Anda di halaman 1dari 14

Hipermawa Maniangpajo

Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri)

Hipermawa Maniangpajo 22:31

Filsafat Ilmu (Buku Karya Jujun Surya Sumantri)

Oleh : Mohamad Rif’at & Fadhli

Filsafat Ilmu Oleh Jujun Sumantri

BAB I

Ke Arah Pemikiran Filsafat

1. Ilmu dan Filsafat

Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas
mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi
percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga adalah spekulatif, Kita bisa memisahkan spekulasi mana
yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang
dapat diandalkan. Semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.

Filsafat : Peneratas Pengetahuan

Dalam taraf peralihan ini, maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh
melainkan sektoral. Secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Pada
tahap peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang seharusnya, sedangkan pada tahap
terakhir ilmu mendasarkan pada penemuan alamiah sebagaimana adanya.

Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan
metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif dengan
jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal dengan metode Logico-hipothetico-verifikatif “.
Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut kedalam tahap
religius, metafisik dan positif.

Tahap religius, maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi dari
ajaran religi. Tahap metafisik, orang mulai berspekulasi tentang metafisika ujud yang menjadi obyek
penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan diatas dasar
postulat metafisik tersebut. Tahap positif yakni tahap pengetahuan ilmiah, ilmu dimana asas-asas yang
digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

Bidang Telaah Filsafat

Menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Pada tahap mula, filsafat
mempersoalkan siapa manusia itu. Tahap kedua adalah pernyataan yang berkisar tentang ada : tentang
hidup dan eksistensi manusia. Tahap ketiga, Seorang ilmuan bicara panjang lebar tentang suatu
penemuan ilmiah dalam risetnya.

Cabang-cabang Filsafat

Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni logika, etika dan estetika. Ketiga cabang utama
filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni: (1) Teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat dan
pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika. (2) Politik : yakni kajian mengenai organisasi sosial
atau pemerintahan yang ideal.

Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai
bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang filsafat ini mencakup:Epistemologis, Filsafat Ilmu Etika (Moral),
Filsafat Pendidikan, Estetika (Seni), Filsafat Hukum, Metafisika, Filsafat Sejarah, Politik, Filsafat
Matematika,Filsafat Agama.

Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologis (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam
dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering
dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial.Dari semua pengetahuan maka ilmu merupakan
pengetahuan aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya lebih jauh berkembang dibandingkan
dengan pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Pengertian ilmu secara
disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan
penuh tanggung jawab dan kesungguhannya. Sarana berpikir ilmiah yakni bahasa,logika, matematika dan
statistika. Aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan
dan kebudayaan.

BAB II

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

2. Penalaran

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal yakni pertama, manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut. Kedua, kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka pikiran tertentu. Secara
garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

Hakikat Penalaran

Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan pada
perasaan. Tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Sebagai suatu kegiatan
berpikir, penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu yakni pertama, adanya suatu pola berpikir secara luas
disebut logika. Kedua, sifat analitik dari proses berpikirnya,kegiatan berpikir berdasarkan langkah-
langkah tertentu. Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada
suatu pola berpikir tertentu.

Bentuk lain dari usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yakni wahyu. Dua jenis pengetahuan.
Pertama, pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan
kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan perasaan dan intuisi. Kedua, yang bukan
merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia. Dalam hal wahyu dan intuisi,
maka secara implicit kita mengakui bahwa wahyu dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan
wahyu kita mendapatkan pengetahuan lewat keyakinan bahwa yang diwahyukan adalah benar. Intuisi
adalah sumber pengetahuan yang benar, meskipun kehiatan berpikir intuisi tidak memiliki logika.
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif terkait dengan
rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme.

3. Logika

Dua cara penarikan kesimpulan yakni, logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat
hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Logika deduktif menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang
bersifat khusus.

Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai dua keuntungan yakni
pertama, pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kedua, dimungkinkan proses penalaran
selanjutnya baik secara deduktif maupun secara induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan.

