber daya yang relevan dan tersedia. Pada akhirnya diharapkan
tercapainya efisiensi, dengan alakosi waktu yang sama namun bisa
dihasilkan mutu pembelajaran yang berkualitas.
d. Menjadi bahan umpan balik, yaitu untuk diketahuinya keberhasilan
pembelajaran sudah sesuai tujuan atau belum. Selain itu untuk penilaian
komponen pembelajaran manakah yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki
kualitasnya agar bisa pada tahap pencapaian tujuan pembelajaran yang
diharapkan.5[5]
Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai upaya membuat peserta didik
dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus
menerus mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum agama
Islam sebagai kebutuhan peserta didik secara menyeluruh yang
mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku
seseorang baik dalam kognitif, efektif dan psikomotorik.
Pemaknaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan
bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran
Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
insan kamil. Untuk itu penanaman Pembelajaran PAI sangat penting dalam
membentuk dan mendasari peserta didik.Dengan penanaman pembelajaran
PAI sejak dini diharapkan mampu membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan
mandiri untuk berpedoman pada agama Islam.

C.    Pengembangan dalam Pendidikan Islam


Tugas pendidikan Islam terutama mengembangan kemampuan peserta
didik agar dapat berkembang secara optimal. Sedangkan fungsi pendidikan
Islam adalah sebagai: (1) upaya pengembangan potensi peserta didik secara
optimal, baik potensi jasmani, akal maupun hati; (2) upaya interaksi potensi
dengan tuntutan dan kebutuhan lingkunganya; (3) rekonstruksi pengalaman
yang terus menerus agar dapt berbuat sesuatu secara inteligen dan mampu
melaksanakan penyesuaian dan penyesuaian kembali dengan tuntutan.
1. Perkembangan Studi Islam
Perkembangan studi Islam terkait erat dengan perkembangan
pendidikan Islam yang membahas kurikulum dan kelembagaannya baik di
dunia Islam, dunia Barat maupun di Indonesia sendiri. Bahan bagian ini
diadaptasi dari Pengantar Studi Islam Hadidjah dan M. Karman al-Kuninganiy
(2008:11-21).
         Studi Islam di Dunia Islam
Menurut catatan sejarah, ada empat perguruan tinggi yang disebut-
sebut sebagai kiblat bagi pengembangan studi Islam di dunia Muslim, yang
selanjutnya diikuti oleh para orientalis dalam studi Islam di kalangan sarjana
Barat.
Pertama, Madrasah Nizhamiyah di Nisyafur. Madrasah ini, menurut Ibnu
Khalikan (w. 681-1282) dibangun oleh Nizham al-Mulk untuk al-Juwaini, tokoh

5[5] Sanjaya, Perencanaan dan Desain, 7-8.


