Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET

Pengaruh Menonton Fim Upin – Ipin Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Positif
Murid Sekolah Dasar

Oleh :

Kelompok 4

Mei Lanie Siagian (4193341006)

Natasya Ningtias Nurhadi (4192141001)

Rizki Sonia Roka Ujung (4193341007)

Safira Try Puspita (4191141001)

Dosen Pengampu :

Drs. Onggal Sihite, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset pada mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar.

Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Drs. Onggal Sihite, M.Si.,
selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan
kepercayaannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan Mini Riset ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca supaya dapat menjadi lebih baik lagi, demikian tugas Mini Riset ini dibuat,
jika ada kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf.

Medan, 13 November 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Tujuan ........................................................................................................... 5
C. Rumusan masalah ......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 6


A. Film Animasi Upin dan Ipin ........................................................................ 6
B. Pengetahuan dan Perilaku Positif Pada anak .............................................. 8
C. Studi Efek Media Pada Anak- anak ............................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 14


A. Subjek Penelitian .......................................................................................... 14
B. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 14
C. Teknik Analisis Data .................................................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 15

A. Hasil .............................................................................................................. 15
B. Pembahasan .................................................................................................. 17

BAB V PENUTUP................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ....................................................................................................18
B. Saran ............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini teknologi semakin canggih, sehingga
pola hidup dan dunia anak juga semakin berkembang. Anak-anak sekarang cenderung
menghabiskan waktunya duduk di depan televisi, untuk menyaksikan tayangan-
tayangan yang mereka sukai. Tayangan televisi selalu menyita perhatian anak-anak
pada setiap harinya. Media massa merupakan salah satu hasil teknologi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan,
komunikan yang berada di tempat yang berjauhan dan disampaikan dalam waktu yang
bersamaan. Dalam abad moderen seperti sekarang ini masyarakat tidak dapat lagi
dipisahkan dari media massa. Manusia modern tidak dapat hidup tanpa suguhan
media massa yang memenuhi kebutuhan mereka akan informasi.

Salah satu produk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah televisi
yang diakui telah banyak memberikan pengaruh positif dan negatif bagi kemajuan
manusia dan kebudayaannya. Televisi mampu mempercepat arus komunikatif audio-
visual (suara-gambar), peristiwa dan kejadian-kejadian penting disuatu bagian bumi
dengan cepat dapat diketahui dan disaksikan dibagian bumi lainnya. Televisi sebagai
media massa elektronik mempunyai misi untuk memberikan informasi, pendidikan,
dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat dari sisi ini televisi memberikan dampak
positif bagi warga masyarakat (termasuk anak-anak), karena melalui bebrapa
tayangan yang diajikan mereka memperoleh (a) berbagai informasi yang dapat
memperluas pengetahuan tentang berbagai aspek kehidupan; (b) hiburan, baik yang
berupa film maupun music; dan (c) pendidikan, baik yang bersifat umum maupun
agama.

Dengan berkembangnya televisi di Indonesia, maka semakin marak pula


acara-acara yang menarik untuk dinikmati oleh masyarakat. Salah satu yang banyak
menjadi pilihan stasiun televisi untuk ditayangkan adalah film kartun atau animasi
yang menarik perhatian audiens, khususnya anak-anak. Di antaranya Doraemon dan
Shinchan di RCTI, Spongebob dan Naruto di Global TV, Boboboy dan Upin & Ipin di
MNCTV, Masha and the Bear di ANTV dan lain-lain. Tetapi tidak semua film kartun

4
atau animasi pantas untuk disaksikan oleh anak-anak, karena banyak film kartun yang
menampilkan adegan-adegan kekerasan, yang tidak layak untuk dikonsumsi anak-
anak. Namun, tidak semua juga film kartun yang ditayangkan di televisi
menyuguhkan hal-hal negatif tersebut. Ada sebagian film kartun yang mendidik dan
baik untuk disaksikan anak-anak. Salah satunya adalah film Upin dan Ipin yang
tayang setiap hari pukul 12.00 WIB di MNC TV.

Anak pada masa usia sekolah dasar merupakan masa yang sangat rentan dan
butuh pengawasan yang ekstra. Proses perkembangan perilaku anak dimulai dengan
didikan orang tua, guru dan lingkungan serta apa yang mereka lihat setiap harinya.
Melalui film Upin dan Ipin yang bercerita mengenai rasa menghormati, tolong
menolong, saling menghargai dan menyayangi antar sesama, dapat meningkatkan
pengetahuan bagi anak mengenai bertingkah laku yang baik dan sopan. Karena secara
psikologis anak akan meniru apa-apa yang mereka telah lihat, baik dari cara bicara
ataupun dari tingkah lakunya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh menonton film Upin dan Ipin terhadap pengetahuan dan
perilaku positif murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma ?
2. Apa yang membuat para murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma tertarik
untuk menonton film Upin dan Ipin tersebut ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh menonton film Upin dan Ipin terhadap pengetahuan dan
perilaku positif murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma
2. Mengetahui hal apa yang membuat para murid Sekolah Dasar Swasta Widiya
Dharma tertarik untuk menonton film Upin dan Ipin tersebut

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Film Animasi Upin dan Ipin


1. Pengertian Film
Film adalah suatu bentuk yang dikemas dari berbagai unsur seperti bahasa dan
cara pengambilan gambar.11 Film juga dikenal sebagai movie, gambar hidup, film
teater atau foto bergerak, merupakan serangkaian gambar diam, yang ketika
ditampilkan pada layar akan menciptakan ilusi gambar bergerak karena efek
fenomena phi. Ilusi optik ini memaksa penonton untuk melihat gerakan
berkelanjutan antar objek yang berbeda secara cepat dan berturut-turut.
Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut
sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan
kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar
dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi
media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan
baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat,
karena formatnya yang menarik.
Dari beberapa pengertian diatas maka, film merupakan tayangan yang bersifat
hiburan yang disajikan dalam bentuk sekali penayangan dalam durasi tertentu dan
rangkaian cerita yang menggambarkan kehidupan keadaan sosial seseorang atau
kelompok. Pemirsa dapat menyaksikan film yang mereka gemari ditelevisi.

2. Pengertian Film Animasi


Kata animasi diambil dari kata ani- mation; to animate yang bila dilihat dalam
kamus Inggris-Indonesia artinya kurang lebih adalah hidup, menghidupkan. Jadi
kurang lebih definisi animasi adalah menghidupkan segala bentuk benda/obyek
mati. Kata menghidupkan disini bukanlah berarti memberi nyawa, melainkan
membuat benda/obyek bisa bergerak sehingga terlihat seperti hidup.
Animasi adalah ilusi dari sebuah kehidupan, walaupun sekarang ini pengertian
animasi telah melebar hingga mempunyai pengertian segala sesuatu yang mem-
punyai elemen gerak.
Animasi adalah perpaduan yang sempurna dari seni lukis (menggambar), seni
musik, seni tari dan seni sastra. Seorang animator dituntut mempunyai rasa visual

6
yang tinggi, mempunyai bakat berakting, mengerti tentang musik dan mempunyai
rasa humor yang tinggi serta yang penting adalah kepekaan terhadap waktu.
Sebagai contoh seorang seniman animasi (animator) dengan daya khayalnya yang
tinggi akan mampu merubah kertas, tanah liat, plasticine, dengan pensil warna dan
cat berwarna karena kepiawaiannya benda-benda tersebut akan dapat berubah
menjadi aktor dan aktris yang hidup. Apa yang sesungguhnya membuat film
animasi berbeda dengan lukisan dan pahatan, pola apa yang membuat animasi
difokuskan pada perjalanan waktu hal ini terikat secara tetap pada prinsip-prinsip
dari gerakan. Didalam film animasi bentuk gerakan (action) senantiasa akan
mengambil tempat pada suatu lintasan dengan jarak dan waktu tertentu. Suatu
gerakan terjadi sepanjang garis pandu (guideline) dengan kecepatan yang sudah
ditentukan.

3. Macam – Macam Film Animasi


Meskipun film animasi sudah sangat popular dengan dengan tontonan
keseharian masyarakat Indonesia, namun produksi film animasi lokal masih
menjadi hal yang relatif baru dalam perfilman Indonesia. Di televisi, film-film
animasi produksi Amerika, Jepang bahkan Malaysia sepeti Superman,
SpongeBob, Pinguin and the Madagaskar, Avatar, Doraemon, Samurai X, Naruto,
Upin & Ipin dan sebagainya telah menjadi tontonan yang sangat popular di
kalangan anak-anak.
Upaya memproduksi film animasi lokal selain didukung dengan adanya
kemudahan mengakses teknologi komunikasi dan informasi juga didukung oleh
kemampuan para animator yang telah menimba ilmu di sekolah-sekolah maupun
di kampus-kampus seni rupa, desain visual maupun arsitektur. Ditambah lagi
dengan banyaknya dukungan produksi software yang memberikan pelajaran
praktis (tutorial) tentang proses pembuatan film animasi.
Ada banyak cara untuk membuat film animasi tergantung dari media yang
akan digunakan. Media untuk dapat berupa bidang datar atau dimensional.
Pembuatan film animasi bidang datar lebih dikenal dengan istilah animasi 2
dimensi, bentuk film animasi 2 dimensi dapat menggunakan me- dia gambar, foto
atau lukisan. Sedangkan film animasi yang menggunakan prinsip di- mensional
lebih dikenal dengan istilah 3 dimensi, media yang bisa digunakan adalah dengan
menggunakan boneka, plastisin, tanah liat bahkan bisa juga menggunakan

7
manusia sebagai obyeknya. Macam-macam film animasi yang diproduksi oleh
para kreator muda meliputi bentukbentuk film animasi 2 (dua) Dimensi, 3 (tiga)
Dimensi dan Stop Motion.

4. Jenis – Jenis Film Animasi


Film animasi memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Film animasi pendek (short animation films), adalah jenis film animasi yang
memiliki durasi dibawah 60 menit. Film animasi ini biasanya dilakukan oleh
orang yang sedang berlatih membuat film.
b. Film animasi cerita panjang (feature longth animation films), yaitu jenis film
animasi yang berdurasi lebih dari 60 menit. Yang termasuk disini adalah film
animasi yang biasa diputar dibioskop atau di home video.
c. Video klip (music video), menjadikan animasi sebagai bagian dari video klip
menjadi sebuah trend. Jenis film ini merupakan sarana yang sangat membantu
dalam pemasaran bagi produser musik.
d. Program televisi (TV programe), jenis film animasi ini diproduksi untuk bahan
tontonan pemirsa televisi.
e. Iklan televisi (TV comersial), adalah salah satu sarana penyebaran informasi
pemasaran produk. Animasi ini digunaka supaya lebih menarik perhatian dan
dapat dicerna cepat khususnya bagi anak-anak.

B. Pengetahuan dan Perilaku Positif Anak


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yang mana penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Menurut Notoatmodjo dalam bukunya, ada enam tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif,5 yaitu :
a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat kembali terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh objek atau rangsangan yang telah diterima. Ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

8
menginterpretasikan secara benar, orang yang telah paham terhadap objek
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek.
c. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
objek yang telah dilihat atau dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum,
rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysys), merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan sebagainya, dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesa (Syntesis), suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
informasiinformasi yang ada, misalnya dapat menyusun, menggunakan,
meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation), kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek.

2. Perilaku
Perilaku adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi
lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap
objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi atau
kelompok. Dengan demikian, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang
berdiri sendiri. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Perilaku dapat dibatasi sebagai
keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang
merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :
a. Bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)
b. Dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)

9
Proses pembentukan perilaku anak dapat dipengaruhi oleh faktor dari orang
tua, keluarga, lingkungan, teman-teman dan berasal dari dalam individu itu
sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Persepsi, yaitu sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
b. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan
tertentu, hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku.
c. Emosi, perilaku dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan).
d. Belajar, diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku yang dihasilkan dari
praktek dalam lingkungan kehidupan.
e. Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest
atau keinginannya.
f. Simpati yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.

