Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
dosen Pengampu: Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd.
disusun oleh:
Visi Nurhayati 2120110009
Anastasia Titin Rosnawati 2120110028
1. Simpulan ....................................................................................................... 13
2. Saran ............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka............................................................................................................ 15
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah
tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah
“Teori-Teori Kebenaran” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi orang lain, terutama menjadi
referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Penulis menyadari makalah Teori-Teori Kebenaran ini masih perlu penyempurnaan karena
berbagai kesalahan dan kekurangan penulis. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait
penulisan maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis
dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh
manusia membuahkan prinsip-prinsip yang melalui penalaran rasiona, kejadian-
kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan
dari phenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada
hokum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah
formukasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplikasi atas fenomena
tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukan tingkatan-tingkatan dalam hal
menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukan
tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah
dalam struktur tersebut. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak
lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan
inderawi, dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan
pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia
melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.
Filsafat itu memiliki tiga cabang kajian, yaitu ontology, epistemology, dan
aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungan dengan ilmu
pengetahuan filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek
ilmu pengetahuan. dalam ilmu pengetahuan modern, realitas dibatasi pada hal-hal yang
bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistic-
sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berarti bahwa aspek-aspek alam yang
bersifat kuantitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi
ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu
pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme.
Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan
aspek ragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek
ontologi, epistomologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan
1
dalam pengetahuan-pengetahuan lain, dilaskanakan secara konsekuen dan penuh
disiplin. Misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga
kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju
sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran
dapat dikelompokan dalam tiga makna, yaitu kebenaran moral, kebenaran logis, dan
kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa etika, ia menunjukan hubungan
antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi
bahasan epistemologi, logika, psikologi, ia meruapkan hubungan antara pernyataan
dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh
berhadapan dengan akal budi karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi
yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini:
1. Apa pengertian kebenaran?
2. Bagaimana cara penemuan kebenaran?
3. Apa teori-teori kebenaran dan siapa tokoh yang mendukung?
4. Teori kebenaran apa saja yang digunakan oleh para filsuf?
2
BAB II
ISI
A. Pengertian Kebenaran
3
B. Jenis – Jenis Kebenaran
Karena kebenaran merupakan sifat dari pengetahuan, maka dalam rangka
membahas adanya berbagai kebenaran, kita perlu mengetahui adanya berbagai
macam pengetahuan. Sebagaimana pengetahuan dapat dibedakan atas dasar
berbagai kriteria penggolongan, demikian pula berkenaan dengan kebenaran
pengetahuan juga dapat digolongkan atas dasar beberapa kriteria:
Pertama, atas dasar sumber atau asal dari kebenaran pengetahuan, yaitu
dapat bersumber antara lain dari: fakta empiris (kebenaran empiris), wahyu atau
kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi (kebenaran fiksi). Kebenaran
pengetahuan tentu saja perlu disesuaikan dengan sumber atau asal dari pengetahuan
terkait, misalnya: kebenaran pengetahuan empiris harus disesuaikan dengan sifat
yang ada dalam obyek empiris yang merupakan sumber atau asal pengetahuan
tersebut.
Kedua, atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, yaitu antara lain dapat menggunakan: indera (kebenaran
inderawi), akal budi (kebenaran intelektual), intuisi (kebenaran intuitif), iman
(kebenaran iman). Kebenaran pengetahuan perlu disesuaikan dengan cara atau
sarana yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan terkait, misalnya:
kebenaran pengetahuan inderawi (penglihatan)harus disesuaikan dengan
kemampuan indera untuk menangkap hal atau obyek inderawi dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Penglihatan dapat menghasilkan pengetahuan
tentang warna, ruang, ukuran besar / kecilnya obyek, serta adanya suatu gerak atau
perubahan. Sesuai dengan perspektif penglihatan kita, sering kita sadari bahwa
penangkapan penglihatan kita sering tidak tepat, kita mengalami tipu mata,
misalnya: bintang yang semestinya besar nampak di penglihatan kita sebagai
bintang kecil; sepasang rel kereta api yang seharusnya sejajar ternyata nampak di
penglihatan sebagai yang semakin menciut di kejauhan.
Ketiga, atas dasar bidang atau lingkup kehidupan yang tentu saja bagaimana
pengetahuan itu diusahakan dan dikembangkan dapat berbeda, antara lain:
pengetahuan agama (kebenaran agama), pengetahuan moral (kebenaran moral),
pengetahuan seni (kebenaran seni), pengetahuan budaya (kebenaran budaya),
pengetahuan sejarah (kebenaran historis), pengetahuan hukum (kebenaran hukum),
pengetahuan politik (kebenaran politik). Kebenaran pengetahuan perlu dipahami
berdasarkan bahasa atau cara menyatakan dari lingkup kehidupan terkait, misalnya:
4
penilaian baik tentang tindakan dalam bidang moral tentu saja perlu dibedakan
dengan penilaian baik tentang hasil karya dari bidang seni.
Keempat, atas dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan
diperolehnya, yaitu: pengetahuan biasa sehari-hari (ordinary knowledge) memiliki
kebenaran yang sifatnya subyektif, yang amat terikat pada subyek yang mengenal,
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) menghasilkan kebenaran ilmiah,
pengetahuan filsafati (philosofical knowledge) menghasilkan kebenaran filsafati.
Kriteria yang dituntut dari setiap tingkat kebenaran ternyata berbeda, misalnya:
kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam pengetahuan biasa sehari cukup
didasarkan pada hasil pengalaman sehari-hari, sedangkan kebenaran pengetahuan
ilmiah perlu diusahakan dengan pemikiran rasional (kritis, logis, dan sistematis)
untuk memperoleh pengetahuan yang selaras dengan obyeknya (obyektif).
5
yang menyaksikannya. Pendapat yang dinyatakan seorang karena kewibawaannya
telah dibuktikan ketidakbenarannya akan ditolak dengan sendirinya. Bahkan
walaupun pendapat dimaksud terbukti kebenarannya, kebenarannya pun belum
dapat diterima secara ilmiah. kebenaran yang dihasilkan merupakan kebenaran
sesaat saja dan kebenaran untuk suatu kondisi tertentu saja.
4. Penemuan secara spekulatif
Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya usaha mencari solusi dari sebuah
masalah. Solusi yang diduga dapat memecahkan masalah tertentu dapat berbagai
bentuk. Bentuk-bentuk ini menjadi pilihan solusi. Pilihan terhadap solusi inilah
yang merupakan spekulatif penemuan kebenaran. Cara penemuan kebenaran pun
tidak dapat diterima secara ilmiah.
5. Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional
Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya upaya menggunakan pengalaman
dan kemampuan berpikir seseorang untuk mencari solusi dari sebuah masalah.
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadid asar dalam berpikir
cara untuk memecahkan suatu masalah secara tepat. Cara berpikir yang ditempuh
pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adalah dengan cara berpikir
analitis dan cara berpikir sintesis.
6. Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah
Penemuan kebenaran melalui sebuah penelitian ilmiah merupakan cara penemuan
kebenaran yang didasarkan dari hasrat inign tahu. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa setiap akibat pada suatu sebab. dalam pelaksanaannya melalui
suatu metode yang harus mencapai suatu universal dan koheran dalam
penerapannya dituntut adanya suatu system yang konsisten. Ini akan menjadikan
susunan penemuan kebenaran akan menjadi logis.
7
a. Teori ini sangat didukung oleh empirisme. Sangat menghargai pengamatan
dan pengujian empiris, teori ini lebih menekankan cara kerja pengetahuan
aposterion.
b. Teori ini menegaskan dualitas antara S dan O. Pengenal dan yang dikenal.
c. Teori ini menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan.
