Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH MATEMATIKA

“MEMECAHKAN PERMASALAHAN NOTASI DAN PRINSIP


MATEMATIKA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MATEMATIKA SD 2
Dosen pengampu:
Dr. SUNARNO, M.Pd / DEDE DEWANTARA, M.Pd

Kelas 2B
Oleh Kelompok 3 :
Nurul Azmy 1910125120017
Ade Ahmadianur 1910125310087
Marfuah 1910125320002
Maya Aulia 1910125320042
Reginatama Putri 1910125320057

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Dr. Sunarno, M.Pd.
dan Bapak Dede Dewantara, M.Pd. serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik
bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang
telah di tentukan.
kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (memecahkan
permasalahan notasi dan prinsip matematika) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.

Banjarmasin , 13 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Notasi dan prinsip dalam matematika......................................................................3
B. Jenis notasi dan simbol...................................................................................................................10
KATEGORI Simbol dan Notasi........................................................................................................11
C. Macam-macam prinsip dalam matematika..................................................................................20
D. Contoh soal notasi...........................................................................................................................30
BAB III.................................................................................................................................................32
PENUTUP............................................................................................................................................32
A. Kesimpulan..................................................................................................................................32
B. Saran.............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka
dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan
memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk 2
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat
peraga, atau media lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Notasi dan Prinsip dalam matematika?
2. Apa saja Jenis notasi dan symbol dalam Matematika?
3. Macam- macam dari prinsip matematika?
4. Bagaimana Penjabaran dari contoh soal tentang notasi dan prinsip?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika
2. Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa/i
3. Sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa/i
4. Untuk mengetahui bagaimana aturan sinus dan cosinus serta penjabarannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Notasi dan prinsip dalam matematika


1. Pengertian Notasi
Notasi adalah lambang – lambang matematis yang telah disepakati yang
mempunyai makna tertentu.

Contoh :

1) Notasi yang berkaitan dengan obyek (misalnya himpunan, matriks,vector)

2) Notasi yang berkaitan dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : , dan p )

3) Notasi yang berkaitan dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = , >, < , | )

4) Notasi yang berkaitan dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b
di tulis dengan (a,b), KPK a dan b ditulis dengan [a,b] )

5) Notasi yang berkaitan dengan himpunan, yaitu :

N : Himpunan bilangan asli { 1, 2, 3 …. }

Z : Himpunan bilangan bulat { …, -2, -1 , 0, 1, 2, …}

Z+ : Himpunan bilangan bulat positip

: { 1, 2, 3,… }

:{xÎZ|x>0}

:{xÎZ|x³1}

Q : Himpunan bilangan rasional

: { | a, b Î Z dan b ¹ 0 }

Q+ : Himpunan bilangan rasional positif

:{xÎQ|x>0}

3
R : Himpunan bilangan Real

R+ : Himpunan bilangan real positif

: { x Î R | x >0 }

R- : Himpunan bilangan real negatif

: { x Î R | x <0 }

P : Himpunan bilangan prima

C : Himpunan bilangan kompleks

: { x + yi | x, y Î R, i2 = -1 }

C*: Himpunan bilangan kompleks tidak nol

Beberapa notasi yang lain terdapat di dalam uraian- uraian yang terkait dengan definisi
dan penjelasan di dalam pembahasan. Notasi yang berkaitan dengan penjumlahan yaitu
(sigma) artinya penjumlahan berulang dan p (pi) artinya perkalian berulang.

Batas atas dan batas bawah dari dan p dapat di tentukan sembarang bilangan bulat
dimana:

· Batas bawah tidak selalu 1, tetapi bilangan bulat sebarang

· Batas atas tidak boleh kurang dari batas bawah

· Huruf i yang digunakan sebagai indeks, disebut variabel dummy, dan huruf i dapat
diganti oleh sebarang huruf lain.

Di dalam mencari nilai dan p perlu di perhatikan bahwa yang berturut- turut dig anti
adalah variabel dummy.

Adapun beberapa notasi lain yang penting adalah :

· a|b : a membagi b, a factor b, b habis dibagi a, b mempunyai factor a

· (a,b) : faktor persekutuan terbesar dari a dan b

4
· [a,b] : kelipatan persekutuan terkecil dari dari a dan b

· min(x,y) : nilai yang terkecil dari x dan y

· max(x,y) : nilai yang terbesar dari x dan y

· [x] : bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan x

· f(n) : fungsi f-Euler dari n

2. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan dalam
pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang diambil
untuk di gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip yang akan
digunakan dalam uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip induksi matematis,
dan prinsip logika matematis.
Prinsip UrutanDari dua bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan
antara a dan b, yaitu a atau a Hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan
rasional atau bilangan nyata.

Dengan menggunakan lambang atau himpunan bilangan bulat positif Z+ Ì Z dapat


dinyatakan sebagai :

Z+ = { x Î Z | x ³ 1 } atau Z+ = { t Î Z | t > 0 }

Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif,
ternyata Q+ dan R+ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang , yaitu:

Q+ = { sÎ Q| s > 0 } dan R+ = { r Î R| r > 0 }

Berbeda dengan Q+ , R+ dan Z+ mempunyai sifat bahwa setiap A Ì Z+ dan A f,


tentu ada bilangan bulat k Î A sehingga k x untuk semua x Î A ; k disebut elemen
terkecil. Keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q+ dan R+. keadaan
inilah yang membedakan Z+ dari Q+ dan R+

Prinsip urutan menyatakan bahwa:

5
Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap X Ì S dan X f, maka X
mempunyai elemen( unsur) terkecil.

Contoh:

1) Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N
yang tidak kosong mempunyai unsur terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N
yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil.

2) Himpunan bilangan rasional positif Q+ adalah tidak terurut karena ada


himpunan bagian dari Q+ yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil,
misalnya :

X = { 1, , …}

3) Himpunan A = { 3, 4, 5, 6, 7 } adalah terurut sebab setiap X Ì A dan X f, maka


X mempunyai elemen terkecil.

4) Himpunan B = {-6,-5,-4….} adalah terurut.

3. Prinsip Logika Matematis


Terdapat empat prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian terutama untuk
membahas sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan
kuantor dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi.
(a) Pernyataan BerkuantorPernyataan “Setiap x memenuhi y” tidak dapat
dibuktikan dengan memberikan contoh-contoh x yang memenuhi y. sebagai peragaan,
pernyataan setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil tidak dibuktikan dengan
memberikan contoh atau kasus sebanyak-banyaknya.

11 adalah bilangan prima dan 11 adalah bilangan ganjil

13 adalah bilangan prima dan 13 adalah bilangan ganjil

17 adalah bilangan prima dan 17 adalah bilangan ganjil

6
7 adalah bilangan prima dan 7 adalah bilangan ganjil

23 adalah bilangan prima dan 23 adalah bilangan ganjil

19 adalah bilangan prima dan 19 adalah bilangan ganjil

5 adalah bilangan prima dan 5 adalah bilangan ganjil

31 adalah bilangan prima dan 31 adalah bilangan ganjil

Dengan delapan contoh di atas apakah sudah ada jaminan bahwa setiap bilangan prima
adalah bilangan ganjil? Bagaimanakah jika contoh-contohnya ditambah dengan 37, 41,
dan 53? Ternyata tidak setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil karena 2 adalah
bilangan prima dan 2 adalah bilangan tidak ganjil (bilangan genap).

Tidak berlakunya pernyataan “Setiap x memenuhi y” dapat ditunjukkan dengan


memberikan satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Contoh semacam ini disebut
dengan contoh kontra (counter example). Sebagai peragaan yang lain, tidak
berlakunya sifat setiap bilangan bulat yang tidak positif adalah bilangan bulat negatif
dapat ditunjukkan dengan memberikan suatu contoh yaitu bilangan 0 (nol) adalah
bilangan bulat yang tidak positif tetapi bukan bilangan negatif.

Pernyataan “Tidak setiap x memenuhi sifat y” dapat dibuktikan dengan memberikan


satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Sebagai peragaan, pernyataan tidak semua
bilangan asli n habis dibagi oleh 3 dapat ditunjukkan kebenarannya dengan
memberikan suatu contoh yaitu bilangan asli 5 ( atau yang lain) yang tidak habis
dibagi oleh 3.

(b) Bukti LangsungPembuktian secara langsung dilakukan berdasarkan pernyataan p


yang diketahui, p diproses dengan sifat-sifat yang telah berlaku, akhirnya diperoleh
pernyataan q. Pernyataan “Jika p maka q” dapat dibuktikan dengan mendasarkan pada
pernyataan p yang diketahui kemudian diarahkan untuk memperoleh pernyataan P1,
P2, P3, …, Pn.dan akhirnya diperoleh q.

p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q

7
Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar konstruksi pembuktian
langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.

p→q

¾¾¾¾

Jadi q.

Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.

p→q

q→r

¾¾¾¾

Jadi p → r

Pernyataan “Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan
secara langsung. Dalam suatu dalil, pernyataan jika ac membagi bc, maka a membagi
b bersesuaian dengan diketahui ac membagi bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi,
berangkat dari ac membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses dengan
definisi, dalil, dan aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya
terbukti a membagi b.

(c) Bukti Tak langsung

Pembuktian tak langsung dapat dilakukan dengan prinsip kontraposisi ataupun


kontradiksi.

►Pembuktian dengan prinsip kontraposisi

Dasar pembuktian tersebut adalah prinsip modus tollens berikut.

p®q

8
~q

¾¾-¾¾

Jadi ~p

Dalam pembuktian yang dilakukan dengan prinsip kontraposisi, untuk membuktikan


p®q, mula-mula dianggap bahwa q tidak benar, dan ternyata menghasilkan ~ p. Hal ini
berarti jika p benar maka q benar.

Pernyataan ” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a
<e maka a = 0 ” dapat dibuktikan secara tak langsung.

Bukti:

Andaikan 0 £ a< e dan a ¹ 0. Dari a³ 0 dan a ¹ 0 diperoleh a >0 . Karena e sebarang


bilangan positif, ambil e = > 0, maka e < a atau a > e. Hal ini bertentangan dengan
pengandaian. Jadi yang benar, 0 £ a <e dan a = 0 .

(b) Pembuktian Dengan Kontradiksi

Untuk membuktikan bahwa ” p ® q” benar, ditunjukkan bahwa ”p dan ~q”


mengakibatkan sesuatu pertentangan. Prinsip kontradiksi dalam pembuktian tak
langsung adalah sebagai berikut.

[~ p ® (q Ù ~q)] ® p

Pembuktian tak langsung ini berangkat dari suatu anggapan benar. Kemudian
anggapan benar ini dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat yang telah
tersedia, ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu
yang mustahil, yang berarti bahwa anggapan yang diambil semula adalah tidak benar
(salah).

Pernyataan ”Jika a bilangan real dan a > 0 maka > 0 ” dapat dibuktikan dengan
kontradiksi

Bukti :

9
Diketahui a bilangan real dan a >0 .Andaikan £ 0. Selanjutnya digunakan prinsip
bahwa hasil kali bilangan positif dan bilangan negatif adalah negatif, sebagai berikut.

Untuk < 0 berarti a × < 0 Û 1 < 0 dan untuk = 0 berarti a × =0 Û 1= 0 sehingga


untuk £ 0 berakibat 1 £ 0 . Hal ini kontradiksi dengan sifat bilangan 1 bahwa 1 >0 .

Jadi yang benar, a > 0 maka > 0 .

4. Prinsip Induksi Matematis

Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu cara untuk membuktikan
berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil.

Prinsip induksi matematis menyatakan bahwa:

S adalah himpunan bilangan asli

Jika: a. 1 ϵ S

b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S

maka memuat semua bilangan asli yaitu S = N

B. Jenis notasi dan simbol


 Simbol dasar: Simbol-simbol yang banyak digunakan dalam matematika, kurang lebih
sampai tahun pertama pelajaran kalkulus. Makna yang lebih mendalam juga disertakan
dalam sejumlah simbol di sini.

 Simbol berdasarkan tanda "sama dengan" "=": Simbol-simbol yang diturunkan dari atau
mirip dengan tanda "sama dengan", termasuk tanda panah ganda. Tidak heran bahwa
simbol-simbol ini sering dihubungkan dengan hubungan persamaan.

 Simbol yang mengarah ke kiri atau ke kanan: Simbol-simbol, seperti < dan >, yang
mengarah kepada satu sisi atau sebaliknya.

 Tanda kurung: Simbol-simbol yang ditempatkan di samping suatu variabel atau ekspresi,
misalnya |x|.

10
 Simbol bukan huruf yang lain: Simbol-simbol yang tidak termasuk kategori-kategori
sebelummya.

 Simbol berdasarkan huruf: Banyak simbol matematika berdasarkan pada, atau mirip
dengan, huruf dalam abjad tertentu. BAgian ini memuat simbol-simbol semacam itu,
termasuk simbol yang mirip dengan huruf terbalik. Banyak huruf mempunyai makna
konvensional dalam berbagai bidang matematika dan fisika. Ini tidak dimasukkan.

 Pemodifikasi huruf: Simbol-simbol yang dapat ditempatkan pada atau di sebelah


suatu huruf untuk mengubah makna huruf tersebut.

 Simbol berdasarkan huruf Latin, termasuk simbol-simbol yang mirip atau


mengandung X

 Simbol berdasarkan huruf Ibrani atau Yunani misalnya ‫א‬, ‫ב‬, δ, Δ, π, Π, σ, Σ, Φ.


Catatan: simbol-simbol yang mirip dengan Λ dikelompokkan dengan "V" pada
huruf-huruf Latin.

 Variasi: Penggunaan dalam sejumlah bahasa ditulis dari kanan ke kiri

KATEGORI Simbol dan Notasi

Simbo
Kategori l Nama Dibaca Arti & Penjelasan

x = y berarti x dan ymewakili hal
= kesamaan sama dengan atau nilai yang sama.

x ≠ y berarti x dan ytidak
tidak sama mewakili hal atau nilai yang
≠ Ketidaksamaan dengan sama.

Pengelompokkan Laksanakan operasi di dalam


umum () lebih dulu tanda kurung terlebih dulu

11
lebih kecil
< dari; lebih x < y berarti x lebih kecil dari y.
> ketidaksamaan besar dari x > y berarti x lebih besar dari y.

lebih kecil
dari atau sama x ≤ y berarti x lebih kecil dari atau
dengan, lebih sama dengan y.
≤ besar dari atau x ≥ y berarti x lebih besar dari atau
teori urutan ≥ ketidaksamaan sama dengan sama dengan y.

4 + 6 berarti jumlah antara 4 dan


+ tambah tambah 6.

− kurang kurang 9 − 4 berarti 9 dikurangi 4.

– tanda negatif negatif −3 berarti negatif dari angka 3.

× Perkalian kali 3 × 4 berarti perkalian 3 oleh 4.

÷
/ pembagian bagi 6 ÷ 3 atau 6/3 berarti 6 dibagi 3.

Jumlah atas
… dari … ∑k=1n ak berarti a1 +a2 +
∑ jumlahan sampai … … + an.

Produk atas
produk atau … dari …
aritmatika ∏ jumlah kali sampai… ∏k=1n ak berartia1a2···an.

teori ∪ Gabungan tak Gabungan tak A1 + A2 berarti gabungan tak


himpunan beririsan beririsan dari beririsan dari
… dan … himpunan A1 dan A2.

12
A − B berarti himpunan yang
Komplemen teori mempunyai semua anggota
– himpunan minus; tanpa dari A yang tidak terdapat pada B.

Produk
Cartesius dari X×Y berarti himpunan semua
… dan …; pasangan terurut dengan elemen
produk pertama dari tiap pasangan dipilih
langsung dari dari X dan elemen kedua dipilih
x Produk Cartesius … dan … dari Y.

Himpunan {a,b,c} berarti himpunan terdiri


{,} Kurung kurawal dari … daria, b, dan c.

Himpunan {x : P(x)} berarti himpunan dari


dari … semuax dimana P(x) benar.
{ :} notasi pembangun sedemikian {x | P(x)} adalah sama seperti
{|} himpunan sehingga … {x :P(x)}.

∅berarti himpunan yang tidak


∅ himpunan memiliki elemen. {} juga berarti
{} himpunan kosong kosong hal yang sama.

Adalah A ⊆ B berarti setiap elemen


⊆ himpunan dari A juga elemen dari B.
⊂ Himpunan bagian bagian dari A ⊂ B berarti A ⊆ Btetapi A ≠ B.

A ⊇ B berarti setiap elemen


⊇ Adalah dari B juga elemen dari A.
⊃ superset superset dari A ⊃ B berarti A ⊇ Btetapi A ≠ B.

∪ Gabungan teori gabungan dari A ∪ B berarti himpunan yang


himpunan … dan …; berisi semua elemens dari Adan

13
juga semua dariB, tetapi tidak
gabungan selainnya.

A ∩ B berarti himpunan yang


Irisan teori Beririsan berisi semua elemen
∩ himpunan dengan; irisan yang Adan B punya bersama.

A \ B berarti himpunan yang berisi


komplemen teori semua elemen dari Ayang tidak
\ himpunan minus; tanpa ada di B.

f(x) berarti nilai fungsif pada


() Terapan fungsi dari elemen x.

f: X → Y berarti
fungsif memetakan
f:X→ himpunan X ke dalam
Y fungsi panah dari … ke himpunan Y.

Komposisi fog adalah fungsi, sedemikian


o Komposisi fungsi dengan sehingga (fog)(x) = f(g(x)).

Produk
kartesius dari;
produk ∏i=0nYi berarti himpunan dari
∏ Produk kartesius langsung dari semua (n+1)-tuples (y0,…,yn).

Aljabar u × v berarti hasil kali silang dari


vektor × hasil kali silang kali vektor u dan v

√x berarti bilangan positif yang


bilangan real √ Akar kuadrat akar kuadrat kuadratnya x.

Bilangan √ akar kuadrat akar kuadrat jika z = r exp(iφ)

14
kompleks direpresentasikan di koordinat
dari; akar kutub dengan -π < φ ≤ π, maka
kompleks kompleks kuadrat √z = √rexp(iφ/2).

nilai mutlak |x| berarti jarak di garis real (atau


| | Nilai mutlak dari bidang kompleks) antara xdan nol.

Nℕ Bilangan asli N N berarti {0,1,2,3,…},

Z berarti {…,−3,−2,−1,0,1,2,3,
Zℤ Bilangan bulat Z …}.

Qℚ Bilangan rasional Q Q berarti {p/q : p,q∈ Z, q ≠ 0}.

R berarti {limn→∞ an:
Rℝ Bilangan real R ∀ n ∈ N: an ∈ Q, the limit exists}.

Bilangan
Cℂ kompleks C C berarti {a + bi : a,b∈ R}.

∞ adalah elemen dari perluasan


garis bilangan yang lebih besar
dari semua bilangan real; ini
Bilangan ∞ ketakhinggaan Tak hingga sering terkadi di limit.

kombinatori
ka ! faktorial faktorial n! adalah hasil dari 1×2×…×n.

X ~ D, berarti peubah
distribusi mempunyai acak X mempunyai distribusi
statistika ~ kemungkinan distribusi kemungkinan D.

Logika ⇒→⊃ material mengakibatka A ⇒ B berarti jika Abenar


proposisi implication n; jika .. maka maka B juga benar; jika A salah

15
maka tiada bisa dikatakan
tentang B.
→ bisa berarti sama seperti ⇒,
atau itu bisa berarti untuk fungsi
diberikan di bawah.
⊃bisa berarti sama seperti ⇒, atau
itu bisa berarti untuk superset
diberikan di bawah.

A ⇔ B berarti A benar
⇔ material jika dan hanya jika B benar dan Asalah
↔ equivalence jika; iff jika B salah.

Pernyataan ¬A benar jika dan


hanya jika Asalah.
Tanda slash ditempatkan melalui
operator lain sama seperti “¬”
¬˜ Logika ingkaran tidak ditempatkan di depan.

Pernyataan A ∧ Bbenar
logika konjungsi jika A dan Bkeduanya benar;
∧ atau meet di lattice dan selain itu salah.

The pernyataan A ∨ Bbenar
Logika jika A atau B(atau keduanya)
proposisi, logical disjunction benar; jika keduanya salah,
teori lattice ∨ or join in a lattice atau pernyataan salah.

Logika
proposisi, pernyataan A ⊕ Bbenar bila A
aljabar atau B, tetapi tidak keduanya,
boolean ⊕⊻ exclusive or xor benar. A ⊻ B berarti sama.

16
untuk semua;
untuk
universal sebarang; ∀ x: P(x) berarti P(x) benar untuk
∀ quantification untuk setiap semua x.

∃ x: P(x) berarti terdapat


existential sedikitnya satu x sedemikian
∃ quantification terdapat sehingga P(x) benar.

Terdapat ∃! x: P(x) berarti terdapat tepat


Logika uniqueness dengan tepat satu xsedemikian sehinggaP(x)
predikat ∃! quantification satu benar.

x := y atau x ≡ yberarti x didefinisi
kan menjadi nama lain
untuk y (tetapi catat bahwa ≡
dapat juga berarti sesuatu lain,
misalnya kongruensi).
:= Didefinisikan P :⇔ Q berarti Pdidefinisikan
Dimanapun ≡:⇔ definisi sebagai secara logika ekivalen ke Q.

Adalah
dimanapun, elemen dari; a ∈ S berarti a elemen dari
teori ∈ Keanggotaan bukan elemen himpunan S; a ∉S berarti a bukan
himpunan ∉ himpunan dari elemen dari S.

π berarti perbandingan (rasio)


geometri antara keliling lingkaran dengan
Euclidean π pi pi diameternya.

Aljabar norma dari; ||x|| adalah norma elemen x dari


linear || || norma panjang dari ruang vektor bernorma.

17
… prima; f ‘(x) adalah turunan dari
turunan dari fungsi f pada titikx, yaitu,
‘ turunan … kemiringan dari garis singgung.

Integral tak
tentu dari …;
Integral tak tentu antiturunan ∫ f(x) dx berarti fungsi dimana
∫ atau antiturunan dari … turunannya adalah f.

integral dari
… sampai …
dari … ∫ab f(x) dx berarti area ditandai
berkenaan antara sumbu x dan grafik
∫ integral tentu dengan fungsi f antara x = adan x = b.

∇f (x1, …, xn) adalah vektor dari


del, nabla, turunan parsial (df / dx1,
∇ gradien gradien dari …, df/ dxn).

dengan f (x1, …, xn),
∂f/∂xi adalah turunan
dari f berkenaan dengan xi,
Turunan dengan semua variabel lainnya
kalkulus ∂ Turunan parsial parsial dari tetap konstan.

topologi ∂ batas Batas dari ∂M berarti batas dariM

x ⊥ y berarti x tegak lurus
Adalah tegak dengan y; atau secara
geometri ⊥ Tegak lurus lurus dengan umum xortogonal ke y.

x = ⊥ berarti x adalah elemen


Teori lattice ⊥ elemen dasar elemen dasar terkecil.

18
A ⊧ B berarti kalimat Amengikuti
Perikutan/entailme kalimat B, bahwa setiap model
Teori model |= nt mengikuti dimana A benar, Bjuga benar.

Logika Menyimpulka
proposisi, n atau
logika diturunkan
predikat |- inferensi dari x ⊢ y berarti yditurunkan dari x.

adalah
subgrup N ◅ G berarti bahwa Nadalah
◅ subgrup normal normal dari subgrup normal dari grup G.

G/H berarti kosien dari


grup G modulo itu adalah
/ Grup kosien mod subgrup H.

G ≈ H berarti bahwa grup


Teori grup ≈ isomorfisma isomorfik ke isomorphic ke group

C. Macam-macam prinsip dalam matematika


Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam uraian
yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari definisi,aksioma atau dalil
yang “di munculkan” kembali untuk digunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa
prinsip yang akan digunakan dalam uraian-uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip
induksi matematis, dan prinsip logika matematis:

1. Prinsip Urutan ( Well Ordering Principle )

19
Dari dua bilangan bulat a dan b yang berbeda, dapat ditentukan hubungan antara a dan b
yaitu a > b atau a < b. hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau
bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambing ≥ atau >, himpunan bilangan bulat positif Z⁺⊂ Z dapat
dinyatakan sebagai :
Z⁺= { x ϵ Z │ x ≥ 1 } atau Z⁺ = { t ϵ Z │ t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata
Q⁺ dan R⁺ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambing ≥karena :
Q⁺={ sϵ Q │ s > 0 } dan R⁺ = { r ϵ R │ r > 0 }
Berbeda dengan Q⁺ dan R⁺, Z⁺ mempunyai sifat bahwa setiap A ⊂ Z⁺ dan A ≠  ∅ , tentu
ada bilangan bulat k ϵ A sehingga k ≤ x untuk semua x ϵ A; k disebut elemen terkecil A.
keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q⁺ dan R⁺. keadaan inilah yang
membedakan Z⁺ dari Q⁺ dan R⁺. prinsip urutan yang menyatakan bahwa:
Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap x ⊂ s dan x  ∅ 0, maka x mempunyai elemen
terkecil.

Contoh 1

Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N yang
tidak kosong mempunyai unsure terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N yang
tidak kosong dan tidak mempunyai unsure terkecil.

Contoh 2

Himpunan bilangan rasional positif Q⁺ adalah tidak terurut karena ada himpunan bagian
dari Q⁺ yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsure terkecil, misalnya:

X = { 1,½,⅓,… }

Contoh 3

Himpunan A = { 3,4,5,6,7} adalah terurut sebab setiap X ⊂ A dan X ≠ ∅, maka X


mempunyai elemen terkecil.

2. Prinsip induksi matematis ( Principle Of Mathematical Induction )

20
Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu cara ( disamping cara-cara yang
lain ) untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil. Prinsip induksi
matematis menyatakan bahwa :
S adalah himpunan bilangan asli yang memenuhi suatu hubungan.
Jika : (a) 1 ϵ S
(b) k ϵ S berakibat ( k + 1 ) ϵ S
Maka S memuat semua bilangan asli, atau S = N.
Dalam bentuk lain, prinsip induksi matematis dapat dinyatakan dengan :
S(n) adalah pernyataan yang memenuhi suatu hubungan di dalam N.
Jika: (a) S (1) benar
(b) S (k) benar berakibat S (k+1) benar maka S(n)benar untuk semua n ϵ N.
Bukti dari prinsip induksi matematis sebagai berikut:
Misalnya S tidak memuat sebuah bilangan asli atau S ≠ N, berarti ada himpunan bilangan
bulat F ⊂ N yang mana F = { t ϵ N │ t ϵ S} dan F memenuhi (a) dan (b). harus ditunjukan
bahwa F =∅. Anggaplah F≠∅. Maka menurut prinsip urutan , karena F ⊂ N, maka F
mempunyai elemen terkecil t, yaitu t ϵ F tetapi t  ∉ S. karena 1 ϵ S dan t ϵ F, maka t ≠ 1,
berarti t > 1 dan akibatnya t-1 ϵ N. karena t adalah elemen terkecil F, maka t – 1  ∉ S.
Menurut (b), (t-1)+1=t-1+1=tϵS, terjadi kontradiksi, yaitu t ∉ S. jadi anggapan F ≠ ∅
adalah salah, berarti F=∅.
Contoh 1
r (n+1)
Buktikan : 1+2+3+…+n=
2
Bukti : S adalah himpunan bilangan-bilangan asli n yang memenuhi bilangan . 1 ϵ S

1(1+ 1)
sebab untuk n = 1, ruas kiri bernilai 1 dan ruas kanan bernilai =1, sehingga ruas
2
kiri dan ruas kanan bernilai sama. Anggap k ϵ S , yaitu :
k ( k+ 1)
1+2+3+…+k=
2
Harus ditunjukkan ( k+1) ∈ S, yaitu harus ditunjukkan :
( k +1 ) { ( k +1 ) } +1
1+2+3+… +k+(k+1) =  
2
Atau

21
( k +1 ) (k + 2)
1+2+3+… +k+ (k+1) =
2
k (k+ 1) k ( k +1 )
Karena 1+2+3+… +k = , maka: 1+2+3+… +k + (k+1) = +(k+1)
2 2

k ( k +1 ) +2 ( k +1 )
=
2

( k +2 ) (k + 1)
=
2

( k +! )( k +2)
=
2

Jadi (k+1) ϵ S, dan sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N, yaitu:

k ( k+ 1)
1+2+3+… + k = . Untuk semua k ϵ N.
2

Contoh 2

Buktikan :2n ≥ 1 + n

Bukti : S adalah himpunan bilangan asli yang memenuhi hubungan (2n ≥ 1 + n ).

1 ∈ S, sebab 21 ≥ 1+1 atau2 ≥2. Anggaplah k∈ S, yaitu 2k ≥1+ k , harus dibuktikan bahwa
k+1 ∈S , yaitu 2k +1 ≥ k +2 ,

k
2k ≥1+ k ,maka2k +1= 2 .2≥ ( 1+k ) .2

Karena (1=k).2 = 2k +2> k + 2 dan 2k +1 ≥ ( 1+ k ) .2, maka 2k+1 ≥ k +2.

Jadi (k+1) ∈S, dan sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N , yaitu
2n ≥1+n untuk semua n∈ N .

Prinsip induksi matematis dapat diperluas dengan sebarang himpunan bagian dari
himpunan bilangan bulat yang memenuhi prinsip urutan, artinya pilihan berlaku dalam N
dapat dikembangkan berlaku dalam T⊂ Z asalkan T mempunyai elemen terkecil. Jika tₒ
∈T merupakan elemen terkecil dari T, (sebagai ganti 1∈ S). nilai tₒ dapat 4,6,0,-5, atau

22
yang lain karena N digabungkan dengan(0) dan himpunan bilangan bulat negative yang
nilai, terkecilnya terhingga, merupakan himpunan yang terurut.

Contoh 1

Buktikan : 4n <n2 −7 untuk sebarang n ∊ B={6,7,8 , … … }

Bukti : S adalah himpunan bilangan bulat yang memenuhi hubungan 4n ¿ n2−7.

Harus dibuktikan bahwa S = B.

6 ∈ S sebab 4.6 = 24, 62 −7=29 dan 24 ¿ 29. Anggaplah k ∈S, yaitu 4k


2
¿ k −7 , harus ditunjukkan bahwa ( k +1 ) ∈ S, yaitu

4 (k+1) ¿( k +1)2 −7.

4 (k+1) = 4k + 4 dan 4k ¿ k 2 −7 ,maka

4 (k+1) ¿ ( k 2−7 ) + 4

Karena k – 6 ≥ 0 untuk k ≥ 6 dan−3< 0 , maka:

4(k+1) ¿ k 2 + k−6

4(k+1)¿ k 2 +2 k −6( karena 2k ¿ k ¿

4(k+1)¿ k 2 +2 k +1−7

4(k+1)¿( k +1)2 −7

Jadi (k+1) ∈6 dan sesuai dengan prinsip induksi matematika yang diperluas, S=B, yaitu
4n ¿ n2−7untuk semua n ∈ B .

Contoh 1

Buktikan :32 n−1 habis dibagi oleh 8 untuk semua n ∈C={0,1,2 , …. }

Bukti : ambil S (n) = 32 n−1

23
S(0) benar sebab S (0) = S2 n−1=1−1=0 dan 0 habisdibagi oleh 8.

Anggaplah S(k) benar, yaitu S(k) = 32 k −1 habis dibagi 8. Harus ditunjukkan bahwa
S(k+1) benar, yaitu S(k+1) + 32 (k +1)−1=32 k+2−1habis dibagi oleh 8.

S(k+1) = 32 k +2−1

= 32 k .3 2−1

=32 k .3 2−32 +32−1

= 32 ( 32 k −1 ) + 8

Karena 32 k −1 habis dibagi 8, maka 32 k −1 mempunyai faktor 8, sehingga dapat

dinyatakan bahwa 32 k −1=8 t .Dengan demikian32 ( 32 k −1 ) =32 .8 t mempunyai faktor 8,

atau 32 ( 32 k −1 )habis dibagi 8, maka S(k+1) = 32 ( 32 k −1 ) + 8juga habis dibagi 8, maka


S(k+1) benar.

Contoh 2

Buktikan :2 n3−3 n 2+ n+31≥ 0 untuk semuan ∈ D={−2 ,−1,0 , … . }

Bukti : Ambil S(n) = 2 n3−3 n 2+ n+31

S(-2) benar sebab :

3 2 3 2
2 n −3 n + n+31=2 (−2 ) +3 (−2 ) ++ (−2 )+ 31

= -16 -12 -2+31

= 1≥ 0

Anggaplah S(k) benar, yaitu

2 n3−3 n 2+ n+31≥ 0

Harus ditunjukkan bahwa S(k+1) benar, yaitu

S(k+1) = 2( k +1 )3 -3( k +1 )2 +(k+1) +31≥ 0

24
= 2( k +1 )3 -3( k +1 )2 +(k+1) +31

= 2(k 3+3 k 3+ 3 k +1 ¿−3 ( k 2+ 2k + 1 )+ ( k +1 ) +31

= 2k 3+6 k 2 +6 k +2−3 k 2 6 k−3+ k +1+31

= (2 k 3−3 k 2+ k +31 ¿+6 k 2

Karena S(k) =

2 k 3−3 k 2+ k +31 ≥0 dan6 k 2 ≥ 0. maka S ( k +1 ) =( 2 k 3−3 k 2+ k +31 ) +6 k 2 ≥ 0 , sehingga S ( k ) benar . jadi S ( n ) b

Contoh 3

Buktikan : jika nₒ adalah suatu bilangan bulat tertentu, maka sebarang himpunan
bilangan bulat lebih dari atau sama dengan nₒ mempunyai suatu elemen terkecil.

Bukti : misalkan T adalah himpunan bilangan bulat lebih dari atau sama dengan nₒ
yang tidak mempunyai elemen terkecil, sdan S(n) adalah pernyataaan: tidak ada bilangan
bulat kurang dari atau sama dengan n di dalam T.

S(nₒ) benar sebab jika S(nₒ) salah, nₒ ∈T .

Karena semua bilangan bulat didalam T adalah lebih besar atau sama dengan nₒ, maka nₒ
merupakan elemen terkecil T, bertentangan dengan permisalan dari T.

Anggaplah S(k) adalah benar untuk k≥ nₒ , harus ditunjukkan bahwa S ( k +1 ) adalah benar .

Jika S(k+1) benar,Maka T memuat bilangan bulat kurang dari atau sama dengan k + 1.
Karena S(k) benar, dapat ditentukan bahwa K∈T ,sehingga jika S( k + 1) salah, satu-
satunya bilangan bulat di dalam T adalah (k+1) dan merupakan elemen terkecil T,
bertentangan dengan permisalan T.

Jadi S(n) adalah benar untuk semua n ≥ nₒ, berarti T adalah himpunan kosong, yaitu
tidak ada himpunan bilangan lebih dari atau sama dengan nₒ yang tidak mempunyai
elemen terkecil.Prinsip induksi matematika dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain,
yaitu:

25
S(n) adalah pernyataan matematis di dalam himpunan bilangan bulat positif.

jika: (a) S(1) benar

(b) S(k+1) benar bilamana S(1),S(2),....,S(k) benar, Maka S(n) adalah benar untuk
semua n∈ N .

Contoh 1

Setelah n bulan, banyaknya tanaman dalam suatu persemaian memenuhi persamaan:

S (0)=3, S(1) = 7 , dan S(n) = 3S(n-1)-2S(n-2) untuk n≥ 2

Buktikan : S(n) = 2n+ 2−1untuk semua n ∈ Z dan n ≥ 0

Bukti : S(0) benar sebab n =0, 2n+ 2−1=20 +2-1 = 22−1=3

S (1) benar sebab untuk n = 1,2n+ 2−1=21+ 2 = 23−1=7

Anggaplah S(0) , S(1),S(2), …S (k-1) , S(k) semua benar, harus ditunjukan bahwa
S(k+1) benar untuk k+1 ≥ 2, yaitu:

S(k+1) = 2( k+1)+ 2−1

S(k) = 3 S (k-1) -2S (k-2)

S(k+1) = 3 S((k+1)-1) – 2 S ((k+1) -2)

= 3 S (k) -2 S (k-1)

= 3 (2k +2−1) -2 (2(k−1 )+2−1

= 3 (2k +2) -3 -2 (2k +1−1)

= 3 (2k +2) – 3 -2k +2+2

= 3 (2k +2) – (2k +2) – 1

= 2 (2k +2) -1

26
= 2k +3−1

= (2( k+1)+ 2)-1

3.Prinsip logika matematika

Terdapat empat prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian, terutama untuk
membahas sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan
kuantor dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi. Pernyataan "setiap x
memenuhi sifat y" tidak dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contoh x yang
memenuhi sifat y, betapapun banyaknya. sebagai contoh, pernyataan "setiap bilangan
bulat yang lebih dari satu selalu mempunyai faktor prima" tidak buktikan dengan
memberikan contoh sebanyak-banyaknya.

2 = 2,1 6 = 2.3 30 = 2.3.5

3 = 3.1 10 = 2.5 100 = 2.2.5.5

4 = 4.1 20 = 2.10 165 = 3.5.11

perhatikan dengan sungguh-sungguh bahwa contoh yang banyak bukan bukti


karena baru merupakan bagian dari kasus-kasus yang memenuhi sifat yang dicari.
Berikutnya tidak berlakunya pernyataan "setiap x memenuhi sifat y" dapat ditunjukkan
dengan berikan satu contoh yang tidak memenuhi sifat y. sebagai contoh, tidak
berlakunya sifat "Setiap bilangan prima adalah ganjil" dan dapat ditunjukkan dengan
memberikan contoh semua bilangan 2 adalah bilangan prima yang tidak ganjil (2 adalah
bilangan genap).

pernyataan "tidak setiap x adalah bersifat y" dapat ditunjukkan kebenarannya


dengan memberikan satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Sebagai contoh,
pernyataan "tidak semua bilangan asli n yang habis dibagi oleh 3" dapat ditunjukkan
kebenarannya dengan memberikan satu contoh bilangan asli 5 (atau yang lain) yang tidak
bisa dibagi oleh 3.

27
Selanjutnya, pernyataan "jika p maka q" (dan dilambangkan dengan tanda p→q )
disebut dengan implikasi. ungkapan-ungkapan lain untuk menyatakan "jika p maka q"
adalah:

p berakibat q

p adalah syarat cukup q

q adalah syarat perlu p

jika p,q

p hanya jika q

q jika p

Banyak dalil dalam teori bilangan yang mengambil pola implikasi. Suatu dalil
yang berpola "jika p maka q" dapat dibuktikan dengan mengambil pernyataan p sebagai
pernyataan yang diketahui, dan pernyataan q sebagai pernyataan yang dibuktikan. Ini
berarti bahwa berangkat dari pernyataan p yang diketahui, kemudian diproses dengan
sifat-sifat yang sudah berlaku, akhirnya diperoleh pernyataan q. Model pembuktian
semacam ini secara ringkas ditulis:

p→q

p
∴q

Dan disebut dengan modus ponens. Dalam suatu dalil, pernyataan "jika ac
membagi bc maka a|b" bersesuaian dengan "diketahui ac membagi bc harus dibuktikan a|
b". jadi berangkat dari ac membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses
dengan definisi, dalil, aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya
diperoleh a|b.

Terakhir ada satu prinsip logika matematis yang juga mempunyai peranan dalam
membuktikan dalil, yang disebut dengan "pembuktian secara tidak langsung". proses
pembuktian secara tidak langsung berangkat dari suatu anggapan yang benar. Kemudian,

28
setelah dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat-sifat yang sudah tersedia,
ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu yang
mustahil. Ini berarti bahwa anggapan yang diambil semua adalah tidak benar atau salah.
Secara bagan logika, bukti tidak langsung dapat dinyatakan sebagai berikut:

{p ( q ^q) } p

Kontradiksi kemustahilan

Anggapan yangbenar

Anggapan yang salah

Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak
terhingga, proses pembuktian berangkat dari anggapan p yang benar, yaitu p = banyaknya
bilangan prima adalah terhingga. Kemudian, dengan strategi tertentu yang melibatkan
sifat-sifat keterbagian, ternyata diperoleh suatu pertentangan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa anggapan p adalah tidak benar. Jadi banyaknya bilangan prima adalah tak hingga.
Contoh lain, untuk membuktikan bahwa tidak ada bilangan- bilangan bulat x dan y yang
jumlahnya 100 dan faktor persekutuan terbesar mereka adalah 3, berangkat dari anggapan
p = ada bilangan-bilangan bulat x, y sehingga x + y = 100 dan FPB (x,y)=3. Dengan
menggunakan sifat-sifat keterbagian, ternyata anggapan p ini menghasilkan kemustahilan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa angkatan p tidak benar. Jadi tidak ada bilangan -
bilangan bulat x ,y sehingga x + y = 100 dan FPB (x,y) = 3.

D. Contoh soal notasi


20
1. Nilai dari ∑ (k ¿−15)(2 k−27)¿
k=16

Pembahasan:

Diketahui αk = (k-15) (2k-27)

Untuk ‘k’ = 16, diperoleh

29
α16 = (16-15) (2(16)-27) = 1x5 = 5

Untuk ‘k’ = 17, diperoleh

α16=(17-15) (2(17)-27) = 2x7 = 14

Untuk ‘k’ = 18, diperoleh

α16= (18-15) (2(18)-27) = 3x9 = 27

Untuk ‘k’ = 19, diperoleh

α16= (19-15) (2(19)-27) = 4x11 = 44

Untuk ‘k’ = 20, diperoleh

α16= (20-15) (2(20)-27) = 5x13 = 64

Dengan demikian, diperoleh

20

∑ (k ¿−15)(2 k−27)¿ = 5+14+27+44+64= 155


k=16

Jadi jawabannya adalah (155)

2. Diketahui matrik A= ( 45 36 ). Tentukanlah 3A


Pembahasan:

3A= 3 ( 45 36 ) = ( 45 xx 33 3 x3
6 x3) (
=
12 9
15 18 )
Jadi jawabannya adalah (1215 189 )

30
Contoh soal prinsip

1. Pernyataan kuantor universal

”Semua tanaman hijau membutuhkan air untuk tumbuh ”.

Pembahasan:

Jika x adalah tanaman hijau,

maka x membutuhkan air untuk tumbuh Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk
tumbuh(x)

(∀x) (Tanaman hijau(x) ⇒ membutuhkan air untuk tumbuh(x))

(∀x)(T(x) ⇒A(x))

2. Kuantor eksistensial

“Beberapa orang rajin beribadah”.

Pembahasan:

Jika ditulis dengan menggunakan logika predikat, maka:

”Ada x yang adalah orang, dan x rajin beribadah”.

(∃x)(Orang(x) ∧ rajin beribadah(x))

(∃x)(O(x) ∧ I(x))

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengan oleh kita.Namun sesuatu
menjadi masalah tergantung bagaimana seseorang mendapatkan masalah tersebut sesuai
kemampuannya.Terkadang dalam pendidikan matematika SD ada masalah bagi kelas
rendah namun bukan masalah bagi kelas tinggi.Masalah merupakan suatu

31
konflik,hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajaraannya di kelas.Namun
masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang.
Metode pemecahan masalah “HOW TO SOLVE IT” Reportase langsung dari buku karya
G. Polya Sebuah kerangka kerja untuk memecahkan masalah telah di jelaskan G. Polya
dalam sebuah buku “How to Solve IT!” (Edisi ke 2, Princeton University Press).
Walaupun Polya berfokus pada teknik pemecahan masalah dalam bidang matematika
tetapi prinsip-prinsip yang dikemukakannya dapat digunakan pada masalah-masalah
umum. Penalaran Induktif merupakan dasar dari proses yang paling kreatif yang terjadi di
“dunia nyata”. Fisika membutuhkan laboratorium yang ideal untuk membangun
kemampuan dalam penalaran induktif dan menemukan hal-hal baru.

B. Saran
Saran dari makalah ini adalah makalah yang kami buat ini masih perlu untuk
diperbaiki, karena penulisan makalah ini diperlukan ketepatan dan ketelitian yang tinggi.
Oleh karena itu, kami mengharap saran, mendapat maupun kritikan terhafap maklah kami
ini, supaya makalah kami ini dapat disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA
https://tanya-tanya.com/rangkuman-contoh-soal-pembahasan-matriks/

http://matematikaeducation-matematika.blogspot.com/2011/01/logika-matematika-kalimat-
berkuantor.html?m=1

https://mathcyber1997.com/soal-dan-pembahasan-notasi-sigma/

https://bukumaterimatematika.blogspot.com/2017/11/daftar-simbol-dan-notasi-dalam.html?m=1

32
33

Anda mungkin juga menyukai