Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Model
Pembelajaran Inofatif pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Kelompok 6
NAMA NIM
Umi Kalsum 190141641
Desi Dian Safitri 190141652
Rida Fitria 190141671
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 3
A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek ............................. 3
B. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Proyek ................................. 4
C. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Proyek ...................... 5
D. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Proyek .................................. 5
E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek . . 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 8
A. Simpulan............................................................................................. 8
B. Saran................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling kompleks dibandingkan dengan
makluk lainnya. Berbeda dengan binatang dan tumbuhan yang hanya
bergantung pada aspek biologisnya semata. Manusia merupakan makluk yang
memiliki akal dan budi yang telah diberikan Tuhan kepadanya agar bisa
menentukan sendiri arah hidupnya seesuai dengan apa yang ia inginkan.
Salah satu keistimewaan manusia yaitu memiliki potensi. Namun, proses
pengembangan potensi memang tak mudah seperti membalikkan telapak
tangan. Manusia dengan segenap keunikannya harus difasilitasi sebuah wadah
yang mampu menggodok potensinya agar berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, upaya untuk menanggapi hal tersebut peran pendidikan
sangatlah penting, khususnya dalam merumuskan sejumlah rancangan khusus
yang mampu mengemabangkan masyarakat menjadi manusia dewasa.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan potensi
peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang dicita-citakan, yang
dilakukan secara sadar dan terencana (Nuryadi & Rahmawati, 2018). Dengan
kata lain, harapan bagi pendidikan tidak lagi dipandang sebagai wadah bagi
pengembangan potensi semata, melainkan berguna juga untuk kepentingan
masyarakat dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin progresif.
Namun, seiring dengan implementasi kurikulum 2013 pembelajaran
dikelas mulai mengalami sejumlah pergeseran. Saat ini guru bukan lagi
sebagai pusat proses pembelajaran tetapi guru merupakan fasilitator yang
mendorong peserta didik untuk mencapai komptenesi inti dan kompetensi
pendukung dalam sejumlah subtema pembelajaran. Sedangkan, pusat proses
pembelajaran terletak pada peserta didik itu sendiri. Kurikulum 2013
mendorong peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman
serta melatih keterampilan atas informasi yang diperoleh dari berbagai
penemuan atau eksperimen yang peserta didik buat. Salah satu model
1
pembelajaran inovatif yang dapat dimanfatkan dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis proyek (project based
learning). Model pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat
besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat
bagi peserta didik (Trianto, 2011)
Model Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu pendekatan
saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya (Umar, 2018).
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan agar
peserta didik memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah.
Melalui pendekatan saintifik, maka pesera didik didorong untuk tidak hanya
mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge), tetapi dapat memiliki sikap dan
perilaku yang merupakan modal untuk dapat berkembang dimasa yang akan
datang. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek, maka dapat
melatih nalar peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
pembelajaran yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81 A tahun 2013 Lampiran IV
mengenai proses pembelajaran, harus memuat 5M, yaitu mengamati;
menanya; mengumpulkan informasi; mengasosiasi; dan mengkomunikasikan.
Sejalan dengan hal tersebut maka untuk mencoba melihat dimensi kajian
pembelajaran dengan pendekatan model Project Based Learning sebagai
salah satu alternatif untuk menjawab permasalahan dalam pendidikan di
Indonesia.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran berbasis proyek
adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik dengan
pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang nyata
dan relevan bagi kehidupan peserta didik.
4
C. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagi model pembelajaran yang mengutamakan kegiatan siswa secara
nyata, PjBL harus memiliki prinsip-prinsip dasar yang pokok yang ditujukan
kepada siswa. Prinsip PjBL menurut Thomas (dalam Wena, 2014),
diantaranya yaitu:
1. Terpusat (centrality)
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran terpusat
pada peserta didik sehingga guru harus terampil menjadi fasilitator.
2. Dikendalikan Pertanyaan (driving question)
Difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta
didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan
ilmu pengetahuan yang sesuai.
3. Investigasi Konstruktif (constructive investigations)
Proyek harus disesuaikan dengan kemapuan peserta didik dan proyek
yang dijalankan harus memberikan keterampilan dan pengetahuan baru
bagi pesera didik.
4. Otonomi (autonomy)
Aktivitas peserta didik sangat penting karena peserta didik sebagai
pemberi keputusan dan berperan sebagai pencari solusi (problem solver).
