Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

KONSEP PENGAJARAN PERBAIKAN DAN PENDEKATANNYA

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI


BELAJAR

DOSEN PEMBIMBING: ZAIFATUR RIDHA M.Pd.I


DISUSUN OLEH KELOMPOK SEMBILAN

KARTIKA ARIYANTI

KHAIRIANI

RATNA APRILLA SINAGA

WINDI AULIA

SEMESTER: VI (ENAM ) PAI A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH

T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

Latar Belakang Masalah.................................................................1


Rumusan Masalah..........................................................................1
Tujuan Makalah.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3

Pengertian Pengajaran Perbaikan ................................................. 3


Pentingnya Pengajaran Perbaikan dan Hubungannya dengan
Proses Belajar Mengajar................................................................4
Sifat-Sifat Khusus Pengajaran Perbaikan dengan Masalahnya......6
Macam-Macam Pendekatan Pengajaran Perbaikan.....................10
Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan...............................13

BAB III PENUTUP.................................................................................15

Kesimpulan..................................................................................15
Saran.............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................16

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar pasti terdapat masalah-masalah dalam
kegiatan pembelajarannya, masalah-masalah tersebut tidak selalu berkaitan
dengan tingkat pemahaman siswa yang rendah yang disebabkan oleh tingkat
kecerdasanya. Namun, lebih dari itu, bisa jadi motivasi belajar siswa yang
rendah tersebut disebabkan oleh keadaan mental atau jiwa yang tidak baik.
Akibat dari ketidak-siapan jiwa dan mentalnya yang tidak optimal dapat
mengakibatkan kegagalan dalam belajar atau tidak sesuai dengan standart
kompetensi nilai.
Solusi dari kegagalan yang dialami oleh siswa tersebut dapat diatasi
dengan melakukan pengajaran perbaikan (remedial teaching), tetapi dalam
menerapkan remedial teaching ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan,
kita harus mengetahui prosedur atau langkah-langkah dalam melakukan
remedial teaching. Maka dari pada itu, pemakalah didalam makalah ini akan
membahas beberapa penjelasan mengenai remedial teaching ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pengajaran perbaikan?
2. Apa pentingnya pengajaran perbaikan dan hubungannya dengan proses
belajar mengajar?
3. Apa saja sifat-sifat khusus pengajaran perbaikan dengan masalahnya?
4. Apa saja macam-macam pendekatan pengajaran perbaikan?
5. Bagaimana prosedur pelaksanaan pengajaran perbaikan?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengajaran perbaikan
2. Untuk mengetahui pentingnya pengajaran perbaikan dan hubungannya
dengan proses belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat khusus pengajaran perbaikan dengan
masalahnya
4. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pengajaran perbaikan?
5. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengajaran perbaikan

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

“KHAIRIANI”

A. Pengertian Pengajaran Perbaikan (Remedial Teaching)


Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari
kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan, membetulkan, perbaikan,
pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau
mengajarkan.1 Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah
pencapaian hasil yang diharapkan.
Pengajaran remedial menurut Abd. Rachmat Abror adalah bentuk
pengajaran perbaikan yang diberikan kepada seseorang siswa untuk
membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya. Menurut
Abin Syamsuddin, pengajaran remedial adalah sebagai upaya guru
untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa (dengan kerakter) tertentu lebih mampu meningkatkan
prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan.2
Dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil
sebaik-baiknya, sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai
dengan harapan, maka diperlukan suatu proses pengajaran yang membantu
agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan
kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-
masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan
pribadi siswa.
Remedial teaching merupakan pengajaran yang berfungsi menolong
anak tersebut untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengajaran
perbaikan ini bersifat khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan

1
Melik Budiarti, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar (Magetan: CV. AE Media
Grafika, 2017), h. 46.
2
Masbur, “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”, Didaktika,
Issn: 348-367, Vol.12, No. 2, (Februari 2012), 350, https://media.neliti.com/media
/publications/136826-id-remedial-teaching-sebagai-suatu-solusi-s.pdf (Diakses pada
tanggal 23 Februari 2020)

4
belajar yang dihadapi anak didik. Layanan ini diberikan kepada peserta didik
untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pengajaran
remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk program
pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru
pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan.3

B. Pentingnya Pengajaran Perbaikan dan Hubungannya Dengan Proses


Belajar Mengajar
Dalam kegiatan proses belajar mengajar maka diperlukan adanya
pengajaran perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan. Karena itu, pengajaran perbaikan ini perlu dikuasai setidak-
tidaknya dikenal oleh guru bidang studi dan petugas bimbingan yang
menyeuluh. Dengan demikian pengajaran perbaikan ini perlu dapat dilihat dari
beberapa segi:
1. Siswa
Kenyataan yang terjadi disekolah-sekolah bahwa setiap peserta
didik dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda-beda.
Dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai adanya anak yang berbakat,
kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang
lambat di samping latar belakang mereka yang berupa pengalaman
berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual
dalam proses belajar mengajar yang menyangkut masalahan bahasa,
metode, alat evaluasi dan sebagainya. Ada beberapa perbedan individual
yang menjadi dasar perhatian antara lain sebagai berikut:
a. Perbedaan kecerdasan (inteligensi)
b. Perbedaan hasil belajar (achievement)
c. Perbedaan bakat (aptitude)
d. Perbedaan sikap (attitude)
3
Ischak S.W, Program remedial dalam proses belajar mengajar (Yogyakarta: Liberty,
1982), h..5.

5
e. Perbedaan kebiasaan (habbit)
f. Perbedaan pengetahuan (knowledge)
g. Perbedaan kepribadian (personality)
h. Perbedaan kebutuhan (ned)
i. Perbedaan cita-cita (ideal)
j. Perebedaan minat (phisically)
k. Perbedaan lingkungan (environment)
Atas dasar perbedaan individual ini guru dalam proses belajar
mengajar harus menggunakan berbagai pendekatan dengan menggunakan
suatu anggapan: bila siswa mendapat kesempatan belajar sesuai dengan
pribadinya dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai
dengan kemampuannya.Untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai
prestasi yang optimal digunakan pendekatan pengajar perbaikan (remedial
teching).4
2. Guru
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi
ganda yaitu sebagai instruktur, konselor, petugas psikologis, sebagi media,
sebagai sumber, dan sebagainya. Dalam fungsinya yang ganda ini guru
harus bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya
peningkatan prestasi belajar. Dalam rangka ini pengajaran perbaikan
merupakan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk mencapai prestasi
belajar secara optimal.
3. Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, bimbingan dan penyuluhan merupakan
kelengkapan dari keseluruhan proses atau pelaksanaan program. Untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik-baiknya dalam proses belajar
mengajar diperlukan pelayanan khusus (salah satu bentuk pelayanan BP
yaitu pengajaran perbaikan (remedia teaching).
Dengan demikian perlunya/pentingnya pengajaran perbaikan
atau remedial teaching itu dapat dilihat dari berbagai segi yaitu atas dasar
pertimbangan pedagogis, psikologis, didaktis, metodis, moral, dan lain-
lain.5
“KARTIKA ARIYANTI”

4
Ibid, h. 8.
5
Abu ahmadi dan Widodo supriyono, Psikologi belajar (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2004),
h.152.

6
C. Sifat-Sifat Khusus Pengajaran Perbaikan dengan Masalahnya
Kebiasaan pengajaran perbaikan disesuaikan dengan karakteristik
kesulitan belajar yang diderita siswa. Tekanannya pada usaha perbaikan
keseluruhan proses belajar mengajar menyangkut masalah cara belajar, metode
belajar, materi, alat, lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar
mengajar. Sehubungan dengana masalah ini maka perlu kiranya dipahami oleh
para guru dan petugas bimbingan, setidak-tidaknya diketahui prinsip-
prinsipnya masalah-masalah yang menyangkut :
1. Cara belajar siswa
Pada dasarnya siswa belajar dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Eksplorasi, yaitu siswa mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan
tentang sesuatu melalui seluruh indranya, kemudian dikembangkan
melalui berbagai usaha, melakukan sendiri dengan bermacam-
macam alternatif.
b. Coba-coba, yang dimaksukan ialah melalui metode trial and error,
yaitu mencoba lalu gagal, maka disini siswa akan belajar
memecahkan suatu permasalahan melalui kegagalan saat melakukan
percobaan.
c. Rasa tidak senang, dengan merasa tidak senang, siswa akan belajar
menghindari kesalahan.
d. Rasa gembira, sesuatu yang menyenangkan cenderung untuk
mengulang, dan sebaliknya sesuatu yang tidak enak cenderung untuk
dihindari, sehingga dalam proses pembelajaran hendaknya senantiasa
memunculkan rasa gembira didalam proses belajar mengajar
e. Imitasi yaitu belajar melalui peniruan maupun pengamatan yang
paling sering dilakukan karena cara belajar siswa yang masih kanak-
kanak cenderung bersifat meniru.
f. Partisipasi, dengan belajar melalui peniruan, berati siswa
berpartisipasi secara aktif (learn to be doing), itulah prinsip
pedagogik saat ini.
g. Komunikasi, semakin mudah komunikatif yang dilakukan oleh guru,
makin menarik sesuatu hal untuk dipelajari6
2. Kondisi belajar
1) Stimulasi belajar