3. Anak
Masa anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan
yang ekstra. Anak-anak di masa sekolah dasar masih dilengkapi dengan fantasi-
fantasinya. Sehingga harus diadakan tugas perkembangan anak-anak pada usia
sekolah, antara lain: Belajar keterampilan fisik untuk permainan, sikap yang sehat
untuk diri sendiri, belajar bergaul, memainkan peranan jenis kelamin yang sesuai,
keterampilan dasar, konsep yang diperlukan dalam hidup sehari-hari,
mengembangkan hati nurani, nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial, mencapai
kebebasan dan kemandirian pribadi, mengembangkan sikap-sikap terhadap
lembaga sosial. Dengan sederet tugas perkembangan tersebut, disinilah
pentingnya meletakkan landasan moral yang dapat menjadi pegangan mereka
untuk mengembangkan diri menjadi makhluk sosial yang diterima di
lingkungannya.
Media televisi bisa dijadikan sebagai tempat untuk merealisasikan proses
tersebut. Salah satunya dengan adanya tayangan serial film kartun Upin dan Ipin
diharapkan dapat membawa pengaruh positif terhadap tumbuh dan perkembangan

10
pengetahuan dan perilaku positif terhadap anak. Dalam serial film kartun Upin
dan Ipin ini ada salah satu adegan yang menceritakan tentang Upin dan Ipin
menyuci sepatu mereka sendiri tanpa bantuan si Opah maupun kak Ros. Adegan
ini dapat diartikan sebagai wujud tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh
Upin dan Ipin dalam puasanya.

C. Studi Efek Media pada Anak – Anak


Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan termasuk media massa
televisi. Baik perilaku anak yang positif maupun negatif dapat berasal dari televisi.
Pesan dari media televisi dapat mengajarkan anak berperilaku positif, seperti tayangan
yang mengajarkan perilaku prososial dapat menjadikan anak berperilaku Prososial.
Istilah televisi dalam bahasa Inggris disebut juga television berasal dari bahasa
Yunani: “tele” artinya jauh, ditambah vision yang berasal dari kata latin “visio” yang
artinya melihat. Menurut Arini Hidayat, televisi merupakan gabungan dari media dan
gambar yang bisa bersifat politis, bisa pula manipulasi, hiburan dan pendidikan dan
bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.
Televisi adalah salah satu media massa sebagai alat komunikasi paling efektif
yang menyajikan informasi mengenai berbagai peristiwa atau hal yang terjadi di
bumi. Selain itu televisi juga bertujuan untuk menghibur khalayak. Setiap orang,
dimanapun juga ingin mengetahui apa yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Hal ini bisa dipenuhi oleh televisi, yang dalam menyiarkan pesannya itu
bersifat audio visual, dapat dilihat dan didengar. Dengan segala kemudahannya,
penduduk dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat dan
memuaskan, serta pendidikan yang jelas.
Televisi juga menjadi medium yang banyak disalahkan karena ikut
memapankan budaya kita yang materialistik dan dangkal. Tidak diragukan lagi bahwa
televisi telah memberikan pengaruh pada perilaku manusia. Secara semiotika, televisi
bisa dicirikan sebagai teks sosial. Karena ini bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang
menjadi presentasi lagi mengarahkan dan memberikan informasi masyarakat luas
mengenai masalah-masalah mutakhir. Pada sisi positifnya, televisi berperan sangat
besar dalam melakukan perubahan penting yang sangat berarti di dalam masyarakat.
Seperti yang ditekankan Baudrillard (1988-1998), munculnya sikap pasif dan tidak
reflektif yang berlangsung umum saat manusia menerima dan memahami pesan-pesan

11
melalui televisi. Oleh sebab itu, secara diam-diam televisi telah mengakibatkan
sejenis kemalasan intelektual di dalam masyarakat secara keseluruhan.

Seperti halnya dengan media massa lainnya, menurut Effendy televisi pada
dasarnya mempunyai tiga fungsi, yakni :

1. Fungsi Penerangan (the information function)


Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat
memuaskan, hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :
a. Immediacy (Kesegaran), pengertian ini mencakup langsung atau dekat.
Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh
para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung.
b. Realism (Kenyataan), ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan
informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera
apa adanya sesuai kenyataan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk
pandangan mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi juga dengan
gambar-gambar yang faktual.

