Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGERTIAN, PERAN, ORIENTASI DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT


PENDIDIKAN SERTA PERANNYA DALAM PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Ali Sunarso, M.Pd.

Oleh Kelompok 3 :
1. Alifia Shafa Maharani 0103521018
2. Valentia Febriyanti 0103521019

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan paper ini dengan baik. Penulis mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
tentang “Pengertian, Peran, Orientasi Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Serta Perannya
Dalam Pendidikan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………….................................…………....………………………… i

DAFTAR ISI ………………………...............................…………...………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………....……………...........................................…….………….. 3


B. Rumusan Masalah ….....……………………...........................................………….…… 4
C. Tujuan.......................................................……...............................................………… . 4
D. Manfaat Makalah............................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat......................................………......................................………….…. 6
B. Pengertian Pendidikan .....................................................…...............................................9
C. Pengertian Filsafat Pendidikan ...............................................................……………...…10
D. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan.................................................................…13
E. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan............................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………….......................................…………………………...…….…19
B. Saran .................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno philos dan sophia. Philos berarti cinta sophia
berarti kebajikan kebaikan atau kebenaran,atau bisa juga diartikan cinta atau hikmah ( Arifin,
1993: 1 ). Termminologi cinta dalam filsafat bukanlah seperti gambaran orang yang duduk
terasing dari alamyang diangankannya. Seorang filosof bukanlah seorang yang kurang andil
secara gigih dalam upaya menemukan berbagai tanda yang mendalam tentang kehidupan
manusia. Berangkat dari pengertian sederhana tersebut,maka filosof adalah orang yang
mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya,memusatkan perhatian kepadanya,dan
menciptakan sifat positif terhadapnya. Selain itu,filosof juga mencari hakikat sesuatu ,berusaha
menentukan sebab dan akibat,dan berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas
pengalaman-pengalaman manusia.

Menurut Hasbullah Bakry (1970: 9),ilmu filsafat merupakan suatu ilmu yang
mempelajari sesuatu secara mendetail,seperti ketuhanan,alam semesta dan manusia,sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana tentang sikap manusia semestinya ketika telah memperoleh pengetahuan.
Disamping itu,ada juga yang mengatakan bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang
dapat di capai dengan budi pekerti (Salam,1998: 5). Dalam kehidupan moderen ini filsafat bisa
di artikan sebagai ilmu yang berupaya memahami semua hal yang muncul didalam keseluruhan
ruang lingkungan pandangan dan pengalaman umat manusia (Barnadib,1994: 11). Dengan kata
lain berfilsafat adalah suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
berbagai bidang kehidupan manusia,menurut Jalaluddin dan Usman Said (1994: 11),jawaban
yang dimaksud merupakan suatu hasil pemikiran yang sistemis,menyeluruh,dan mendasar.
Jawaban seperti itu juga digunakan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan manusia,termasuk aspek pendidikan.

Definisi-definisi filsafat tersebut pada perinsipnya menampakkan sesuatu berdasarkan


kemampuan nalar manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran
yang tergantung sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia. Karena itu,kebenaran
menurut plato dan aristoteles adalah apabila pernyataan yang di anggap benar itu bersifat
koheren atau konsisten dengan permyataan sebelumya (Jujun, 1984: 20-21). Dengan
demikian,kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara sesuatu peristiwa yang terjadi sebelum

3
dan sesudahnya. Jika cocok dianggap benar dan jika tidak cocok tidak diterima sebagai
kebenaran. Kebenaran yang demikian agaknya cenderung mengandung pengertian yang
relatif,sebab bergabtung dari faktor ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh
masyarakat tertentu,belum tentu dinilai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain
walaupun dalam kurun waktu yang sama. Karenanya,wajar apabila pengertian filsafat
mengalami perbedaan dalam penafsirannya ( Jalaluddin dan Usman Said, 1994:
8).perkembangan dan perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman memiliki corak dan ciri
yang berbeda. Kondisi ini cenderung membantu manusia untuk selalu berfikir mencari nilai
kebenaran itu. Namun,karena ada perbedaan cara pandang dalam menafsirkan kebenaran
tersebut,maka belum ada kesepakatan mengenai hakikat dan definisi filsafat. Menurut situs,
Smith dan Nolan ( Jalaluddin dan Umar Said 1994: 8),perbeaan definisi ini paling tidak dapat
di pengaruhi oleh berbagai kondisi,antara lain adatistiadat,kebiasaan dan sejarah.

