Dosen Pengampu:
Oleh:
KELOMPOK 11
CEPI
2023
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai
pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena
keterbatasan ilmu pengetahun dan keterampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada Bapak ………selaku dosen Metode Penelitian dasar dan juga kepada teman-
teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat
menyempurnakan dimasa yang akan datang.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman
dan pihak yang berkepentingan.
Penulis,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
BAB II PEMBAHASAN
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik
variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata
(2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis
itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi
kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi
pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut
"memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat
mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian
kualitatif.
2. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian
pada variabel-variabel tertentu saja.
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat
yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang
harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat
ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana.
Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan
yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya,
menimbang beras dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan
meter, dan sebagainya.
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat
dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti
mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua
instrumen yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen
mereka memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal
yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu
mengukur hal yang sama (motivasi).
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah
instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga
ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor
sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan
tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi,
maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka
instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan,
berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti,
indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang
telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis.
G. PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN
1. Test retest
2. Ekuivalen
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan
berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan
ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
3. Gabungan
4. Internal Consistency
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat
yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang
harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA