Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KECERDASAN JAMAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh Kelompok 7 :


MUH. ILHAM (22062014065)
MUHAMMAD FAISAL (22062014035)
ACHMAD RAMADHAN (22062014018)

KELAS : Non Reguler ( B )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun
pembuatan makalah pada tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Makalah ini kami buat
untuk menyelesaikan tentang pembahasan materi Kecerdasan Jamak.
Materi ini kami yakin masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna,
dan untuk itulah kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan dalam penyelesaian
makalah yang akan datang. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah mendampingi kami dalam menyelesaikan makalah dalam materi ini, semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Makassar, November 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 3

BAB II .............................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4

1. Pengertian Kecerdasan Jamak ...................................................................................... 4

2. Jenis-jenis Kecerdasan Jamak....................................................................................... 5

BAB III ............................................................................................................................. 17

PENUTUP ........................................................................................................................ 17

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran ...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecerdasan IQ (Intelligence Quotient) yang hanya berpihak pada sebagian kecil


peserta didik. Dikatakan berpihak pada sebagian kecil peserta didik karena kecerdasan
IQ hanya dilandaskan pada kemampuan bahasa, matematika dan logika yang hanya
sebagian kecil dari peserta didik memiliki kecenderungan dan kemampuan pada ketiga
materi itu.
Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang
memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus
memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift)
di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer,
penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain. Gagasan Howard Gardner tentang
kecerdasan jamak yang dituangkan dalam bukunya berjudul “Frames of Mind” telah
merubah cara pandang kita dalam mempelajari kecerdasan manusia. Saat ini, teori
kecerdasan jamak yang dikembangkan Gardner ini telah menjadi rujukan penting dalam
proses pendidikan.
Kecerdasan jamak mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan
seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kecerdasan
jamak memberikan pandangan bahwa terdapat sepuluh macam kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap orang. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah
komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk

memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian kecerdasan jamak?

2. Apa kecerdasan jamak?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar pembaca tahu tentang:

3
1. Untuk mengetahui pengertian jamak

2. Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan jamak

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kecerdasan Jamak

Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan


kemampuan berpendapat.[1] Dalam hal ini kecerdasan dipahami sebagai kemampuan
intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah.

Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses


kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yang spesifik di dunia.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis kecerdasan tertentu,
kecerdasan musikal misalnya, akan menunjukkan kemampuan tersebut dalam setiap
aspek hidupnya. Dikatakan lebih lanjut bahwa setiap orang memiliki delapam jenis
kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Kedelapan jenis kecerdasan itu memiliki
komponen inti dan ciri-ciri. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar profil
kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul
bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Dalam kasus khusus,
ditengarai adanya individu savant, yakni orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang
sangat tinggi pada satu jenis kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang lain.

Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti
kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan
jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang
menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan jamak merupakan
berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan tingkatan yang berbeda-beda.

Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena


dianggap lebih melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep MI menjadikan
pendidik lebih arif melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan
dilayani. Konsep ini “menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut
konsep ini, semua anak hakikatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu
diredefinisi dengan landasan baru

5
Teori kecerdasan jamak yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan
kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan
pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Teori kecerdasan jamak sangat menekankan pembelajaran yang menyenangkan


dan bermakna karena menghargai seluruh kecerdasan anak. Dengan demikian, anak
mampu memahami dan mengimplementasikan pelajaran dengan cara yang
menyenangkan dan mudah dipahami.[2]

Selain itu, juga dilakukan agar kecerdasan majemuk anak bisa berkembang secara
maksimal, sehingga anak yang dalam beberapa kecerdasan kurang menonjol dapat
dibantu dan dibimbing untuk mengembangkan kecerdasan – kecerdasan tersebut.

2. Jenis-jenis Kecerdasan Jamak

Kecerdasan jamak adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner untuk
menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan.
Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi
dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.

