Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI PEMEROLEHAN DAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK


Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia SD 1
Dosen Pengampu :
Prof. Drs. H. Rustam Effendi, M. Pd., Ph.D / Faradina, M.Pd

.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Kelas 3B

1. Nizmatullayla 1910125120007
2. Assa’adah Napisah 1910125120052
3. Awalia Rizky Ananda 1910125220047
4. Rosendi Aditya Suryatama H. 1910125310009
5. Marfuah 1910125320002
6. Akhmad Muttaqie 1910125320078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Bahasa Indonesia SD 1 yang
berjudul “Teori Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak” .
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Prof. Drs. H. Rustam
Effendi, M. Pd., Ph.D dan Ibu Faradina, M.Pd. serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan
dalam waktu yang telah dItentukan.
Makalah Teori Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Bahasa Indonesia sekaligus meningkatkan pemahaman konseptual
mahasiswa. Kehadiran makalah ini diharapkan, tidak lain hanya agar dapat bermanfaat untuk
semua kalangan masyarakat secara umum dan mahasiswa pgsd secara khusus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari sempurna, namun demikian
penulis telah berupaya dengan tetap mempertimbangkan mutu dan bobot sehingga makalah
ini dapat memenuhi tujuannya serta bermanfaat bagi yang memerlukan. Saran dan kritik yang
bersifat membangun penulis butuhkan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Banjarmasin, 8 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Menjelaskan Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak............................................................3
B. Ragam pemerolehan bahasa anak.....................................................................................4
C. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak..................................................................................7
D. Hakikat perkembangan bahasa anak.................................................................................9
E. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak.....................................................................10
BAB III......................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan
perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,
.mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa
depan individu. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai
usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa. Bahasa merupakan
suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau suatu ungkapan dalam
bentuk bunyi ujaran. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang sangat
penting bagi manusia. Melalui bahasa manusia mendapatkan beberapa informasi
penting. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan
perasaan. Oleh karena itu, bahasa sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia.
Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan
mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama
siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan
mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi
perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. Siswa sekolah dasar pada umumnya
berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari
materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar
memahami konteks sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai
keragaman budaya tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa itu hakikat pemerolehan bahasa anak?
2. Apa saja ragam pemerolehan bahasa anak?
3. Sebutkan dan jelaskan Strategi pemerolehan bahasa anak?
4. Jelaskan hakikat perkembangan bahasa anak?

1
5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap perkembangan bahasa anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan dari hakikat pemerolehan bahasa anak.
2. Mengetahui apa saja ragam pemerolehan bahasa anak.
3. Mengetahui apa saja strategi pemerolehan bahasa anak.
4. Mengetahui penjelasan dari hakikat perkembangan bahasa anak.
5. Mengetahui apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa anak?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak


Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain.
Jika dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah
proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun
pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan
dkk., 1998). Selain pendapat tersebut, Kiparsky dalam Tarigan (1988) mengatakan
bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk
menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih
kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa bersangkutan.
Dengan demikian, proses pemerolehan adalah proses bawah sadar. Penguasaan bahasa
tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang
sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran,
adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh
pembelajar di dalam menguasai bahasa. Adapun karakteristik pemerolehan bahasa
menurut Tarigan dkk. (1998)
adalah:
1. berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di
luar sekolah;
2. pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus; (c) dilakukan tanpa sadar atau secara
spontan; dan
3. dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna
bagi anak.
posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa bagi anak Indonesia akan
ditemukan bahwa ada anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama

3
dan ada pula menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Anak yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, bahasa pertama yang dikenal
dan dikuasai adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang pertama-tama
dijadikan sebagai sarana komunikasi verbal sejak dia bayi. Anak yang bahasa
pertamanya bahasa Indonesia banyak dijumpai sekarang ini, terutama pada keluarga
yang tinggal di kota. Penyebabnya sebagai berikut.
1. Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak tidak saling
memahami bahasa daerah pasangannya.
2. Perkawinan antarpenutur bahasa daerah yang sama dengan situasi berikut ini.
a. Lingkungan sosial sekitar keluarga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
media komunikasi.
b. Lingkungan masyarakat sekitar menggunkan bahasa daerah yang tidak
dikuasai oleh keluaga itu.
c. Lingkungan menggunkan bahasa daerah yang sama dengan bahasa keluarga
itu, tetapi karena pertimbangan praktis, bahasa yang digunakan dalam
keluarga itu bahasa Indonesia (Tarigan dkk., 1998).
Selanjutnya Tarigan dkk. (1998) mengungkapkan bahwa anak-anak yang dilahirkan
dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunkan bahasa
daerah sebagai media komunikasi kesehariannya, kemungkinan besar anak itu bahasa
pertamanya adalah bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya.
Sekalipun anak itu telah mengenal bahasa Indonesia melalui berbagai media
(misalanya radio dan televisi), tetapi bahasa Indonesia yang dikuasainya baru benar-
benar digunakan ketika telah bersekolah.

