Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM

TINJAUAN PENDIDIKAN.
(TAFSIR SURAT AL-NAHL,16:125 DAN ALI’ IMRAN.3:104, 110,
114)

DOSEN PENGAMPU: Akwam.M.Pd.I


DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 10
1. ERZA ANUGERAH
2. M.IKHBAR PRADANA
3. NURUL FHADHILAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (STIT-YPI) LAHAT

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Amar
Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Tinjauan Pendidikan”.

Makalah “Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Tinjauan Pendidikan”


disusun guna memenuhi tugas Bapak Akwam, M.Pd.I pada mata kuliah Tafsir di
STIT-YPI Lahat. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam
tinjauan Pendidikan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak


Akwam, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Tafsir. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Lahat 24, Novenber 2021

Kelompok 10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Tafsir Surat Al-Nahl, 16: 125


B. Tafsir Surat Al-Imran . 3: 104, 110, 114
C. Hubungan Dakwah Dan Pendidikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUN

A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar
Ma’ruf dan Nahi Munkar. adalah Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-
pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang
mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah swt beserta
Rasul-Nya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
Melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam
hal tersebut.

Keberadaan amar ma’ruf nahi munkar menegaskan bahwa Agama Islam


tidak terbatas hanya di ranah individu saja, sebagaimana dugaan beberapa orang
sekuler. Orang-orang sekuler ini memahami bahwa agama hanyalah urusan
individu sehingga memperbolehkan maksiat asalkan tidak merugikan masyarakat.
Mereka juga memperbolehkan pelacuran dengan alasan demi kemaslahatan para
pria hidung belang. Mereka juga memperbolehkan minum khamr di tempat-
tertentu dengan alasan bahwa itu hak asasi manusia yang dilindungi undang-
undang.

Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan


tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya jabatan. Dengan lisan/tulisan
jika dia adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal membencinya dalam hati
atas kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-lemah iman

B. Rumusan Masalah
1. Tafsir surat Al-Nahl,16:125 dan Ali’ Imran.3:104, 110, 114
2. Apa hubungan dahwak dengan pendidikan?

AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM TINJAUAN


PENDIDIKAN.
(Tafsir surat Al-Nahl,16:125 dan Ali’ Imran.3:104, 110, 114)
A. Tafsir surat Al-Nahl,16:125


ۡ‫ع اِ ٰلى َسبِ ۡي ِل َرب َِّك بِ ۡال ِح ۡك َم ِة َو ۡال َم ۡو ِعظَ ِة ۡال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ۡلهُم‬
ُ ‫اُ ۡد‬

َ ‫بِالَّتِ ۡى ِه َى اَ ۡح َس ُن‌ؕ اِ َّن َرب ََّك هُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ َم ۡن‬


‌‫ض َّل َع ۡن َسبِ ۡيلِ ٖه‬
‫َوهُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ ۡال ُم ۡهتَ ِد ۡي َن‬

Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah,Dan


pelajaran yang Baik Dan Bantahlah Mereka Dengan Cara yang Baik.
Sesunggunya Tuhanmu Dialah yang lebih Mengetahui Tentang Siapa yang
Tersesat Dari Jalan-nya Dan Dialah yang Lebih Mengetahui orang-orang
yang mendapat Petunjuk. (Q.S.al-Nahl,16:125).

Potongan ayat yang berbunyi … ‫ع اِ ٰلى َسبِ ۡي ِل َرب َِّك‬


ُ ‫اُ ۡد‬
Maksudnya Adalah Serulah Ummatmu Wahai Para Rasul dengan Seruan
agar mereka melaksanakan syari’at yang telah ditetapkannya berdasarkan
Wahyu yang di turunkannya, dengan melalui ibarat dan nasehat yang
terdapat Di dalam kitab ynag diturunkannya.dan hadapilah mereka dengan
cara yang lebih baik dari lainya sekalipun mereka menyakiti, dan
sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.
Selanjutnya potongan ayat ‫ض َّل ع َۡن َسبِ ۡيلِه‬
َ ‫اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ َم ۡن‬
Maksudnya adalah bahwa sesunggunya tuhanmu Wahai para rasul adalah
lebih mengetahui dengan apa yang berjalan dan di perselisihkan, dan juga
lebih mengetahui cara yang harus di tempuh sesuai yang hak.
Ringkasan ayat tersebut menyuruh agar Rasululah menempuh cara
berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk(al-
hidayah) dan kesesatan (al-dlalal) serta hal-hal yang terjadi di antara
keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah AWT, karena Dia-lah
yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara
dirinya dari kesesatan, dan mengembaikan dirinya kepada petunjuk

B. Tafsir Surat Al-Imran . 3: 104, 110, 114

ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُع ْو َن اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو‬
‫ف‬
ٰۤ ُ
‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح ُْو َن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬ 

Dan berkehendaklah ada di antra kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’aruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S Ali Imran,
3:104)
Maksud dari ayat tersebut adalah hendaknya terdapat suatu
golongan yang memilih tugas menegakkan dakwah, memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sasaran perintah ayat ini adalah
seluruh orang mukmin yang mukallaf, yaitu hendaknya menyiapkan suatu
kelompok yang akan melaksakan perintah ini. Hal yang demikian
didasarkan pada pandangan bahwa pada setiap orang terdapat kehendak
dan aktivitas di dalam melaksanakan tugas tersebut,dan dan mendekatkan
caranya dengan penuh ketatan, sehingga jika mereka melihat kesalahan
segera mereka kembali ke jalan yang benar. orang-orang islam generasi
pertama melaksakan tugas tersebut dalam rangka mendakatkan diri kepada
Allah dengan melaksanakan kegiatan sosial pada umumya. Mereka telah
berkhutbah di atas mimbar. mereka berkata, jika melihat orang yang
menyimpang, maka segera meluruskannya.
Namun demikian, setiap orang yang melaksakan tugas tersebut
agar memiliki syarat-syarat sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik dan menjadi contoh teladan (amal soleh) yang menyebabkan
mereka di ikuti dan di teladani ilmu dan amalnya, syarat-syarat tersebut
adalah:
1. Orang tersebut mengetahui kandungan al-qur’an dan al-
sunnah,riwayat hidup Nabi Muhamad SAW dan para Khulafaur
Rasyidun
2. Mengetahui keadaan orang yang menjadi sasaran dakwahnya,
kesiapan mereka untuk menerima dakwah, serta akhlaknya, tegasnya
mengetahui keadaan masyarakat.
3. Mengetahui agama dan mazhab yang di anut oleh masyarakat.

 ‫نَفَ َر ِم ْن ُكلِّ ِفرْ قَ ٍة‬ ‫ان ْال ُمْؤ ِمنُ ْو َن لِيَ ْنفِر ُْوا َك ۤافَّ ۗةً فَلَ ْواَل‬
َ ‫َو َما َك‬
‫ َر َجع ُْٓوا‬Š‫ْن َولِيُ ْن ِذر ُْوا قَ ْو َمهُ ْم اِ َذا‬Šِ ‫ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّه ُْوا فِى ال ِّدي‬
‫اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذر ُْو َن‬

Artinya:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya,supaya mereka itu dapat menjadi dirinya(Q.S. al-
Taubah,9:122).
Orang yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah orang-orang
menegakkan hukum allah untuk kemasalahan hamba pada setiap zaman
dan tempat-tempat-tempat ibadah serta hal-hal yang di anggap
mengutungkan masyarakat umum.

‫ف َوتَ ْنهَ ْو َن َع ِن‬ ِ ‫اس تَْأ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ Šْ ‫ُك ْنتُ ْم َخي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
‫هّٰلل‬
‫ان َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم‬
َ ‫ب لَ َك‬ِ ‫ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُ ْو َن بِا ِ ۗ َولَ ْو ٰا َم َن اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬
‫ْال ُمْؤ ِمنُ ْو َن َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُ ْو َن‬
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. ( QS. Ali
'Imran Ayat 110 )
Maksudnya adalah bahwa kamu sekalian adalah ummat yang terbaik
dalam keadaan wujud sekarang,karena mereka telah memerintahkan yang
baik dan mencegah perbuatan buruk,sehingga mereka tidak dapat menyruh
kebaikkan,tidak mencegah kemunkaran dan tidak memiliki keimanan yang
benar.
Itulah orang-orang yang termasuk katagori oarang yang baik yang telah
diperintahkan untuk berdakwah. berdasarkan uraian ayat tersebut, maka
yang dapat melakukan mar ma’ruf nabi munkar bukan hanya dari
kalangan ummat islam, melainkan dari kalangan ummat lainpun bisa
melakukan.

‫هّٰلل‬
ِ ‫يُْؤ ِمنُ ْو َن بِا ِ َو ْاليَ ْو ِم ااْل ٰ ِخ ِر َويَْأ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو‬
‫ف َويَ ْنهَ ْو َن‬
ٰ ٰۤ ُ ۗ
‫ْن‬Šَ ‫صلِ ِحي‬ّ ‫ك ِم َن ال‬ َ ‫ت َواول ِٕى‬ ِ ‫ار ُع ْو َن فِى ْال َخي ْٰر‬ ِ ‫َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َويُ َس‬
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan)
berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh. ( QS. Al-Imran
Ayat 114 )

Mereka yang dimaksud ayat tersebut adalah Ahli Kitab. Di antara


mereka itu ada yang berpegang teguh kepada kebenaran, menegakkan
keadilan, tidak berbuat zalim kepada orang lain, tidak menyalahai perintah
agama, membaca ayat-ayat Qur’an dan bersujud di malam hari. Mereka
juga beriman kepada Allah, memerintahkan yang baik dan menjauhi
perbuatan yang buruk.
Kembali kepada masalah pokok di atas yaitu tentang amar ma’ruf
adalah ma istahsanabu al-syar wa al-‘aql (sesuatu yang di pandang baik
menurut agama dan akal).sedangkan yang al-munkar adalah
dlidduhu(lawan atau kebalikan dari yang ma’ruf ). Selanjutnya dalam
mu’jam mufradat Al-Qur’an,yang dimaksud dengan al-ma’aruf adalah
ism li kull fi’lyu’rafu bi-al’aql aw al-syar’busnuhu (nama bagi setiap
perbuatan yang di akui mengandung ke baikan menurut pandangan
akaldan agama). Sedangkan ,al-munkar adalah ma yunkiru bibima(sesuatu
ma’ruf nahi munkar adalah benteng pemelihara ummat danpangkal
timbulnya persatuan).
Ini dapat di ketahui bahwa amar mar’ruf dapat di artikan sebagai setiap
usaha mendorong dan melaksanakan hal-hal yang sepanjang masa telah di
terima sebagai suatu kebaikan berdasarkan penilaian hati nurani manusia
dalam kehidupan sehari-hari.hal ini berbeda dengan pendapat yang di
kemukakan para pakar terdahulu yag menilai bahwa amar ma’ruf bukan
hanya di nilai baik berdasrkan hati nurani,melainkanberdarkan pula pada
syari’at atau wahyu
Adapun nahy munkar mengandung pengertian hal-hal yang
munkar,yang menurut al-maududi adalah nama untuk segala dosa dan
kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah di kutuk oleh watak
manusia sebagai jahat.
Selanjutnya dikalangan para ahli tafsir pada khususanya dan para pakar
dakwah pada umumnya kerapkali menghubungkan amar ma’ruf nahiy
munkar dengan kegiatan dakwah,sebagaimana telah di uraikan di
atas.bahkan lebih khusus lagi amar ma’ruf yang munkar ini digunakan
sebagai dasar bagi perusahan pengertian dan tujuan dakwah islamiah.
Dakwah adalah menyeru,mengajak atau mendorong manusia dengan
kuat agar berpedoman kepada kebaikan dan petunjuk tuhan,menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran agar mereka
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat
Dengan demikian, kegiatan dakwah pada intinya menggerakan orang
lain agar tertarik melakukan hal-hal yang ma’ruf dan menjauhi yang
munkar. baik tingkah laku itu dilakukan oleh perseorangan maupun oleh
kolektif masyarakat secara keseluruhan. Hal-hal yang baik seperti
keadilan, keberanian, kepahlawanan, kejujuran, ketaatan, persaudaraan,
kasih sayang, kesabaran dan sifat-sifat terpuji lainnya yang sewajarnya
dimiliki oleh manusia sebagai mahluk hidup yang di muliakan oleh Allah
SWT.
Dengan demikian bahwa kegiatan dakwah dalam konteks amar ma’ruf
ini mencakup segenap aspek kehidupan masyarakat ,baik dalam bidang
sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik,dan sebaginya .
Selain itu kegiatan dakwah juga harus dibarengi dengan usah-usaha
memusnakan hal-hal yang munkararat sebagai mana disebutkan di atas.
Usaha dakwah dalam bidang ma’rufat yakni menyuruh orang lain
melakukan kebaikan jauh lebih ringan resiko dan banyak di bandingkan
dengan usaha dakwah dalam bidang mencegah yang munkarat, terkadang
kemampuan da’i itu hanya di sekitar masalah-masalah pokok dan tidak
mengetahui hukum-hukum islam.
Oleh karena itu, Abu Zahrah berpendat agar setiap kaum muslimin
mengetahui apa yang di perintakandan apa yang dilarang Allah,kemudian
mengikuti (menjalankannya apa yang diperintahkan dan menjauhi apa
yang dilarang Allah itu).
Selain keterangan di atas, masih pula terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ummat disekitar kedudukan hukum berdakwah yang bertolak
dari pemahaman terhadap ayat 104 surat Ali imran tersebut. Seseorang
tidak dapat disebut muslim kecuali apa bila dia melaksanakan setiap
kewajiban islam dan memberikan penerangan-penerangan terhadap yang
lainya.
Timbulnya pendapat sebagaimana tersebut di atas didasarkan pada
pemahaman ayat tersebut sebagai berikut.
Pertamaan takuna bayaniyyatan dalam pengertian min untuk
menjelaskan.dengan demikian, pengertian ayat tersebut adalah handaknya
semua kaum muslim menjadi umat-umat yang mengajak kepada ke baikan
dan melarang kemunkaran.
Kedua, dalam kata minkum mununjakan min lit tabi’idl,yaitu min yang
menunjukan untuk bagian. Dalam pengertian ini maka terjemahan ayat
104 surat Ali imran di atas adalah hendaknya ada diantara kamu yang
secara khusus melaksanakan dakwah islamiah memerintahkan ma’ruf dan
larangan yang munkar.
Dengan penjelasan tersebut, maka pendapat yang mengatakan bahwa
dakwah sebagai kewajiban umum, atau fardlu’ain(tiap individu) dan
kewajiban khusus atau fardlu kifayah (hanya kelompok khusus), dapat di
temukan. Dalam hubungan ini imam syafi’i berpendapat bahwa
kewajiban-kewajiban itu mencakup kewajiban umum dan khusus. Umat
manusia terkena seruan dakwah islamiah berdasarkan ayat tersebut. jika
ditinggalkan, dosalah semunya. Oleh kerana itu, wajiblah ada, dan tentu
saja semuaya akan mendapatkan dosa manakala para ulama lainya tidak
melakukan hal lain.
Dakwah islamiah itu menjadi kewajiban setiap manusia. Oleh karena
itu,diminta atau tidak, ia berkewajiban melakukan dakwah isalmiah sesuai
dengan kemampuan ilmu dan upayanya, kemudian dengan meminta
bantuan dari kalangan kaum muslim. Dengan dakwah mereka itu akan
tampak lebih mengetahui hukum-hukum islam, mengetahui bahasa orang-
orang yang mereka ajak masuk islam
Dalam kaitan tersebut jelaslah bahwa hukum berdakwah ada yang
sifatnya fardlu’ain,yaitu dakwah dalam arti mengajak orang islam
megikuti ajaran Allah dan rasulula-nya menurut kadar kesanggupan yang
dimiliki masing-masing.dakwah dalam arti yang demikian itu di laksankan
dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan dalam bentuk apa saja
(lisan,tulisan perbuatan), sepanjang mempunyai kesempatan dan peluang.
Dan ada yang sifatnya fardlu kifayah, yaitu dakwah dalam arti yang
terorganisir dengan rapi,terprogram secara sistematik dan
berkeseimbangan dan dilaksanakan oleh para ahli yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan.