Bukti ini bukannya hasil akal budi, atau hasil imajinasi akal budi, tetapi apa
yang disodorkan objek melalui panca indra. Menurut Jujun s. Suriasumantri, teori
ini emmiliki pengertian suatu pernyataan jika materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju oleh penyataan tersebut.
Teori korespondensi ini dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoritis
berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori ini.
8
positif, kemajuan manfaat. Sikap kaum pragmatic itu jelas ditentang oleh kaun
teoretis dan kaum intelektual. Namun, pada tergantung pragmatik baik secara
umum maupun khusus di bidang etis menyumbang sesuatu. Akan tetapi, sebagai
aliran filsafat pragmatik mengandung kelemahan-kelemahan. Pragmatik
mempersempit kebenaran menjadi itu, pragmatik menolak kebenaran yang tidak
dapat langsung dipraktekkan, padahal banyak kebenaran yang tidak dapat langsung
dipraktekkan. Paham manusia seutuhnya adalah contoh sederhana. Sebagai paham
etis pragmatik menyatakan bahwa yang baik adalah yang dapat dipraktekkan,
berdampak positif dan bermanfaat. Berikut paham ini dijelaskan melalui beberapa
penjelsan seperti berikut, pertama ada kebaikan yang dilihat dari manfaatnya tak
dapat dimengerti. Kedua, kebaikan yang bila dilaksanakan malah mencelakakan.
Ketiga, antara kebaikan dan pelaksanaan tidak ada hubungan langsung untuk
melasaknaakan kebaikan perlu dukungan situasi, kondisi, sarana dan rpasarana,
serta ada kemauan dari perilakunya. Pragmatik sebagai aliran filsafat dan paham
bukan tanpa kelemahana kan tetapi, pandangannya untuk saat tertentu, situasi
hidup, dan keadaan masyarakat tertentu dapat menggelitik dan digunakan sebagai
pertanyaan kritis.
9
kebenaran ilahi, ada kebenaran khsus individual, ada pula kebenaran umum
universal.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hakikat kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap mencari
kebenaran tersebut di dalam suatu masalah pokok. Setiap kebenaran harus diserap
oleh kebenaran itu sendiri serta kepastian dari pengetahuan tersebut, dari suatu
hakikat kebenaran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh manusia terutama
para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan mengalami pertentangan
batin yakni konflik spikologis.
Manusia selalu dalam kehidupannya pasti dirundung permasalahan besar
maupun kecil itu mungkin sangat tidak menutup kemungkinan dan mencari
kebenaran sejati karena manusia ingin melepaskan permasalahan tersebut, tetapi
bingung ingin mencari teori kebenaran karena banyak cara ditempuh untuk
emmperoleh kebenaran antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris.
Memang sesuatu sifat manusia yang selalu mencari kebenaran yang
sebenarnya itu, inti dari membina dan menyempurnakannya sejalan dengan
kematangan kepribadiannya. Suatu kebenaran tidak hanya membutuhkan
pengakuan dari salah satu orang atau sekelompok orang saja tetapi kebenaran itu
memiliki takaran-takaran atau ukuran-ukuran kebenaran tersebut diantara lain
adalah berfikir meruapkan suatu aktivitas manusia untuk menemukan kebenaran
serta apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain.
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami
kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu.
Cara penemuan kebenaran dapat kita lakukan dengan penemuan kebenaran
melalui penelitian ilmiah. Dengan cara ini akan semakin kuat tingkat kebenarannya.
Selain itu teori-teori tentang kebenaran juga bisa dijadikan sebagai salah satu cara
untuk penemuan suatu kebenaran.
13
B. Saran
Saran dalam makalah ini adalah sebagai mahasiswa kita harus selalu mencari
kebenaran sehingga mengerti dan memahami kebenaran dan terdorong untuk memahami
kebenaran. Sebagai mahasiswa dapat menemukan kebenaran dengan melakukan penelitian
ilmiah.
14
DAFTAR PUSTAKA
15