Adapun kecerdasan – kecerdasan tersebut yaitu :[3]

1. Kecerdasan Linguistik (Verbal Linguistic Intelligence)

Kecerdasan linguistik atau disebut juga dengan kecerdasan verbal adalah


kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks, misalnya cerdas bahasa
secara lisan seperti pendongeng, narator atau politisi, maupun cerdas bahasa secara
tertulis, seperti sastrawan, editor, penulis drama atau wartawan. Siswa yang
mempunyai kecerdasan ini mampu menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan
yang memberikan kesan Ia pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun
mendengarkan cerita atau membaca. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak

6
untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses
berpikirnya.

Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam
hal:

1. berkomunikasi lisan & tulis


2. mengarang cerita
3. diskusi & mengikuti debat suatu masalah
4. belajar bahasa asing
5. bermain “game” bahasa
6. membaca dengan pemahaman tinggi
7. mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
8. tidak mudah salah tulis atau salah eja
9. pandai membuat lelucon
10. pandai membuat puisi
11. tepat dalam tata bahasa
12. kaya kosa kata
13. menulis secara jelas
14. Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

Kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan dalam logika, abstraksi,


penalaran, berfikir kritis, menghitung, mengukur mempertimbangkan proposisi dan
hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Hal ini juga berkaitan dengan
memiliki kapasitas untuk memahami prinsip-prinsip yang mendasari beberapa jenis
sistem kausal , misalnya akuntan, programer komputer, ilmuwan, ahli statistik, dan lain-
lain. Siswa dengan kecerdasan logical-mathematical yang tinggi memperlihatkan minat
yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai
fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan.
Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung

Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. menghitung, menganalisis hitungan
2. menemukan fungsi-fungsi dan hubungan;

7
3. memperkirakan
4. memprediksi
5. bereksperimen
6. mencari jalan keluar yang logis
7. menemukan adanya pola
8. induksi dan deduksi
9. mengorganisasikan/membuat garis besar
10. membuat langkah-langkah
11. bermain permainan yang perlu strategi
12. berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak
13. menggunakan algoritme
14. Kecerdasan Spasial Visual (Spatial-Visual Intelligence)

Kecerdasan ini berkaitan dengan penilaian spasial-visual dan kemampuan untuk


memvisualisasikan dengan pikiran secara akurat. (misalnya sebagai pramuka, pemandu,
pemburu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya
dekorator, desainer interior, arsitek, seniman). Kecerdasan ini memungkinkan seseorang
untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau
memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan
menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Siswa dengan kecerdasan spasial visual
yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal
(internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.

Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. arsitektur, bangunan
2. dekorasi
3. apresiasi seni, desain, denah
4. membuat dan membaca chart, peta
5. koordinasi warna
6. membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya
7. menciptakan dan interpretasi grafik
8. desain interior
9. dapat membayangkan secara detil benda-benda
10. pandai navigasi, arah

8
11. melukis, membuat sketsa
12. bermain game ruang
13. berpikir dalam image atau bentuk
14. memindahkan bentuk dalam angan-angan
15. Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan


perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu. Karir yang sesuai dengan mereka dengan kecerdasan ini meliputi pengrajin,
pemahat, penjahit, mekanik, atlit, penari, musisi, aktor, polisi, dan tentara dan lain-lain.
Siswa dengan kecerdasan ini yang di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh.
Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. mengekspresikan dalam mimik atau gaya
2. atletik
3. menari dan menata tari
4. kuat dan terampil dalam motorik halus
5. koordinasi tangan dan mata
6. motorik kasar dan daya tahan
7. mudah belajar dengan melakukan
8. mudah memanipulasikan benda-benda (dengan tangannya)
9. membuat gerak-gerik yang anggun
10. pandai menggunakan bahasa tubuh
11. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

Kecerdesan musikal atau musical intelligence atau menurut Gardner disebut musical–
rhythmic and harmonic adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan
cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan, misalnya penyanyi,
komposer, penikmat musik, dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan musikal yang
menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan
kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar
melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata

9
musikal dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah
komposisi musik.

Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
1. menyusun/mengarang melodi dan lirik
2. bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul
3. mudah mengenal ritme
4. belajar dan mengingat dengan irama, lirik
5. menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik
6. memainkan instrumen musik
7. mengenali bunyi instrumen
8. mampu membaca musik (not balok, dll)
9. mengetukkan tangan, kaki
10. memahami struktur musik
11. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi


dengan orang lain secara efektif. Karir yang sesuai dengan kecerdasan ini mencakup
politisi, manajer, guru, konselor dan pekerja sosial. Orang yang memiliki kecerdasan ini
akan mampu mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, dan motivasi serta
perasaan orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki
interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu
mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu
merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja
sama dengan orang lain. Pemikiran Gardner tentang kecerdasan jamak mengenai
kecerdasan interpersonal di atas ditempatkan oleh Salovey dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional

Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. mengasuh dan mendidik orang lain
2. berkomunikasi
3. berinteraksi
4. beremphati dan bersimpati
5. memimpin dan mengorganisasikan kelompok

10
6. berteman
7. menyelesaikan dan menjadi mediator konflik
8. menghormati pendapat dan hak orang lain
9. melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang
10. sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain
11. kerjasama dalam tim
12. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang


akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam bertindak
berdasarkan pemahaman tersebut, merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang.
Siswa dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan
dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu
mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan
dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada
siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. berfantasi, “bermimpi”
2. menjelaskan tata nilai dan kepercayaan
3. mengontrol perasaan
4. mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda
5. menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan merenung
6. introspeksi
7. mengetahui dan mengelola minat dan perasaan
8. mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
9. memotivai diri
10. mematok tujuan diri yang realistis
11. memahami konflik dan motivasi diri
12. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

Kecerdasan naturalis ialah kemampuan untuk mengenali, membedakan,


menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun di
lingkungan. Kecerdasan ini adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup

11
kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam lainnya
serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan.

Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
1. menganalisis persamaan dan perbedaan
2. menyukai tumbuhan dan hewan
3. mengklasifikasi flora dan fauna
4. mengoleksi flora dan fauna
5. menemukan pola dalam alam
6. mengidentifikasi pola dalam alam
7. melihat sesuatu dalam alam secara detil
8. meramal cuaca
9. menjaga lingkungan
10. mengenali berbagai spesies
11. memahami ketergantungan lingkungan
12. melatih dan menjinakkan hewan

Menurut Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi
dalam tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses
informasi dengan cara yang berbeda-beda. Orang mampu belajar dengan baik ketika
mereka dapat mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas ini.

Penerapan teori Gardner tentang kecerdasan ganda dalam pendidikan anak adalah
memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang dimana mereka
memiliki keingintahuan dan bakat alami. Menurut Garner, seandainya para guru
memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka,
hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangatlah ahli dalam suatu hal
tertentu.

Bahkan seorang siswa yang tidak memahami satu bidang ilmupun akan
menemukan bahwa dirinya memiliki kekuatan-kekuatan yang setara dengan orang lain.
Seperti di Key School di Indianapolis, setiap siswa dipaparkan pada materi-materi yang
didesain untuk menstimulasi keahlian bahasa, matematika dan permainan fisik. Terlebih
lagi, mereka didorong untuk memahami diri sendiri dan orang lain.[4]

12
McKenzie menggunakan roda domain kecerdasan jamak untuk
memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagau kecerdasan. Pertama,
kecerdasan dikelompokkan kedalam 3 wilayah, atau domain, yakni interaktif, analitik,
dan introspektif. Ketiga domain ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kecerdasan
dengan siswa yang ada.

 Domain Interaktif, yang terdiri atas kecerdasan verbal, interpersonal, dan kinestetik.
Seseorang biasanya menggunakan kecerdasan ini untuk mengekspresikan diri dan
mengeksplorasi lingkungan mereka.
 Domain Analitik, terdiri atas kecerdasan musik, logis, dan naturalistik, yang
digunakan oleh seseorang dalam menganalisis data dan pengetahuan. Kecerdasan ini
banyak digunakan untuk menganalisis dan menggabungkan data ke dalam skema
yang sudah ada.
 Domain Introspektif, terdiri atas kecerdasan intrapersonal dan visual. Kecerdasan ini
memerlukan keteribatan seseorang untuk melihat sesuatu lebuh dalam dari sekedar
memandang melainkan harus mamou membuat hubungan emosional antara yang
mereka pelajari dengan pengalaman masa lalu.

1. Penerapan Kecerdasan Jamak dalam Pembelajaran

Penerapan kecerdasan jamak dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan


dalam tiga bentuk utama yakni : [5]

 Orientasi Kurikulum

Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kecerdasan jamak dalam kurikulum


adalah sebagai berikut :

1. Kecerdasan jamak berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan


sesuatu dalam berbagai konteks.
2. Kecerdasan jamak menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk
menjadi standart kompentesi.

13
3. Kecerdasan jamak merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelasakan
hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran.
4. Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefenisikan secara
jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat
diukur.
5. Penyusun standart kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan
pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proposional, tidak melulu hanya aspek
kognitif atau spiritual belaka tetapi seimbang dan tepat sasaran.

 Pengembangan Metodologi Pembelajaran

1. Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan inteligence


linguistic, dimana siswa diajak menyenangi dan mencintai bahasa, dimana siswa
dapat menikmati suara dari kata-kata, menghargai dan memeakai kekuatan dengan
penuh tanggungjawab.
2. Problem solving, siswa dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya adanya
perkelahian antar pelajar, sering terlambat sekolah, prestasi kelas merosot,
komunikasi dengan guru kurang lancar. Siswa diajak untuk memikirkan bersama,
mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama,. Metode ini
dapat mengasah kecerdasan interpersonal.
3. Reflective thingking/critical thinking, siswa secara pribadi atau berkelompok
dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lainnya. Siswa
diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-
bahan bisa dipilih sendiri oleh siswa. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan
kinestetik dan juga interpersonal inteligence.
4. Group dynamic, siswa dibimbing untuk kerja kelompok secra kontinyu dalam
mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk
mengembangkan kecerdasan logical, mathematical, dan kecerdasan
5. Comunity building, siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau
masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atu sendiri
secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan
6. Responsibility building, siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat
laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk
membangun kecerdasan intrapersonal.

14
7. Picnic , siswa merancang kegiatan santai diluar sekolah, tidak harus ketempat jauh
dan biaya mahal untuk menggali nilai-nilai sosial, spiritual, keindahan, dan
sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan spatial, dan
kecerdasan
8. Camping study, siswa diajak melakukan kegiatan camping dalam rangka belajar.
Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa dihalaman sekolah. Seperti hal diatas, ini
dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spatial, juga intrapersonal.
9. Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian
layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang segera maksimal
sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan berarti
mengajari anak satu persatu secraa bergantian, melainkan dengan memberikan
peluang sebesar-besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman
belajra sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa baik
secara individu maupun berkelompok. Cara yang paling biasa untuk mendorong
kerja-regu adalah meminta siswa untuk bekerja dalam suatu regu untuk mencari
jawaban pada pertanyaan, untuk memecahkan suatu masalah. Namun guru harus
berhati-hati agar harapan, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakikat
pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan pengalaman siswa-siswa.
Cara berikut dapat dikembangkan untuk membangun
kecerdasan interpersonal dan body kinesthetic.
10. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas
bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut siswa, baik yang datang dari guru itu sendiri
maupun dari temannya. Cara seperti ini dapat mengembangkan berbagai kecerdasan
seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan bodily kinethetic,dan bahkan kecerdasan
11. Pertanyaan efektif, jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat
informasi yang ditemukannya didalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan
sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu
pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di
dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong siswa berpikir dan berpendapat tidak
hanya untuk menyalin jawaban, keterampilan ini digunakan untuk mengasah
kecerdasan
12. Membandingkan dan mensintasiskan informasi, pemahaman informasi yang
dikumpulkan dari suber daya dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam

15
kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda umtuk
digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian,
siswa harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang sudah mereka tuliskan
sehingga hasilnya mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Cara
ini digunakan untuk melatih anak dalam kecerdasan linguistic dan logical
mathematical.
13. Mengamati (mengawasi) aktif, sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada
waktu menonton vidio. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa-siswa untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya
pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan dimana jawaban-jawaban akan
muncul didalam video dan ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan
juga terjadi didalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Cara ini digunakan
untuk melatih kecerdasan linguistic dan kecerdasan
14. Peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa
mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa
tuntas siswa-siswa dalam memikirkan susatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan
untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah
dipelajari dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk
mempertimbangkan semua hasil yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan
dan kemudian hasil-hasil dan akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk berpikir
tenang. Cara ini digunakan untuk melatih mengembangkan kecerdasan
15. Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan
siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan.
Sikap, atau tindakan yang kontroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja
sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk
menggolongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi
mereka sendiri, keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah itu, siswa –
siswa dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah cara guru untuk mengembangkan
kecerdasan logical mathematical.
16. Permainan peranan konverensi meja bundar, strategi- strategi ini meliputi permainan
peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu
rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang menafsirkan informasi
tentang isu itu. Pada akhir konverensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong

16
untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi
tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk merangsang anak agar terlahir
kecerdasan interpersonalnya dengan baik.

 Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran.

1. Evaluasi dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi kemajuan


belajar siswa dalam berbagai bidang intelligensi (kecerdasan jamak). Hal ini sudah
harus tergambar sejak dalam perencanaan pembelajaran pengembangan kegiatan
pembelajaran.
2. Bentuk evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang dapat
mengakomodir kecerdasan yang sangat kompleks, baik itu kecerdasaan dalam
linguistic, logical mathematical, interpersonal dan lain sebagainya. Bentuk tes soal
ujian harus diiringi dengan tugas, jadi nilai praktek dan nilai sehari hari sangat besar
perannya dalam penentuan keberhasilan belajar.

Proses penilaian benar-benar berbasis kelas dan berangkat dari potensi apa yang
dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk dikembangkan pada dirinya.
Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran juga harus
diiringi dengan pertimbangan lain dimana masing-masing anak memiliki keunikan yang
khas, sehingga pengukuran kecerdasannya pun membutuhkan ciri khas

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori kecerdasan jamak yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan
kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan
pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Teori kecerdasan jamak sangat menekankan pembelajaran yang menyenangkan


dan bermakna karena menghargai seluruh kecerdasan anak. Dengan demikian, anak
mampu memahami dan mengimplementasikan pelajaran dengan cara yang
menyenangkan dan mudah dipahami.

Kecerdasan jamak adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner untuk
menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan.
Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi
dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu

B. Saran
Dalam pembahasan makalah ini kami yakin masih memiliki banyak kekurangan.
Kami berharap kritik dan saran kepada seluruh pembaca agar dalam pembuatan
makalah yang akan datang dapat terselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaiakan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

[1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah lAIN Walisongo 2004),
hal. 104.

[2] Ariyani Syurfah, Multiple lntelligencesfor Iskmic Teaching: Panduan Melejiikdn


Kecerdasan Majemuk

Anak Meta/ui Pengajaran Islam, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2007), Hal.v

[3] Asep Kurniawan, Pembelajaran dengan Kecerdasan Jamak di Sekolah, Jurnal Psikologi
Pendidikan (Volume 1. No.2, April 2014) Hal. 6-9

[4] John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), Hal.323

[5] Mardianto, Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi


Pembelajaran, (Medan: Perdana Publishing, 2017), Hal. 128-136

19

Anda mungkin juga menyukai