6
Iskandar, Psikologi pendidikan (Ciputat: Gaung persada press, 2009), h.130.

7
Pesan yang diterima oleh siswa berupa stimulus yang berbentuk visual,
auditif, verbal, taktil, dsb. Dalam kegiatan belajar mengajar, bahan yang
disajikan harus benar-benar diinformasikan dan dapat diterima oleh
siswa dengan baik dengan cara prinsip pengulangan, dimana pinsip ini
akan membantu siswa lebih dari sekali kesempatan untuk menerima dan
menstruktur pesan yang disampaikan oleh guru.
2) Perhatian dan Motivasi
Siswa harus memperhatikan stimulus belajar yang mengandung pesan
dan harus mereka terima untuk berlangsungnya kegiatan belajar. Oleh
karena itu, sesuatu yang paling penting dalam kegiatan belajar dan
untuk mempertahankan perhatian diperlukan adanya motivasi sehingga
kegiatan belajar berlangsung dan berhasil baik
3) Respons yang dipelajari
Oleh karena belajar itu proses aktif, maka siswa harus dilibatkan ke
dalam bahan yang dipelajari. Pelibatan ini meliputi perhatian, proses
internal, dan tindakan yang nyata. Karena itu, agar hasil belajar dapat
dinilai, maka tujuan harus dirumuskan ke dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diamati.
4) Penguatan dan umpan balik
Secara teori, bila suatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan,
maka ada kecenderungan untuk mengulanginya. Siswa harus menerima
umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas.
5) Pemakaian dan pemindahan
Salah satu prinsip pemakaian kembali informasi yang telah dipelajari
adalah mind (jiwa) harus membuat suatu alamat terhadap stimulus yang
tersedia pada saat dibutuhkan.
6) Kemampuan belajar
bahwa peserta didik memilki latar belakang perbedaan dari segi
kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi dan sebagainya.
3. Strategi pengajaran
Strategi pengajaran berhubungan dengan pemilihan kegiatan
belajar mengajar yang paling efektif dalam memberikan pengalaman
belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin
dicapai. Dengan kata lain, strategi pengajaran adalah kegiatan yang dipilih
guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi kemudahan

8
kepada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Secara umum
pemilihan strategi pengajaran dipengaruhi oleh :
a. Penerimaan pengetahuan
b. Aplikasi pengetahuan
c. Tujuan yang bersifat perubahan sikap (perasaan)7
4. Hubungan guru siswa
Hubungan guru-siswa dalam proses belajar mengajar yang
diharapkan adalah hubungan yang manusiawi. Maka yang penting bagi
guru adalah bagaimana membawa siswa memperoleh pengertian sesuai
dengan pribadinya.
Mengenai tujuan pendidikan yang penting menurut aliran
humanistic adalah menyadarkan kemampuan anak sendiri, membantu
mereka bagaimana memahami orang lain, menyiapkan masa depan mereka,
melatih cara mereka berpikir, dan mengambil keputusan sendiri. Atas dasar
inilah, guru tidak lagi berperan sebagai pusat kegiatan/perhatian, melainkan
sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan kemampuannya.
Umtuk itu, guru perlu mengusahakan iklim yang menunjang efektifitas
belajar, seperti :
a. Memberi kebebasan kepada siswa dalam menyelesaikan tugasnya.
b. Mengusahakan suasana belajar yang hangat.
c. Menghargai siswa.
d. Memberikan tugas-tugas yang menantang.
e. Mengontrol disiplin siswa.
f. Menilai keberhasilan, dan sebagainya.
5. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan
yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
mempertahankan/menciptakan kondisi yang optimal bagi tercapainya
proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas meliputi pengaturan tingkah
laku antara ruang sehingga tercipta kemudahan-kemudahan dalam belajar.
7
Abu ahmadi dan Widodo supriyono, h. 200.

