2. Literasi Visual
Saat ini istilah literasi tidak hanya digunakan untuk merujuk dalam tulisan
informasi verbal, namun lebih luas literasi visual merujuk pada kemampuan yang
dipelajari untuk menafsirkan pesan visual secara akurat dan untuk merealisasikan pesan
tersebut. Di kehidupan sehari-hari contohnya dalam kartu informasi darurat di pesawat
terbang atau rambu jalan raya yang memperingatkan tikungan berbahaya dua hal tersebut
sudah termasuk dalam literasi visual. Literasi visual dapat dikembangkan melalui dua
pendekatan utama yaitu:
1. Strategi Masukan
Strategi ini akan membantu siswa untuk memecahkan kode atau “membaca”
visual secara mahir dengan mempraktikkan keterampilan analisis visual
(misalnya, melalui analisis gambar dan diskusi program multimedia dan video).
2. Strategi Keluaran
Strategi ini akan membantu peserta didik untuk menafsirkan kode atau "menulis"
visual dengan tujuan mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan orang lain
(misalnya, melalui perencanaan dan pembuatan presentasi foto dan video).
Dalam literasi visual terdapat dua aktivitas utama yaitu decoding dan encoding yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Decoding: Menafsirkan Visual
Sekedar melihat visual tidak berarti secara otomatis seseorang mendapatkan
pembelajaran langsung. Siswa harus dibimbing menuju decoding visual. Jadi,
salah satu aspek literasi visual adalah keterampilan menafsirkan dan menciptakan
makna dari rangsangan di sekitarnya. Terdapat beberapa aspek yang
mempengaruhi aktivitas decoding yaitu:
a. Efek Perkembangan.
Banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana seorang pelajar dalam
memaknai sebuah tampilan visual. Anak-anak sampai pada usia 12 tahun
cenderung memaknai tampilan visual secara parsial artinya cenderung
menafsirkan memilih objek tertentu untuk ditafsirkan. Disisi lain, anak
yang lebih dewasa cenderung mampu untuk merangkum keselurujan objek
yang dilihat dan menggambarkan kembali pesan yang ingin disampaikan
dari sebuah tampilan visual.
b. Efek Budaya
Dalam pembelajaran kita harus ingat bahwa tindakan decoding visual
dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya peserta didik. Kelompok
budaya yang berbeda mungkin mempersepsikan materi visual dengan cara
yang berbeda. Sebagai contoh, dalam pengajaran terdapat visual yang
menggambarkan pemandangan khas kehidupan pedesaan dan kehidupan
dalam kota. Hampir dapat dipastikan bahwa siswa yang tinggal di daerah
pedesaan akan memecahkan kode visual ini secara berbeda dari siswa
yang latar belakang budaya (dan sosial ekonomi) perkotaan.
c. Preferensi Visual.
Dalam memilih visual, guru harus membuat pilihan yang tepat antara
jenis visual yang disukai dan yang paling efektif. Orang tidak selalu dapat
memepelajari dengan baik dari jenis gambar yang mereka sukai untuk
dilihat. Misalnya, penelitian tentang preferensi gambar menunjukkan
bahwa anak-anak di kelas atas sekolah dasar cenderung lebih menyukai
warna daripada hitam putih dan memilih foto daripada gambar; anak-anak
yang lebih muda cenderung lebih menyukai ilustrasi yang sederhana,
sedangkan anak yang lebih tua cenderung lebih menyukai ilustrasi yang
cukup kompleks (Myatt & Carter, 1979).
Meskipun banyak pelajar lebih menyukai visual yang sangat realistis
daripada representasi abstrak, guru harus menyeimbangkan antara
keduanya untuk mencapai tujuan instruksional. Terlepas dari perbedaan
tersebut siswa dapat mengembangkan kemampuan visual mereka dengan
berlatih. Mereka dapat berlatih dengan melihat dan mengkritik tampilan
visual, seperti iklan majalah, dan dengan berpikir kritis tentang dan
mendiskusikan program televisi.
2. Encoding: Membuat Visual
Aktivitas literasi visual yang selanjutnya adalah encoding melalui penciptaan
presentasi visual oleh siswa. Sama seperti menulis dapat memacu membaca,
memproduksi media dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk memahami
media. Contoh pengembangan aktivitas ini adalah guru dapat mendorong siswa
untuk mempresentasikan laporan di depan kelas atau dapat menyajikan ide dan
peristiwa melalui rekaman video, atau aktivitas lain yaitu siswa dapat memindai
foto atau gambar ke dalam presentasi yang dihasilkan komputer menggunakan
perangkat lunak seperti PowerPoint.
a. Pendidikan Literasi Visual
Program pendidikan literasi visual telah dikembangkan di banyak negara
lain untuk memperkenalkan siswa pada konsep dan keterampilan yang
terkait dengan menafsirkan visual dan berkomunikasi secara visual.
Program-program ini dirancang untuk anak-anak dari prasekolah hingga
sekolah menengah yang mencakup pengkodean dan penguraian informasi
visual di semua media. Literasi visual sekarang telah diterima dengan
baik sebagai aspek penting dari kurikulum di semua tingkat pendidikan.