4. Sumber Pengetahuan

Pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum
rasionalis mengembangkan paham rasionalisme. Mereka yang mendasarkan diri pada pengalaman
mengembangkan paham empirisme.

Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyususn pengetahuaannya. Ide bagi kaum
rasionalis adalah bersifat aproiri dan pengalamannya yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional.
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan lewat penalaran rasional
yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama yang timbul dari penyusunan ini
ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi kumpulan fakta-fakta.
Masalah kedua adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupaakan cara dalam menemukan
pengetahuan dan panca indera sebagai alat yang menagkapnya. Cara lain untuk mendapatkan
pengetahuan adalah intuisi dan wahyu.
5. Kriteria Kebenaran

Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Paham lain adalah
kebenaran berdasarkan pada teori korespondensi, suatu pernyataan adalah benar apabila materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.

Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas menggunakan teori koherensi. Proses
pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan
tertentu menggunakan teori kebenaran pragmatis. Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu
pernyataan bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan benar apabila
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

BAB III

ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI

6. Metafisika

Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati
termasuk pemikiran ilmiah.

Beberapa tafsiran metafisika

Tafsiran yang pertama diberikan oleh manusia terhadap alam adalah ada ujud yang bersifat gaib
(supranatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi dibandingkan alam yang nyata. Kebaikan supranatural,
ada paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat ujud yang bersifat supranatural ini.
Materialisme (paham naturalisme) berpendapat bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri. Bagi kaum
vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda secara substantif dengan proses tersebut. Aliran
monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda
dalam gejala yang disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.

7. Asumsi

Determinisme, yakni hukum yang bersifat universal atau hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap
gejala merupakan akibat pilihan bebas atau keumuman yang ada namun berupa peluang sekedar
tangkapan probabilistik. Determinisme, pilihan bebas dan probabikistik merupakan permasalan filsafati
yang rumit namun menarik. Pilihan bebas dan probabilistik baru bisa dilakukan jika hukum itu memang
ada. Jika hukum itu tidak ada maka masalah determinasi, probabilitas, dan kehendak bebas sama sekali
tidak muncul.

Pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran
ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh
nasib yang telah ditentukan lebih dulu. Paham determinisme ini bertentangan dengan penganut pilihan
bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak
terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi
membantu manusia untuk memecahkan masalah praktis sehari hari tidaklah perlu memiliki kemutlakan
seperti agama yang barfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan
ini.

8. Peluang

Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan
harus didasarkan pada penafsiran pemikiran ilmiah yang bersifat relatif.

9. Beberapa asumsi dalam ilmu

Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan
manusia secara pragmatis. Dalam mengembangkan asumsi ini maka harus diperhatikan beberapa hal.
Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.Berdasarkan
asumsi ini dapat dikembangkan beberapa model strategi dan praktek administrasi. Kedua, Asumsi ini
harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang sebenarnya”.
Asumsi yang pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah
asumsi yang mendasari telaah moral.

10. Batas-batas penjelajahan ilmu

Fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi
masalah yang dihadapinya. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia
juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara
empiris. Ruang penjelajahan keilmun kemudian menjadi kapling-kapling disiplin keilmuan. Sempitnya
daerah penjelajahan satu bidang keilmuan maka sering diperlukan pandangan dari disiplin lain. Tanpa
kejelasan batas-batas ini maka pendekatan multi disipliner tidak akan bersifat konstruktif.

Cabang-cabang ilmu

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang
kemudian menjadi rumpun ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang
ilmu sosial. Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang
belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan
aplikasi ilmu murni kepada masalah-massalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.

BAB IV

EPISTEMOLOGIS: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN

YANG BENAR
11. Jarum Sejarah Pengetahuan

Pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi
pekerjaan dan konsekuensinya merubah struktur kemasyarakatan. Salah satu cabang pengetahuan yang
berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan lainnya dalam
segi metodenya. Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah
mulai dibedakan ilmu alam dan ilmu sosial. Pendekatan interdisipliner merupakan keharusan namun
tidak dengan menghamburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang
berdasarkan routenya masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru. Paradigma ini
bukan ilmu melainkan cara berpikir ilmiah seperti logika, matematika, statistika dan bahasa. Pendekatan
interdisipliner bukan merupakan fusi dari berbagai disiplin keilmuan yang akan menimbulkan anarki
keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu, dimana disiplin
keilmuan dengan otonominya masing-masing, saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji obyek
yang mengkaji telaahan bersama.

12. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu khasanah mental yang secara langsung maupun tidak langsung tirut
memperkaya kehidupan kita. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian obyek yang berada
pada lingkup pengalaman manusia sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat
transendental yang berada diluar pengalaman kita. Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu untuk
menyusun pengetahuan yang benar. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai ontologi,epistemologi, dan aksiologi. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam
menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Pada peradaban tertentu perkembangan ilmu
terapan sifatnya kuantitatif, artinya perkembangan ditandai dengan terkumpulnya lebih banyak lagi
pengetahuan yang sejenis. Pada peradaban lain pengembangannya bersifat kualitatif, artinya
dikembangkan konsep-konsep baru yang bersifat mendasar dan teoritis.

Karakteristik akal sehat diberikan oleh titus sebagai berikut: 1) Karena landasannya yang berakar pada
adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan. 2) Karena
landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat kaburdan samar-samar. 3)
Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdassarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal
sehat merupakan pengetahuan yang tidak teruji. Rasionalisme dengan kerangka berpikir deduktifnya
sering menghasilkan kesimpulan yang benar bila ditinjau dari alur logikanya namun ternyata sangat
bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-
metode berpikir yang ada dan memperkecil kekurangannya.

13. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode
merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.
Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Dengan
cara ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta
oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional yang teruji dan memungkinkan tubuh pengetahuan yang
disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa
pernyataan dianggap benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu.

Perkembangan kebudayaan ada tiga tahap yakni tahap mistis, ontologis dan fungsional. Tahap mistis
adalah sikap manusia yang menyatakan dirinya terkepung oleh kekuatan gaib disekitarnya. Tahap
ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan gaib dan
bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya serta mulai melakukan telaah terhadap obyek
tersebut. Tahap fungsional adalah sikap manusia yang memfungsionalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri.

Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni (a) harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan,
dan (b) harus cocok dengan fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak
didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Kerangka berpikir
ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut: Perumusan masalah, penyusunan kerangka,perumusan hipotesis, pengujian hipotesis,
penarikan kesimpulan.

Sifat eksplisit memungkinka terjadinya komunikasi yang intensif pada kalangan masyarakat ilmuan. Ilmu
ditemukan secara individual namun dimanfaatkan secara sosial. Secara kumulatif maka teori ilmiah
berkembang seperti piramida terbalik yang makin lama makin tinggi. Sikap pragmatis dari ilmu adalah
cocok dengan perkembangan peradaban manusia dimana telah terbukti secara nyata peranan ilmu
dalam membangun peradaban tersebut. Ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap masalah yang
dihadapi manusia pada waktu tertentu. Cara berpikir sistem bukan disiplin keilmuan baru merupakan
sarana berpikir yang membantu proses pengkajian kita seperti logika, bahasa, matematika dan ststistika.

14.Struktur Pengetahuan Ilmiah

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam
yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala-gejala tersebut
berdasarkan penjelasan yang ada. Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi yakni
menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol. Terdapat empat jenis penjelasan yakni deduktif,
probabilistik, fungsional, dn genetik. Deduktif menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan
suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis yang telah ditentukan sebelumnya.
Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus dengan demikian
tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan yang bersifat peluang.
Fungsional merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau perkembangan tertentu. Genetik menggunakan faktor-
faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari
sebuah disiplin keilmuan. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang merupakan hubungan
antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori
dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat
universal. Demi kepraktisan ilmu tidak merupakan kumpulan pengetahuan uang bersifat kasus,
melainkan pengetahuan yang bersifat umum yang disimpulkan dari berbagai kasus. Makin tinggi tingkat
keumuman sebuah konsep maka makin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis sebuah konsep maka
makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata.

Tidaklah berarti bahwa metode ilmiah dari ilmu sosial berbeda dengan metode ilmiah ilmu alam.
Keduanya tetap menggunakan metode ilmiah yang sama namun dengan tahap penerapan dan teknik-
teknik operasional yang berbeda. Disamping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori
pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum
bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang berlaku. Postulat
merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat ilmiah
ditetapkan tanpa melalui prosedur melainkan ditetapkan begitu saja. Pada hakikatnya postulat
merupakan anggapan yang ditetapkan secara sembarang dengan kebenaran yang tidak dibuktikan.
Sebuah postulat dapat diterima sekiranya ramalan yang bertumpu kepada postulat kebenarannya dapat
dibuktikan. Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tanpa kebenarannya maka hal ini
berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan
pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat diuji. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau
penelitian dasar. Sedangkan yang telah diketahui dinamakan penelitian terapan. Manusia disebut juga
homo faber (makhluk yang membuat peralatan) disamping homo sapiens (makhluk yang berpikir) yang
mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang bersifat praktis.

BAB V

SARANA BERPIKIR ILMIAH

15. Sarana Berpikir Ilmiah

Manusia sering disebut sebagai homo faber, makhluk yang membuat alat dan kemungkinan membuat
alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal
yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana merupakan alat yang
membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang
khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah
seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Hal yang harus diperhatikan, Pertama sarana ilmiah
bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan
masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri, sebab fungsi sarana
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

16. Bahasa
Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan menguasai pengetahuan. Batas bahasaku adalah batas
duniaku. Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak
pada kemampuannya berbahasa. Tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tidak mungkin
mengembangkan kebudayaannya sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pula kemampuan untuk
meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya dan manusia tidak
akan berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa
memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan
menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Tanpa kehadiran obyek secara faktual maka
komunikasi tidak dapat dilaksanakan. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak memungkinkan
manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir
secara teratur dan sistematis. Informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian
juga kalau kita penyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif. Bahasa
mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap. Dinyatakan oleh kneller bahasa
dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif. Salah satu kelemahan bahasa
sebagai sarana komunikasi ilmiah dimana menurut kemeny bahasa memiliki kecendrungan emosional.

Apakah Sebenarnya Bahasa ?

Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini
dikatakan juga sebagai komunikasi verbal dan manusia yang bermasyarakat dengan alat komunikasi
bunyi, disebut juga sebagai masyarakat verbal. Bahasa sebagai lambang dimana rangkaian bunyi ini
membentuk arti tertentu. Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia dapat berpikir dan belajar lebih baik.
Adanya bahasa memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek
yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada didekat kita. Dengan bahasa kita bisa mengekspresikan
sikap dan perasaan kita. Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia
pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Kebudayaan membentuk
manusia dengan menekan dorongan-dorongan alami mereka, mensublimasikannya menjadi sesuatu
yang berbudaya yang kemudian merupakan dasar bagi pembentukan kebudayaan. Lewat bahasa
manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori.

Beberapa Kekurangan Bahasa

Pertama, kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat
multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Bahasa ilmiah pada hakikatya
harus bersifat obyektit tanpa mengandung emosi dan sikap, bahasa ilmiah harus bersifat antiseptik dan
reproduktif. Kedua, terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung olek kata-kata yang
membangun bahasa. Ketiga, bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama.
Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam
memberikan definisi. Keempat, konotasi yang bersifat emosional.Kebanyakan dari pernyataan dan
pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa.

17.Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita
berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat
kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan
dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal kita membandingkan dua obyek yang
berlainan. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sifat
kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat.

Beberapa Aliran Dalam Filsafat Matematika

Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apoiri dimana eksistensi matematika
tergantung pada panca indera dan pendapat dari aliran yang disebut kaum logistik yang berpendapat
bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa
mempelajari dunia empiris. Kaum formalis menyatakan bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang
logika yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan matematika, Kaum ini menekankan pada aspek
formal dari matematika sebagai bahasa perlambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan
matematika sebagai bahasa lambang. Kaum intusionis menyatakan bahwa intuisi murni dari berhitung
merupakan titik tolak tentang matematika bilangan.

