Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TEORI DAN PRAKTEK MENGAJAR


“Model Pembelajaran”

Dosen Pengampu:
Nudin, S.Pd.I., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Siti Sara (1921201039)
2. Yurniati S (19212010)
3. Asmaludin (19212010)
4. Firdayanti (19212010)

KOSMA A1
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI YPIQ
BAUBAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun jauh dari kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
bimbingan-Nya, sehingga kita menjadi muslim yang beriman secara kaffah.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Teori dan Praktek Mengajar. Serta membantu
mahasiswa ataupun pembaca untuk menambah wawasan tentang Keterampilan
mengadakan variasi. Akhir kata, kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Namun, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamin.

Baubau, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian dari variasi.......................................................................................3
B. tujuan dan manfaat dari ketrampilan mangadakan variasi................................4
C. prinsip prinsip dari ketrampilan mengadakan variasi ....................................... 5
D. komponen komponen dari ketrampilan mengadakan variasi............................6
E. kekurangan dan kelebihan ketrampilan mengadakan variasi .......................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................11
B. Saran .......................................................................................................................12
DARTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa
dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan
dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat
menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar
mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling
terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen
pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan
menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan
pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guruboleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-
permasalahan, yaitu :
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
3. Sebutkan macam-macam model pembelajaran?

C.  Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan  makalah ini adalah untuk menambah
wawasan mengenai seperti apa model pembelajaran itu, serta cara untuk memilih
model pembelajaran.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran


Secara harfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di
gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam
proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.

3
C.    Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan adalah:
a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau
yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai?
c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
c) Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?
c. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta
didik?
b)  Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?
c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?

4
E.   Macam-Macam Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And
Learning)
a. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan
kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan,
dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari
sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam pembelajaran
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan
dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-
pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok
berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.

5
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.

2.      Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative
learning, yaitu:
a. Ketergantungan yang positif,
b. Pertanggungjawaban individual,
c. Kemampuan bersosialisasi,
d. Tatap muka,
e. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
a. Cooperative task atau tugas kerja sama.
b. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
a. Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara
individual.
b. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
c. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
d. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
e. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
masalah.

6
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
motivasi siswa. menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari
dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi kepada
Menyajikan informasi. siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan
bacaan.
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membimbing
ke dalam kelompok- setiap kelompok agar melakukan transisi secara
kelompok belajar. efektif dan efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok velajar
Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar.
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi. yang telah dipelajariatau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan. upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif


1.      Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2.      Beajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, seswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.      Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok.

7
4.      Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

C.     Model-model Pembelajaran Kooperatif


1.      Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan
empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu
siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai  keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode
generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif
untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atau mengganti materi-materi ini.
2.      Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya
di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b.      Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c.       Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli).
d.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f.       Pembahasan.

8
g.      Penutup.

3.      Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael
Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju
pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005:4).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :
a.       Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b.      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c.       Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4.      Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Sholom Sharan, 2009:267) bahwa
terdapat eman komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan
struktural diantaranya, yaitu:
a.       Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b.      Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi
sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
c.       Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas kelompok,
dukungan timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan sinergi.

d.      Kelompok

9
Kagan (Shlom Shara, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar
adalah: kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok bahasa
homogen.
e.       Tata Kelola
f.       Keterampilan Sosial
The Structured natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial
menggunakan empat alat, yakni: peran dan gerakan pembuka, pemodelan dan
penguatan, struktur dan penstrukturan, dan refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif
STAD JIGSAW INVESTIGASI STRUKTURAL
KELOMPOK
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inquiry
Tujuan sosial Kerja Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan
kelompok dan dan kerja sama kelompok kelompok dan
kerja sama kompleks keterampilan
sosial
Struktur tim Kelompok Kerja kelompok Kelompok belajar Bervariasi
belajar dan kerja sama dengan dengan 5-6 berdua, bertiga,
heterogen anggota homogen kelompok
dengan 4-5 dengan 4-6
orang anggota anggota..
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
topik
pelajaran
Tugas utama Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan
lembar materi dalam tugas-tugas

10
kegiatan dan kelompok “ahli”, inquiry jompleks yang diberikan
saling kemudian sosial dan
membantu membantu kognitif
untuk anggota kelompok
menuntaskan “asal”
materi belajar mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dan Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes proyek dan
mingguan menulis  laporan,
dapat
menggunakan tes
essai
Pengakuan Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
pengetahuan pengetahuan dan
dan publikasi publikasi lain
lain

3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


A.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur,
c.       Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),

11
d.      Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e.       Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.       Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.      Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.      Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i.        Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar, dan
j.        PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :


1.      Penyajian masalah,
2.      Menggerakkan inquiry,
3.      Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi
kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru,
penyajian solusi dan evaluasi.

B.     Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah


1.      Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM
dalah :
a.       Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b.      Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c.       Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d.      Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,

12
e.       Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, dan
f.       Membantu siswa merasa memiliki masalah.
2.      Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan kolaborasi
itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti
lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting,
dan mengelaborasi solusi.
3.      Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu
orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk
menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-lngkah yang
beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan
penyajian ide.

4.      Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah


Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.

C.     Intisari Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci,
yaitu :
1.      Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
2.      Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata.
3.      Menjadi para siswa yang otonom.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002; 1) mengemukakakn bahwa
langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

13
fase indikator Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
masalah logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi Membantu siswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
pengalaman yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
individual/kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan
dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses
pemecahan masalah yang mereka gunakan.

4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)


Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu
negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat
Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang
pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan nasional
Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang

14
pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi
media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas.
Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena
metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian
materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat
menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan
media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa.
Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa macammacam
aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities, listening activities,
writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional
activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern (dalam) dan faktor-
faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga faktor yaitu: faktor
jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu
permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan,
tidak hanya terpusat pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi,
menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video
maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi dari
Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong

15
siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa
dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk
menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena
tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.

5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer


A.    Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah
pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk
menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorag
melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip
didaktik-metodik tersebut.

Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes
terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut
adalah:
1.      Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang
benar,
2.      Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban
yang benar dari satu soal,
3.      Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan
adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal
tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak
memunculkan soal berikutnya.

16
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif
model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.

6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)


A.    Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran
PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif
dan ,menyenagkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan
menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat
karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri,
bukan dari gurunya.
1.      Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dengan
kegiatan pembelajaran secara optimal. Pelajaran ini menitikberatkan pada
keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar (child center/student center) bukan
pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center).
2.      Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman
kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses

17
pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan,
serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
3.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan pemecahan masalah.
4.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika mampu memberikan pengalam baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a.       Pengelolaan tempat belajar,
b.      Pengelolaan siswa,
c.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran,
d.      Pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
e.       Pengelolaan media dan sumber belajar.

5.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi yang kuat antara guru dan
siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,
2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu
merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih
dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.

18
Terdapat empat aspek yang memenuhi model PAKE, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a.       Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di
aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui
pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak
tersebut.
b.      Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek
ini anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran,
mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan
makna mereka dapat diketahui oleh guru.

c.       Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan
saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun
semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d.      Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya
terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar
mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru.

7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)

19
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh
yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan
dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan
belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana
saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu
tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang
kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain
intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama banyak
dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam berbagai
kegiatan belajar.

A.    Implementasi Pembelajaran Berbasis Web


Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web,
langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di
lingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama
5-10 bulan dan dibagi  menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, 5 dilakukan  secarajarak jauh
dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan
4 dilakukan secara konvensional dengan tatap muka.
2.      Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan tatap
muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama. Setelah itu,
tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan
belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam
kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
B.     Pemanfaatan Internet Sebagai Media pembelajaran

20
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa
dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita
dapat menggubakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk
belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai
pustaka, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai
peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995).
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak
hanya konsumen enformasi saja.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan


sebagai berikut :
1.      Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan
kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3.      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masing-masing.
4.      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5.      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.      Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan
memungkinkan pihak berkepentingan  (orang tua siswa maupun guru) dapat turut
serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang
dikerjakan siswa secara online.

C.     Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran


Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merunjuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

21
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas tradisional guru
dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning
fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung jawab untuk pembelajaran. Suasana pembelajaran e-learning akan
memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif
sendiri.

Karakteristik e-learning, antara lain:


a.       Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital median dan komputer networks).
c.       Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya.
d.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di
komputer.

D.    Kelebihan dan Kekurangan e-Learning


Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.      Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan
saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat, dan waktu.
2.      Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

22
3.      Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.      Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih
mudah.
5.      Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.      Berubahnya peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih
mandiri.
7.      Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) kekurangan dari e-learning, antara lain
:
1.      Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama
peserta didik itu sendiri.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT/medium komputer.
5.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan
internet.
8.      Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.

8.      Model Pembelajaran Tematik


A.    Pengertian Pembelajaran Tematik

23
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada
proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu
tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

B.     Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar


Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.      Pengalaman dan kegiatan yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2.      Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3.      Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama.
4.      Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
5.      Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lengkungannya, dan
6.      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

C.     Karakteristik Model Pembelajaran Tematik


1.      Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak

24
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada siswa untuk
melakukan aktivitas kegiatan.

2.      Memberikan pengalaman langsung


Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh.
5.      Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.

D.    Implementasi Pembelajaran Tematik


Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.      Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan konmpetensi dasar
secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya.
2.      Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan
dipadukan

25
Pada tahap ini dilakukan penkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan
kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk
diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu.
3.      Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan
dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan
tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, di antaranya :
a.       Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
b.      Ruanglingkup tema disesuaikan dengan usia dan oerkembangan siswa, termasuk
minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan
c.       Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
4.      Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-
masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan
tersebut dapat dibentuk dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang
memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran.

Berikut ini adalah gambar bagan keterhubungan tema dalam pembelajaran


tematik.

26
5.      Menyusun silabus pembelajaran tematik
Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan
yang telah dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan
memuat tentang :
1)      Mata pelajaran yang akan dipadukan,
2)      Kompetensi dasar,
3)      Indikator yang akan dicapai,

27
4)      Kegiatan pembelajaran berisi tentang meteri pokok, strategi pembelajaran, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan aloksi waktu yang
dibutuhkan,
5)      Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan dan
sumber-sumber bacaan yang akan dijadikan bahan atau rujukan dalam kegiatan
pembelajaran, dan
6)      Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3.      Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.      Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning).
2.      Model Pembelajaran Kooperatif.
3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer.
6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8.      Model Pembelajaran Tematik.

28
B.     SARAN
Untuk guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di
kelas semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif
dalam menentukan model pembelajaran yang akan di implementasikannya.
Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan
sarana dan prasarana sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media
Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf

29

Anda mungkin juga menyukai