Disusun Oleh :
Kelompok 1
SINGKAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan
karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada junjungan kita sekalian yaitu Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan umumnya kepada
kita semua selaku penerus risalahnya hingga akhir zaman, aamiin.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran IPA SD. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak
Erdi Guna Utama, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................... 26
B. Saran................................................................................................. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian
dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang
menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 203),
pengertian strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Soedjadi (1999 :101)
menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi
pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat
ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi
menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu
metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.Secara
sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
TEKNIK→ METODE → PENDEKATAN →STRATEGI → MODEL
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran
meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model
pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan
dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk
pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan
Showers, 1992).
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
tertentu yaitu :
1. rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil dan
2
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Model pembelajaran (Teaching Models) atau (Models of Teaching)
memiliki makna lebih luas dari metode, strategi/pendekatan dan prosedur. Istilah
model pembelajaran adalah pendekatan tertentu dalam pembelajaran yang
tercakup dalam tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem manajemen (Arends,
1997:7). Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran dapat digambarkan sebagai
berikut.
1. Memiliki Rasionalisasi Teoritis
2. Terkait Dengan Hasil Pembelajaran
3. Menuntut Perilaku Guru
4. Menuntut Struktur Kelas
B. Rumusan Masalah
1) Apa Yang Dimaksud Contextual Teaching And Learning ?
2) Bagaimana Karakteristik Contextual Teaching And Learning ?
3) Bagaimana Pendekatan Dalam Contextual Teaching And Learning ?
4) Bagaimana Langkah-Langkah Penerapan Contextual Teaching And Learning
?
5) Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan Contextual Teaching And Learning ?
6) Bagaimana Faktor-Faktor Dalam Penyusunan CTL ?
7) Apa Saja Komponen Contextual Teaching And Learning ?
8) Apa Tujuan Contextual Teaching And Learning ?
C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui Contextual Teaching And Learning
2) Mengetahui Karakteristik Contextual Teaching And Learning
3
3) Mengetahui Pendekatan Contextual Teaching And Learning
4) Mengetahui Langkah-Langkah Contextual Teaching And Learning
5) Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Contextual Teaching And Learning
6) Mengetahui Faktor-Faktor Dalam Penyusunan Contextual Teaching And
Learning
7) Mengetahui Komponen Contextual Teaching And Learning
8) Mengetahui Tujuan Contextual Teaching And Learning
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan
pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka (Abdul Majid:
171).
Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata,
sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Belajar tidak hanya sekedar duduk, mendengarkan, dan mencatat,
tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung (Sanjaya
2006).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Tugas guru lebih banyak
menyusun strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat
menemukan pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari
guru. ( Nasrul Hakim dan Ali Sadikin, 2017: 103-104)
6
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.
7
C. Pendekatan Contextual Teaching and Learning
1. Problem-based learning
2. Authentic instruction
3. Inquiry-based learning
4. Project-based ledarning
8
5. Work-based learning
6. Service learning
7. Cooperative learning
1. Fase Invitasi
2. Fase Eksplorasi
9
bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan
siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
10
1. Konstruktivisme
2. Inquiri
3. Bertanya (questioning)
11
Kerjasama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk
memecahkan suatu permasalahan.
5. Pemodelan (Modeling)
6. Refleksi (Reflection)
12
Adapun contoh pembelajaran dengan menggunakan model CTL seperti berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas/Semester : IV / 2
A. Standar Kompetensi
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
F. Sumber
13
Buku : SD, Ikhwan. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam 4: Untuk SD/MI Kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
G. Model Pembelajaran
H. Kegiatan Pembelajaran
14
a. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran tentang
menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya.
b. Guru memberikan PR kepada siswa.
c. Berdo’a.
I. Penilaian
Jenis : Tes
Bentuk: Tulisan
Ragam: Soal
15
c) Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak
jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak
percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
d) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL
ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan,
karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal
dan mengalami kesulitan.
e) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
f) Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada
kemampuan intelektualnya.
g) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata.
h) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini
peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut
siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati
fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
16
diantarannya: mengutamakan dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, pembelajaran
berpusat pada siswa dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
a) dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara
siswa yng memiliki kemampuan unggul dan biasa
b) tidak meratanya pengetahuan yang didapatkan siswa
c) bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran CTL akan
mengalami kesulitan untuk mengejar karena dalam pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri. Kelana
(2015) menjelaskan bahwa kelemahan CTL, diantaranya: sulitnya
membuat siswa aktif secara keseluruhan, guru harus memiliki kemampuan
yang mendalam dalam mengkontekstual materi yang diberikan kepada
siswa dan ketika siswa di dalam kelas jumlah banyak, memerlukan
penanganan yang ekstra dari guru.
17
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil
pemberian guru.
6. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna.
18
5. Memperhatikan multi intelegensi (multiple intelli-gences).
6. Menggunakan teknik bertanya (questioning) dalam rangka meningkatkan
peserta didik dalam pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
7. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih
bermakna jika ia diberi kesempatan untuk belajar menemukan, dan
menkontruksi sendiri pengetahuan dan ketearampilan baru (contructivism).
8. Memfasilitasi kegiatan penemuan, supaya peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri.
9. Mengembangkan rasa ingin tahu di kalangan peserta didik melalui
pengajuan pertanyaan.
10. Menciptakan masyarakat belajar dengan membangun kerja sama di antara
peserta didik.
11. Memodelkan sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi dan
berimitasi dalam rangka memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
12. Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa ysng sudah
diperoleh.
13. Menerapkan penilaian autentik.
19
Kemampuan Berpikir Kritis, 2017). Beberapa komponen yang ada di dalam
motode Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut:
1. Kontruktivisme
2. Menemukan (inquiry)
3. Bertanya (questioning)
20
a) Membangun perhatian (attention building)
b) Membangun minat (interest building)
c) Membangun motivasi (motivation building)
d) Membangun sikap
e) Membangun rasa keingintahuan
f) Membangun interaksi antara siswa dengan siswa
g) Membangkitkan interaksi antara siswa dengan guru
h) Interaksi antara siswa dan lingkungannya secara kontesktual
i) Membangun lebih banyak lagi pertanyaan pada siswa dalam rangka
menggali dan menemukan lebih banyak informasi/ pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik
dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta
didik dengan lingkungannya. Proses belajar ini dapat dilaksanakan baik secara
homogen maupun heterogen, sehingga di dalamnya terjadi saling berbagi
masalah, berbagi informasi, berbagi pengalaman, dan lain-lainnya.
5. Permodelan (modeling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya
permodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi)
maupun yang bersifat fisik. Permodelan bisa dilakukan oleh guru, peserta
didik, atau dengan mendatangkan narasumber dari luar.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan
atau dipelajarinya di masalalu. Refleksi pembelajaran merupakan respon
terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang baru diterima
dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat membantu peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru.dengan demikian peserta didik akan memperoleh
pengetahuan yang berguna bagi dirinya dari apa yang baru dipelajarinya. Pada
21
akhir proses pembelajaran sebaiknya guru menyisakan waktu agar peserta
didik melakukan refleksi, yang diwujudkan dalam bentuk:
a) Pernyataan langsung peserta didik tentang yang diperoleh hari itu
b) Jurnal belajar di buku peserta didik
c) Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilain yang sebenarnya (aunthentic assesment)
Penilain merupakan proses pengumpulan data yang dapat mendesktipsikan
mengenai perkembangan perilaku peserta didik.penilaian menekankan pada
proses pembelajaran, data yang dikumpulkan dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Penilaian tidak hanya
dilakukan oleh guru, tetapi juga teman-teman ataupun orang lain. Adapun
karakteristik penilaian autentik sebagai berikut:
a) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi. Penilaian
dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan dalam beberapa tahapan
dan periodic, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasannya baik dalam
formatif maupun sumatif.
c) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan
utuh.
d) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback yaitu untuk keperluan
pengayaan (enrichment) stancar minimal telah tercapai atau mengulang
(remedial) jika standar belum tercapai.
22
kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan
inilah inti dari CTL.
23
motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan
sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa
harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
24
4) Pendekatan pembelajaran CTL memiliki tujuan agar siswa bisa berpikir
kritis dan mandiri sehingga kedepannya mereka bisa memfilter dan
memilih segala pengetahuan yang masuk.
5) Tujuan Model pembelajaran CTL adalah melibatkan siswa untuk bisa
mengkoneksikan pelajaran sekolah dengan konteks di kehidupan nyata.
6) Siswa bisa lebih leluasa untuk menjelaskan segala data informasi yang
rumit dan siswa juga bisa memahami sebuah informasi dengan baik.
Hasil belajar siswa akan lebih bermakna jika pada saat belajar diikuti
dengan sikap dan motivasi yang kuat, belajar dengan sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab. Agar sikap, motivasi, kesungguhan belajar dan tanggung
jawab dapat terjaga maka iklim belajar yang mengarah perlu di ciptakan.
(Nasrul Hakim, Penerapan Project-Based Learning Dipadu Group Investigation
Untuk Meningkatkan Motivasi, Dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan
Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, 2015). Sehingga tujuan
pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) sebagai berikut :
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah tergambar di atas maka dapat saya simpulkan
bahwa Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Belajar
yang efektif harus berpusat pada peserta didik sehingga memahami bagaimana
cara peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Perlu kerja
sama antar kelompok peserta didik sehingga menumbuhkembangkan kebiasaan
sharing dalam team. Penilaian peserta didik tidak hanya dinilai pada hasil
akhirnya saja tetapi juga sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang
masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini . Karena saran dan
kritik membangun sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
27