Asy’ariah, dan sekaligus guru besar di madrasah ini selama tiga dekade
hingga wafatnya pada 478/1085 (Hasan Asari, 1994:57). Madrasah ini terdiri
dari tiga bagian inti, gedung madrasah, masjid dan perpustakaan (bayt al-
maktab). Madrasah ini memiliki beberapa staff, yaitu seorang guru besar
(mudarris) yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengajaran, seorang
ahli Alquran (muqri’), ahli hadis (muhaddits), dan pengurus perpustakaan,
yang bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing. Tercatat nama-
nama seperti al-Juwaini, Abu al-Qasim, al-Kiya al-Harrasi, al-Ghazali dan Abu
Sa’id sebagai mudarris, Abu al-Qasim, al-Hudzali dan Abu Nasyar al-Ramsyi
sebagai muqri’, Abu Muhammad al-Samarqandi sebagai muhaddits, dan Abu
Amir al-Jurjani sebagai pustakawan. AlGhazali pernah tercatat sebagai
asisten al-Juwaini.
Kedua, madrasah di Baghdad berdiri tahun 455/1063 yang dibangun
oleh khalifah al-Makmun (813-833 M), yang dilengkapi dengan perpustakaan
termasyur, Bayt alHikmah. Berbeda dengan madrasah Nizhamiyyah di
Nisyafur, di Baghdad tidak memiliki masjid. Sebagai madrasah terbesar di
zamannya, madrasah ini diajar oleh para guru besar yang memiliki reputasi
tinggi, seperti Abu Ishaq al-Syirazi (w. 476/1083), al-Kiya al-Harasi, dan al-
Ghazali (1058-1111 M) yang tercatat sebagai pemikir terbesar dengan
sebutan Imam al-Ghazali dan pengaruhnya cukup kuat di Timur. Madrasah
yang beridiri hampir dua abad ini akhirnya hancur, sekaligus melambangkan
kehancuran Islam pada masa pemerintahan Abbasiah, setelah Hulagu Khan
(1256-1349 M) melakukan penyerbuan besar-besaran ke Baghdad.
Ketiga, Universitas Al-Azhar di Kairo. Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir
ini tidak terlepas dari eksistensi Abbasiah-Syiah yang pengaruh kekuatan
politiknya mulai melemah. Di sinilah wilayah-wilayah kekuasaan Daulat
Ababsiah seperti Thahiriyah, Safawiyah, Samawiyah, Thuluniyah, Fathimiyah,
Ghaznawiah, dan lain-lain menuntut otonomisasi. Di Universitas Al-Azhar ini,
rektor (syekh Al-Azhar), selain merupakan jabatan akademis, juga
merupakan kedudukan politis yang berwibawa vis avis kekuasaan politik.
Tetapi, sejak Dinasti Usmaniah (1517-1798) pamor Al-Azhar mulai menurun,
sehingga Muhammad Ali mengintervensi Al-Azhar dalam membenahi Al-
Azhar sejak paroh abad ke-19. Kenyataan ini pula yang membawa preseden
lenyapnya “independensi” Al-Azhar sebagai lembaga akademis, yang pada
gilirannya mempengaruhi otoritas dan pamornya, terutama dalam
hubungannya dengan kekuasaan politik hingga kini.
Keempat, Universitas Cordova, Pemerintahan Abdurrahman I dipandang
sebagai tonggak kemajuan ilmu dan kebudayaan di Cordova. Sejarah
mencatat bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar di Cordova pada tahun
1120 M yang mendalami geometri, aljabar dan matematika.
         Studi Islam di Dunia Barat
Barat mengembangkan penelitian mereka dalam bidang ilmu
pengetahuan di Barat. Francirs Bacon (1561-1626) telah megilhami para
sarjana Barat dalam kegiatan observasi dan eksperimen, terutama karyanya
Novu Organon. Tercatat tokoh yang mengembangkan ilmu pengetahuan dari
penerjemahan manuskrip Arab tersebut Gerbert d’Auvergne (999-1003 M)
dalam bidang kedokteran dan matematika di abad ke-11 M. Pada
pertengahan abad ke-12 M dibentuk semacam kelompok penerjemah yang
diketuai oleh Archdeacon Dominicues Gundasalvi. Kelompok ini untuk
pertama kalinya menerjemahkan humpunan komentas Ibnu Sina dan
alGhazali dalam bahasa Latin. Karya Ibnu Sina untuk pertama kalinya
diterjemahkan dalam bidang kedokteran berjudul Canon of Medicine oleh
Cromena (w. 1187 M).
Setelah ilmu pengetahuan Islam (Muslim) ‘migran’ ke Barat dan
dikembangkan oleh para sarjana mereka, ternyata banyak ajaran Islam yang
menyimpang dari ajaran sebenarnya, karena telah dirasuki oleh paham
sekuler. Inilah yang menyebabkan para sarjana Muslim melakukan upaya
pemurnian ajaran.
Dalam perkembangan selanjutnya, studi Islam di Barat sedikit
bervariasi. Di Chicago University, studi Islam menekankan pada bidang
pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah klasik dan bahasa-bahasa Islam non
Arab. Studi Islam tersebut berada di bawah Pusat Studi Timur Tengah dan
Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Timur Dekat, di Amerika, studi Islam pada
umumnya menekankan pada studi sejarah Islam, bahasa-bahasa Islam selain
bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial, yang berada di bawah Pusat Studi
Timur Tengah atau Timur Dekat. Di UCLA, studi Islam dibagi empat
komponen. Pertama, mengenai doktrin dan sejarah Islam, termasuk
pemikiran Islam. Kedua, bahasa Arab dan teks-teks klasik mengenai sejarah,
hukum dan lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non Arab yang muslim, seperti
Urdu, Persia, Turki, bahasa yang telah menghantarkan kebudayaan.
Keempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah bahasa Arab, bahasa-bahasa Islam,
sosiologi dan lain-lain.
         Studi Islam di Indonesia
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan
lembaga pendidikan, mulai dari sistem pendidikan langgar, sistem
pesantren, sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, hingga munculnya
sistem kelas. Pendidikan pesantren dan madrasah sangat menonjol dalam
studi Islam di Indonesia.
Di samping pesantren, perguruan tinggi Islam tentu menjadi sebuah
lembaga paling diminati untuk studi Islam secara komprehensif. Perguruan
Tinggi Islam di Indonesia, seperti STAIN, IAIN,dan UIN, dapat dijadikan
rujukan bagi pengembangan studi Islam. Munculnya gagasan pendirian
perguruan tinggi Islam seperti IAIN/STAIN tidak terlepas dari kesadaran kaum
Muslim yang dilatarbelakangi berbagai faktor. Pertama, untuk
mengakomodasi kalangan yang tidak memiliki kesempatan melanjutkan ke
Timur Tengah. Kedua, keingingan untuk mewujudkan lembaga pendidikan
Islam sebagai kelanjutan pesantren dan madrasah. Keingingan untuk
menyeimbangkan jumlah kaum terpelajar tamatan sekolah “sekuler” dengan
tamatan sekolah agama. Gagasan ini datang dari kalangan agamawan, juga
muncul dari kalangan terpelajar Muslim tamatan sekolah “sekuler” (Husni
Rahim, 2001:178).6[6]
D.    Orientasi dalam Pendidikan Islam
         Orientasi
Orientasi adalah suatu penetapan atau perasan tentang posisi seseorang
dalam kaitannya dengan lingkungan atau dengan orang tertentu atau
sesuatu yang khusus atau lapangan pengetahuan.
Adapun orientasi pendidikan islam itu sendiri bahwa islam lebih
mementingkan hidup masa depan yang bernilai duniawi-ukhrawi.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT berikut ini:
ْ ‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُ""رْ نَ ْفسٌ َم""ا قَ" َّد َم‬
‫ت لِ َغ" ٍد ۖ َواتَّقُ""وا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ َخبِ""ي ٌر بِ َم""ا‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ُ‫تَ ْع َمل‬
‫ون‬
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri manusia memperhatikan hal-hal yang diperbuatnya
untuk hari esok akhirat) bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Ayat di atas memberikan indikasi kepada kita bahwa pendidikan islam
itu adalah adanya keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat. Sehingga
ketika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang maka ia
mempertimbangkannya kembali. Sebab jika melakukan perbuatan itu,
berarti ia telah merusak kehidupan masa depannya.
Ada tiga sumber pokok orientasi pendidikan islam, antara lain:
a. Orientasi pengembangan kepada Allah Yang Maha Mengetahui, yang
menjadi sumbernya segala sumber ilmu pengetahuan.
b. Orientasi pengembangan ke arah kehidupan sosial manusia, di mana
hubungan antar manusia semakin kompleks dan luas ruang lingkupnya
akibat pengaruh kemajuan ilmu dan teknologi modern yang maju pesat.
c. Orientasi pengembangan ke arah alam sekitar yang diciptakan Allah untuk
kepentingan hidup umat manusia, mengandung macam kekayaan alam yang
harus digali, dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia bagi kesejahteraan
hidupnya di dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
         Orientasi pendidikan Islam
Orientasi pendidikan islam adalah Suatu cara penyebaran islam yang
dilakukan secara intensif atau secara bersungguh-sungguh. Para pendahulu
dalam rangka perpaduan antara konteks keIndonesiaan dengan keIslaman.
Tak heran jika pada awalnya pendidikan islam tampak sangat tradisional.
Namun, dijaman modernisasi, pendidikan islam mulai tampak dengan
diambilnya bentuk madrasah sebagai salah satu pendidikan islam selain
pesantren.
Orientasi pendidikan islam yang filosofis qurani adalah menggunakan
prinsip dasar-dasar alquran sebagai bahan sandaran atau yang penulis
maksud adalah kebenaran yang hakiki [absolut]. Adapun indikatornya
dikembangkan ke dalam metode-metode yang diterapkan dalam dunia

