Anda di halaman 1dari 23

Matematika 2

Paket 1

SISTEM BILANGAN

Pendahuluan
Paket 1 bahan perkuliahan ini akan mengajak mahasiswa-mahasiswi
mempelajari sistem bilangan, yakni sistem bilangan Romawi, sistem bilangan
desimal dan sistem bilangan biner. Pemahaman sistem bilangan berguna
untuk mempelajari materi yang berkaitan dengan operasi bilangan, kelipatan,
dan faktor yang akan dibahas pada paket berikutnya.

Pada perkuliahan ini, mahasiswa-mahasiswi diminta menyelesaikan Lembar


Kegiatan (LK) 1.1.A dengan berkelompok, kemudian perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Setelah
dosen memberi penguatan tentang sistem bilangan Romawi, mahasiswa-
mahasiswi diminta mendiskusikan Lembar Kegiatan (LK) 1.1.B secara
berkelompok, dilanjutkan dengan menyelesaikan soal-soal penilaian.

Untuk membantu kelancaran perkuliahan, mahasiswa-mahasiswi diberi


kesempatan untuk membaca uraian materi 1.2 sebelum mereka berdiskusi.
Sedangkan untuk memperlancar penjelasan dosen kepada mahasiswa-
mahasiswi, sebaiknya dosen menggunakan slide powerpoint yang sudah
tersedia.

Paket 1 Sistem Bilangan 1-1


Matematika 2

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan

Kompetensi Dasar
Mahasiswa-mahasiswi memahami penulisan bilangan yang menggunakan
nilai tempat dan tanpa nilai tempat beserta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.

Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat:
1. menunjukkan keterpakaian bilangan Romawi, Arab, dan Hindu Arab dalam
kehidupan sehari-hari,
2. mengubah bilangan desimal menjadi bilangan Romawi,
3. mengubah bilangan Romawi menjadi bilangan desimal,
4. mengubah bilangan berbasis 10 menjadi bilangan berbasis 2, dan
5. mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan berbasis 10.

Waktu
3 x 50 menit

Materi Pokok
1. Bilangan romawi
• Sistem bilangan Romawi, penulisan bilangan Romawi, dan
penggunaan bilangan Romawi
2. Bilangan berbasis 10 (Hindu-Arab)
• Sistem bilangan desimal dan cara penulisan bilangan desimal
3. Bilangan berbasis 2
• Sistem bilangan biner, dan perubahan dari basi 10 ke basis 2 atau
sebaliknya

Kelengkapan Bahan Perkuliahan


1. Lembar Kegiatan 1.1.A dan 1.1.B
2. Lembar Uraian Materi 1.2
3. Lembar Powerpoint 1.3
4. Lembar Penilaian 1.4
5. Alat pembelajaran: LCD dan laptop (disiapkan dosen sendiri)

Paket 1 Sistem Bilangan 1-2


Matematika 2

Langkah-langkah Perkuliahan
Waktu Langkah Perkuliahan Metode Bahan
1 2 3 4

10’ Kegiatan Awal


5’ 1. Apersepsi tentang penggunaan Tanya
bilangan dalam kehidupan sehari-
Slide
Jawab Powerpoint
hari, dengan memberikan pernya-
taan-pernyataan berikut kepada
1.3
mahasiswa-mahasiswi, (1) Suharto
adalah Presiden RI kedua, (2)
Tinggi badan Ani satu setengah
meter, (3) Fatma tinggal di Jalan
Cemara nomor 10, dan (4) Nomor
telepon rumah Pak Ahmad adalah
3737720. Adakah perbedaan
makna bilangan pada masing-
masing pernyataan tersebut?
3’ 2. Memotivasi mahasiswa-mahasiswi Ceramah
dengan memberikan wawasan
mengenai pentingnya pemahaman
materi bilangan dan kepekaan
terhadap bilangan (sense of
number) dengan cara menanyakan
pendapat maha-siswa-mahasiswi
tentang pengguna-an bilangan
dalam naskah Undang-undang
Guru dan Dosen.
2’ 3. Menjelaskan tujuan perkulian Ceramah Slide
berkaitan dengan sistem bilangan Powerpoint
Romawi yang tidak menggunakan 1.3
nilai tempat dan sistem bilangan
Hindu-Arab yang menggunakan
nilai tempat dengan menggunakan
media powerpoint 1.3.
125’ Kegiatan Inti
15’ 1. Mahasiswa-mahasiswi membaca Kerja Individu Uraian
uraian materi 1.2 Materi 1.2
10’ 2. Curah pendapat tentang hasil mem- Tanya
baca dipandu oleh dosen dengan Jawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
o Dimanakah Anda pernah
melihat penggunaan bilangan
Romawi.

