Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Disusun Oleh :
Kelompok 1
SINGKAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan
karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada junjungan kita sekalian yaitu Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan umumnya kepada kita
semua selaku penerus risalahnya hingga akhir zaman, aamiin.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia SD. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ibu Eti
Sunarsih, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran..................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa tidak hanya tulis maupun lisan, tetapi juga bahasa tubuh dan juga
ekspresi seseorang terhadap aksi yang kita lakukan. Misalnya seorang bayi yang
menangis ketika lapar, bayi itu menggunakan bahasa tangis untuk memberitahukan
kepada ibunya bahwa ia tengah lapar. Hal itu menujukkan pula bahwa bahasa telah
ada ketika seseorang belum mengenal tulisan. Bahkan ketika seseorang belum lahir,
ia sudah menggunakan bahasa. Seseorang mengenal menggunakan bahasa
berdasarkan lingkungan dimana dia tinggal. Seseorang berusaha menirukan bahasa
orang lain walau dengan terbata-bata. Seorang anak yang masih berusia di bawah
tiga tahun, menggunakan bahasa secara belum lengkap. Hal itu karena seorang anak
hanya bisa menangkap dan melafalkan sebagian dari lingual yang ia dengar.
1
dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat
mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Seorang Anak Memperoleh Bahasa ?
2. Apa Saja Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak ?
3. Bagaimana Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak ?
4. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Anak ?
5. Bagaimana Strategi Pemerolehan Bahasa Pada Anak ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Seorang Anak Memperoleh Bahasa
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Teori Pemerolehan Bahasa Pada Anak
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemerolehan Bahasa Anak
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Strategi Pemerolehan Bahasa Pada Anak
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa pertama (B1) adalah bahasa yang pertama kali dipelajari dan
dikuasai oleh seorang anak. Bahasa pertama itu bisa hanya satu bahasa atau dua
bahasa yang dikuasai anak secara bersamaan. Sementara itu, bahasa kedua adalah
bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai bahasa pertama. Dalam menguasai
dua bahasa atau lebih, anak dapat melakukannya secara serempak atau berurut.
3
Pemerolehan serempak dua bahasa (simultaneous bilingual acquisition) terjadi pada
anak yang dibesarkan dalam masyarakat bilingual (dua bahasa) atau multilingual
(lebih dari dua bahasa). Anak mengenal, mempelajari, dan menggunakan kedua
bahasa tersebut sama baiknya secara bersamaan. Pemerolehan berurut dua bahasa
(successive bilingual acquisition) terjadi apabila penguasaan anak atas dua bahasa
atau lebih terjadi dalam rentang waktu yang berjauhan.
a. Pandangan Nativistis
4
yang belum pernah dicontohkan sebelumnya. Jadi, kalau bukan karena kemampuan
bawaan, mustahil anak dapat mempelajari dan menguasai suatu bahasa yang
komponen dan aturannya begitu rumit hanya dalam waktu yang begitu singkat.
Hanya dalam waktu sekitar empat tahun anak telah dapat berbahasa dengan rapi
dan komunikatif. Selama belajar bahasa, sedikit demi sedikit potensi berbahasa
yang secara genetis telah terprogram menjadi terbuka dan berkembang.
Cara kerja LAD yaitu Ujaran atau tuturan lisan dalam lingkungan anak
memberikan masukan kepada anak. Selanjutnya, data tersebut diolah oleh LAD
dengan memakai potensi gramatika bahasa anak sehingga tersusunlah pola-pola
kaidah bahasa dan kaidah berbahasa pada diri anak, kemudian tercermin dalam
tindak berbahasa (ujaran) yang dihasilkan anak yang sesuai dengan pola ujar orang
dewasa.
b. Pandangan Behavioristis
c. Pandangan Kognitif
5
anaklah yang berperan aktif untuk terlibat dengan lingkungannya agar penguasaan
bahasanya dapat berkembang secara optimal.
a. Faktor Biologis
6
Cara lingkungan sosial memberikan dukungan kepada anak dalam belajar
pemeroleh bahasa adalah sebagai berikut:
c. Faktor Intelegensi
d. Faktor Motivasi
7
Dalam belajar bahasa, anak tidak melakukannya demi bahasa itu sendiri.
Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti
lapar, haus, sakit, serta perhatian dan kasih sayang. Inilah yang disebut dengan
motivasi intrinsik, yang berasal dari diri anak itu sendiri.
Pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk
membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak yang dibesarkan dengan motivasi
belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak. Pemicuan
motivasi itu, di antaranya dengan cara merespons dengan bijak pertanyaan dan
komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara halus dan tidak
langsung, dan tidak segera menyalahkan bila anak melakukan suatu kesalahan.
a. Mengingat
8
dalam berbahasa anak-anak biasanya dibantu oleh ekspresi muka, gerak tangan,
gerak tubuh, dan konteks.
b. Meniru
c. Mengalami Langsung
d. Bermain
9
orang dewasa; sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan; ibu,
bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan; sebagai dokter, perawat atau
pasien; atau sebagai guru dan murid dalam bermain sekolah-sekolahan. Tanpa
disadari, mereka sedang bermain drama, sekaligus mereka berlatih berbicara dan
menyimak.
e. Penyederhanaan
a. Tahap Pralinguistik
Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur sekitar 12 bulan.
10
2) Pada umur 2 – 5 bulan, anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyibunyi
vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi itu
biasanya muncul sebagai respons terhadap senyum atau ucapan orang
tuanya.
3) Pada umur 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi yang agak utuh
dengan rentang waktu yang lebih lama. Bunyi mirip vokal dan konsonannya
lebih bervariasi. Konsonan nasal /m/ dan /n/ sudah mulai muncul. d. Pada
umur 6 – 12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi
atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti /ba-ba-ba/, /ma-
ma-ma/, dan /da-da-da/. Vokal yang muncul adalah vokal dasar /a/ dengan
konsonan hambat labial /p, b/, nasal /m, n, n/, dan alveolar /t, d/.
Selanjutnya, celotehan reduplikasi tersebut berubah lebih bervariasi.
Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/. Konsonan frikatif pun,
seperti /s/ sudah mulai muncul.
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan. Pada tahap ini, anak
menggunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang
disampaikannya. Tegasnya, satu kata yang diucapkan anak mewakili satu frasa,
kalimat atau wacana. Karena itu, fase ini disebut juga tahap holofrasis. Kata-kata
yang diucapkan anak adalah kata-kata yang telah dikenal dan dikuasainya. Kata-
kata itu biasanya sering muncul dalam tuturan keseharian di lingkungan anak. Kata-
kata itu umumnya berkaitan dengan kegiatan rutin anak, pemanggilan orang-orang
sekitar, dan benda atau objek yang dekat dengan anak.
c. Tahap Dua-Kata
Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18 – 24 bulan. Pada tahap
ini kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat, seiring dengan
kematangan otak dan alat ucapnya. Dalam bertutur anak-anak mulai menggunakan
dua kata: papa ikut, mamah main, mau bobo, dan sebagainya. Hanya kata-kata
pokok yang diucapkan anak, seperti kata benda, kata kerja (dasar), dan/atau kata
sifat. Tak ada kata tugas seperti kata depan atau kata penghubung.
11
d. Tahap Telegrafis
Suatu bahasa disebut bahasa kedua apabila bahasa tersebut dikuasai anak
melalui belajar secara formal. Dalam memperoleh B2 banyak cara yang dilakukan.
Secara umum, tipe perolehan B2 dapat dibedakan menjadi pemerolehan B2 secara
terpimpin, secara alamiah, serta terpimpin dan alamiah (Lihat Subyakto-Nababan,
1992). Pemerolehan B2 secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran,
baik di sekolah maupun kursus atau les. Umumnya, ragam bahasa yang dipelajari
bersifat formal atau baku. Sementara itu, pemerolehan B2 secara alamiah dilakukan
secara spontan. Dengan demikian seorang anak bisa memiliki beberapa bahasa
pertama dan juga beberapa bahasa kedua.
12
berbahasa dan semakin intensif dalam berinteraksi, biasanya semakin cepat B2
tersebut dikuasai.
a. Model Akulturasi
b. Teori Akomodasi
13
Teori akomodasi menyatakan bahwa hubungan masyarakat B1 dengan B2
dalam berinteraksi sangat menentukan pemerolehan B2. Faktor-faktor berikut akan
mempermudah dan mempengaruhi keberhasilan pembelajar dalam mempelajari
B2:
c. Teori Wacana
d. Model Monitor
14
1) Hipotesis pemerolehan-pembelajaran
2) Hipotesis urutan alamiah
3) Hipotesis monitor
4) Hipotesis masukan
5) Hipotesis saringan afektif
15
b) pengaktifan kaidah-kaidah B2 yang sudah ada pada dalam bentuk
tidak teranalisis dan tidak otomatis atau teranalisis sehingga dapat
digunakan untuk wacana yang tidak direncanakan.
f. Hipotesis Universal
g. Teori Neurofungsional
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Suardi, I. P., Ramadhan, S., & Asri, Y. (2019). Pemerolehan bahasa pertama pada
anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 265-
273.
18