2. Fungsi Pendidikan (the education function)


Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh
untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu
banyak secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat dengan kata lain pendidikan dijadikan
sebagai alat utnuk memanusiakan manusia. Selain acara pendidikan yang
dilakukan secara berkesinambungan, stasiun televisi juga menyiarkan berbagai
acara yang sangat implisit mengandung pendidikan seperti sandiwara, ceramah,
film, dan sebagainya.

3. Fungsi Hiburan (the entertainment function)


Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan
bagi sebuah media massa elektronik menduduki posisi yang paling tinggi
dibanding fungsi-fungsi lainnya. Sebagian besar alokasi waktu masa siaran

12
televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti lagu lagu, film, olahraga, dan
sebagainya. Fungsi hiburan ini telah menjadi salah satu kebutuhan utama manusia
terutama untuk mengisi waktu dari aktifitas di luar rumah. Terbukti dengan masih
banyaknya masyarakat yang menjadikan televisi sebagai media hiburan, yang
dianggap bisa sebagai perekat keintiman keluarga.
Secara terperinci, kegiatan komunikasi massa melalui televisi dapat diuraikan
sebagai berikut: Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber
informasi adalah pihak penyelenggara siaran. Ide atau isi pesan dari komunikator
diproduksi dan disiarkan melalui stasiun televisi. Pesan tersebut, dapat berupa
pendidikan, berita, hiburan, ataupun iklan. Dan selanjutnya isi pesan atau hasil
produksi tersebut dapat dilihat oleh komunikan dalam hal ini anak-anak melalui
pesawat televisi atau receiver dengan tujuan untuk mengubah, membentuk sikap,
dan perilaku ataupun untuk mempengaruhi komunikan atau anak-anak.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma yang
berjumlag 10 orang .

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengumpulan data
observasi yaitu teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data penelitian lewat
pengamatan dan pengindraan. Peneliti kemudian membuat laporan berdasarkan apa
yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama observasi. Observasi dilakukan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih nyata dan detail mengenai suatu peristiwa atau
kejadian. Peneliti dapat mengamati komunitas tertentu untuk memahami kebiasaan
atau cara kerja mereka.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik analisis data
deskriptif adalah teknik analisis data yang digunakan untuk kegiatan pengolahan data
dengan cara memberikan deskripsi dan memberikan gambaran pada setiap sumber
data penelitian yang telah dikumpulkan oleh seorang peneliti di lapangan.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada 10 orang murid Sekolah Dasar
Swasta Widiya Dharma diperoleh hasil sebagai berikut :
Murid – murid
NAMA HASIL

AHLUL ZIKRI Cukup sering


AZZAHRA FIDDINI Cukup sering
BRIMA ZUANDA Sangat sering
ANDI SYAHPUTRA Sangat sering
GOHARA RAZIQ Sangat sering
LODITA Cukup sering
MAZAYA PUTRI Sangat sering
RYAN SHAKA Sangat sering
NORA TUTDINI Cukup sering
TAUFIQUL HAFIDZ Sangat sering

Berdasarkan hasil dari 10 responden dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa


pernyataan murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma bervariasi, mulai dari
cukup sering sampai sangat sering nonton film upin dan ipin. Terdapat 6
responden yang menyatakan sangat sering menonton film tersebut. Hal ini
menjadi acuan bagi responden untuk membentuk pengetahuan dan perilaku
posotof mereka.

Hal yang membuat para murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma tertarik
untuk menonton film Upin dan Ipin tersebut adalah dengan berbagai pelajaran
pada film upin dan ipin.
1. Film Upin dan Ipin Mengajarkan Tentang Sholat
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10 responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa pernyataan murid Sekolah Swasta Widiya Dharma
menyatakan sangat setuju dengan film Upin dan Ipin pada episode Alkisah
Malam Puasa mengajarkan tentang shalat. Dalam hal ini persentase