B. Ragam pemerolehan bahasa anak


Ragam atau jenis pemerolehan bahasa anak menurut Tarigan (1988)
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan, antara lain:

1) Berdasarkan bentuk,
2) Berdasarkan urutan,

4
3) Berdasarkan jumlah,
4) Berdasarkan media,
5) Berdasarkan keaslian.

Ditinjau dari segi bentuk, dikenal ragam:

1) Pemerolehan bahasa pertama,


2) Pemerolehan bahasa kedua,
3) Pemerolehan-ulang.
Ditinjau dari segi urutan, dikenal ragam:
1) Pemerolehan bahasa pertama
2) Pemerolehan bahasa kedua
Ditinjau dari segi jumlah, dikenal ragam:
1) Pemerolehan satu bahasa,
2) Pemerolehan dua bahasa.

Ditinjau dari segi media, dikenal ragam:

1) Pemerolehan bahasa lisan,


2) Pemerolehan bahasa tulis.

Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan, dikenal ragam:

1) Pemerolehan bahasa asli,


2) Pemerolehan bahasa asing.

Terdapat beberapa istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan,


dan keaslian, tetapi dalam pengertian hampir sama. Misalnya, istilah
pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa asli, dan antara
pemerolehan bahasa kedua dengan pemerolehan bahasa asing tidak ada
perbedaan pengertian.
Apabila ditinjau dari segi keserentakan atau keberurutan, pada
dasarnya pemerolehan dua bahasa oleh seorang anak dapat terjadi dalam
dua cara, yaitu
(a) pemerolehan bahasa secara serentak, dan

5
(b) pemerolehan bahasa secara berurut.

Pemerolehan serempak dua bahasa terjadi pada anak yang dibesarkan


dalam masyarakat bilingual (menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi)
atau dalam masyarakat multilingual (menggunakan lebih dari dua bahasa). Anak
mengenal, mempelajari, dan menguasai kedua bahasa secara bersamaan.
Sedangkan pemerolehan berurut dua bahasa terjadi bila anak menguasai dua
bahasa dalam rentang waktu yang relatif berjauhan (Tarigan, 1988 dan Tarigan
dkk., 1998).

Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di


dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Proses-proses ketika anak
sedang memperoleh bahasa ibunya terdiri dari dua aspek: pertama aspek performance
yang terdiri dari aspek-aspek pemahaman dan pelahiran , kedua aspek kompetensi.
Kedua jenis proses ini berlainan. Proses-proses pemahaman melibatkan kemampuan
mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar sedangkan
proses pelahiran melibatkan kemampuan melahirkan atau mengucapkan kalimat-kalimat
sendiri.

1. Pemerolehan bahasa pertama


Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri
dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna
banyak. Contoh anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin
makan, sudah makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak.
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal
itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa
pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa. Pada masa perolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih
mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak
akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang
tua atau kerabat dekatnya.

6
Gracia (dalam Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak
dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian
kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata
yang lebih rumit (sintaksis).
Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya,
1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-
tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak
menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk
mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari
prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.

2. Pemerolehan bahasa kedua


Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa
lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya
(bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa
asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu,
bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan
bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan
pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua.

C. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak


a. Mengingat
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa atau
belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam
benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium, mendengar dan melihat
sesuatu, memori anak merekamnya. Ingatan itu akan semakin kuat apabila
penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini
anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus
mengingat pula cara mengungkapkannya.
b. Meniru

7
Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini
berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak
tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya.
Di satu sisi, anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang
lebih rumit. Di sisi lain secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem
bahasa yang kemungkinan dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk
dan jumlah yang tidak terbatas.
c. Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah
mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak
menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun
sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus
memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya,
secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan
perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga si anak mendapat
masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.
d. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan
berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa,
sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau
anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien atau
sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak:
1) Faktor biologis
2) Faktor lingkungan social
3) Faktor intelegensi; dan
4) Faktor motivasi (Tarigan dkk., 1998)
Menurut Ellies dkk. (1989) mengemukakan bahwa anak belajar berbicara sesuai
dengan kebutuhannya. Sekiranya ia dapat memperoleh apa yang diinginkannya
tanpa bersusah payah untuk memintanya, maka ia tidak merasa perlu untuk

8
berusaha belajar berbahasa. Jadi pada mulanya motif anak belajar bahasa ialah
agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, keinginan-keinginannya, dan
menguasai lingkungannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dengan
demikian kebutuhan utama anak sehingga belajar berbahasa ialah:
1) Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, kemudian
mengenal dirinya sendiri dan kawan-kawannya;
2) Member perintah dan menyatakan kemauan;
3) Pergaulan social dengan orang lain; dan
4) Menyatakan pendapat dan ide-idenya.