9
Masalah pengelolaan kelas ini berkenaan dengan masalah kondisi dan
situasi, administrasi teknik, dimensi pengelolaan, dan kedisiplinan siswa.
6. Bidang studi
Pengetahuan tentang psikologi bidang studi perlu diketahui bagi guru
maupun konselor, yaitu :
a. Bahasa
Efektivitas dalam bidang studi banyak tergantung dari penguasaan
bahasa. Faktor-faktor psikis yang mempengaruhi perkembangan dan
kemampuan bahasa yaitu lingkungan anak, intelegensi, emosi, dan alat
bicara. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat melihat hambatan
bahasa baik jasmani maupun psikis. Hambatan itu misalnya salah ucap,
salah ejaan, selain tata bahasa kesalahan membaca. Dalam remedial
teaching, bahasa dapat diartikan sebagai bantuan pengajaran untuk
membetulkan kesalahan yang sudah terjadi dan harus didahului dengan
menghilangkan hambatannya.
b. Berhitung/matematika
Beberapa ahli seperti Brownwell, Kuechner, dan Rein berdasarkan
pengalamannya, menyatakan bahwa remedial teaching berhitung dapat
diartikan penyusunan kembali pengalaman yang telah diperoleh terlebih
dahulu. Oleh karena itu, usaha guru harus direncanakan secara
matangdan dilakukan dengan kematangan.
c. Pengetahuan alam/pengetahuan sosial
Pengamatan dan pengalaman adalah dasar dari mendapatkan pengertian
dalam bidang pengetahuan alam dan sosial. Pengetahuan alam yang
terutama adalah memberikan pengetahuan tentang isi alam semesta,
bagaimana aktivitas kerjanya, dan mengapa demikian. Sedangkan
pengetahuan sosial menggunakan penemuan-penemuan dalam
pengetahuan alam tentang apa yang berguna dan baik bagi
kesejahteraan manusia.8

“WINDI AULIA”
D. Macam-Macam Pendekatan Pengajaran Perbaikan
Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa
pada umumnya, yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas

8
Ibid, h. 205.

10
tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat
mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan (level of mastery) tertentu,
sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-batas kriteria keberhasilan yang dapat
diterima (minimum acceptable performance).
Mengingat secara empirik sasaran strategis itu tidak selamanya dapat
dicapai dengan pendekatan sistem pengajaran konvensional maka perlu dicari
upaya pendekatan strategis.
Dalam konteks dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ross dan
Stanley menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogyanya dapat
dilakukan secara kuratif dan preventif. Dinkmeyer dan Caldwell dalam
bukunya Development Counseling menambahkan bahwa hal itu dapat
dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan (development).9
Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam-macam pendekatan dalam
pengajaran remedial, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif.
Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau
dilakukan setelah program proses belajar mengajar utama selesai
diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa
ada seseorang atau sejumlah orang atau bahkan mungkin sebagian besar
atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat dipandang tidak
mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar secara
sempurna, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Program
proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai program untuk tiap
pertemuan, untuk satuan (unit) bahan pelajaran atau satuan waktu
(mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan dan sebagainya)
tertentu.
Untuk strategi yang bersifat kuratif, maka ada beberapa teknik
pendekatan yang telah dikembangkan oleh para ahli, seperti:
pengulangan (repetion), pengayaan (enrichment) dan pengukuhan
(reinforcement) serta percepatan (acceleration).10
2. Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif.
9
Buna’i, “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar dalam
Unas)”, Tadrîs, Volume 2, No. 2 (Desember 2007), 275, https://media.neliti.com/media/
publications/136826-id-remedial-teaching-sebagai-suatu-solusi-s.pdf (Diakses Pada
Tanggal 23 Februari 2020)
10
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran
Modul (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h. 357.

11
Jika strategi dan teknik kuratif ditujukan kepada siswa yang
secara empirik sudah jelas menunjukkan kesulitan tertentu (prestasi
lemah, kurang mampu melakukan penyesuaian), pendekatan preventif
ditujukan kepada siswa tertentu berdasarkan data/informasi yang ada
dapat diantisipasi atau diprediksi atau setidaktidaknya patut diduga akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu
yang akan ditempuhnya. Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan
preventif ini berusaha sedapat mungkin agar hambatan-hambatan yang
diantisipasi itu dapat direduksi seminimal mungkin sehingga siswa yang
bersangkutan diharapkan dapat mencapai prestasi dan kemampuan
penyesuaian sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Kalau dalam pendekatan kuratif tindakan remedial itu
berpangkal tolak dari hasil post-teaching diagnostic yang berdasarkan
data/informasi hasil post-test/sumatif, sedang pendekatan preventif
bertitik tolak dari hasil pre-test atau evaluasi reflektif atau test of entering
behaviors. Ada tiga kemungkinan teknik layanan pengajaran remedial
yang bersifat preventif sebagaimana yang disarankan oleh para ahli
pendidik dan psikologi kependidikan, yaitu layanan pengajaran
kelompok yang diorganisasikan secara homogen (homogenitas
grouping), layanan pengajaran secara individual (individualized based
instruction) dan layanan pengajaran kelompok dilengkapi dengan kelas
khusus.
3. Strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat
pengembangan (development).
Kalau pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari post-
teaching diagnostic dan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut
dari pre-teaching diagnostic, maka pendekatan pengembangan
merupakan tindak lanjut dari duringteaching diagnostic atau upaya
diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini ialah agar siswa
dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan

12
yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar. Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) dari
saat ke saat selama berlangsungnya proses belajar mengajar, pada
akhirnya siswa diharapkan akan dapat menyelesaikan program secara
tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Agar strategi
pendekatan ini dapat dioperasikan secara teknis dan sistematis,
diperlukan adanya pengorganisasian program proses belajar
mengajaryang sistematis pula seperti dalam bentuk sistem pengajaran
berprogram, sistem pengajaran modul, self instruction audio tutorial
system, dan sebagainya. Dengan demikian, maka proses layanan
diagnostik dan remedial itu dapat dikatakan secara sekuensial dari unit ke
unit secara teratur.11

“RATNA APRILLA SINAGA”


E. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan
Untuk memperlancar pengajaran remedial dengan sempurna
sehingga hasil yang diinginkan tercapai lebih baik, maka pelaksanaan harus
melalui langkahlangkah yang tepat dan sistematis.Adapun prosedur pengajaran
remedial yaitu:
1. Meneliti kembali kasus
Meneliti kembali kasus adalah mendiagnosis kasus kesulitan
belajar dengan kriteria di bawah minimal yang dicapai dari hasil
belajarnya. Meneliti kembali kasus dengan permasalahannya merupakan
tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan
landasan titik tolak langkah-langkah berikutnya.
Adapun tujuan penelitian kembali kasus ini adalah agar
memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan
kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan
dapat ditentukan siswasiswa yang perlu mendapatkan pengajaran remedial.
Kemudian ditentukan besarnya kelemahan yang dialami dan dalam bidang
studi apa saja mengalami kelemahan. Untuk mengatasi hal tersebut salah
satu solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar adalah

11
Buna’i, h. 278.

13
membutuhkan pengajaran remedial yang mampu memberikan potensi
yang lebih baik.12
2. Menentukan tindakan yang harus dilakukan
Menentukan tindakan yang harus dilakukan yaitu menentukan
alternatif pilihan yang relevan dengan karakteristik kasus yang ditangani.
Langkah ini merupakan lanjutan dari langkah pertama. Dari hasil penelaah
dan penelitian kembali kasus yang dilakukan pada langkah pertama itu
akan diperoleh karakteristik kasus yang ditangani tersebut, yaitu dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga golongan yaitu berat, cukup, dan ringan.
Dikatakan kasus berat jika siswa belum memiliki cara belajar yang baik,
juga memiliki hambatan emosional.
Kasus yang cukup adalah jika siswa telah mampu menemukan pola
belajar tetapi belum dapat berhasil karena ada hambatan psikologis.
Sedangkan pada kasus ringan jika siswa belum menemukan cara belajar
yang baik. Setelah karakteristik harus ditentukan, maka tindakan
pemecahan perlu dipikirkan, yaitu sebagai berikut:
a. Kalau kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan
pengajaran remedial.
b. Kalau kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran
remedial harus diberi layanan konseling lebih dahulu, yaitu untuk
mengatasi hambatan-hambatan emosional yang mempengaruhi cara
belajarnya.
3. Pemberian layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh guru/konselor kepada siswa melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
siswa memiliki kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu menyelasaikan masalahnya sendiri.
Pelayanan bimbingan dan konseling yaitu untuk memberikan jasa,
manfaat atau kegunaan, ataupun keuntungan-keuntungan tertentu
kepada individu-individu yang menggunakan pelayanan tersebut.
Tujuan dari layanan ini adalah mengusahakan terciptanya
kesehatan agar siswa yang menjadi kasus itu terbebas dari
hambatan mental emosional dan ketegangan batinnya, kemudian
12
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 225.

14
siap sedia kembali menghadapi kegiatan belajar secara wajar dan
realistis.13
Memberikan arahan atau interaksi antara guru dan siswa dalam
memecahkan suatu masalah yang menjadi hambatan mental emosional
dalam menghadapi kegiatan belajar, maka guru harus disiapkan untuk
dapat memberikan bimbingan dan arahan pada peserta didik untuk dapat
mengahadaapi mental emosional yang masih labil yang dimilki oleh
peserta didiknya.
4. Pelaksanaan pembelajaran remedial
Pelaksanaan pembelajaran remedial merupakan suatu program
yang diberikan guru untuk memperbaiki prestasi belajar siswa yang
dibawah kriteria ketuntasan minimal. Program ini sebagai upaya guru
untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa (dengan karakter) tertentu lebih mampu meningkatkan
prestasi seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan.
Sasaran pokok pada langkah ini adalah peningkatan prestasi
maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan
keberhasilan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar
Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi adalah dengan
mengadakan tes terhadap perubahan pribadi siswa untuk mengetahui
proses pengajaran remedial secara menyeluruh. Langkah ini adalah
melakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa yang diberikan
pengajaran remedial. Apakah ia sudah mencapai apa yang direncanakan
pada kegiatan pelaksanaan remedial atau belum. Maka untuk mengetahui
hal itu perlu dilakukan pengukuran terhadap prestasinya kembali dengan
alat post-tes atau tes sumatif yang seperti dipergunakan pada proses belajar
mengajar yang sesungguhnya.14
6. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik
Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik adalah menafsirkan
dengan membandingkan kriteria seperti pada proses belajar mengajar yang

13
Ibid, h. 228.
14
Abu ahmadi dan Widodo supriyono, h. 160.

15
sesungguhnya. Adapun dari hasil penafsiran itu dapat terjadi 3
kemungkinan dan rekomendasi yang dapat diberikan yaitu:
a. Kasus menunjukkan peningkatan prestasi yang dihasilkan sesuai
dengan kriteria yang diharapkan, maka selanjutnya diteruskan ke
program berikutnya.
b. Kasus menunjukkan peningkatkan prestasi, namun belum memenuhi
kriteria yang diharapkan, maka diserahkan pada pembimbing untuk
diadakan pengayaan.
c. Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi,
maka perlu didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan
pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan
alternatif yang sama.
7. Pengayaan (Tugas Tambahan)
Pengayaan adalah memperkaya ilmu pengetahuan atau memperluas
ilmu pengetahuan siswa dengan memberi tugas tambahan, baik tugas yang
dikerjakan di rumah maupun tugas yang dikerjakan di kelas.17 Langkah
ini sama dengan langkah ketiga dan bersifat pilihan (optimal) yang
kondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih
sempurna dengan tindakan pengayaan.
Prosedur pelaksanaan remedial menurut Muhammad Entang adalah
identifikasi kasus dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
kesulitan belajar tidak akan bermanfaat apabila tidak diikuti dengan
tindakan-tindakan yang dapat membantu para siswa yang
mengalami kesulitan belajar, sebelum mengambil tindakan-
tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang
menurut pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana
yang disusun hendaknya didasarkan pada hasil identifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar.15
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
melaksanakan pembelajaran remedial berdasarkan prosedur-prosedur yang
telah ditentukan agarproses pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar
sehingga menemukan letak kesulitan belajar pada diri siswa dan
melaksanakan pembelajaran remedial.16

15
Ibid, h. 161.
16
Ischak S.W, h. 18.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk
program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang
diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan.
Remedial teaching merupakan pengajaran yang berfungsi menolong
anak tersebut untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengajaran
perbaikan ini bersifat khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan
belajar yang dihadapi anak didik. Layanan ini diberikan kepada peserta didik
untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, Melik. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar, Magetan: CV. AE


Media Grafika.
Masbur, “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”,
Didaktika, Issn: 348-367, Vol.12, No. 2, (Februari 2012), 350,
S.W, Ischak. Program remedial dalam proses belajar mengajar, Yogyakarta:
Liberty, 1982.
Ahmadi, Abu dan Widodo supriyono. Psikologi belajar, Jakarta: PT. Rineka
cipta, 2004.
Iskandar. Psikologi pendidikan, Ciputat: Gaung persada press, 2009
Buna’i, “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar
dalam Unas)”, Tadrîs, Volume 2, No. 2 (Desember 2007), 275,
Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosda .
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.

18

Anda mungkin juga menyukai