6[6] Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag., Metodologi Studi Islam, (Jakarta. 2012), Cet. 2, hlm. 9-14
pendidikan saat ini, dan tentunya tanpa mengurangi dari esensi alquran itu
sendiri. Adapun metodenya adalah menggunakan pembelajaran berbasis
fitrah dalam bukunya Achjar Chalil. Yang ditekankan adalah mengendalikan
dorongan hati dengan cara berdzikir, karena dengan berdzkir akan
memberikan kekuatan pada seseorang untuk berpikir positif, selalu optimis,
dan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan derajat kecemasan
yang menggelayuti jiwanya.7[7]

7[7] Ramayulis, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia)


BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
         Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai upaya membuat peserta didik
dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus
menerus mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum agama
Islam sebagai kebutuhan peserta didik secara menyeluruh yang
mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku
seseorang baik dalam kognitif, efektif dan psikomotorik.
         Tugas pendidikan Islam terutama mengembangan kemampuan peserta
didik agar dapat berkembang secara optimal. Sedangkan fungsi pendidikan
Islam adalah sebagai: (1) upaya pengembangan potensi peserta didik secara
optimal, baik potensi jasmani, akal maupun hati; (2) upaya interaksi potensi
dengan tuntutan dan kebutuhan lingkunganya; (3) rekonstruksi pengalaman
yang terus menerus agar dapt berbuat sesuatu secara inteligen dan mampu
melaksanakan penyesuaian dan penyesuaian kembali dengan tuntutan.
         Orientasi pendidikan islam adalah Suatu cara penyebaran islam yang
dilakukan secara intensif atau secara bersungguh-sungguh. Para pendahulu
dalam rangka perpaduan antara konteks keIndonesiaan dengan keIslaman.
Tak heran jika pada awalnya pendidikan islam tampak sangat tradisional.
Namun, dijaman modernisasi, pendidikan islam mulai tampak dengan
diambilnya bentuk madrasah sebagai salah satu pendidikan islam selain
pesantren.
Daftar pustaka
Dr. Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Ramayulis.1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Oemar Hamalika. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Prof. Dr. SUPIANA, M.Ag. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai