Kelas 2B
Oleh Kelompok 3 :
Nurul Azmy 1910125120017
Ade Ahmadianur 1910125310087
Marfuah 1910125320002
Maya Aulia 1910125320042
Reginatama Putri 1910125320057
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Dr. Sunarno, M.Pd.
dan Bapak Dede Dewantara, M.Pd. serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik
bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang
telah di tentukan.
kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (memecahkan
permasalahan notasi dan prinsip matematika) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Notasi dan prinsip dalam matematika......................................................................3
B. Jenis notasi dan simbol...................................................................................................................10
KATEGORI Simbol dan Notasi........................................................................................................11
C. Macam-macam prinsip dalam matematika..................................................................................20
D. Contoh soal notasi...........................................................................................................................30
BAB III.................................................................................................................................................32
PENUTUP............................................................................................................................................32
A. Kesimpulan..................................................................................................................................32
B. Saran.............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka
dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan
memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk 2
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat
peraga, atau media lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Notasi dan Prinsip dalam matematika?
2. Apa saja Jenis notasi dan symbol dalam Matematika?
3. Macam- macam dari prinsip matematika?
4. Bagaimana Penjabaran dari contoh soal tentang notasi dan prinsip?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika
2. Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa/i
3. Sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa/i
4. Untuk mengetahui bagaimana aturan sinus dan cosinus serta penjabarannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh :
2) Notasi yang berkaitan dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : , dan p )
3) Notasi yang berkaitan dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = , >, < , | )
4) Notasi yang berkaitan dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b
di tulis dengan (a,b), KPK a dan b ditulis dengan [a,b] )
: { 1, 2, 3,… }
:{xÎZ|x>0}
:{xÎZ|x³1}
: { | a, b Î Z dan b ¹ 0 }
:{xÎQ|x>0}
3
R : Himpunan bilangan Real
: { x Î R | x >0 }
: { x Î R | x <0 }
: { x + yi | x, y Î R, i2 = -1 }
Beberapa notasi yang lain terdapat di dalam uraian- uraian yang terkait dengan definisi
dan penjelasan di dalam pembahasan. Notasi yang berkaitan dengan penjumlahan yaitu
(sigma) artinya penjumlahan berulang dan p (pi) artinya perkalian berulang.
Batas atas dan batas bawah dari dan p dapat di tentukan sembarang bilangan bulat
dimana:
· Huruf i yang digunakan sebagai indeks, disebut variabel dummy, dan huruf i dapat
diganti oleh sebarang huruf lain.
Di dalam mencari nilai dan p perlu di perhatikan bahwa yang berturut- turut dig anti
adalah variabel dummy.
4
· [a,b] : kelipatan persekutuan terkecil dari dari a dan b
2. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan dalam
pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang diambil
untuk di gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip yang akan
digunakan dalam uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip induksi matematis,
dan prinsip logika matematis.
Prinsip UrutanDari dua bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan
antara a dan b, yaitu a atau a Hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan
rasional atau bilangan nyata.
Z+ = { x Î Z | x ³ 1 } atau Z+ = { t Î Z | t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif,
ternyata Q+ dan R+ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang , yaitu:
5
Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap X Ì S dan X f, maka X
mempunyai elemen( unsur) terkecil.
Contoh:
1) Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N
yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N
yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil.
X = { 1, , …}
6
7 adalah bilangan prima dan 7 adalah bilangan ganjil
Dengan delapan contoh di atas apakah sudah ada jaminan bahwa setiap bilangan prima
adalah bilangan ganjil? Bagaimanakah jika contoh-contohnya ditambah dengan 37, 41,
dan 53? Ternyata tidak setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil karena 2 adalah
bilangan prima dan 2 adalah bilangan tidak ganjil (bilangan genap).
p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q
7
Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar konstruksi pembuktian
langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p→q
¾¾¾¾
Jadi q.
p→q
q→r
¾¾¾¾
Jadi p → r
Pernyataan “Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan
secara langsung. Dalam suatu dalil, pernyataan jika ac membagi bc, maka a membagi
b bersesuaian dengan diketahui ac membagi bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi,
berangkat dari ac membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses dengan
definisi, dalil, dan aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya
terbukti a membagi b.
p®q
8
~q
¾¾-¾¾
Jadi ~p
Pernyataan ” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a
<e maka a = 0 ” dapat dibuktikan secara tak langsung.
Bukti:
[~ p ® (q Ù ~q)] ® p
Pembuktian tak langsung ini berangkat dari suatu anggapan benar. Kemudian
anggapan benar ini dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat yang telah
tersedia, ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu
yang mustahil, yang berarti bahwa anggapan yang diambil semula adalah tidak benar
(salah).
Pernyataan ”Jika a bilangan real dan a > 0 maka > 0 ” dapat dibuktikan dengan
kontradiksi
Bukti :
9
Diketahui a bilangan real dan a >0 .Andaikan £ 0. Selanjutnya digunakan prinsip
bahwa hasil kali bilangan positif dan bilangan negatif adalah negatif, sebagai berikut.
Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu cara untuk membuktikan
berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil.
Jika: a. 1 ϵ S
b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S
Simbol berdasarkan tanda "sama dengan" "=": Simbol-simbol yang diturunkan dari atau
mirip dengan tanda "sama dengan", termasuk tanda panah ganda. Tidak heran bahwa
simbol-simbol ini sering dihubungkan dengan hubungan persamaan.
Simbol yang mengarah ke kiri atau ke kanan: Simbol-simbol, seperti < dan >, yang
mengarah kepada satu sisi atau sebaliknya.
Tanda kurung: Simbol-simbol yang ditempatkan di samping suatu variabel atau ekspresi,
misalnya |x|.
10
Simbol bukan huruf yang lain: Simbol-simbol yang tidak termasuk kategori-kategori
sebelummya.
Simbol berdasarkan huruf: Banyak simbol matematika berdasarkan pada, atau mirip
dengan, huruf dalam abjad tertentu. BAgian ini memuat simbol-simbol semacam itu,
termasuk simbol yang mirip dengan huruf terbalik. Banyak huruf mempunyai makna
konvensional dalam berbagai bidang matematika dan fisika. Ini tidak dimasukkan.
Simbo
Kategori l Nama Dibaca Arti & Penjelasan
x = y berarti x dan ymewakili hal
= kesamaan sama dengan atau nilai yang sama.
x ≠ y berarti x dan ytidak
tidak sama mewakili hal atau nilai yang
≠ Ketidaksamaan dengan sama.
11
lebih kecil
< dari; lebih x < y berarti x lebih kecil dari y.
> ketidaksamaan besar dari x > y berarti x lebih besar dari y.
lebih kecil
dari atau sama x ≤ y berarti x lebih kecil dari atau
dengan, lebih sama dengan y.
≤ besar dari atau x ≥ y berarti x lebih besar dari atau
teori urutan ≥ ketidaksamaan sama dengan sama dengan y.
÷
/ pembagian bagi 6 ÷ 3 atau 6/3 berarti 6 dibagi 3.
Jumlah atas
… dari … ∑k=1n ak berarti a1 +a2 +
∑ jumlahan sampai … … + an.
Produk atas
produk atau … dari …
aritmatika ∏ jumlah kali sampai… ∏k=1n ak berartia1a2···an.
12
A − B berarti himpunan yang
Komplemen teori mempunyai semua anggota
– himpunan minus; tanpa dari A yang tidak terdapat pada B.
Produk
Cartesius dari X×Y berarti himpunan semua
… dan …; pasangan terurut dengan elemen
produk pertama dari tiap pasangan dipilih
langsung dari dari X dan elemen kedua dipilih
x Produk Cartesius … dan … dari Y.
13
juga semua dariB, tetapi tidak
gabungan selainnya.
f: X → Y berarti
fungsif memetakan
f:X→ himpunan X ke dalam
Y fungsi panah dari … ke himpunan Y.
Produk
kartesius dari;
produk ∏i=0nYi berarti himpunan dari
∏ Produk kartesius langsung dari semua (n+1)-tuples (y0,…,yn).
14
kompleks direpresentasikan di koordinat
dari; akar kutub dengan -π < φ ≤ π, maka
kompleks kompleks kuadrat √z = √rexp(iφ/2).
Z berarti {…,−3,−2,−1,0,1,2,3,
Zℤ Bilangan bulat Z …}.
R berarti {limn→∞ an:
Rℝ Bilangan real R ∀ n ∈ N: an ∈ Q, the limit exists}.
Bilangan
Cℂ kompleks C C berarti {a + bi : a,b∈ R}.
kombinatori
ka ! faktorial faktorial n! adalah hasil dari 1×2×…×n.
X ~ D, berarti peubah
distribusi mempunyai acak X mempunyai distribusi
statistika ~ kemungkinan distribusi kemungkinan D.
15
maka tiada bisa dikatakan
tentang B.
→ bisa berarti sama seperti ⇒,
atau itu bisa berarti untuk fungsi
diberikan di bawah.
⊃bisa berarti sama seperti ⇒, atau
itu bisa berarti untuk superset
diberikan di bawah.
A ⇔ B berarti A benar
⇔ material jika dan hanya jika B benar dan Asalah
↔ equivalence jika; iff jika B salah.
Pernyataan A ∧ Bbenar
logika konjungsi jika A dan Bkeduanya benar;
∧ atau meet di lattice dan selain itu salah.
The pernyataan A ∨ Bbenar
Logika jika A atau B(atau keduanya)
proposisi, logical disjunction benar; jika keduanya salah,
teori lattice ∨ or join in a lattice atau pernyataan salah.
Logika
proposisi, pernyataan A ⊕ Bbenar bila A
aljabar atau B, tetapi tidak keduanya,
boolean ⊕⊻ exclusive or xor benar. A ⊻ B berarti sama.
16
untuk semua;
untuk
universal sebarang; ∀ x: P(x) berarti P(x) benar untuk
∀ quantification untuk setiap semua x.
x := y atau x ≡ yberarti x didefinisi
kan menjadi nama lain
untuk y (tetapi catat bahwa ≡
dapat juga berarti sesuatu lain,
misalnya kongruensi).
:= Didefinisikan P :⇔ Q berarti Pdidefinisikan
Dimanapun ≡:⇔ definisi sebagai secara logika ekivalen ke Q.
Adalah
dimanapun, elemen dari; a ∈ S berarti a elemen dari
teori ∈ Keanggotaan bukan elemen himpunan S; a ∉S berarti a bukan
himpunan ∉ himpunan dari elemen dari S.
17
… prima; f ‘(x) adalah turunan dari
turunan dari fungsi f pada titikx, yaitu,
‘ turunan … kemiringan dari garis singgung.
Integral tak
tentu dari …;
Integral tak tentu antiturunan ∫ f(x) dx berarti fungsi dimana
∫ atau antiturunan dari … turunannya adalah f.
integral dari
… sampai …
dari … ∫ab f(x) dx berarti area ditandai
berkenaan antara sumbu x dan grafik
∫ integral tentu dengan fungsi f antara x = adan x = b.
dengan f (x1, …, xn),
∂f/∂xi adalah turunan
dari f berkenaan dengan xi,
Turunan dengan semua variabel lainnya
kalkulus ∂ Turunan parsial parsial dari tetap konstan.
x ⊥ y berarti x tegak lurus
Adalah tegak dengan y; atau secara
geometri ⊥ Tegak lurus lurus dengan umum xortogonal ke y.
18
A ⊧ B berarti kalimat Amengikuti
Perikutan/entailme kalimat B, bahwa setiap model
Teori model |= nt mengikuti dimana A benar, Bjuga benar.
Logika Menyimpulka
proposisi, n atau
logika diturunkan
predikat |- inferensi dari x ⊢ y berarti yditurunkan dari x.
adalah
subgrup N ◅ G berarti bahwa Nadalah
◅ subgrup normal normal dari subgrup normal dari grup G.
19
Dari dua bilangan bulat a dan b yang berbeda, dapat ditentukan hubungan antara a dan b
yaitu a > b atau a < b. hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau
bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambing ≥ atau >, himpunan bilangan bulat positif Z⁺⊂ Z dapat
dinyatakan sebagai :
Z⁺= { x ϵ Z │ x ≥ 1 } atau Z⁺ = { t ϵ Z │ t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata
Q⁺ dan R⁺ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambing ≥karena :
Q⁺={ sϵ Q │ s > 0 } dan R⁺ = { r ϵ R │ r > 0 }
Berbeda dengan Q⁺ dan R⁺, Z⁺ mempunyai sifat bahwa setiap A ⊂ Z⁺ dan A ≠ ∅ , tentu
ada bilangan bulat k ϵ A sehingga k ≤ x untuk semua x ϵ A; k disebut elemen terkecil A.
keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q⁺ dan R⁺. keadaan inilah yang
membedakan Z⁺ dari Q⁺ dan R⁺. prinsip urutan yang menyatakan bahwa:
Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap x ⊂ s dan x ∅ 0, maka x mempunyai elemen
terkecil.
Contoh 1
Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N yang
tidak kosong mempunyai unsure terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N yang
tidak kosong dan tidak mempunyai unsure terkecil.
Contoh 2
Himpunan bilangan rasional positif Q⁺ adalah tidak terurut karena ada himpunan bagian
dari Q⁺ yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsure terkecil, misalnya:
X = { 1,½,⅓,… }
Contoh 3
20
Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu cara ( disamping cara-cara yang
lain ) untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil. Prinsip induksi
matematis menyatakan bahwa :
S adalah himpunan bilangan asli yang memenuhi suatu hubungan.
Jika : (a) 1 ϵ S
(b) k ϵ S berakibat ( k + 1 ) ϵ S
Maka S memuat semua bilangan asli, atau S = N.
Dalam bentuk lain, prinsip induksi matematis dapat dinyatakan dengan :
S(n) adalah pernyataan yang memenuhi suatu hubungan di dalam N.
Jika: (a) S (1) benar
(b) S (k) benar berakibat S (k+1) benar maka S(n)benar untuk semua n ϵ N.
Bukti dari prinsip induksi matematis sebagai berikut:
Misalnya S tidak memuat sebuah bilangan asli atau S ≠ N, berarti ada himpunan bilangan
bulat F ⊂ N yang mana F = { t ϵ N │ t ϵ S} dan F memenuhi (a) dan (b). harus ditunjukan
bahwa F =∅. Anggaplah F≠∅. Maka menurut prinsip urutan , karena F ⊂ N, maka F
mempunyai elemen terkecil t, yaitu t ϵ F tetapi t ∉ S. karena 1 ϵ S dan t ϵ F, maka t ≠ 1,
berarti t > 1 dan akibatnya t-1 ϵ N. karena t adalah elemen terkecil F, maka t – 1 ∉ S.
Menurut (b), (t-1)+1=t-1+1=tϵS, terjadi kontradiksi, yaitu t ∉ S. jadi anggapan F ≠ ∅
adalah salah, berarti F=∅.
Contoh 1
r (n+1)
Buktikan : 1+2+3+…+n=
2
Bukti : S adalah himpunan bilangan-bilangan asli n yang memenuhi bilangan . 1 ϵ S
1(1+ 1)
sebab untuk n = 1, ruas kiri bernilai 1 dan ruas kanan bernilai =1, sehingga ruas
2
kiri dan ruas kanan bernilai sama. Anggap k ϵ S , yaitu :
k ( k+ 1)
1+2+3+…+k=
2
Harus ditunjukkan ( k+1) ∈ S, yaitu harus ditunjukkan :
( k +1 ) { ( k +1 ) } +1
1+2+3+… +k+(k+1) =
2
Atau
21
( k +1 ) (k + 2)
1+2+3+… +k+ (k+1) =
2
k (k+ 1) k ( k +1 )
Karena 1+2+3+… +k = , maka: 1+2+3+… +k + (k+1) = +(k+1)
2 2
k ( k +1 ) +2 ( k +1 )
=
2
( k +2 ) (k + 1)
=
2
( k +! )( k +2)
=
2
k ( k+ 1)
1+2+3+… + k = . Untuk semua k ϵ N.
2
Contoh 2
Buktikan :2n ≥ 1 + n
1 ∈ S, sebab 21 ≥ 1+1 atau2 ≥2. Anggaplah k∈ S, yaitu 2k ≥1+ k , harus dibuktikan bahwa
k+1 ∈S , yaitu 2k +1 ≥ k +2 ,
k
2k ≥1+ k ,maka2k +1= 2 .2≥ ( 1+k ) .2
Jadi (k+1) ∈S, dan sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N , yaitu
2n ≥1+n untuk semua n∈ N .
Prinsip induksi matematis dapat diperluas dengan sebarang himpunan bagian dari
himpunan bilangan bulat yang memenuhi prinsip urutan, artinya pilihan berlaku dalam N
dapat dikembangkan berlaku dalam T⊂ Z asalkan T mempunyai elemen terkecil. Jika tₒ
∈T merupakan elemen terkecil dari T, (sebagai ganti 1∈ S). nilai tₒ dapat 4,6,0,-5, atau
22
yang lain karena N digabungkan dengan(0) dan himpunan bilangan bulat negative yang
nilai, terkecilnya terhingga, merupakan himpunan yang terurut.
Contoh 1
4 (k+1) ¿ ( k 2−7 ) + 4
4(k+1) ¿ k 2 + k−6
4(k+1)¿ k 2 +2 k +1−7
4(k+1)¿( k +1)2 −7
Jadi (k+1) ∈6 dan sesuai dengan prinsip induksi matematika yang diperluas, S=B, yaitu
4n ¿ n2−7untuk semua n ∈ B .
Contoh 1
23
S(0) benar sebab S (0) = S2 n−1=1−1=0 dan 0 habisdibagi oleh 8.
Anggaplah S(k) benar, yaitu S(k) = 32 k −1 habis dibagi 8. Harus ditunjukkan bahwa
S(k+1) benar, yaitu S(k+1) + 32 (k +1)−1=32 k+2−1habis dibagi oleh 8.
S(k+1) = 32 k +2−1
= 32 k .3 2−1
= 32 ( 32 k −1 ) + 8
Contoh 2
3 2 3 2
2 n −3 n + n+31=2 (−2 ) +3 (−2 ) ++ (−2 )+ 31
= 1≥ 0
2 n3−3 n 2+ n+31≥ 0
24
= 2( k +1 )3 -3( k +1 )2 +(k+1) +31
Karena S(k) =
Contoh 3
Buktikan : jika nₒ adalah suatu bilangan bulat tertentu, maka sebarang himpunan
bilangan bulat lebih dari atau sama dengan nₒ mempunyai suatu elemen terkecil.
Bukti : misalkan T adalah himpunan bilangan bulat lebih dari atau sama dengan nₒ
yang tidak mempunyai elemen terkecil, sdan S(n) adalah pernyataaan: tidak ada bilangan
bulat kurang dari atau sama dengan n di dalam T.
Karena semua bilangan bulat didalam T adalah lebih besar atau sama dengan nₒ, maka nₒ
merupakan elemen terkecil T, bertentangan dengan permisalan dari T.
Anggaplah S(k) adalah benar untuk k≥ nₒ , harus ditunjukkan bahwa S ( k +1 ) adalah benar .
Jika S(k+1) benar,Maka T memuat bilangan bulat kurang dari atau sama dengan k + 1.
Karena S(k) benar, dapat ditentukan bahwa K∈T ,sehingga jika S( k + 1) salah, satu-
satunya bilangan bulat di dalam T adalah (k+1) dan merupakan elemen terkecil T,
bertentangan dengan permisalan T.
Jadi S(n) adalah benar untuk semua n ≥ nₒ, berarti T adalah himpunan kosong, yaitu
tidak ada himpunan bilangan lebih dari atau sama dengan nₒ yang tidak mempunyai
elemen terkecil.Prinsip induksi matematika dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain,
yaitu:
25
S(n) adalah pernyataan matematis di dalam himpunan bilangan bulat positif.
(b) S(k+1) benar bilamana S(1),S(2),....,S(k) benar, Maka S(n) adalah benar untuk
semua n∈ N .
Contoh 1
Anggaplah S(0) , S(1),S(2), …S (k-1) , S(k) semua benar, harus ditunjukan bahwa
S(k+1) benar untuk k+1 ≥ 2, yaitu:
= 3 S (k) -2 S (k-1)
= 2 (2k +2) -1
26
= 2k +3−1
Terdapat empat prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian, terutama untuk
membahas sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan
kuantor dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi. Pernyataan "setiap x
memenuhi sifat y" tidak dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contoh x yang
memenuhi sifat y, betapapun banyaknya. sebagai contoh, pernyataan "setiap bilangan
bulat yang lebih dari satu selalu mempunyai faktor prima" tidak buktikan dengan
memberikan contoh sebanyak-banyaknya.
27
Selanjutnya, pernyataan "jika p maka q" (dan dilambangkan dengan tanda p→q )
disebut dengan implikasi. ungkapan-ungkapan lain untuk menyatakan "jika p maka q"
adalah:
p berakibat q
jika p,q
p hanya jika q
q jika p
Banyak dalil dalam teori bilangan yang mengambil pola implikasi. Suatu dalil
yang berpola "jika p maka q" dapat dibuktikan dengan mengambil pernyataan p sebagai
pernyataan yang diketahui, dan pernyataan q sebagai pernyataan yang dibuktikan. Ini
berarti bahwa berangkat dari pernyataan p yang diketahui, kemudian diproses dengan
sifat-sifat yang sudah berlaku, akhirnya diperoleh pernyataan q. Model pembuktian
semacam ini secara ringkas ditulis:
p→q
p
∴q
Dan disebut dengan modus ponens. Dalam suatu dalil, pernyataan "jika ac
membagi bc maka a|b" bersesuaian dengan "diketahui ac membagi bc harus dibuktikan a|
b". jadi berangkat dari ac membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses
dengan definisi, dalil, aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya
diperoleh a|b.
Terakhir ada satu prinsip logika matematis yang juga mempunyai peranan dalam
membuktikan dalil, yang disebut dengan "pembuktian secara tidak langsung". proses
pembuktian secara tidak langsung berangkat dari suatu anggapan yang benar. Kemudian,
28
setelah dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat-sifat yang sudah tersedia,
ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu yang
mustahil. Ini berarti bahwa anggapan yang diambil semua adalah tidak benar atau salah.
Secara bagan logika, bukti tidak langsung dapat dinyatakan sebagai berikut:
{p ( q ^q) } p
Kontradiksi kemustahilan
Anggapan yangbenar
Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak
terhingga, proses pembuktian berangkat dari anggapan p yang benar, yaitu p = banyaknya
bilangan prima adalah terhingga. Kemudian, dengan strategi tertentu yang melibatkan
sifat-sifat keterbagian, ternyata diperoleh suatu pertentangan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa anggapan p adalah tidak benar. Jadi banyaknya bilangan prima adalah tak hingga.
Contoh lain, untuk membuktikan bahwa tidak ada bilangan- bilangan bulat x dan y yang
jumlahnya 100 dan faktor persekutuan terbesar mereka adalah 3, berangkat dari anggapan
p = ada bilangan-bilangan bulat x, y sehingga x + y = 100 dan FPB (x,y)=3. Dengan
menggunakan sifat-sifat keterbagian, ternyata anggapan p ini menghasilkan kemustahilan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa angkatan p tidak benar. Jadi tidak ada bilangan -
bilangan bulat x ,y sehingga x + y = 100 dan FPB (x,y) = 3.
Pembahasan:
29
α16 = (16-15) (2(16)-27) = 1x5 = 5
20
3A= 3 ( 45 36 ) = ( 45 xx 33 3 x3
6 x3) (
=
12 9
15 18 )
Jadi jawabannya adalah (1215 189 )
30
Contoh soal prinsip
Pembahasan:
maka x membutuhkan air untuk tumbuh Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk
tumbuh(x)
(∀x)(T(x) ⇒A(x))
2. Kuantor eksistensial
Pembahasan:
(∃x)(O(x) ∧ I(x))
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengan oleh kita.Namun sesuatu
menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang mendapatkan masalah tersebut sesuai
kemampuannya.Terkadang dalam pendidikan matematika SD ada masalah bagi kelas
rendah namun bukan masalah bagi kelas tinggi.Masalah merupakan suatu
31
konflik,hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajaraannya di kelas.Namun
masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang.
Metode pemecahan masalah “HOW TO SOLVE IT” Reportase langsung dari buku karya
G. Polya Sebuah kerangka kerja untuk memecahkan masalah telah di jelaskan G. Polya
dalam sebuah buku “How to Solve IT!” (Edisi ke 2, Princeton University Press).
Walaupun Polya berfokus pada teknik pemecahan masalah dalam bidang matematika
tetapi prinsip-prinsip yang dikemukakannya dapat digunakan pada masalah-masalah
umum. Penalaran Induktif merupakan dasar dari proses yang paling kreatif yang terjadi di
“dunia nyata”. Fisika membutuhkan laboratorium yang ideal untuk membangun
kemampuan dalam penalaran induktif dan menemukan hal-hal baru.
B. Saran
Saran dari makalah ini adalah makalah yang kami buat ini masih perlu untuk
diperbaiki, karena penulisan makalah ini diperlukan ketepatan dan ketelitian yang tinggi.
Oleh karena itu, kami mengharap saran, mendapat maupun kritikan terhafap maklah kami
ini, supaya makalah kami ini dapat disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://tanya-tanya.com/rangkuman-contoh-soal-pembahasan-matriks/
http://matematikaeducation-matematika.blogspot.com/2011/01/logika-matematika-kalimat-
berkuantor.html?m=1
https://mathcyber1997.com/soal-dan-pembahasan-notasi-sigma/
https://bukumaterimatematika.blogspot.com/2017/11/daftar-simbol-dan-notasi-dalam.html?m=1
32
33