MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 2/ Offering A
Aisyah Prastiwi P. 190341621616
Laila Dhiya Ulhaq 190341621607
Riski Maelinda Hasanah 190341621622
Risma Anisa 190341621601
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini membahas mengenai “ Topik- topik pembelajaran inovatif: Problem
Based Learning dan Project Based Learning ”.
Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Dr.
Ibrohim, M.Si., sebagai dosen matakuliah Strategi Pembelajaran Biologi yang telah
membimbing penulis dalam proses penyelesaian makalah dan kepada semua pihak
yang telah mendukung dan memberikan arahan serta masukkan kepada penulis
dalam penyelesaian makalah ini meskipun dalam kondisi Indonesia dan dunia
menghadapi COVID-19.
Oleh karena itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, khususnya Siswa S1 pendidkan Biologi 2019.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penunjang pemahaman siswa dalam
melaksanakan perkuliahan Strategi Pembelajaran Biologi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Learning)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik, tujuan, prinsip, sintaks serta
keunggulan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning).
2. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik, tujuan, prinsip, sintaks serta
keunggulan dan kelemahan model pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning).
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
metakognisi. Proses kognitif selalu mempengaruhi penggunaan pengetahuan,
faktor-faktor sosial, dan kontekstual dalam pembelajaran. Ada empat prinsip
penting dalam pembelajaran PBL, yaitu :
1. Pembelajaran merupakan suatu proses konstruktif. (Learning should be
a constructive process)
Pembelajaran merupakan suatu proses di mana siswa secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri. Siswa tidak lagi secara pasif
mendapatkan pengetahuan tentang fakta-fakta melalui perkuliahan satu
arah oleh dosen (one-way lecture), mereka diharapkan dapat
memahami tentang suat teori berdasarkan pengalaman mereka sendiri
dan juga interaksi dengan lingkungan sekitar.
2. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dimotori oleh keinginan
dari dalam diri sendiri (Learning should be a self directed process)
Dalam proses pembelajaran, siswa memiliki tanggung jawab mulai dari
perencanaan, monitoring, dan evaluasi proses belajar mereka sendiri.
Siswa harus dapat menentukan tujuan belajar mereka, kemudian
mencari cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan belajar
tersebut termasuk didalamnya strategi belajar yang harus diterapkan,
sumber pembelajaran yang bisa digunakan, apa saja kemungkinan
kelemahan yang dapat menghambat keberhasilannya dalam mencapai
tujuan belajar. Dalam hal monitoring, siswa harus mampu
mengevaluasi pencapaian apa saja yang sudah ia dapatkan, tindakan apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kekurangannya.
Hal ini antara lain dapat dilakukan siswa dengan melatih diri melakukan
proses refleksi terhadap proses belajar dan pencapaian yang sudah
didapat.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses kolaborasi (learning should be a
collaborative process)
Dalam diskusi tutorial, mahasiswa didorong untuk berinteraksi satu
sama lain, melalui interaksi dengan sesama anggota kelompok,
mahasiswa akan mampu membentuk suatu pemahaman baru tentang
suatu permasalahan.
7
4. Pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan kontekstual (Learning
should be a contextual process)
Proses pembelajaran dengan sistem PBL akan memfasilitasi mahasiswa
untuk dapat belajar dengan permasalahan yang bersifat nyata, masalah
yang nantinya akan sering mereka jumpai pada saat pendidikan klinik
dan pada saat mereka menjadi dokter.
8
6. Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Namun, guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas dan
mendorong siswanya agar mencapai tujuan yang hendak dicapai (Saleh,
2013).
7. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman
siswa dan proses belajar.
Permasalahan merupakan komponen penting dari PBL. Namun,
masalah yang disajikan dalam pembelajaran haruslah memiliki konteks
dengan kehidupan nyata, relevan dengan materi pembelajaran, dapat dipejari
siswa melalui pemecahan masalah dan dapat menantang kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Model PBL memiliki karakter kerjasama, siswa saling
berkolaborasi dan berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil, berperan aktif
dalam proses belajar dan bersama-sama dalam memutuskan rumusan
masalah, hipotesis serta menindaklanjuti untuk mencari kebenaran dari
hipotesis yang mereka buat, kemudian disajikan. Disamping itu, PBL melatih
kemampuan siswa bagaimana pencarian solusi dari yang mereka hadapi, tidak
hanya satu solusi saja melainkan berbagai macam solusi yang nantinya
menjadikan cara berpikir mereka lebih terbuka (Tabany, 2015)
9
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai dengan tugas yang diberikan seperti laporan, video, model
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
6. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikannya dan proses yang mereka gunakan.
10
Sedangkan kelemahan dari PBL menurut Sanjaya (2009) antara lain:
1. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran. Model
pembelajaran ini lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut
kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
2. Waktu yang diperlukan untuk implementasi PBL lebih banyak.
Waktu yang diperlukan oleh guru maupun siswa untuk
mengimplementasikan Problem Based Learning (PBL) tidak sama dengan
waktu yang diperlukan dalam pembelajaran tradisional, bahkan cenderung
lebih banyak. Waktu yang lebih lama diperlukan pada saat awal siswa
terlibat dalam Problem Based Learning (PBL), sebagai suatu proses
pembelajaran yang kebanyakan belum pernah mereka alami.
3. Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai
dengan tingkat berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
tingkat kemampuan berpikir pada para siswa.
4. Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang
semula belajar mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang
disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis,
menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.
11
Gambar 1 Contoh LKS PBL
Sumber: Putri (2011)
12
pelajaran dalam melakukan investigasi dan memahaminya (Nurfitriyanti,
2016).
13
Proyek merupakan sesuatu yang nyata. PjBL harus dapat memberikan
perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata
yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan
solusinya dapat di implementasikan di lapangan.
14
menurut Rais (2010) adalah sebagai berikut:
1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the
big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan yang dapat memberi
penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas, dengan
mengambil topik yang sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
2) Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta
didik. Peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas
yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan
mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat membantu dalam
pnyelesaian proyek.
3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek, dengan cara:
Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
Membuat deadline penyelesaian proyak,
Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
Membimbing peserta didik apabila melenceng dari tujuan
proyek, dan
Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara
4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of
the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses yaitu, guru
berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan
kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok.
15
Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan
tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik mengenai tingkat
pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu
guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian
produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan
produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
6) Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilakukan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada
tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
16
mereka. Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi
siswa.
3. Meningkatkan kolaborasi (Increased collaborative).
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan berkomunikasi.
4. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber
(Improved library research skills).
PjBL mensyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh
informasi melalui sumber-sumber informasi, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan
informasi.
5. Meningkatkan pengalaman dan keterampilan manajemen sumber daya
(Increased resource-management skills).
Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek,
mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti alat dan
bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja dalam kelompok,
mereka belajar untuk mempelajari keterampilan merencanakan,
mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang tugas
yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk setiap
tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.
6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai
kondisi dunia nyata
7. Meningkatkan kemampuan berpikir.
Laporan PjBL tidak hanya berdasar informasi yang dibaca saja, tetapi
melibatkan siswa untuk belajar mengembangkan masalah, mencari
jawaban dengan mengumpulkan informasi, berkolaborasi dan
menerapkan pengetahuan yang dipahami untuk menyelesaikan
permasalahan dunia nyata.
8. Membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan.
17
yaitu (Sudrajat & Hernawati 2020):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
18
Gambar 2. Contoh LKS PjBL
Sumber: Pratama, 2020
19
BAB III
PENUTUP
3.3.1 Kesimpulan
1. PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Ada empat prinsip penting
dalam pembelajaran PBL, yaitu pembelajaran merupakan suatu proses
konstruktif. (Learning should be a constructive process), pembelajaran
merupakan suatu proses yang dimotori oleh keinginan dari dalam diri
sendiri (Learning should be a self directed process), pembelajaran
merupakan suatu proses kolaborasi (learning should be a collaborative
process), pembelajaran merupakan sesuatu yang diberikan kontekstual
(Learning should be a contextual process). Karakteristik Problem Based
Learning (PBL) diataranya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus
pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan
produk/ karya dan memamerkannya, kolaborasi, perorientasi pada
pengembangan belajar mandiri, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan model Problem Based
Learning (PBL) yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa
untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelebihan model PBL antara
lain melatih siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, memecahkan
masalah, dan membangun pengetahuannya sendiri, pembelajaran lebih
bermakna, membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara
berfikir, melatih siswa terbiasa belajar melalui berbagai sumber-sumber
pengetahuan, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
disukai siswa, mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri.
Sedangkan kelemahan dari model PBL menurut yaitu PBL tidak dapat
diterapkan untuk setiap materi pelajaran, waktu yang diperlukan untuk
20
implementasi PBL lebih banyak, guru kesulitan dalam menemukan
permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
2. Model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan pembelajaran
yang berpusat pada proses, relative berjangka waktu, berfokus pada
masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep- konsep
dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan.