5. Realistis//nyata (realism)
Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan
situasi yang sebenarnya pada dunia nyata. Aktivitas ini mengitegrasikan
tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.
5
1. Fase 1: Mengamati Fenomena, pada tahap ini siswa mengamati sumber
masalah yang terjadi di lingkungan sekitar atau melalui media
pembelajaran dan menanggapi berbagai pertanyaan yang diajukan.
2. Fase 2: Menentukan Pertanyaan Mendasar, pada tahap ini siswa
mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
3. Fase 3: Mendesain Perencanaan Proyek, pada tahap ini secara
kolaboratif siswa menyusun langkah-langkah tepat untuk sebuah proyek
yang akan mereka laksanakan.
4. Fase 4: Menyusun Jadwal Proyek, pada tahap ini siswa menyusun jadwal
pelaksanaan proyek. Mulai dari jadwal awal kegiatan proyek, jadwal
kunjungan bila perlu, dan jadwal lainnya.
5. Fase 5: Memonitor Siswa dan Kemajuan Proyek, pada tahap ini siswa
mulai membuat produk sebagaimana rencana yang telah dilakukan
sebelumnya. Sedangkan tugas guru hanya memonitoring kemajuan
pengerjaan siswa dalam membuat proyek.
6. Fase 6: Menguji Hasil dan Mengevaluasi Pengalaman, pada tahap
terakhir ini siswa mengumpulkan semua data-data hasil proyek,
kemudian dibuat catatan secara singkat ataupun berupa laporan kegiatan
sederhana lemudian dipresentasikan bersama kelompok atau individu.
Bisa juga laporan hasil proyek dibuat dalam bentuk pamflet, atau media
informasi lainnya. Selain itu, guru dan siswa berkolaborasi untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan proyek yang telah dilaksanakan.
6
d. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan berkomunikasi;
e. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber;
f. Memberi pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek,
mengelola sumber dan mengalokasikan waktu;
g. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara
langsung;
h. Melibatkan siswa untuk belajar ,mengambil informasi, menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, dan mengimplementasikan pada dunia
nyata.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain terdapat kelebihan, penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah juga memiliki kekurangan, yaitu:
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah;
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak;
c. Banyak peralatan yang harus disediakan;
d. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan;
e. Ada kemungkinan terdapat siswa yang kurang aktif dalam kerja
kelompok;
f. Ketika topik yang diberikan berbeda, dikhawatirkan siswa tidak
memahami topik secara keseluruhan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai model pembelajaran berbasis proyek,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
berpusat pada aktivitas peserta didik dengan pendekatan berbasis riset
terhadap permasalahan dan pertanyaan yang nyata dan relevan bagi
kehidupan peserta didik.
2. Model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa manfaat, yaitu
merangsang keaktifan pesera didik, mendorong pembelajaran interaktif,
berfokus pada peserta didik, guru merupakan fasilitator, mendorong
peserta didik berpikir lebih kritis, dan pengetahuan lebih mendalam.
3. Ada 5 prinsip-prinsip dalam model pembelajaran berbasis proyek, yaitu
terpusat (centrality), dikendalikan pertanyaan (driving question),
investigasi konstruktif (constructive investigations), otonomi (autonomy),
dan ealistis//nyata (realism).
4. Ada 6 sintaks/tahapan dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis
proyek, yaitu mengamati fenomena, menentukan pertanyaan mendasar,
mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal proyek, memonitor
Siswa dan kemajuan proyek, dan menguji hasil dan mengevaluasi
pengalaman,
5. Dalam penerapannya, setiap model pembelajaran tentu memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka dari itu, perlu
adanya evaluasi pada saat selesai menerapkan suatu model pembelajaran
yang digunakan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah kita
dapat mengetahui tentang model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dan
8
langkah-langkah penerapannya dalam pembelajaran. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat
diterima dengan baik.
9
DAFTARPUSTAKA
Nuryadi, N., & Rahmawati, P. (2018). Persepsi siswa tentang penerapan model
pembelajaran berbasis proyek ditinjau dari kreativitas dan hasil belajar
siswa. Jurnal Mercumatika: Jurnal Penelitian Matematika dan Pendidikan
Matematika, 3(1), 53-62.
Rais. 2010. Model Project Based Learning sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi
Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 43(3). 246-252.
10