DISUSUN OLEH :
Muhammad Subhan 17290402
M. Zukfikar ilham 172904100
M.syukron kurniawan 172904100)
Nur Amal jaya 1729042
Firdaus 1929044003
Nur Asima 1729042090)
Rahmi sahara 1629040028
Handayani anwar 1629040037
Nurul magfirah 1629040033
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan setiap
individu.Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan untuk kepentingan
masa depannya. Dalam penyelenggaraannya, di sekolah pasti melibatkan
pendidik dan peserta didik yang diterapkan dengan adanya interaksi belajar
mengajar sebagai proses pembelajaran.Dalam dunia pendidikan guru dituntut
merencanakan pembelajaran yang sistematis.
Namun, pada kenyataannya proses pembelajaran masih menerapkan
sistem pembelajaran dimana guru menjadi penceramah dalam penyampaian
materi. Sehingga sistem belajar yang seperti itu belum bisa mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didiknya. Dan seringkali kegiatan belajar hanya
sekedar transfer ilmu dan latihan soal. Peserta didikpun dibebani dengan hafalan
materi yang didapatkannya dan menjadi siswa yang pasif.
Oleh karena itu, guru perlu mengubah sistem pembelajaran dimana siswa
menjadi pusat dalam kegiatan belajar dan guru hanya memfasilitasi dan
membimbing kegiatan belajar. Sistem yang harus digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut salah satunya adalah metode pembelajaran “Problem Based
Learning” yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran “Problem Based
Learning” ?
2. Bagaimana karakteristik metode pembelajaran “Problem Based Learning”?
3. Bagaimana perencanaan pembelajaran “Problem Based Learning”?
4. Bagaimana pelaksanaan menurut metode pembelajaran “Problem Based
Learning”?
4
5. Apa saja syarat yang diperlukan agar metode pembelajaran “Problem
Based Learning”?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran “Problem
Based Learning”?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui pengertian dari metode pembelajaran “Problem Based
Learning”
2. Mengetahui karakteristik metode pembelajaran “Problem Based Learning”
3. Mengetahui cara perencanaan pembelajaran “Problem Based Learning”
4. Mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran dengan metode “Problem Based
Learning”
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran “Problem
Based Learning”
5
BAB II
PROBLEM BASED LEARNING
A. Pengertian
Problem Based Learning atau PBL atau pembelajaran berbasis masalah
adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa dan guru untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama.Siswa mempelajari materi tersebut dan harus
terampil mengatasi masalah yang terlibat di berbagai situasi seperti di kehidupan
nyata, sedangkan guru perannya adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan mendukung pembelajaran siswa.
Problem Based Learning merupakan salah satu cara yang harus banyak
digunakan dalam pembelajaran karena metode pemecahan masalah merupakan
metode mengajar yang banyakmengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Metode pemecahan masalah sering juga digunakan dalam implementasi
pembelajaran terpadu maupun kontekstual karena pebelajaran ini dikembangkan
secara integritas antara kemampuan siswa dengan topik bahasan maupun
lingkungan.
Ada pula beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai
metode pembelajaran “Problem Based Learning”, diantaranya :
1. Jonassen
Mendesain model lingkungan belajar konstruktivistik yang memuat
komponen esensial yang meliputi pertanyaan kasus, masalah, atau proyek,
kasus-kasus yang saling berkaitan satu sama lain, sumber-sumber informasi
kognitif tools, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi,
dukungan kontekstual atau social.
2. Duch
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
6
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,
1995)
3. Finkle dan Torp (1995)
PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang
mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta
didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang
tidak terstruktur dengan baik.
4. Menurut Barbara J. Duch (1996),
Problem Based Learning (PBL) adalah satu model yang ditandai dengan
penggunaan masalah yang ada di dunia nyata untuk melatih siswa berfikir
kritis dan terampil memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan
tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari (Wijayanto, 2009:15).
5. Menurut Suyatno (2009)
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang
berbasis pada masalah, dimana masalah tersebut digunakan sebagai stimulus
yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk
merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat
student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk
mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan.
6. Menurut Arend
PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan
pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi
dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya
(Trianto, 2007).
7. Menurut Sanjaya (2006: 214)
Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
7
ilmiah. Hakekat permasalahan yang diangkat dalam Problem Based Learning
adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan situasi yang
diharapkan, atau antara yang terjadi dengan harapan.
B. Karakteristik PBM
1. Dimulai dengan satu masalah
Dalam metode pembelajaran “Problem Based Learning” suatu permasalahan
adalah unsur utama dalam kegiatan belajar.Permasalahan diberikan oleh
guru atau dari pengalaman siswa.
2. Masalah berhubungan dengan dunia nyata
Masalah yang diberikan harus masalah yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan nyata.
3. Tujuan pembelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu.
Jadi tujuan pembelajaran dibatasi sesuai masalah yang diajukan tidak utuh
sesuai materi pembelajaran seharusnya.
4. Memberikan tanggung jawab untuk membentuk dan menjalankan proses
belajar mereka.
Proses belajar diserahkan kepada siswa untuk berkelompok dan berdiskusi
untuk menyelesaikan permasalahan, sedangkan guru hanya mendampingi
dan membantu untuk menjelaskan setelah siswa memaparkan hasil
diskusinya
5. Pembahasan masalah dilakukan dalam diskusi kelompok
Pembahasan masalah dilakukan berkelompok supaya anak bisa bertukar
pikiran dan aktif mengemukakan pendapat serta pengetahuannya yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut.
6. Memaparkan masalah tersebut dalam bentuk hasil yang telah didiskusikan
sebelumnya.
8
Setelah berdiskusi dengan kelompok dan mencari informasi tambahan dari
berbagai referensi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut, siswa
memaparkan hasil diskusi yaitu solusi untuk permasalahan yang diberikan.
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan
sikap ilmiah.
Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL):
a. Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah.
Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak berbeda dari proses-proses
yang digunakan untuk berpikir tentang situasi-situasi dunia nyata. Resnick
menekankan pentingnya konteks dan keterkaitan pada saat berpikir tentang
berpikir yaitu meskipun proses berpikir memiliki beberapa kasamaan antara
situasi, proses itu bervariasi tergantung dengan apa yang dipikirkan
seseorang dalam memecahkan masalah.
b. Belajar peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa
berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran
penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan
bahwa bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani kerjasama
dalam menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang
mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat
memahami peran di luar sekolah.
9
c. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara mendorong
dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi
penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan,
dengan mendorong siswa mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata
yang dirumuskan oleh siswa sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar
menangani tugas-tugas pencarian solusi itu secara mandiri dalam hidupnya
kelak.
10
c. Masalah itu seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya. Dalam permasalahan tersebut harus
terdapat ilmu yang dapat dipelajari siswa secara tidak langsung dan
permasalahan tidak jauh dari kehidupan nyata peserta didik.
d. Masalah itu seharusnya cukup luas.
Hal ini memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan
instruksionalnya, tetapi tetap dalam batasan-batasan yang fisibel bagi
pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber
daya.
e. Masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok
bukan justru dihalanginya.
3. Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistic.
Dalam hal ini guru sebagai penanggungjawab meyediakan bahan-bahan
dan sumber daya lainnya yang akan digunakan oleh peserta didik.
E. Pelaksanaan PBL
1. Guru
Fase Perilaku guru
1. Memberikan orientasi
- Guru membahas tujuan pembelajaran,
tentang permasalahannya mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistic
kepada siswa penting dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah.
2. Mengorgasisasikan siswa
- Guru membantu siswa untuk
untuk meneliti mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-
tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya.
11
3. Membantu investigasi
- Guru mendorong siswa untuk
mandiri dan kelompok mendapatkkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen dan dan mencari
penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan
- Guru membantu siswa dalam
mempresentasikan artefak merencanakan dan menyiapkkan artefak-
dan exhibit. artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman
video, dan membantu mereka untuk
menyampaikan kepada orang lain.
5. Menganalisis dan
- Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses refleksi terhadap investigasinya dan proses-
mengatasi masalah proses yang digunakan.
2. Peserta Didik
a. Guru memberikan sebuah permasalahan kepada siswa.
b. Kemudian siswa berdiskusi dalam sebuah kelompok untuk
mengidentifikasikan masalah tersebut dengan beberapa cara :
1) Mengklasifikasi masalah
2) Membuat kerangka masalah
3) Bertukar pikiran dengan sesama anggota
4) Menyusun hipotesis dari masalah tersebut
c. Mengkaji dan mencari data seputar permasalahn tersebut dengan berbagai
media seperti buku, internet, surat kabar, dan lain-lain
12
d. Kemudian mendiskusikan kembali hasil yang telah didapat dari hasil
pengkajian dan pencarian data sebelumnya dan membandingkan hasilnya
dengan hipotesis yang ada.
e. Mengemukakan solusi yang didapat dari diskusi.
f. Kemudian hasil yang didapat dievaluasi bersama guru sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal.
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,yaitu: (1) agar peserta
didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
13
permasalahan yang telah didiskusikan dikelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah
relevan dan dapat dipahami.
e. Penilaian (Assessment)
14
Mampu mengelola kelas.
Mampu menciptakan kondisi pembelajaran pemecahan masalah
secara efektif.
Mampu memberikan penilaian secara proses.
2. Peserta Didik
Memiliki motivasi , perhatian, dan minat belajar melalui pemecahan
masalah.
Memeliki kemampuan pelaksanaan pemecahan masalah.
Memiliki sikap yang tekun, teliti, dan kerja keras.
Mampu menulis, membaca, dan menyimak dengan baik.
15
f. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu
yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata.
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
2. Kekurangan
a. Tidak semua sekolah dapat melaksanakan sistem pembelajaran berbasis
masalah karena menyebabkan kelas menjadi tidak kondusif.
b. Pelaksanaan PBL butuh waktu yang lama sehingga dianggap kurang
efisien
c. Siswa tidak mendapat pengetahuan dasar secara utuh.
d. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa
enggan untuk mencoba.
e. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
f. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Problem Based Learning adalah sistem pembelajaran yang
menggunakan suatu permasalahan sebagai sumber pembelajaran. Dengan
sistem ini siswa belajar untuk memecahkan suatu masalah dengan
pengetahuan yang dia miliki dan siswa juga akan berusaha mengingat kembali
pengetahuan yang pernah dia dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam PBL siswa dituntut untuk berpikir secara luas dan cerdas agar
mendapatkan solusi untuk permasalahan yang diajukan oleh guru.Siswa juga
dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.Dengan sistem PBL ini
maka kegiatan belajar akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa akan lebih
memahami dan mengerti bahwa ilmu yang mereka dapat bisa mereka
aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Walaupun sistem PBL mempunyai kekurangan seperti membuat kelas
terkadang tidak kondusif, butuh waktu lama, dan siswa menjadi kurang
mendapat pengetahuan dasar secara utuh tetapi sistem ini cukup baik karena
dapat mengembangkan potensi siswa dan mengembangkan kecerdasan
intelektual siswa.
17
DAFTAR PUSTAKA
18