Peran filsafat dalam dunia pendidikan adalah memberi kerangka acuan bidang filsafat
pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau
bangsa. Karena itu, tak heran filsafat pendidikan yang terdapat pada suatu negara dipengaruhi
oleh filsafat hidup yang menjadi anutan bangsa dinegara tersebut. Terkait dengan itu pokok
bahasan dalam makalah ini di fokuskan pada pengertian, peran, orientasi dan ruang lingkup
filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari?
2. Apa pengertian dari Pendidikan ?
3. Apa pengertian dari Filsafat Pendidikan ?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan?
5. Bagaimana Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan?
C. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat Pendidikan

4
4. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan.
5. Untuk mengetahui Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan.
D. Manfaat Makalah
Dengan makalah ini, penyusun berharap agar :
1. Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai pengertian, peran, orientasi dan
ruang lingkup filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah serta gambaran mengenai pengertian, peran, orientasi
dan ruang lingkup filsafat pendidikan serta perannya dalam pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani phillein yang berarti cinta dan sophia yang berarti
kebijaksanaan. Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Suharlan, 2009;37).
Menurut Hasan Shadily (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;15), mengemukakan
bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian, dapat
ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan dan kebenaran, suka
kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan
bahwa Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Menurut Harold Titus (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan
pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat
diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan
analisis makna-makna. Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan
pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif
tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Selanjutnya, Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16). menjelaskan
filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh, karena filsafat bukan
hanya pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik
pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian
antara semua unsur yang mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan
dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara
sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.
Menurut Rizal dan Misnal (2006;3) ada beberapa pengertian filsafat yang
diklasifikasikan yaitu sebagai berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik untuk pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat kita junjung tinggi.

6
3. Filsafat adalah usaha menggambarkan keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk
mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan
sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari
manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Menurut Prof. Hoogeveld (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik adalah membantu anak
supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

Menurut Prof S. Brojonegoro (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik berarti memberi


tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai
tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.

Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi
dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti
khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga
(Sadulloh, 2003;54-55).

Pada bagian lain Harold Titus (dalam Sadulloh, 2007;18), mengemukakan makna
filsafat, yaitu :

1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.


2. Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran.
3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berfikir.

Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat.
Berfikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri,
yaitu radikal, sistematis, dan universal. Seperti yang dijelaskan oleh Sidi Gazalba (dalam
Sadulloh, 2007;18):

Berfikir radikal, berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung sampai


konsekuensi yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tetapi
terus sampai ke ujungnya. Berfikir sistematis ialah berfikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling

7
berhubungan yang teratur. Berfikir universal tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas kepada
bagian-bagian tertentu, melainkan mencakup keseluruhan.

Dari pengertian secara etimologi, Harun Nasution (dalam Prasetya, 1997;9)


memberikan definisi filsafat sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang hikmah;


b. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;
c. Mencari kebenaran;
d. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

Adapun pengertian atau definisi yang bermacam-macam itu terungkapkan juga oleh
Drs. Sidi Gazalba (dalam Prasetya, 1997;10), bahwa para filosof mempunyai pengertian atau
definisi tentang filsafat sendiri-sendiri. Sebagai contoh ia mengemukakan beberapa pengertian
filsafat menurut beberapa ahli, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang
ada.
2. Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3. Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu, yaitu ilmu
yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
4. Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan
pekerjaan.
5. Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian
filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:
a) Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabbiyyat), merupakan tingkatan terendah;
b) Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), merupakan tingkatan tengah;
c) Ilmu Ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) merupakan tingkatan tertinggi;

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat merupakan


kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat
berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa
yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis
tentang pokok-pokok yang ditelaahnya.

8
B. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan
bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak
penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, maka berubah pulalah corak
pendidikannya agar si anak siap untuuk memasuki lapangan penghidupan ini.

Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta
dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar
dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat
hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil
saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.

Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-
bagian ini telah menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi tidak selalu
mengambil tempat yang sama besarnya di dalam segala arah dan segi pada waktu yang sama.
Metode pengajaran atau susunan kurikulum umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih
banyak di dalam beberapa periode sejarah pendidikan daripada lain-lainnya. Barang kali
sekarang ini, sebagaimana tidak pernah di masa-masa sebelumnya, para siswa begitu tertarik
dengan permasalahan-permasalahan yang secara terus menerus (kekal) bersangkutan dengan
filsafat.

Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan,
kematangan dari kepribadian manusia.Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari
manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar
dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar
nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya
sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain,
proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup
manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi
yang bertanggung jawab. Selain itu menurut Henderson (dalam Sadulloh, 2007;55), pendidikan

9
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia
lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi
manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan intelligent, untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan penertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan


pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung
seumur hidup”.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan


kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai
suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta
keterampilan.

C. Pengertian Filsafat Pendidikan


Menurut Al-Syaibany (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;19). Filsafat pendidikan
adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.
Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;20), filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu
analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
Lebih lanjut menurut Soegarda Poerwakawatja (dalam Jalaluddin dan Abdullah,
2007;21), mengatakan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah semua perbuatan dan usaha
dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat
memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat
meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari
segala perbuatannya.
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;71) adalah :
1. Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.
Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan

10
yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis.
2. Selanjutnya, Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;72) mengatakan bahwa filsafat
pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari hakikat serta masalah
yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk
mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab hakiki dari
masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Filsafat pendidikan memiliki perhatian terhadap filsafat klasik. Hanya saja terfokus pada
analisis dan penjelasan terhadap problema-problema pendidikan. Ini hanya sebagai satu bentuk
dari filsafat umum mengenai kehidupan dan memiliki upaya untuk mengembangkan berbagai
masalah filsafat yang berhubungan dengan pendidikan dan sekolah. Hampir setiap hari para
pengajar tidak saja berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan filsafat pendidikan, tetapi
juga masalah pokok yang tidak bersentuhan langsung dengan pendidikan .

Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin (dalam Jalaluddin dan
Abdullah, 2007;19), bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum
dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak
didapatkan dalam bidang pendidikan. Filsafat mengkaji permasalahan yang menyangkut nilai
yang ditentukan untuk menjadi pandangan hidup manusia. Dengan demikian, filsafat
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, menjurus, total, dan komprehensif.

Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung (dalam Prasetya, 1997;22), dalam bahasanya
mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut:

a. Filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalaman manusia yang disebut pendidikan.
b. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadi filsafat sebagai
medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyeleraskan, mengharmoniskan dan
menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.

11
c. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof
untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya
berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.
d. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap
filsafat seseorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan
kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan
pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana


pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya
dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan
akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek
pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat
menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan.

Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan
muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual.

Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena
punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjalin ialah
suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering
diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap.

Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam
problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan persoalan

12
pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman dasar
bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada
gejala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan prinsip-
prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai dengan jiwa
ajaran Islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan.
Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka
tugasnya pun seiring yaitu berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan


merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah
norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia
dalam hidup dan kehidupannya.

D. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang
luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai
konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua
lapangan pemikiran manusia yang komprehensif. Sagala sesuatu yang mungkin dan benar-
benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu
tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran
filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).
2. Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of
man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.

13
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan (Tim Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).
Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan
dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari
sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya
pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya tentang hakikat sesuatu yang
menjadi objek dan materi bahasannya.
Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun
membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;25),
ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika.
1. Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan
meneliti (research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi,
hipotesis dan analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk
aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.
2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan
merupakan filsafat mengenai kesenian.
3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu
pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).
4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang
dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan
pekerjaan kantor.
5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate
reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu
jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan
benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

14
Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), filsafat sebagai
ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara
lain:
1. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan
muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang
diperoleh tersebut memang nyata.
2. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah
pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan
jenis-jenis pengetahuan.
3. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.

Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), dalam
pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang
diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan
perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan
masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan
keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu
konstribusi yang besar.
Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada
yang tampak jelas dan tidak jelas.
1. Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam
proses pendewasaan atau kematangan.
2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya
merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal
dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara
kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis
sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan
kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu
yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan
hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia.

15
Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting.
Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis
tentang masalah-masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik
bagaimana menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang
lebih dapat diterima tentang konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal
dan lebih mendasar.
Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama.
Berfilsafat ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan
menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak
mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya
diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilai-
nilai yang kritis dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup
yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian,
filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem
dalam lapangan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan
filsafat pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang
bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari
jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.

E. Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan


Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode
ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah- masalah kependidikan tersebut yang
merupakan pertanyaan- pertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula
dalam memecahkannya. Analisa filsafat terhadap masalah- masalah kependidikan tersebut, dan
atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori- teori pendidikan.disamping itu jawaban-
jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah
terhadap problematika pendidikan yang dihadapinya, menunjukan pandangan- pandangan
tertentu, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori pendidikan. Dengan demikian,
terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan fungsional

16
antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara legih rinci dapapt diuraukan sebagai
berikut :
a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan
menyusun teori- teori pendidikannya, disamping menggunakan metode- metode ilmiah
lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagi pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek,
misalnya filsafat idelisme, realisme, materialisme dan sebaginya, akan mewarnai pula
pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori- teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu terhadap teori- teori pendidikan yang di kembangkan atas dasar aliran
filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori- teori dan pandangan- pandangan filsafat
pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai
oleh pandangan dan airan filsafat yang dianutnya.
b. Filsafat, juga berpungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan
oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu,
mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam
praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat
hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di
sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-
teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan
relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
c. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan
atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu
filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan
gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang
ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan
memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya
menyimpulkan serta dapat disusun teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan
berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik).

17
Di samping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah
dalam bukunya “Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut :
a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat
hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral
pendidikannya.
b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan
system atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu
“supplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik
dan bukan hanya sebagai pengajar di bidang studi tertentu”. Beberapa pandangan tokoh
perenialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan
akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai
alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi
aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat
berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-
peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia dengan kata lain filsafat sampai
kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan
kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan
sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta
keterampilan.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang
pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan
yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat
pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan
orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai
perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya
dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang lingkup
filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk
mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan
bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca makalah ini dan dapat menjadi
rujukan ataupun media belajar bagi siapa saja yang ingin mempelajari “Pengertian, Peran,
Orientasi Dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Serta Perannya Dalam Pendidikan”.
Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing
menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/30262354/ORIENTASI_UMUM_DAN_PEMAHAMAN_K
ONSEP_FILSAFAT_PENDIDIKAN
2. https://ajopiaman.com/filsafat-pendidikan/
3. https://prezi.com/ex1gdlmmgbft/pengertian-peran-dan-orientasi-filsafat-pendidikan/
4. https://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/
5. Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta,
2007.
6. Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
7. Prasetya, Filsafat Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997.
8. Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfa Beta, 2007.
9. Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai