Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI PEMBELAJRAN MATEMATIKA

“PROBLEM BASED LEARNING”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

1. WAODE NURLAELA MUTHMAINNAH MUNIR (A1I122035)


2. MUFLIHATUN NISA (A1I122057)
3. ANNISA HAMIDA (A1I122082)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan nikmat,
taufik dan hidaya-Nya sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah “Model Pembelajaran Problem Based Learning” sebagai salah satu syarat
terpenuhinya tugas dari mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Ucapan
terima kasih kami haturkan juga kepada Bapak Dr. Drs. Lambertus,M.Pd. yang
telah memberikan ilmu dan pemahaman yang sangat bermanfaat dalam tugas
pembuatan makalah ini.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini. Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata.

Kendari, 02 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1...............................................................................................................Latar
Belakang .............................................................................................. 1
1.2...............................................................................................................Rum
usan Masalah ....................................................................................... 2
1.3...............................................................................................................Tujua
n ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Masalah Pembelajaran ......................................................................... 3
2.2 Konsep Dasar Model Pembelajaran Problem Based Learning ........... 4
2.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning ....................... 7
2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning ............. 8
2.5 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning ...................... 10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning ............................................................................................... 13
2.7 Asesmen dan Evaluasi pada Model Pembelajaran Problem Based
Learning ............................................................................................... 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi
terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Proses kegiatan
pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketetapan pendidik dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran. Pada saat kegiatan pembelajaran guru seharusnya
menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar pelajaran yang
disampaikan diterima dengan baik oleh peserta didik.
Pembelajaran dalam matematika menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep. Guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat
melakukan inovasi dalam mengkombinasikan model pembelajaran yang
sesuai untuk menyampaikan materi pokok bahasan sehingga tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk
mengetahui tercapainya tujuan dari sebuah proses pembelajaran maka perlu
dilakukan evaluasi atau penilaian pada akhir proses pembelajaran. Dalam
mencapai tujuan tersebut maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang
tepat dan efektif.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya. Dalam model pembelajaran ini, peranan guru
adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan
memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal
yang paling utama adalah guru menyediakan media belajar pendukung yang
dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik
dalam berpikir.
Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini

1
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta
didik dalam menanggapi berbagai masalah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah dalam pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)?
3. Apa saja tujuan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)?
4. Bagaimana karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning
5. (PBL)?
6. Bagaimana sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)?
7. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)?
8. Bagaimana assesmen dan evaluasi model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)?
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam pembelajaran
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
4. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
5. Mahasiswa dapat mengatahui model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL)
6. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
7. Mahasiswa dapat mengetahui assesmen dan evaluasi model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Pembelajaran
Matematika mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mengembangkan kemampuan berpikir manusia. Sebagai salah satu ilmu
dasar, matematika memegang peranan penting dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran
wajib yang diajarkan di satuan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas, baik itu sekolah umum maupun kejuruan.
Salah satu tujuan dengan adanya pembelajaran matematika di sekolah
yakni siswa diharapkan mampu menjadi manusia yang memiliki kemampuan
berpikir matematis. Yang dimana kemampuan berpikir matematis ini
cakupannya luas dan sangat dibutuhkan di abad 21 yang penuh dengan
tantangan perkembangan zaman.
Sayangnya di Indonesia sendiri masih banyak dijumpai permasalahan
dalam pembelajaran matematika. Masalah umum dalam pembelajaran
matematika diantaranya rendahnya peringkat kemampuan matematika di
ajang internasional yang sudah diadakan oleh PISA, rendahnya nilai
matematika pada ujian akhir dibanding mata pelajaran lainnya, banyaknya
miskonsepsi yang dialami siswa, dan rendahnya minat siswa terhadap
pembelajaran matematika.
Keterampilan-keterampilan abad 21 yang perlu dimiliki menurut US-
based Partnership for 21st Century Skills (P21) adalah “The 4Cs”-
communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Setiap proses
pembelajaran peserta didik wajib untuk lebih aktif, bukan hanya sekedar
melalukan aktifitas mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru saja.
Widodo & Lusi (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa model
pembelajaran yang tidak melibatkan peserta didik selama pembelajaran dapat
mengurangi partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran dan akan
berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.

3
Menurut Arend dalam buku yang ditulis oleh Triantoro Al-Tabany
mengatakan bahwa “It is strange that we expect student to learn yet seldom
teach then about learning, we expect student to solve problem yet seldom
teach then about problem solving” yang berarti dalam mengajar guru selalu
menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana siswa belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan
masalah, tetapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dalam model pembelajaran berbasis
pemecahan masalah dirancang untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektualnya.

2.2 Konsep Dasar Model Pembelajaran Problem Based Learning


PBL seperti yang umumnya dikenal saat ini berevolusi dari kurikulum
ilmu kesehatan inovatif yang diperkenalkan di Amerika Utara lebih dari 30
tahun yang lalu. Fakultas kedokteran di Mc Master University di Kanada
memperkenalkan proses tutorial, tidak hanya sebagai metode instruksional
tertentu, tetapi juga sebagai pusat filosofi mereka untuk menyusun seluruh
kurikulum yang mempromosikan pendidikan multi disiplin yang berpusat
pada siswa, dan pembelajaran seumur hidup dalam praktik profesional. Oleh
karena itu Barrows & Tamblyn pada tahun 1980 memperkenalkan PBL
sebagai pendekatan yang berpusat pada peserta didik instruksional (dan
kurikuler) yang memberdayakan peserta didik untuk melakukan penelitian,
mengintegrasikan teori dan praktik, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk masalah yang
ditentukan.
Barrows dan Tamblyn mendefinisikan metode baru pembelajaran
berbasis masalah sebagai pembelajaran yang dihasilkan dari proses kerja
menuju pemahaman atau penyelesaian suatu masalah. Ringkas prosesnya
sebagai berikut:

4
1. Masalah dihadapi terlebih dahulu dalam pembelajaran sebelum persiapan
atau pembelajaran terjadi.
2. Situasi masalah disajikan kepada siswa dengan cara melihat keadaan
yang sedang terjadi.
3. Parasiswa memecahkan masalah dengan cara yang memungkinkan
kemampuannya untuk menalar dan menerapkan pengetahuan untuk
ditantang dan dievaluasi, sesuai dengan tingkat pembelajarannya.
4. Area pembelajaran yang dibutuhkan diidentifikasi dalam proses bekerja
dengan masalah dan digunakan sebagai panduan untuk belajar individu.
5. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari studi diterapkan
kembali kemasalah, untuk mengevaluasi keefektifan pembelajaran dan
untuk penghijauan kembali pembelajaran.
6. Pembelajaran yang telah akurat dalam pemecahan masalah dan dalam
studi individual diringkas dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan dan
keterampilan siswa yang ada.
Torp dan Sage (2002) menggambarkan PBL sebagai fokus,
pengalamanbelajar diselenggarakan di sekitar penyelidikan dan masalah
dunia nyata. Hmelo-Silver (2004) menggambarkan PBL sebagai metode
instruksional di mana siswa belajar melalui pemecahan masalah yang
difasilitasi yang berpusat pada masalah komplek yang tidak memiliki jawaban
yang benar tunggal.
Problem based learning didasarkan oleh landasan yang kuat oleh
berbagai ahli. Dukungan teori stick yang mendasari problem based learning di
deskripsikan sebagai berikut:
1. John Dewey dan problem oriented classroom.
Pedagogik dewey mendorong agar guru melibatkan siswa dalam
berbagai kegiatan yang berorientasi masalah dan membantu mereka
untuk menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
Pembelajaran di sekolah menurut Dewey seharusnya memiliki maksud
yang jelas dan tidak abstrak serta problem centered. Filosofi dari
pemikiran Dewey menekankan bahwa yang konkret untuk dioperasikan