Matematika dan Peradaban

Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal
yang bersifat alamiah. Bagi bidang keilmuan modern, matematika adalah sesuatu yang imperatif. Sebuah
sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif.

18. Statistika

Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.

Statistika dan Cara Berpikir Induktif

Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan,
sedangkan logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk
melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama. Dalam penalaran deduktif maka
penarikan kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis yang digunakan adalah benar dan
prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan penalaran induktif meskipun premisnya
adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu
benar. Statistika adalah pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang
dengan eksak.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada
asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian
tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah tingkat ketelitiannya.
Statistika memberikan kemampuan untuk mengetahui apakah suatu hubungan kasualita antara dua
faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.

Karakteristik Berpikir Induktif

Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat kita
bedakan sebagai statistika teoritis dan statistika terapan. Statistika teoritis merupakan pengetahuan yang
mengkaji dasar teori statistika. Statistika terapan merupakan pengunnaan statistika teoritis yang
disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya. Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari contoh tersebut dengan tingkat peluangnya dan kekeliruannya.
Tanpa menguasai statistika adalah tidak mungkin untuk bisa menarik kesimpulan induktif dengan sah.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah.

19.Ilmu dan Moral

Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya namun juga menciptakan
tujuan hidup itu sendiri. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan
pada pihak lain ilmu mendasarkan pada pernyataan yang terdapat dalam ajaran diluar bidang keilmuan
diantaranya adalah agama. Konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk kongkret yang
berupa teknologi. Ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan gejala alam untuk tujuan pengertian dan
pemahaman namun bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dengan gejala tersebut untuk
mengkontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.

Perkembangan ilmu didasarkan pada (1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara dertruktif oleh
manusia yang ditunjukkan dengan adanya dua perang dunia yang menggunakan teknologi keilmuan. (2)
Ilmu makin berkembang dengan pesat dan makin estorik sehingga kaum ilmuan telah mengetahui
tentang ekses-ekses yang terjadi bila terjadi penyalahgunaan. (3) Ilmu telah berkembang dengan pesat
terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia pada kasus genetika. Tanpa landasan
moral maka ilmuan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.

20. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan pengunaan ilmu secara sosial. Fungsinya
selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun ikut bertanggung
jawab agar produk sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. dia mempunyai kewajiban sosial
untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat banyak dalam bahasa yang mereka cerna. Kemampuan
analisis seorang ilmuan dapat digunakan untuk mengubah kegiatan non produktif menjadi kegiatan
produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Dengan kemampuan pengetahuannya seorang
ilmuan harus bisa mempengaruhi masyarakat terhadap masalah yang mereka sadari. Seorang ilmuan
tidak menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Di bidang etika
tanggung jawab ilmuan tidak hanya memberikan informasi namun memberi contoh.

21. Nuklir dan Pilihan Moral

Seorang ilmuan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya digunakan untuk menindas
bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Tugas ilmuan adalah
menghilangkan terjadinya peperangan meskipun hal ini merupakan hal yang hampir mustahil terjadi.
Pengetahuan merupakan kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan namun
sebaliknya dapat pula disalahgunakan. Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuan
apapun juga dari masyarakat luas serta apapun juga yang menjadi konsekuensinya. Seorang ilmuan tidak
boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesis yang dijunjung tinggi yang disusun diatas kerangka
pemikiran yang terpengaruh preferensi moral teryata hancur berantakan karena bertentangan dengan
fakta-fakta pengujian.

22. Revolusi Genetika

Kemajuan dalam bidang kimia dan fisika membawa manfaat yang banyak untuk kehidupan manusia.
Namun kemajuan ini juga membawa malapetaka. Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu
manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan
itikad baik untuk keluhuran manusia. Jadi ada sikap yang menolak terhadap dijadikannya manusia
sebagai obyek penelitian genetika. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan maka moral
hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat aksiologis.

BAB VII

ILMU DAN KEBUDAYAAN

23.Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hokum, adat serta kemampuan dan kebiasaaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Lima pokok kehidupan manusia yakni kebutuhan fisiologi,,rasa aman, afikiasi, harga diri dan
pengembangan potensi. Manusia tidak punya kemampuan bertindak secara otomatis yang berdasarkan
instink tersebut oleh sebab itu dia berpaling pada kebudayaan yang mengajarkan cara hidup. Nilai-nilai
kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan.

Kebudayaan dan Pendidikan

Enam nilai dasar dari kebudayaan yakni teori, ekonomi, estetika, social,politik dan agama. Nilai teori
adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme dan
metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi artistic yang menyangkut kesenian lain
yang memberikan kenikmatan terhadap manusia. Nilai social berorientasi pada hubungan manusia dan
penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik
dalam kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik. Nilai agama merengkuh penghayatan yang
bersifat mistik dan trasendental dalam usaha manusia untuk mengerti dan member arti bagi
kehadirannya dimuka bumi. Karakteristik masyarakat dalam memperhatikan perkembangan yakni (1)
Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional. (2) Pengembangan kebudayaan ditunjukan
kearah perwujudan peradaban yang bersifat khas berdasarkan filsafat dan pandangan hidup bangsa
Indonesia yakni pancasila.

24.Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau
tidak maupun dinyatakan secara emplisit atau tidak. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional
ilmu mempunyai peranan. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya
pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai untuk mengisi pembentukan
watak suatu bangsa. Dari hakikat berpikir ilmiah ada beberapa karakteristik dari ilmu. Pertama adalah
bahwa ilmu mempunyai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Kedua adalah
alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Ketiga pengujian secara
empiris sebagai criteria kebenaran obyektif. Maka manfaat nilai dapat ditarik dari karakteristik ilmu yang
bersifat rasional, logis, obyektif dan terbuka.

Ilmu Sebagai Asas Moral

Ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran. Kriteria kebenaran pada hakikatnya bersifat otonom dan
terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Dua karakteristik ini merupakan asas moral
bagi kaum ilmuan yakni meninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.

Nilai-Nilai Ilmiah Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian
universal. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaaan
yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan
tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari
nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai baru yang
fungsional.

Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan

Langkah-langkah yang sistemik dan sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang
mengandung beberapa pemikiran yaitu Pertama, Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh
sebab itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan
situasi kebudayaan masyarakat. Kedua, Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
Ketiga, asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadp
metode yang digunakan dalam kehidupan tersebut. Keempat, pendidikan keilmuan harus sekaligus
dikaitkan dengan pendidikan moral. Kelima, pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan
pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan. Keenam, kegiatan ilmiah
harus bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.

25. Dua Pola Kebudayaan

Dua kebudayaan dalam bidang keilmuan yakni ilmu alam dan ilmu sosial. Ilmu sosial harus berkembang
kearah ilmu kuantitatif kalau mau mempertahankan diri sebagai pengetahuan yang fungsional dalam
peradabab manusia. Ilmu ekonomi merupakan ilmu sosial yang paling pertama memasuki tahap dan
tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ilmu ekonomi merupakan ilmu kuantitatif yang par exellence.
Eksistensi pembagian jurusan ditentukan oleh dua asumsi yakni pertama, mengemukakan bahwa
manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika yang mengharuskan kita
mengembangkan pola pendidikan yang berbada pula. Dengan berkembangnya teknologi maka seseorang
yang mempunyai bakat berpikir kelas satu namun hanya mempunyai bakat matematika sedang bisa
berkembang menjadi ilmuan yang bermutu. Dalam tahap perkembangan sekarang ini pembagian jurusan
dalam sistem pendidikan berdasarkan bidang keilmuan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Adanya
dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan bukan saja merupakan suatu yang regresif melainkan juga
destruktif, bukan saja bagi kemajuan ilmu tapi juga pembangunan peradaban secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai