Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Indikator Keterampilan memecahkan masalah, model pembelajaran inovatif berbasis


keterampilan memecahkan masalah”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Model dan Strategi Pembelajaran”
Dosen Pengampu :
Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M. Pd.,
Ph. D / Wulan Aulia Azizah, M. Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Kelas : 5B
Muhammad Akmal Yanuari (1910125310039)
Harmina (1910125220022)
Marfuah (1910125320002)
Diny Syafira Yulianti (1810125320099)
Puteri Ade Utari (1910125220017)
Nisa Khaira Ummatin (1910125320017)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat
dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw
yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Model
Dan Strategi Pembelajaran, Semester 5 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, dengan
materi pembahasan mengenai “Indikator Keterampilan memecahkan masalah, model
pembelajaran inovatif berbasis keterampilan memecahkan masalah”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Prof. Drs. Ahmad Suriansyah M. Pd.,
Ph. D dan Ibu Wulan Aulia Azizah, M. Pd Selaku dosen pengampu beserta pihak-pihak
yang sudah mendukung penulisan makalah ini. Kami pun sangat menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
guna menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Yarobbal Aalamiin.

Banjarmasin, 22 Agustus 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusah Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................................1
BAB II ISI.................................................................................................................................2
A. Definisi keterampilan memecahkan masalah.............................................................2
B. Indikator keterampilan memecahkan masalah..........................................................4
C. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.................................................5
D. Model pembelajaran inovatif berbasih keterampilan masalah................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.
Melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah, kita diharapkan dapat menggali dan
menemukan sendiri dari pemecahan masalah yang diberikan oleh dosen sehingga dapat
memancing proses belajar mereka. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan. Menurut Sutarmo (2012 :94) “Kemampuan berpikir kritis, otak dipaksa
berpikir serius untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu yang berpikir atau
memikirkan tindakan yang akan dilakukan nanti”. Setiap orang memiliki masalah yang
bukan untuk dihindari melainkan untuk dipecahkan, maka seharusnya mereka juga
memiliki kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan sehingga dapat
memikirkan langkah apa yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah serius yang
mereka hadapi
B. Rumusah Masalah
1. Definisi keterampilan memecahkan masalah
2. Indikator keterampilan memecahkan masalah
3. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah
4. Model pembelajaran inovatif berbasih keterampilan masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi keterampilan memecahkan masalah
2. Untuk mengetahui Indikator keterampilan memecahkan masalah
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan keterampilan memecahkan masalah
4. Untuk mengetahui model pembelajaran inovatif berbasis keterampilan masalah

1
BAB II
ISI
A. Definisi keterampilan memecahkan masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa
setelah belajar matematika. Kenyataannya, di SD, pembelajaran matematika yang
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah belum mendapat banyak perhatian
dari guru-guru. Kurangnya perhatian guru terhadap pengembangan kemampuan
memecahkan masalah dalam proses pembelajaran matematika mengakibatkan siswa
kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah. masalah non-rutin dalam buku
sumber (teks) menjadi salah satu penyebabnya, selain itu guru terbiasa menerapkan soal-
soal yang terdapat pada buku sumber.Selain itu, pendekatan abstrak dengan metode
ceramah dan pemberian tugas rendah dari setiap kegiatan pembelajaran matematika di SD
. diperlukan pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan
pemikiran yang kreatif serta pengalaman dan interaksi siswa secara aktif dalam
memecahkan masalah. Salah satu pembelajaran yang bisa dilakukan yaitu dengan
menerapkan pendekatan pendidikan matematika realistik.
Definisi masalah menurut (Gilbert, 2003) adalah situasi dimana jawaban atau tujuan
belum diketahui. Moursund (2005:29) mengatakan bahwa seseorang dianggap memiliki
dan menghadapi masalah bila menghadapi 5 kondisi berikut ini: 
1. Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang sedang terjadi. 
2. Memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan. 
3. Memiliki berbagai tujuan untuk menyelesaikan masalah dan dapat mengarahkan
menjadi satu tujuan penyelesaian. 
4. Memahami sekumpulan sumber daya yang dapat dimafaatkan untuk mengatasi
situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini meliputi waktu,
pengetahuan, keterampilan, teknologi atau bahan tertentu. 
5. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai sumber daya untuk mencapai
tujuan. 
Menurut (Robinson &Lyle, 2001), dalam memecahkan suatu masalah, dibutuhkan
perpaduan antara pengetahuan dasar (base knowledge) dan keterampilan dasar (base
skill). Pengetahuan dasar adalah kumpulan pengetahuan yang tersimpan di dalam
memori jangka panjang seseorang sebagai hasil dari apa yang telah dipelajari oleh orang

2
tersebut. Keterampilan dasar dalam memecahkan masalah meliputi beberapa hal,
diantaranya keterampilan menganalisa masalah, keterampilan mengaitkan konsep yang
relevan dengan masalah, dan keterampilan merencanakan alternatif penyelesaian yang
tepat.
Keterampilan pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar seseorang dalam
menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan pemikiran kritis, logis, dan sistematis.
Pentingnya diberikan masalah matematika tidak terlepas dari perannya dalam kehidupan,
yaitu untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam menghadapi suatu
permasalahan. Dalam pembelajaran matematika, keterampilan pemecahan masalah
memiliki peranan penting yaitu sebagai kemampuan awal bagi siswa dalam merumuskan
konsep dan modal keberhasilan bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika. Selain itu siswa bisa mengembangkan ide atau gagasan yang dimilikinya.
Pentingnya keterampilan pemecahan masalah juga tertera pada pernyataan Nurdalilah,
dkk (2010) bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika
yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak
rutin.Selanjutnya Memnun, dkk (2012) juga mengemukakan bahwa memungkinkan
individu untuk mendapatkan keterampilan pemecahan masalah dan melatih individu
yang bisa mengatasi masalah yang dihadapi.
Sedangkan definisi masalah adalah suatu kesulitan, kebingungan, penghambat, atau
penyimpangan. Untuk mengetahui konsep dan definsi pemecahan-masalah, dianalogikan
seperti memecahkan gelas. Masalah dan gelas sama-sama objek yang bisa dipecahkan.
Seperti memecahkan sebuah gelas,untuk memecahkan masalah supaya menjadi pecah
yaitu dengan cara membenturkannya pada paling tidak satu objek lain sebagai media
pembentur. Masalah adalah sumber pengetahuan, sehingga yang dikatakan sebagai
media pembentur agar masalah menjadi pecah yaitu pengetahuan yang strukturnya lebih
kuat. Oleh karena itu, dari analogi dan hasil kajian diperoleh informasi bahwa konsep
dari pemecahan-masalah adalah suatu yang menjembatani antara masalah dengan
penyelesaian, sedangkan definisinya adalah solusi atau suatu kepingan informasi yang
diperoleh dari usaha kompleks seseorang sehingga dengan kepingan tersebut terbentuk
pengetahuan baru.

3
B. Indikator keterampilan memecahkan masalah
Indikator pemecahan masalah menurut polya (palasari & anggo, 2019) terdapat tahap –
tahap dalam memecahkan masalah matematis diantaranya yakni ;
1. Memahami soal atau masalah
2. Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikannya
3. Menyelesaikan masalah
4. Memeriksa kembali hasil yang didapat dan langkah-langkah pengerjaannya

Sedangkan menurut Sumarno (Husna & Fatimah 2013: ) Indikator pemecahan masalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur
yang diperlukan.
2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik.
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah
baru_ dalam atau di luar matematika.
4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal.
5. Menggunakan matematika secara bermakna

Menurut Kuang – Chou Yu (2015) sebagai berikut :


1. Analisis & Definisi masalah
2. Pengumpulan data
3. Merumuskan solusi yang memungkinkan
4. Memilih solusi yang optimal
5. Mengimplementasikan solus yang optimal
6. Mengevaluasi hasil

Menurut Mustofa & Rusdiana (2016)


1. Memvisualisasikan masalah
2. Mengdeskripsikan konsep berdasarkan masalah
3. Merencanakan solusi
4. Melakukan rencana solusi
5. Mengecek dan mengevaluasi solusi
4
Solusi itu, Poyla ( Dalam Ruseffendi, 1991) mengemukakan bahwa untuk memecahkan
suatu masalah ada empat langkah yang dapat dilakukan, yakni :
1. Memahami masalah
Kegiatan dapat yang dilakukan pada langkah ini adalah : apa (data) yang
diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi
(syaraf) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk
yang lebih operasional (dapat dipecahkan).
2. Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah : mencoba mencari atau
mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan
masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur
penyelesaian (membuat konjektur).
3. Menyelesaikan masalah sesuai renana
Kegiatan ang dapat dilakukan pada langkah ini adalah : menjalankan prosedur yang
telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah : menganalisas dan
mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, atau
apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.

C. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah


Gagne mengemukakan belajar pemecahan masalah adalah tingkat tertinggi dari
hierarki belajar maka harus dikuasai oleh siswa, bahkan tercermin dalam konsep
kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah
dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar
yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai. Dengan
demikian, kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam
pembelajaran, sehingga dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki kemampuan dasar
yang kemudian siswa dapat membuat strategi dalam memecahkan masalah yang lebih
efektif (Suherman, 2003: 34).

5
John Dewey mengemukakan beberapa langkah-langkah memecahkan masalah yang
harus dicapai dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
1. Mengidenfikasi dan merumuskan masalah. Pada tahap ini, guru menjelaskan
tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan selama pelajaran
serta memotivasi peserta didik untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
dengan contoh situasi masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
2. Mengemukakan hipotesis. alam tahap ini guru membimbing peserta didik dalam
merumuskan hipotesis sesuai dengan masalah yang ada. Pada tahap kedua ini,
peserta didik mulai memikirkan dan mengembangkan ide-ide dan mengemukakan
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Mengumpulkan data. Dalam tahap ini, peserta didik berdiskusi dengan teman
kelompoknya. Guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan penemuan
dengan mengarahkan peserta didik untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Dalam tahap ini peserta didik dituntut untuk mengartikan informasi yang
diberikan kedalam bentuk matematika dan merencanakan strategi yang akan
dipilih serta melaksanakan rencana yang sudah dipilih dan mempertahankannya.
Jika rencana tersebut tidak dapat terlaksana peserta didik dapat memilih cara atau
rencana lain.
4. Menguji hipotesis. Dalam tahap ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas dengan bimbingan dari guru dan kelompok lain
menanggapi. Melalui proses pembelajaran ini, peserta didik akan terlibat aktif dan
diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide-ide serta pendapatnya.
5. Mengambil kesimpulan. menganalisis dan mengevaluasi kegiatan penemuan. Pada
fase ini, guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi serta
mengklarifikasi hasil diskusi kemudian guru bersama peserta didik menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.

Untuk memperoleh kemampuan keterampilan dalam pemecahan masalah seseorang


harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Siswa
dikatakan dapat memecahkan masalah apabila siswa mampu mengidentifikasi serta
menyelesaikan soal dengan tahapan-tahapan dalam berbagai bentuk, serta memahami
bagaimana ide tematik saling terkait satu sama lain (Nurrahman, 2017: 13).

6
D. Model pembelajaran inovatif berbasih keterampilan masalah
1. Model Problem Based Learning
a) Pengertian
(Eka Yulianti & Indra Gunawan, 2019) mengatakan definisi Model Problem
Based Learning ialah Efektivitas pembelajaran secara konseptual dapat diartikan
sebagai perlakuan dalam proses pembelajaran yang berdampak pada keberhasilan
usaha atau tindakan terhadap hasil belajar peserta didik. (Rifa’i, 2013).
Model pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya. (rusman, 2010). Model
pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menitik
beratkan pada kegiatan pemecahan masalah. (Dasa ismaimuza, n.d. 2010). Dengan
maksud peserta didik secara aktif mampu mencari jawaban atas masalah-masalah
yang di berikan pendidik. Dalam hal ini pendidik lebih banyak sebagai mediator dan
fasilitator untuk membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
aktif. (Siregar, 2016).
Menurut Dutch dalam M. taufik amar (1994) menyatakan bahwa PBL merupakan
metode instruksional yang menantang peserta didik agar “belajar dan untuk belajar”,
bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Masalah ini di gunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan
analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pembelajaran. PBL mempersiapkan
peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan
sumber pelajaran yang sesuai.

b) Kelebihan
(Lola Yunita, 2020) mengatakan berikut adalah kelebihan mdel pembelajaran
PBL :
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata.
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar.
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban
siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
7
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok
dalam bentuk peer teaching

c) Kelemahan
(Lola Yunita, 2020) mengatakan berikut adalah kekurangan model pembelajaran
PBL :
1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocko untuk pembelajaran
yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan
masalah.
2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
d) Langkah – langkah
(Eka Yulianti & Indra Gunawan, 2019) mengatakan berikut langkah – langkah
Model Problem Based Learning :
1) Orientasi siswa kepada masalah
Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah dijelaskannya tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru, selanjutnya disampaikannya terkait
logistik yang dibutuhkan, diajukannya suatu masalah yang harus dipecahkan
siswa, memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk melakukan
aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihannya.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas beajar, yang terkait dengan masalah yang disajikan.
3) Membimbing penyelidikan individual mapun kelompok
Guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan
informasi yang relevan, mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, dan
untuk mendapat pencerahan dalam pemecahan masalah.
8
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu para siswa-siswinya dalam melakukan perencanaan dan
penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan, video atau model, serta guru
membantu para siswa untuk berbagi tugas antar anggota dalam kelompoknya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan.

e) Implementasi
(Wulan Dyah, 2019) mengatakan implementasi Model Problem Based
Learning yaitu adaptasi struktur Problem Based Learning dalam kelas-kelas
dilakukan dengan menjamin penerapan beberapa komponen penting dari sains.
lima penerapan esensial dari Problem Based Learning adalah seperti diurutkan
dalam Gallagher et.al (2000) adalah:

1) Orientasi siswa pada masalah Pada saat mulai pembelajaran, guru


menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif
terhadap pelajaran. Guru menyampaikan bahwa perlu adanya elaborasi tentang
hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk
mempelajari sejumlah informasi baru, namun lebih kepada bagaimana
menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadikan pembelajar
yang mandiri, 2) Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak
”benar”. Sebuah penyelesaian yang kompleks memiliki banyak penyelesaian
yang terkadang bertentangan, 3) Selama tahap penyelidikan dalam
pembelajaran, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi dengan bimbingan guru, dan 4) Pada tahap analisis dan penyelesaian
masalah siswa didorong untuk menyampaikan idenya secara terbuka.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Problem Based Learning


membutuhkan keterampilan kolaborasi diantara siswa menurut mereka untuk
menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu mereka juga
membutuhkan bantuan untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas
belajarnya. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
Problem Based Learning. Intinya di sini adalah guru membantu siswa

9
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang akan dipecahkan.

3) Membantu penyelidikan siswa Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan data-data atau melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-
betul memahami dimensi dari masalah tersebut. Tujuannya agar
siswamengumpulkan cukup informasi untuk membangun ide mereka sendiri.
Siswa akan membutuhkan untuk diajarkan bagaimana menjadi penyelidik
yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah
yang sedang dipelajari. Setelah siswa mengumpulkan cukup data mereka akan
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan
pemecahan. Selama tahap ini guru mendorong semua ide dan menerima
sepenuhnya ide tersebut.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini guru membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang akan disajikan.
Masing-masing kelompok menyajikan hasil pemecahan masalah yang
diperoleh dalam suatu diskusi. Penyajian hasil karya ini dapat berupa laporan,
poster maupun media-media yang lain.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tahap akhir ini


meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan disamping itu juga
mengevaluasi keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang
telah mereka gunakan. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat
dikombinasikan dengan metode demonstrasi. Hal ini dilakukan bertujuan agar
pembelajaran lebih menyenangkan dan inovatif di kelas. Menurut Djamarah
dan Zain (2006 : 90) menyatakan bahwa metode pembelajaran demonstrasi
merupakan metode yang paling efektif dan baik sebab para pesertanya
“Menjalani dan berbuat menurut apa yang harus di pelajari” sehingga dapat
memberikan pengertian yang lebih konkrit dan mendalam

2. Model Example Non Example


a) Pengertian

10
(Lola Yunita, 2020) mengatakan definisi Model pembelajaran Example dan
Non-Example adalah model pembelajaran yang identik dengan menggunakan
media gambar sebagai alat untuk menyampaikan materi. Penggunaan media
gambar dalam model ini ditujukan untuk menarik minat dan motivasi siswa dalam
belajar, memusatkan perhatian siswa terhadap gambar contoh dan bukan contoh
serta merndorong siswa untuk dapat memahami materi yang disampaikan guru
(Asmayanti, 2017). Selain itu, penerapan model pembelajaran ini juga dapat
membantu siswa sebuah konsep, menganalisis dalam mengklasifikasikan konsep-
konsep yang terdapat di dalam gambar dan mempermudah siswa memecahkan
permasalah dengan bantuan media gambar (Hamdayana, 2014).
Example dan Non-Example dalam penggunaan model ini berupa example
yaitu pemberian gambar yang sesuai dengan konsep atau materi yang akan berarti
diajarkan sedangkan non example pemberian gambar yang tidak sesuai dengan
konsep atau materi yang akan diajarkan. Sebagai contoh pada materi menjaga
kebersihan lingkungan maka guru dapat memberikan example berupa kegiatan
gotong royong, membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan
kantong plastik, sedangkan non example menampilkan gambar-gambar yang
sedang tidak dibahas seperti hal hal yang dapat mengotori lingkungan misalnya :
membuang sampah sembarangan, penebangan liar dan pembakaran hutan.

b) Kelebihan
(Lola Yunita, 2020) mengatakan berikut adalah kelebihan model pembelajaran
Example non Example :
1) Peserta didik bisa memulai suatu materi dari satu definisi yang berikutnya
dipakai untuk memahami sebuah konsep sehingga penguasaannya bisa lebih
komprehensif.
2) Anak didik berpatisipasi pada sebuah penemuan, yang nantinya bisa memicu
akal dan perasaan mereka untuk mengkontruksi konsep, yang berasal dari
aktivitas pembelajaran non example dan example
3) Peserta didik akan mendapat kesempatan untuk menjelajahi karakteristik dari
suatu konsep dengan memperhitungkan bagian non example yang bisa termuat
yang sudah dijelaskan pada bagian example
4) Siswa bisa mengembangkan keterampilan untuk berpikir kritis ketika melihat
gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar.
11
5) Mengimplementasikan materi dari contoh gambar, yang sesuai dengan
kompetensi dasar
6) Setiap siswa akan diberi waktu untuk mengutarakan apa yang dipikirkan
setelah menganalsisi gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar.
c) Kekurangan
(Lola Yunita, 2020) mengatakan berikut adalah kekurangan model pembelajaran
Example non Example :
1) Tidak semua materi dapat disajikan dengan gambar
2) Waktu guru dalam menjelaskan materi lebih sedikit/
d) Langkah – langkah
(Lola Yunita, 2020) mengatakan langkah – langkah model pembelajaran Example
non Example yaitu sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan gambar contol dan bukan contoh yang berkaitan dengan
materi.
2) Guru menempelkan gambar pada papan tulis atau menayangkannya melalui
LCD.
3) Minta siswa untuk mengamati gambar.
4) Guru memberi petunjuk tentang gambar yang sedang di perlihatkan
5) Bentuk kelompok kecil secara heterogen yang beranggotakan 2-3 orang
6) Minta siswa berdiskusi untuk menganalisis gambar dan mencatat hasil
diskusinya
7) Berdasarkan hasil diskusi siswa dan tanggapan siswa, guru mulai menjelaskan
materi
8) Evaluasi
9) Kesimpulan
e) Implementasi
(Putu Suardana, 2019) megatakan implementasi model pembelajaran example
non example yaitu menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan
membantusiswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari
sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Weblogask : 2011) telah memberikan
kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang memperkenalkan konsep yang
baru dengan model example non example. Kerangka konsep tersebut antara lain :
1) Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh
yangmenjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari
12
konsep baru. Menyajikannya dalam satu waktu dan meminta siswa untuk
memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama
siswa memikirkan tentang tiap example dan non example tersebut,
tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar tersebut berbeda.
2) Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih
spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya
sehingga mampu memahami konsep yang baru.
3) Meminta siswa untuk bekerja berpasangan atau berkelompok untuk
menggeneralisasikan konsep examples non examples mereka. Setelah itu
meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk
mendiskusikan secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikanumpan
balik.
4) Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk
mendeskripsikankonsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter
yang telah didapat dari examples non examples

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
Banyak yang kita ketahui bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu
kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah belajar matematika. Kenyataannya, di SD,
pembelajaran matematika yang mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
belum mendapat banyak perhatian dari guru-guru. Dan juga Indikator pemecahan
masalah menurut polya (palasari & anggo, 2019) terdapat tahap – tahap dalam
memecahkan masalah matematis diantaranya yakni ; 1. Memahami soal atau masalah, 2.
Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikannya 3. Menyelesaikan masalah 4.
Memeriksa kembali hasil yang didapat dan langkah-langkah pengerjaannya. Serta untuk
memperoleh kemampuan keterampilan dalam pemecahan masalah seseorang harus
memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Siswa dikatakan
dapat memecahkan masalah apabila siswa mampu mengidentifikasi serta menyelesaikan
soal dengan tahapan-tahapan dalam berbagai bentuk, serta memahami bagaimana ide
tematik saling terkait satu sama lain (Nurrahman, 2017: 13). Dan yang dapat kita ketahui
Model Pembelajaran Inovatif berbasis keterampilan masalah adalah Problem Based
Learning (PBL) dan Example & Non Example.

B. Saran
Diharapkan pada saat pembelajaran berlangsung nanti, Guru maupun Mahasiswa
berusaha untuk lebih mengeksplorasi pengetahuan siswa seperti dengan memberikan soal
– soal kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari
dan menggunakan media yang mendukung pembelajaran agar siswa lebih aktif dan
kreatif dalam proses pembelajaran, dan agar siswa lebih mudah untuk memahami masalah
dan memecahkan masalah

14
DAFTAR PUSTAKA

Alghadari & Kusuma, 2018; Dasar, 2016; Hidayatulloh et al., 2020; Lola, 2020; Mariam et
al., 2019; Mulyati, 2016; Soesatyo et al., 2017; Sumartini, 2018; Yulianti &Gunawan,
2019; Zuhaida, 2018)
Alghadari, F., & Kusuma, A. P. (2018). Pendekatan Analogi untuk Memahami Konsep dan
Definisi dari Pemecahan Masalah. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika II, 113–122.
Dasar, J. P. (2016). Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Kelas V
Sdn 70 Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar, 3(4), 54–64.
Hidayatulloh, R., Suyono, S., & Azizah, U. (2020). Analisis Keterampilan Pemecahan
Masalah Siswa Sma Pada Topik Laju Reaksi. JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan
Sains), 10(1), 1899. https://doi.org/10.26740/jpps.v10n1.p1899-1909
Lola, Y. (2020). 98 Model Pembelajaran Bermuatan Pemecahan masalah Literasi Kolaborasi
dan Learning is Fun. In Pengertian Metode (p. 2). Guepedia.
Mariam, S., Nurmala, N., Nurdianti, D., Rustyani, N., Desi, A., & Hidayat, W. (2019).
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN Dengan
Menggunakan Metode Open Ended Di Bandung Barat. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1), 178–186. https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i1.94
Mulyati, T. (2016). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Dasar.
EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 3(2).
https://doi.org/10.17509/eh.v3i2.2807
Soesatyo, Y., Tjipto Subroto, W., Canda Sakti, N., Edwar, M., & Trisnawati, N. (2017).
Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru Ekonomi
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM), 1(2), 162–
178. https://doi.org/10.21009/jpmm.001.2.02
Sumartini, T. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

15
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika,
5(2), 148–158. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.270
Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl):
Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berpikir Kritis Problem Based Learning
(Pbl) Learning Model: the Effect on Understanding of Concept and Critical Thinking.
Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 02(November), 399–408.
Zuhaida, A. (2018). Program Sciences Kids Community Berbasis Group Investigasion Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Journal
Pendidikan Sains 6, 2, 16. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

16

Anda mungkin juga menyukai