Contoh bentuk program literasi visual ini adalah di pusat media di sekitar
kota siswa membuat kampanye poster, merancang produk dan iklan baru,
memeriksa kebiasaan menonton televisi mereka, dan menganalisis pesan
komersial/iklan. Mereka memproduksi video menggunakan camcorder,
dan mereka merancang proyek dalam video, foto, dan media lainnya.
Dalam pembelajaran guru didorong untuk berpikir secara visual dan
memusatkan perhatian siswa pada aspek visual dari buku teks dan buku
cerita saat membaca sehingga kemampuan mereka untuk membaca,
memahami, membuat, dan menganalisis daya persuasif visual menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
2. Meminimalkan Usaha
Sebagai seorang kreator media visual maka kreator pasti ingin menyampaikan
pesan sedemikian rupa sehingga pemirsa mengeluarkan sedikit usaha untuk
memahami apa yang mereka lihat dan isi pesan tersebut. Maka hal yang harus
dilakukan adalah mengurangi upaya yang diperlukan untuk menafsirkan visual.
Hal ini akan berkaitan dengan contohnya menggunakan kombinasi warna yang
serasi dan figur yang kontras dengan latar belakangnya juga berperan. Intinya
desain visual berguna untuk memudahkan pembaca memahami apa yang akan
kita sampaikan.
3. Meningkatkan Daya Tarik
Pesan tidak memiliki peluang sampai kepada pemirsa kecuali orang-orang
memperhatikannya. Jadi, tujuan utamanya adalah membuat desain semenarik
mungkin untuk menarik perhatian pemirsa dan membujuk mereka untuk
memikirkan pesan. Contohnya dalam memilih gaya yang sesuai untuk pemirsa
dan menggunakan skema warna yang menarik.
3. Fokus Perhatian
Setelah mendapatkan perhatia pemirsa, langkah selanjutnya adalah bagaimana
mengarahkan perhatian/fokus mereka pada bagian terpenting dari tampilan pesan
visual yang telah dibuat. Conothnya desain dan warna yang merupakan sarana
untuk mencapai tujuan memusatkan perhatian.
6. Gambar Digital
Seiring kemajuan teknologi komputer, pembuatan gambar visual telah berpindah ke
dunia digital. Siswa dapat menggunakan kamera digital untuk membuat dokumen asli
atau dapat mentransfer gambar ke dalam format digital menggunakan pemindai. Gambar
digital memungkinkan pengguna untuk menangkap, mengedit, menampilkan, berbagi,
dan jaringan gambar diam dan video. Teknologi membuat prosesnya sangat mudah bagi
guru dan siswa. Pengguna dapat mengirim gambar ke perangkat digital lain,
menyimpannya di komputer, atau membagikannya melalui internet.
1. Kamera digital
Kamera digital berukuran kecil dan ringan dengan bagian yang bergerak lebih sedikit
daripada kamera tradisional. Alih-alih menyipitkan mata melalui jendela bidik optik
kecil, sebagian besar kamera digital kamera tal memungkinkan Anda untuk melihat
gambar besar yang ditampilkan di bagian belakang kamera sebelum Anda mengambil
"gambar". Mereka menangkap gambar langsung ke disket 3,5 inci atau kartu memori
khusus, bukan film. Akibatnya, tidak perlu menunggu untuk pemrosesan film. "Foto"
dapat langsung dilihat menggunakan layar di bagian belakang kamera. Anda dapat
menghapus gambar yang tidak Anda inginkan dan memotret ulang di tempat sampai
Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan.
Mencetak gambar digital dengan cepat dan mudah dengan printer warna atau "printer
foto". Anda dapat memasukkan floppy disk atau kartu memori ke komputer Anda untuk
menempatkan gambar dalam dokumen atau laporan. Anda dapat menggunakan komputer
Anda untuk mencetak gambar. Dimungkinkan untuk membuat salinan "foto" tanpa
menggunakan komputer. "Printer foto" memungkinkan Anda mengambil disk dari
kamera dan memasukkannya ke dalam printer untuk membuat salinan. Salinan foto
digital dapat dibuat tanpa penurunan kualitas dan warna tidak akan pudar seiring waktu
2. Pemindai
Pemindai bekerja dengan komputer untuk mentransfer gambar visual yang ada, seperti
gambar atau foto ke dalam file grafik komputer digital. Seperti halnya foto digital, siswa
dapat dengan cepat menggabungkan gambar yang dipindai dalam dokumen pemrosesan
atau meningkatkan bahkan mengubahnya.
Pemindai flatbed terlihat seperti bagian atas mesin fotokopi dan terhubung ke komputer
dengan kabel khusus. Pengguna mengangkat tutup pemindai dan menempatkan gambar
menghadap ke bawah pada permukaan kaca. Perangkat lunak khusus pada komputer
mengoperasikan pemindai. Di dalam pemindai terdapat sistem lensa atau cermin untuk
memfokuskan cahaya yang dipantulkan dari sumber aslinya ke dalam perangkat charge-
coupled (CCD). Perangkat ini mengubah gambar optik menjadi muatan listrik, yang
kemudian diubah menjadi bentuk digital yang dapat diterima oleh komputer.
REFERENSI