PjBL melibatkan siswa dalam merancang, membuat dan menampilkan
produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata. Ada lima prinsip
penting dalam pembelajaran PjBL, yaitu sentralistis (centrality);
pertanyaan penuntun (driving question); investigasi konstruktif
(constructive investigation); otonomi (autonomy); dan realistis (realism).
Karakteristik Project Based Learning (PjBL) diataranya siswa mengambil
keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah ditemukan sebelumnya,
siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak
memiliki seuatu jawaban yang pasti, siswa ikut merancang proses yang
akan ditempuh dalam mencari solusi, siswa didorong untuk berpikir kritis,
memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam
bentuk komunikasi, siswa bertanggung jawab mencari dan mengolah
sendiri informasi yang mereka kumpulkan, dan lain-lain. Adapun langkah-
langkah dalam PjBL yaitu, membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan
menantang (start with the big question), merencanakan proyek (design a
plan for the project), menyusun jadwal aktivitas (create a schedule),
mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project), penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome),
evaluasi (evaluate the experience). Adapun keunggulan PjBL yaitu,
meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi,
keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber, pengalaman dan
keterampilan manajemen sumber daya, kemampuan berpikir, membuat
suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Sedangkan kelemahan PjBL
yaitu, memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan biaya
dan peralatan yang harus disediakan, banyak instruktur yang merasa
nyaman sebagai pemegang peran utama di kelas, peserta didik yang
21
memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan, ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif
dalam kerja kelompok, dan ketika topik yang diberikan kepada setiap
kelompok berbeda dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.
3.3.2 Saran
Model Problem Based Learning (PBL) dan model Project Based
Learning (PjBL) merupakan contoh model pembelajaran andalan pada
Kurikulum K13. Adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan pembaca terutama bagi calon pendidik. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang
membangun agar penulis dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada makalah ini. Penulis berharap pembuat makalah selanjutnya dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi.
22
DAFTAR RUJUKAN
Adriadi, A., & Tarihoran, N. 2016. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Dan Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar PAI di SMP Negeri I Ciruas –
Serang. Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman, 3(2), 15-38. Dari
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/96.
Arend, R.I. 2014. Learning to Teach Tenth Edition. New York: McGraw Hill
Company.
Division of Teaching and Learning Office of Curriculum, Standards, and academic
Engagement. 2009. Project-Based Learning: Inspiring Middle School
Students to Engage in Deep and Active Learning. New York.
http://blog.ncue.edu.tw/sys/lib/read_attach.php?id=11950 diakses 22
September 2021
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kristanti, Y. D., & Subiki, S. 2017. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning Model) Pada Pembelajaran Fisika Disma. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 5(2), 122-128. (Online) (jurnal.unej.ac.id), diakses
pada 22 September 2021.
Lidinillah, D.A.M. 2013. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(1), 1-15. Dari
https://jurnal.uns.ac.id/pdg/article/view/5384.
Nurfitriyanti, M. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 6(2). (Online)
(https://media.neliti.com/media/publications/234872-model-pembelajaran-
project-based-learnin-e19d71b3.pdf), diakses pada 22 September 2021.
Putri, A.T. 2011. Contoh LKS PBL Biologi Kelas 10, (Online),
(https://pdfcoffee.com/contoh-lks-pbl-biologi-kelas-10-pdf-free.html),
diakses 22 September 2021.
Rais, M. 2010. Model Project Based Learning sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 43 (3): 246-
23
252.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saleh, M. 2013. Strategi Pembelajaran Fiqh dengan Problem-Based Learning.
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 16(1), 190-220. Dari https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/497/415.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Suciani, T., Lasmanawati, E., & Rahmawati, Y. 2018. Pemahaman model
pembelajaran sebagai kesiapan praktik pengalaman lapangan (ppl) siswa
program studi pendidikan tata boga. Media Pendidikan, Gizi, Dan
Kuliner, 7(1).(Online)
(https://ejournal.upi.edu/index.php/Boga/article/viewFile/11599/6971),
diakses pada 22 September 2021.
Sudrajat, A dan Hernawati, E. 2020. Modul Model-model Pembelajaran.
PUSDIKLAT Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian
Agama RI.
Tabany, A., Badar, Ibnu, & Trianto. 2015. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif, Progresif dan Kontekstual (Konsep, Landasan dan
Implementasinya pada Kurikulum 2013 – Kurikulum Tematik
Integratif/KTI). Jakarta: Prenada Media Group.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada.
Wena, M. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wulandari, B. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap Hasil Belajar
Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi,
3(2), 178-191. DOI:10.21831/jpv.v3i2.1600.
24