D. Hakikat perkembangan bahasa anak


Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di semua jenis
pendidikan dan jenjang sekolah, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi di Indonesia.
OIeh karena fungsi tersebut, maka bahasa memegang peranan penting daIam
pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Khususnya di TK, fungsi bahasa ini
dijelaskan dalam Oepdikbud (1996) bahwa: pengembangan kemampuan berbahasa di
TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya. Selanjutnya, dinyatakan lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
disekitar anak antara lain lingkungan ternan sebaya, ternan bermain, orang dewasa,
baik yang ada dirumah, disekolah, maupun dengan tetangga disekitar tempat
tinggalnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang perkembangan bahasa anak tidak
boleh diabaikan begitu saja oleh guru. Oimilikinya wawasan guru tentang
perkembangan bahasa tersebut, diharapkan menjadi dasar dan rambu-rambu pada saat
guru melaksanakan program pembelajarannya. Jadi pengertian pengembangan bahasa
Anak Usia Oini (AUO) dalam tulisan ini adalah upaya guru dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan AUO dalam mengembangkan bahasanya, yakni yang lebih di
fokuskan pada ruang lingkup pengembangan bahasa yang tertuang dalam Satuan
Pendidikan.

E. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak


Ada beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke dalam
tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang

9
menyanggah pembagian ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat
dikatakan bahasa permulaan karena bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan lain
sebagainya dikendalikan oleh ransangan (stimulus) semata.
Sudah diuraikan sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah
diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap. Tahapan
perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas: (1) tahap pralingustik, (2) tahap satu-
kata, (3) tahap dua-kata, dan (4) tahap banyak-kata.
1. Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan)
Sebelum mampu mengucapkan suatu kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika
berumur kurang dari satu tahun. Namun pada tahap ini, bunyi- bunyi bahasa yang
dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan
tertentu tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga
perkembangan bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan,
1988; Tarigan dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya
mampu mengeluarkan suara yaitu tangisan. Pada umumnya orang mengatakan
bahwa bila bayi yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut
merasa lapar, takut, atau bosan. Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi. Para
peneliti perkembangan mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka
halangan tentang apa yang dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah
mempunyai nilai komunikatif. Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai
mengahasilkan banyak suara baru yang menyebabkan masa ini disebut masa
ekspansi (Dworetzky, 1990). Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram,
dan memekik. Setelah memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat.
Sebagian bayi mulai mengucapkan suku kata dan menggandakan rangkaian kata
seperti “dadada” atau “mamama”. Ini dekanal dengan masa connical.

2. Tahap Satu-Kata (12 – 18 bulan)

10
Pada masa ini, anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti
yang mewakili keseluruhan idenya. Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih
frase atau kalimat.
Contoh:

Ujaran anak Maksud


- “Juju” (sambil memegang baju) - Mau memakai baju atau Ini baju saya
- “Gi!” (sambil menunjuk keluar) - Mau pergi atau keluar
- “Bum-bum”(sambal menunjuk motor - Itu motor atau saya mau naik motor
Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan objek- objek nyata
atau perbuatan. Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu mengajak
bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si
bayi. Selain itu, kata tersebut mudah bagi dia. Misalnya kata “papa” itu kan
konsonan bilabial yang mudah diucapkan. Selain itu, kata-kata tersebut
mengandung fonem “a” yang secara artikulasi juga mudah diucapkan (tinggal
membuka mulut saja).
Memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah. Untuk
menafsirkan maksud tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu dan unsur-
unsur non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi, dan benda yang
ditunjuk si anak. Mengapa begitu? Menurut Tarigan dkk, (1998) ada dua
penyebab, yaitu sebagai berikut:
Pertama, bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan
mengekspresikan ide atau perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya
diganti dengan ekspresi muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur non- verbal lainnya.
Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya
saja. Sehingga, tampa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk
memahami maksud tuturannya.
Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk
dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan kata yang akan disimpan

11
di otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Kalau anak jaran
diajak berbicara, kata-kata yang dia dapat sangat minim sehingga penguasaan kosa
kata anak juga sangat minim. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah “jangan memakai bahasa bayi
untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya, ucapkanlah
dengan bahasa yang seharusnya didengar sehingga si anak juga terpacu untuk
berkomunikasi dengan baik.
3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)
Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata.
Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain
yang sseharusnya digunakan. Anak mulai dapat mengucapkan “Ma, pelgi”,
maksudnya “Mama, saya mau pergi”. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal
berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang
menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu,
anak belum dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan
sebaginya.
4. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)
Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan
kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan
negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu,
Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia
3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia
tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6
tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa. Sebagian besar aturan
gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin
bervariasi. Anak telah mampu menggunkan bahasa dalam berbagai cara untuk
berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.

12
Selanjutnya, tidak berbeda jauh dengan tahapan perkembangan bahasa anak seperti
yang telah diurakan, Piaget (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) membagi tahap
perkembangan bahasa sebagai berikut.
1) Tahap meraban (pralinguistik) pertama pada usia 0,0 – 0,5
2) Tahap meraban (pralinguistik) kedua: kata nonsens, pada usia 0,5 – 1,0.
3) Tahap linguistik I: holofrastik, kalimat satu kata, pada usia 1,0 – 2,0.
4) Tahap linguistik II: kalimat dua kata, pada usia 2,0 – 3,0.
5) Tahap linguistik III: pengembangan tata bahasa, pada usia 3,0 – 4,0.
6) Tahap linguistik IV: tata bahasa pradewasa, pada usia 4,0 – 5,0.
7) Tahap lingistik V: kompetensi penuh, pada usia 5,0.
Selain tahapan perkembangan bahasa anak seperti yang telah dipaparkan, Ross dan
Roe (Zuchdi dan Budiasih, 1997) membagi fase/tahap perkembangan bahasa anak
seperti berikut.

Perkira Tahap Perkem-


an Kemampuan Anak
bangan Bahasa
Umur
Lahir – 2 Fase Fonologis Anak bermain dengan bunyi-
tahun bunyi bahasa mulai
mengecoh sampai
menyebutkan kata-kata sederhana
2 – 7 Fase Sintaktik Anak menunjukkan kesadaran
tahun gramatis; berbicara
menggunakan
kalimat
7– 11 Fase Semantik Anak dapat membedakan kata
tahun sebagai simbol dan konsep yang
terkandung dalam kata

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain.
Jika dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah
proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun
pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Fungsi
bahasa ini dijelaskan dalam Oepdikbud (1996) bahwa: pengembangan kemampuan
berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya. Selanjutnya, dinyatakan lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
disekitar anak antara lain lingkungan ternan sebaya, ternan bermain, orang dewasa,
baik yang ada dirumah, disekolah, maupun dengan tetangga disekitar tempat
tinggalnya.

B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa diharapkan benar-benar memahami materi
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Karena materi ini akan memberikan
wawasan kepada mahasiswa tentang bagaimana sesungguhnya cara anak-anak belajar
bahsa dan sejak kapan anak mulai belajar bahasa. Pemahaman yang baik mengenai hal
itu, tentu akan memudahkan mahasiswa untuk menciptakan suasana pembelajaran
bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi, kebiasaan, dan strategi belajar bahasa
anak yang memungkinkannya menguasai bahasa dengan baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1997. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Malang: PPS IKIP Malang.
Bunrn. Dkk. 1996. Teaching Reading in Today’s Elementary School. New Jersey. Hougton
Mofflin Company.
Dulay, Heidi dkk. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press
Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West Publishing
Company
Ellies, Arthur dkk. 1989. Elementary Arts Instructions. New Jersey: Prentice Hall.
Harris, A.J. Sipay, E.R. 1980. How To Increase Reading Ability: A Giude to Development
and Remedial Methods: New York: Longman Inc.
Hartati Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Bandung: UPI Pres
https://www.academia.edu/4797479/MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Pemerolehan_dan_Perke
mbangan_Bahasa_Anak_Semester_I_A_Mata_Kuliah_Bahasa_Indonesia
Nurjamiaty. 2015. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN
BERDASARKAN TONTONAN KESUKAANNYA DITINJAU DARI KONTRUKSI
SEMANTIK. Jurnal Edukasi Kultura. 2(2): 3-10.
file:///C:/Users/WINDOW~1/AppData/Local/Temp/5180-10322-1-SM.pdf [Online] (Diakses
pada 09 Oktober 2020)
Owens, R.E. 1992. Language Development an Introduction. New York: Macmillan Publising
Company.
Tarigan dkk., Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan dkk., Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Depdikbud.
Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. 1995. Language Arts: Content and Teaching Strategies.
Columbus, O.H.: Prentice Hall Inc.
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Jakarta: Depdikbud

15

Anda mungkin juga menyukai