Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan dan
Pembelajaran
dosen Pengampu: Dr. Ristiana Dyah Purwandari, S.Si., M.Si.
disusun oleh:
Visi Nurhayati 2120110009
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
3. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II ISI.................................................................................................................. 3
1. Seputar model pembelajaran kooperatif ........................................................ 3
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 3
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ................................................. 4
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ........................................ 5
d. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 7
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ................................. 9
2. Variasi Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 10
a. Student Teams Achievement Divison (STAD) ....................................... 10
b. Tim Ahli (Jigsaw) ................................................................................... 13
c. Team Games Tournament (TGT) ........................................................... 15
d. Investigasi Kelompok ............................................................................. 16
e. Cooperative Integrated Reading and Composing (CIRC) ....................... 18
f. Think Pair Share ..................................................................................... 19
g. Numbered Head Together (NHT) ........................................................... 22
h. Snowball Throwwing.............................................................................. 23
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 25
1. Simpulan ....................................................................................................... 25
2. Saran ............................................................................................................. 25
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 26
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seorang guru sebagai salah satu profesi dalam dunia pendidikan dituntut untuk
melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas.
Berbagai inovasi pembelajaran dilakukan dari berbagai sisi, seperti sumber, media, alat
peraga, model pembelajaran, dan sebagainya. Inovasi tersebut bertujuan agar tujuan
pendidikan nasional dapat tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang harus diterapkan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini menekankan
keaktifan siswa dalam belajar. Model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan oleh guru
karena berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator. Siswa akan bekerjasama dalam
kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Jika siswa dapat
1
2
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
BAB II
ISI
3
4
16) Pengetahuan diri dan realisasi diri: melalui interaksi dalam kelompok siswa
akan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang mereka miliki melalui
balikan yang diberikan oleh yang lain.
17) Kemampuan ditempat kerja: dengan pembelajaran kooperatif siswa tahu
bagaimana cara bekerja dalam suatu kelompok dan saling membantu untuk
mencapai tujuan yang sama, hal ini dapat sebagai bekal dikemudian hari
Variasi model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannnya. Menurut Slavin (dalam Nurdiansyah dan Fahyuni, Eni Fariyatul; 2016)
STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.
Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA,
IPS, Bahasa Inggris, Teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.
Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua
siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka
tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya,
11
dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang
bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok
yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah
yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja
kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas.
Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh
guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa
harus menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan). Para siswa mungkin
bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan
saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan-
pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan
pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu.
b. JIGSAW
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir
dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil
pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar
menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke
14
dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga
setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok
lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi
dapat tersampaikan secara akurat.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4) Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
5) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Menurut Saco (dalam Nurdiansyah dan Fahyuni, Eni Fariyatul; 2016), dalam
TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru
dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan
dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
pertanyaan tersebut. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas
yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum menganjukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah
tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), penghargaan kelompok
(team recognition)
ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu dan memfasilitasi
dalam memperoleh informasi);
2) merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para
siswa dalam kelompoknya masingmasing, yang meliputi: apa yang kita selidiki;
bagaimana kita melakukannya; siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuktujuan
apa topik ini diinvestigasi);
3) melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada
usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi,
dan mensintensis ide-ide);
4) menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menetukan pesan-pesan esensial
proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat
presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana
presentasi);
5) mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruan kelas
dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat
melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan
presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruan kelas);
6) evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan,
kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak.
2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan anak
19
3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar
anak didik akan dapat bertahan lebih lama
4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir
anak
5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam
lingkungan anak
6) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah
belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna
7) Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
Kekurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain: dalam model
pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti:
matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung. Model
pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa
dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan
materi yang dijelaskan.
1) Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah.
2) Berpasangan (Pairing)
20
12) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam
kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
15) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran
TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas
atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga
diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru
menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
14) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah
dan waktu yang terbatas.
15) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
1) Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
3) Kelompok memiliki buku panduan
23
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
4) diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
5) memanggil nomor anggota atau pemberi jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
6) memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Kelebihan Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT):
1) Menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
2) Memberi waktu yang lebih banyak dari lainnya.
3) Melatih siswa untuk mencari jawaban yang tepat.
4) Memiliki keaktifan dalam mencari hal yang belum dipahami. (Manurung, 2013)
Kekurangan Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT):
1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan
sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
2) Proses diskusi akan berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin
pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
3) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-
beda serta membutuhkan waktu khusus
h. Snowball Trowwing
siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
kemampuan siswa dalam materi tersebut. Pada model pembelajaran Snowball
Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang diwakili ketua kelompok
unuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan
yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-
masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Langkah-langkah
pembelajarana Snowball Throwing adalah
BAB III
KESIMPULAN
1. Simpulan
2. Saran
Setiap guru harus mampu menyajikan kegiatan pembelajaran yang berpusat kepada
aktivitas siswa. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru yang aktif akan melahirkan
anak yang aktif pula, di sini guru sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa tidak hanya meningkatkan prestasi
belajarnya, namun dapat meningkatkan kemampuan sosialnya. Semakin siswa
bersosialisasi dengan siswa lain atau lingkungan kelas, maka akan semakin peka
kemampuan sosialnya sebelum turun menjadi anggota masyarakat. Sebaiknya guru kelas
menggunakan berbagai variasi model pembelajaran kooperatif di kelas.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Krisno Agus. 2016. Sintak 45 Model Pembelajaran dan Student Centre
Learning (SCL). Malang: UMM Press
Nurdyahsyah dan Fahyuni, Eni Fariyatul. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo:
Nizami Learning Center
Pratama, Deden. 2021. Profesionalitas Guru Melalui Pendekatan Empat Pilar Pendidikan
Dalam Mengembangkan Nilai-nilai Karakter Siswa. Jurnal Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Vol.1 Nomor 2.
Kagan, Spencer dan Miguel, Kagan. 2009. Kagan Kooperative Learning. San Cleemente:
Kagan Publishing.