5
oleh siswa menjadi suatu pengetahuan yang bermakna baginya.
Keterlibatan langsung siswa dalam mengkaji berbagai informasi dan data
yang konkret menjadi katrol pelajaran menjadi jelas bagi siswa.
2. Pieget, Vigotsky dan kontruktivisme.
Pieget berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna adalah
ketika belajar dilibatkan dalam proses mendapatkan informasi dan
menginstruksikan pengetahuannya sendiri. Menurut Pieget situasi dalam
pembelajaran harus mendorong anak untuk bisa bereksperimen atau
menguji cobakan berbagai hal yang melibatkan apa yang terjadi, dapat
melontarkan pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, kemudian
merekonsiliasi apa yang ditemukannya dan membandingkan temuannya
dengan anak-anak lain. Vygotsky juga meyakini bahwa intelektual
berkembang apabila individu menghadapi pengalaman baru yang
membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi masalah yang
timbul oleh pengalaman-pengalaman yang ada. Ketika individu berusaha
untuk menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah dimilikinya dan mencoba mekonstruksikannya menjadi
pengetahuan dengan makna baru. Interaksi sosial dengan orang lain akan
membantu percepatan pongkonstruk sian pengetahuan dan ide-ide hal ini
meningkatkan intelektual anak yang berarti interaksi sosial dalam belajar
adalah faktor yang mendukung pembentukan pengetahuan baru bagi
individu. Dasar teori disini menjadi salah satu karakteristik dalam
pembelajaran berbasis masalah.
3. Brunner dan pembelajaran penemuan
Brunner yakin pentingnya siswa telibat dalam pembelajaran dan dia
meyakini bahwa pembelajaran yang terjadi sebenarnya melalui
penemuan pribadi. Menurut Brunner tujuan pendidikan tidak hanya
meningkatkan pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-
kemungkinan untuk penemuan siswa. Konsep lain dari brunner adalah
scaffolding yang didefinisikan sebagai proses seseorang siswa dibantu
merumuskan mahasiswa mampu memahami masalah tertentu melampaui

6
kapasitas perkembangannya. Pembelajaran penemuan memiliki kaitan
intelektual dengan PBI, yaitu pada kedua model ini guru menekankan
keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari
pada deduktif, dan siswa menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri.
Berdasarkan konsep-konsep tersebut, model pembelajaran berbasis
pemecahan masalah dapat digunakan oleh guru dengan pertimbangan
bahwa guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar mengingat
materi pembelajaran tetapi juga menguasai dan memahami secara penuh
permasalahan yang dipelajarinya. Dengan demikian siswa menjadi lebih
kuat pemahamannya terhadap konsep yang diajarkan dalam proses
pembelajaran. Model PBL ini dapat digunakan oleh guru untuk
mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa karena dalam
pembelajaran ini terdapat proses yang mengarahkan siswa untuk
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang dimilikinya,
mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat dugaan objektif. Ketika
guru merasa siswanya tidak memiliki kemampuan untuk belajar mandiri,
pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan.

2.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai bidang
melalui proyek-proyek yang lebih kompleks dan multidisiplin Pembelajaran
dan pekerjaan otonom: masalah tidak terstruktur yang membutuhkan
penelitian.Otonomi akan mengarah pada penelitian dan pencarian informasi,
dan dalam konteks itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan
mereka untuk membedakan informasi mana yang dapat diandalkan dan mana
yang tidak.Kerja tim: mempersiapkan siswa untuk lingkungan sosial Evaluasi
diri dan kritik diri, terhadap kepuasan diri, mencoba untuk melihat melampaui
ide-ide dan pengetahuan mereka sendiri.

7
2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
PBL adalah pendekatan yang berpusat pada peserta didik instruksional
(dan kurikuler) yang memberdayakan peserta didik untuk melakukan
penelitian, mengintegrasikan teori dan praktik, dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk masalah
yang ditentukan. Penting untuk keberhasilan pendekatan adalah pemilihan
masalah yang tidak terstruktur (sering interdisipliner) dan guru sebagai tutor
yang memandu proses pembelajaran dan melakukan pembekalan menyeluruh
pada akhir pengalaman belajar. Beberapa penulis telah menggambarkan
karakteristik dan fitur yang diperlukan untuk pendekatan PBL yang sukses
untuk instruksi. siswa didorong untuk membaca dokumen sumber, karena
kutipan singkat tidak memberikan informasi yang mendetail
PBL menggambarkan metode yang digunakan dan keterampilan khusus
yang dikembangkan, termasuk kemampuan untuk berpikir kritis,
menganalisis dan memecahkan masalah dunia nyata yang kompleks, untuk
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber belajar yang tepat,
bekerja secara kooperatif, untuk menunjukkan keterampilan komunikasi yang
efektif, dan menggunakan pengetahuan konten dan keterampilan intelektual
untuk menjadi pembelajar terus-menerus.
Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pemecahan masalah. Dalam
konteks pembelajaran matematika, PBL memiliki beberapa karakteristik
khusus yang membuatnya efektif:
1. Pemecahan Masalah sebagai Fokus Utama:
Dalam PBL, pemecahan masalah menjadi fokus utama. Siswa
diberikan masalah atau tugas yang kompleks yang harus mereka
pecahkan menggunakan pengetahuan matematika yang mereka pelajari.
Ini mendorong pemikiran kritis dan analitis.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek:
PBL sering melibatkan proyek-proyek atau tugas-tugas berbasis

8
proyek yang memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan konsep
matematika dalam konteks nyata. Mereka mungkin diminta untuk
merancang suatu model, menganalisis data, atau menyelesaikan masalah
praktis.
3. Kemandirian Siswa:
Dalam PBL, siswa diharapkan untuk menjadi lebih mandiri dalam
proses pembelajaran mereka. Mereka harus mencari informasi,
merumuskan pertanyaan, dan mencari solusi untuk masalah yang
diberikan. Ini mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan
kepercayaan diri.
4. Kolaborasi dan Diskusi:
PBL mendorong kolaborasi antara siswa. Mereka sering bekerja
dalam kelompok kecil untuk berbagi ide, diskutere masalah, dan mencari
solusi bersama. Ini memfasilitasi pembelajaran sosial dan kemampuan
berkomunikasi.
5. Pembelajaran Konstruktif:
Dalam PBL, siswa membangun pemahaman mereka sendiri tentang
konsep matematika. Mereka tidak hanya menerima pengetahuan dari
guru, tetapi mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi dan
eksperimen.
6. konteks Nyata:
Masalah yang diberikan dalam PBL seringkali diambil dari situasi
nyata atau konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu siswa
melihat relevansi matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka.
7. Guru sebagai Fasilitator:
Guru dalam PBL berperan sebagai fasilitator pembelajaran
daripada pengajar yang memberikan informasi. Mereka membimbing
siswa dalam proses pemecahan masalah, memberikan dukungan, dan
memberikan umpan balik.
8. Evaluasi Holistik:

9
Penilaian dalam PBL lebih bersifat holistik daripada tes berbasis
pilihan ganda. Siswa dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam
memecahkan masalah, berpikir kritis, berkolaborasi, dan
mengkomunikasikan solusi mereka.
Model Pembelajaran Problem-Based Learning dalam matematika
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang konsep matematika, keterampilan pemecahan masalah, dan
kemampuan berpikir kritis sambil melibatkan mereka dalam pengalaman
pembelajaran yang menarik dan relevan

2.5 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning


Jika kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks pembelajaran berbasis
pemecahan masalah, diharapkan siswa dapat menumbuhkembangkan
kemampuan kreativitas, baik secara individu maupun berkelompok karena
setiap langkah pembelajarannya menuntut adanya keaktifan siswa. Umumnya
terdapat 5 langkah utama pada model PBL. Kelima langkah tersebut dapat
diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan.
Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah.
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 – Orientasi Siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Kepada Masalah logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena
atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk
Terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 – Mengorganisasi Guru membantu siswa mendefenisikan dan
Siswa untuk belajar
Mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
Tahap 3 – Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
penyelidik individu maupun informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
berkelompok untuk mendapatkan pelajaran dan pemecahan
masalah.

10
Tahap 4 – Mengembangkan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
dan menyajikan hasil karya menyampaikan karya sesuai seperti laporan, video,
dan model dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
Tahap 5 – Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Mengevaluasi proses
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka proses-
pemecahan masalah
proses yang mereka gunakan. Berikut adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa ketika
pelaksanaan pembelajaran berbasis pemecahan
masalh

Langkah Kerja :

Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Orientasi siswa Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan


kepada masalah masalah yang akan memahami masalah yang
dipecahkan secara disampaikan guru atau yang
kelompok. Masalah yang diperoleh dari bahan bacaan yang
diangkat hendaknya disarankan.
kontekstual. Masalah bisa
ditemukan sendiri oleh
siswa melalui bahan
bacaan atau lembar
kegiatan.

Mengorganisasikan Guru memastikan setiap Siswa berdiskusi dan membagi


Siswa untuk belajar anggota memahami tugas tugas untuk mencari data/bahan-
masing-masing. bahan/alat yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.

Membimbing Guru memantau Siswa melakukan penyelidikan


penyelidik individu keterlibatan siswa dalam (mencari data/referensi/sumber)
maupun pengumpulan data/bahan untuk bahan diskusi kelompok.

11
berkelompok selama proses
penyelidikan.

Mengembangkan Guru memantau diskusi Kelompok melakukan diskusi


dan menyajikan dan membimbing untuk menghasilkan solusi
hasil karya pembuatan laporan pemecahan masalah dan
sehingga karya setiap hasilnyadipresentasikan/disajikan
kelompok siap untuk dalam bentuk karya.
dipresentasikan
Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok melakukan
Mengevaluasi
presentasi dan presentasi, kelompok yang lain
proses pemecahan
mendorong kelompok memberikan apresiasi. Kegiatan
masalah
memberikan penghargaan dilanjutkan dengan merangkum/
serta masukan kepada membuat kesimpulan sesuai
kelompok lainnya. Guru dengan masukan yang diperoleh
bersama siswa dari kelompok lainnya.
menyimpulkan materi.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa
ketika pelaksanaan pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
1. Tugas-tugas perencanaan.
a. Dalam pelaksanaan pembelajaran PBL, siswa diarahkan untuk
dapat mencapai tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peranorang, dan membantu siswa menjadi pembelajar
yang mandiri.
b. Guru merancang situasi masalah. Guru boleh memberi kesempatan
kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki karena
dengan cara ini akan membantu siswa dalam meningkatkan
motivasi. Guru harus tetap memantau masalah apa yang dipilih
oleh siswa, dan tetap memantau situasi kerjasama antar siswa dan
pelajaran tetap bermakna bagi siswa.

12
2. Tugas interaktif.
a. Orientasi siswa pada masalah, perlu di garis bawahi bahwa dalam
pembelajaran pada berbasis masalah tidak untuk memperoleh
informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi
pembelajar yang mandiri
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini
dapat mengembangkan keterampilan kerjasama antara siswa.
Dalam hal ini guru bertugas untuk mengorganisasikan siswa dalam
kelompok belajar kooperatif .
c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Guru membantu
siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan
membantu untuk memilih jenis informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah. Guru mengajarkan siswa untuk
menggunakan metode sesuai dan juga mengajarkan bagaimana
etika yang benar dalam suatu penyelidikan. Selain itu guru
berperan untuk mendorong siswa dalam pertukaran ide gagasan.
Terakhir pembelajaran berbasis pemecahan masalah akan
menciptakan (laporan).
d. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah merupakan
tahapan akhir, dimana guru membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based


Learning
Berikut beberapa Kelebihan yang didapatkan ketika menerapkan model
pembelajaran PBL:
1. Siswa yang diajar melalui PBL menjadi mandiri untuk belajar dengan
rasa ingin mengetahui dan mempelajari kemampuan untuk merumuskan
kebutuhan mereka sebagai siswa dan kemampuan untuk memilih dan
menggunakan sumber daya terbaik yang tersedia untuk memenuhi

13
kebutuhan ini. Keterampilan ini menjadi kebiasaan yang baik dimasa
yang akan datang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memfasilitasi siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri
3. Peningkatan motivasi siswa untuk belajar dengan memfokuskan
pembelajaran pada permasalahan yang nyata.
Sayangnya tidak ada satu strategi pendidikan yang sempurna untuk
semua situasi pendidikan dan PBL memiliki beberapa kelemahan yang
signifikan, anatara lain:
1. Guru dituntut untuk memfasilitasi pembelajaran daripada secara langsung
memberikan pengetahuan mereka. Ini mungkin dianggap tidak efisien
dan mungkin menurunkan motivasi guru
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui PBL kurang terorganisir daripada
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran tradisional.
3. Guru akan kesulitan untuk menjadi fasilitator jika sebelumnya lebih
sering mengajar tradisional.
4. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk sepenuhnya terlibat dalam PBL
yang singkat.
2.7 Asesmen dan Evaluasi pada Model Pembelajaran Problem Based
Learning
Asesmen dalam PBL dapat mengukur pemahaman, menilai peran dan
situasi orang dewasa, menilai potensi belajar dan menilai usaha kelompok.
PBL adalah metode instruksional yang melibatkan berbagai jenis kesempatan
belajar aktif. Maka asesmen dalam model PBL tidak hanya berupa tes
kognitif (paper and pencil) saja. Karena siswa secara aktif terlibat dalam
pembelajaran di kelas dan menunjukkan kemajuan mereka saat mereka
menguasai konten, atau keterampilan pemecahan masalah, metode ini
memberikan banyak peluang untuk penilaian autentik dan embedded yang
tidak mengambil waktu dari instruksi.
Asesmen performance/kinerja bisa digunakan untuk mengukur potensi
siswa untuk mengatasi masalah maupun mengukur kerja kelompok. Asesmen

14
kinerja dapat berupa assessment dalam merumuskan pertanyaan, assessment
merumuskan suatu hipotesis, serta dapat memberikan peluang pada siswa
untuk mengevaluasi dan merefleksi pemahaman/kemampuannya sendiri
melalui rubrik penilaian. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki peluang untuk
dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya. Penggunaan asesmen
autentik tersebut mampu menstimulasi peserta didik untuk melakukan
aktivitas berpikir kritis melalui rumusan masalah sampai kesimpulan dan
teknik mengkomunikasikannya.
Assessment dan evaluasi model pembelajaran Problem-Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat di pertimbangkan:
1. Penilaian Formatif: Gunakan penilaian formatif selama proses
pembelajaran PBL. Ini mencakup pengamatan kinerja siswa, kuis
pendek, atau diskusi kelompok kecil untuk memahami pemahaman
mereka tentang materi matematika yang sedang dipelajari.
2. Portofolio Siswa: Minta siswa untuk menyusun portofolio yang berisi
solusi masalah matematika yang mereka selesaikan selama pembelajaran
PBL. Ini memungkinkan mereka untuk merefleksikan perkembangan
mereka sepanjang waktu.
3. Ujian atau Tes: Selain penilaian formatif, Anda dapat memberikan tes
atau ujian akhir yang mencakup konsep matematika yang diajarkan
dalam konteks PBL. Ini dapat membantu mengukur pemahaman mereka
secara menyeluruh.
4. Peer Assessment: Libatkan siswa dalam penilaian sesama dengan
memberikan mereka panduan atau rubrik untuk menilai proyek atau
presentasi yang dilakukan oleh teman sekelas. Hal ini dapat
mengembangkan keterampilan evaluasi dan berkolaborasi mereka.
5. Self-Assessment: Dorong siswa untuk melakukan penilaian diri sendiri
terhadap kemajuan mereka selama pembelajaran PBL. Mereka dapat
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan
rencana perbaikan.

15
6. Evaluasi Kelompok: Evaluasi kinerja kelompok dalam menyelesaikan
proyek PBL. Ini dapat membantu mengidentifikasi kontribusi individu
dalam kelompok dan sejauh mana mereka berpartisipasi.
7. Kriteria: Tetapkan kriteria kinerja yang jelas sebelum memulai
pembelajaran PBL sehingga siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka
dalam hal pemahaman matematika dan kemampuan pemecahan masalah.
8. Umpan Balik Guru: Berikan umpan balik reguler kepada siswa sepanjang
proses PBL. Ini dapat membantu mereka memahami area yang perlu
ditingkatkan.
9. Evaluasi Hasil Akhir: Akhirnya, evaluasi hasil akhir proyek atau
presentasi PBL siswa untuk mengukur pemahaman mereka tentang
matematika dan kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan
tersebut dalam konteks dunia nyata.
Penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung
PBL dan menyesuaikan metode evaluasi dengan tujuan pembelajaran
matematika Anda. Rubrik penilaian yang jelas akan membantu siswa
memahami harapan dan meningkatkan kualitas pembelajaran mereka.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah suatu metode
pembelajaran yang berlandaskan pada prinsip pemanfaatan permasalahan-
permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses mendapatkan dan
mengintegrasikan suatu pengetahuan baru. Pembelajaran berbasis masalah
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:
mentransfer konsep dan permasalahan baru, integrasi konsep,
ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar.
Karakteristik-karakteristik yang melekat dalam model pembelajaran
berbasis masalah yaitu: i) Belajar inkuiri (merumuskan pertanyaan
investigatif) dan keterampilan melakukan pemecahan masalah dimana
menstimulasi mahasiswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(higher-order thinking skill) memancing stimulasi mental seperti; induksi,
deduksi, klasifikasi, dan reasoning; ii) Peran perilaku dewasa (adult role
behaviors); dan iii) Keterampilan belajar mandiri (skills for independent
learning).
Asesmen (penilaian) mempertimbangkan pembelajaran dalam tipologi
Bloom. Dimensi Pengetahuan (knowledge) dibedakan atas empat kelompok,
yaitu pengetahuan fakta (factual knowledge), pengetahuan konsep
(conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge),
dan pengetahuan meta-kognitif (meta cognitive knowledge), sedangkan dari
segi Dimensi Proses Kognitif dapat pula dibedakan menjadi: mengingat
(remember), memahami/mengerti (understand), menggunakan/aplikasi
(apply), Analisa (analyze), menilai (evaluate), kreatif (creative).

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabany, T. I. B. (2017). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual: Konsep Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum 2012 (Kurikulum Tematik Integratif/ KTI). Kencana.
Blumberg, P. (2021). Assessing Students During the Problem-Based Learning
(PBL) Process. International Associated of Medical Science Education.
15(2).

Boud, D., & Feletti, G. I. (1997). The Challenge of Problem Based Learning 2nd
Edition. Biddles LTD.
Darmawan, E.., Yusnaeni., Ismirawati, n., & Ristanto, R. H. (2021). Strategi
Belajar Mengajar Biologi. Pustaka Rumah Cinta.

Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students


learn. Educational Psychology Review. 16(3).
Lismiya, L. (2019). Berpikir Kritis & PBL (Problem Based Learning). Media
Sahabat Cendekia.
P21. (2011). Framework for 21st Century Learning. Washington DC,
Partnership for 21st Century Skills.
Savery, J. R. (2006). Overview of Problem Based Learning: Definition and
Distinction. Interdisciplinary Journal of Promlem Based Learning, 1(1),
9- 20.
Setiawati, I., Nurlaelah, I., & Handayani. (2017). Penerapan Asesmen Autentik
Dalam Model PBL untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Peserta
Didik. Seminar Nasional Pendidikan, 18–26.
Torp, L., & Sage, S. (2002). Problems as Possibilities: Problem-Based
Learning for K-16 Education (2nd ed.). Association for Supervision and
Curriculum Development.
Widodo & Lusi W. (2013). Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
dengan metode problem based learning pada siswa kelas VIIA Mts
Negeri Donomulyo Kulon Progo tahun pelajaran 2012/2013. Jurnal
Fisika Indonesia. 13(49): 32-35.

18

Anda mungkin juga menyukai