15
tertinggi adalah responden yang menyatakan setuju dengan tayangan
tersebut.
2. Film Upin dan Ipin Mengajarkan Tentang Puasa
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10 responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa pernyataan murid Sekolah Dasar Swasta Widiya
Dharma sangat setuju dengan film Upin dan Ipin pada episode Alkisah
Malam Puasa mengajarkan tentang puasa. Dalam hal ini persentase
tertinggi adalah responden yang menyatakan sangat setuju dengan
tayangan tersebut.
3. Toleransi Agama Dalam Berteman
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10 responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa pernyataan murid Sekolah Dasar Swasta Widiya
Dharma sangat setuju dengan Upin, Ipin dan teman-temannya tidak pernah
mengejek Mei-mei yang berbeda agama dengannya pada episode Alkisah
Malam Puasa dapat dimaknai sebagai toleransi agama dalam berteman.
Dalam hal ini persentase tertinggi adalah responden yang menyatakan
setuju dengan tayangan tersebut.
4. Bertanggung Jawab
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10 responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa pernyataan murid Sekolah Dasar Swasta Widiya
Dharma sangat setuju dengan tayangan Upin dan Ipin mencuci sepatunya
sendiri sebagai hukuman dari kak Ros atas kenakalan yang telah mereka
perbuat dalam puasanya pada episode Alkisah Malam Puasa dapat
dimaknai sebagai wujud tanggung jawab. Dalam hal ini persentase
tertinggi adalah responden yang menyatakan setuju dengan tayangan
tersebut.
5. Menghargai Orang Yang Lebih Tua
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 10 responden dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa pernyataan murid Sekolah Dasar Swasta Widiya
Dharma sangat setuju dengan tayangan Upin dan Ipin yang selalu
menghargai atau menghormati orang yang lebih tua darinya. Dalam hal ini
persentase tertinggi adalah responden yang menyatakan setuju dengan
tayangan tersebut.

16
Dan masih banyak lagi pelajaran yang didapat dari film upin dan ipin
berdasarkan pernyataan siswa Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma.

B. Pembahasan
Secara kodrat anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar
kodrat dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap anak
yang hidup di dunia ini. Anak adalah amanat Allah swt kepada kita, masing-masing
dari kita berharap anaknya menjadi anak yang baik, dan maka dari itu dibutuhkan
tanggung jawab dan peran dari orang tua. Meskipun pada dasarnya seorang anak lahir
dalam keadaan fitrah, akan tetapi ini tidak berarti kita membiarkannya tanpa
pengarahan dan bimbingan yang baik dan terarah, karena sesuatu yang baik jika tidak
dijaga dan dirawat, ia akan menjadi tidak baik akibat pengaruh faktor-faktor eksternal.
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang
menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter
pada dasranya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan karakter pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa
indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan
nasional.

17
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh film Upin dan Ipin terhadap
pengetahuan dan perilaku positif murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma,
penelitian ini menyimpulkan bahwa, Frekuensi menonton film Upin dan Ipin bagi
murid Sekolah Dasar Swasta Widiya Dharma, dinyatakan memiliki frekuensi tinggi
dalam menonton film tersebut yang ditayangkan pukul 13.00 WITA setiap hari di
MNC TV. Pengaruh menonton film Upin dan Ipin terhadap pengetahuan dan perilaku
positif murid menunjukkan bahwa hipotesis (H0) dari peneliti diterima atau tidak
terdapat pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pada proses penerimaan informasi
yang membuat murid lebih menunjukkan perubahan perilaku positif terbentuk bukan
dari apa yang ditonton, tapi dapat dipengaruhi oleh variabel lain.

B. SARAN
Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang lain
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel penelitian yang baru.
Bagi siswa, hendaknya memilih tontonan yang mengandung edukasi, seperti yang
telah dipelajari disekolah terutama tentang nilai karakter, agar dapat mengambil
pembelajaran dari kegiatan menonton tersebebut.
Bagi Guru harus mendidik dan memberi pengarahan siswanya mana yang baik untuk
ditonton dan mana yang tidak layak untuk ditonton serta menanamkan nilai-nilai
karakter pada siswanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Hidayati. (1998). Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Heri Setyawan, (2013). Membangun film animasi cerita rakyat indonesia, Jurnal Komunikasi
Profetik. 6 (1) : 34-52.

Marcel, Danesi. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.

Onong, Uchjana Effendy. (2008). Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Soekidjo, Notoatmodjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsu, Yusuf LN. (2009). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Upin_%26_Ipin&stable=1

19

Anda mungkin juga menyukai