C. HUBUNGAN DAKWAH DAN PENDIDIKAN


Sekalipun ayat-ayat tersebut berbicara tentang sasaran, ruang
lingkup, tujuan, cara dan hukum berdakwah, namun ayat tersebut
berhubungan erat dengan pendidikan islam.hubungan antara pendidikan
dan dakwah dapat dilihat dari analisis sebagai berikut.
pertama, dilihat dari segi sasaranya, dakwah dan pendidikan
memiliki sasaran yang sama, yaitu manusia. Bedanya, dalam berdakwah
sasarannya terkadang ada yang di kelompokkan dan terkadang ada yang di
kelompokkan. Dalam berdakwah terkadang dilakukan ke dalam kelompok
sasaran dari berbagai latar belakang :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Tingkat kecerdasan dan lain-lain.
Seperti yang dilihat pada acara dakwah di masjid-masjid, majelis tak’lim
dan lain sebagainya. Sedangkan dalam pendidikan, sasaranya lebih
terklasifikasi berdasarkan perbedaan usia, kecerdasan dan lain sebagainya.
Kedua, diliahat dari segi ruang atau materi yang disampaikan dalam
dakwah dan pendidikan, tampak memilliki persamaan dan perbedaan.
Persamaanya adalah bahwa rung lingkup atau meteri dakwah dan
pendidikan pada intinya harus sejalan dengaan Al-Qur’an dan al-sunnah.
Bedanya bahwa ruang lingkup atau materi dalam berdahwah lebih umum
atau tidak terperinci dan lebih menggambarkan motivasi secara gelobal.
sedangkan dalam pendidikan, ruang lingkup atau materi dakwah lebih
terperinci sebagaimana dituangkan dalam kurikulum dan silabus yang
harus dicapai pada setiap semester.

Ketiga , dilihat dari segi tujuanya, antara dakwah dan pendidikan juga
memiliki persamaan dan perbedaan. Dakwah dan pendidikan sama-sama
bertujuan mengubah sikap mental manusia dengan cara di berikan
motivasi dan ajaran-ajaran, agar orang tersebut mau melaksanakan ajaran
islam dalam arti yang seluas- luasnya, sehingga ia dapat melaksanakan
fungsi khalifahanya dalam rangka beribadah ke Allah SWT.
Namun demikian dalma pendidikan terdapat rumusan tujuan yang
bertingkat-tingkat, yaitu rumusan tujuan universal yang berkiatan dengan
jangka panjang.

Ke empat, dilihat dari segi caranya,terdapat persamaan dan perbedaan


antara dakwah dan pendidikan. Persamaannya dalam berdakwah
sebagaimana dikemukan di atas paling kurang dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu dengan hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah. Di alam
Pendidikan ketiga cara tersebut dapat pula dilakukan. Perbedaannya dalam
Pendidikan cara atau metode yang digunakan masih banyak variasinya
seperti ceramah, diskusi, kisah, karya wisata dan masih banyak lagi.
Dengan kata lain metode dalam Pendidikan jauh lebih banyak dan
berkembang dibandingkan metode yang terdapat dalam dakwah.
Kelima, dilihat dari segi hukum, terdapat pula persamaan antara dakwah
dan pendidikan, yaitu ada yang termasuk kedalam katagori yang
hukumnya wajib bagi semua(fardlu’ain) dan ada yang hukumnya kifayah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu adanya kerja


sama yang baik dan seerat mungkin antara kegiatan dakwah dengan
Pendidikan. Dakwah harus mendorong maasyarakat agar mau
meningkatkan kualitas dirinya dengan cara meningkatkan kemampuannya
melalui Pendidikan dalam arti yang luas. Demikian pula Pendidikan harus
mendorong masyarakat agar mau melakukan dakwah dan mengamalkan
ajaran amar ma’ruf nahi munkar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman; setiap kali
al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman
yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada
perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman
untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak
heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena kebaikan negara dan rakyat
tidak sempurna kecuali dengannya.

Musibah paling buruk yang menimpa suatu umat dan masyarakat


bila Amar Ma’ruf Nahi Munkar ditinggalkan adalah berkuasanya diktator,
mulut dikekang, lisan dipasung, dan pena dipatahkan, sehingga tidak ada
yang berani bersuara, atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan
kebenaran yang disia-siakan, atau keinginan yang dikekang, atau nasihat
yang tulus. Dengan demikian kehidupan menjadi buruk, hidup menjadi
susah, sumber-sumber kebaikan menjadi kering, duri-duri kejahatan dan
kerusakan tumbuh, kenistaan merajalela, dan tidak ada yang bisa
menghentikan, serta harga diri manusia diinjak-injak.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin, Haji, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali
Pers, 2017 Cet. 7 .
https://www.liputan6.com/quran/ali-imran/104
https://kalam.sindonews.com/ayat/125/16/an-nahl-ayat-125
https://www.liputan6.com/quran/ali-imran/110
https://www.merdeka.com/quran/ali-imran/ayat-114
https://www.liputan6.com/quran/at-taubah/122

Anda mungkin juga menyukai