Paket 1 Sistem Bilangan 1-3


Matematika 2

1 2 3 4

o Apakah sistem bilangan


desimal juga digunakan? Jika
ya, dapatkah Anda menjelaskan
perbedaan penggunaan kedua
sistem bilangan tersebut?
o Cermatilah perbedaan
penulisan kedua sistem
belangan tersebut! Jelaskan,
apakah perbedaan penulisan
sistem bilangan Romawi dan
sistem bilangan desimal!
10’ 3. Dosen memberikan penguatan SlidePower-
Ceramah
tentang sistem bilangan Romawi. point 1.3

15’ 4. Mahasiswa-mahasiswi Diskusi Lembar


mengerjakan lembar kegiatan 1.1.A Kelompok Kegiatan
secara berkelompok. 1.1.A
10’ 5. Perwakilan kelompok mempresen- Presentasi
tasikan hasil diskusi kelompok.
10’ 6. Dosen memberikan penguatan cara Ceramah SlidePower-
penulisan bilangan Romawi. point 1.3

20’ 7. Mahasiswa-mahasiswi mendisku- Diskusi Lembar


sikan lembar kegiatan 1.1.B secara Kelompok Kegiatan
berkelompok. 1.1.B
10’ 8. Perwakilan kelompok mempresen- Presentasi
tasikan hasil diskusi kelompok.
10’ 9. Dosen memberikan penguatan Ceramah Slide
tentang sistem desimal dan sistem Powerpoint
biner. 1.3
15’ 10. Mahasiswa-mahasiswi Kerja Individu Lembar
mengerjakan soal tes. Penilaian 1.4

5’ Kegiatan Akhir
Tanya Jawab
Mahasiswa-mahasiswi merefleksi
5’
proses pembelajaran.
5’ Rencana Tindak Lanjut
Individu Lembar
Mahasiswa-mahasiswi diminta mem- Uraian
5’
baca Uraian materi 2.2. Materi
Paket 2

Paket 1 Sistem Bilangan 1-4


Matematika 2

Lembar Kegiatan 1.1.A

SISTEM BILANGAN ROMAWI

Pengantar
Banyak kita jumpai penulisan bilangan Romawi pada bab buku dan nama gang
jalan. Penulisan bilangan Romawi pada gang jalan memudahkan orang yang
akan mencari alamat yang akan dituju. Dengan memahami bilangan Romawi
akan membantu mahasiswa-mahasiswi dalam pembacaan bilangan Romawi
dan penggunaan bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan
Pada akhir kegiatan ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. menunjukkan keterpakaian bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari,
dan
2. menuliskan bilangan tanpa menggunakan nilai tempat (sistem bilangan
Romawi).

Langkah Kegiatan
1. Bacalah uraian Materi 1.2 sebelum berdiskusi!
2. Kerjakan soal di bawah.

No Bilangan Desimal Bilangan Romawi


1 786 .................................
289 .................................
1945 .................................
1987 .................................
2000 .................................
2859 .................................
2 ................................. DCCXI
................................. MDCLX
................................. MMLXX
................................. XCIII
................................. CDLIX
................................. CMXLVII

Catatan Diskusi
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

Paket 1 Sistem Bilangan 1-5


Matematika 2

Lembar Kegiatan 1.1.B

SISTEM BILANGAN DESIMAL


DAN BINER

Pengantar
Sistem bilangan yang sering kita jumpai adalah sistem bilangan desimal.
Namun sebenarnya ada sistem bilangan lain, yaitu sistem bilangan biner yang
banyak digunakan dalam aplikasi bahasa pemrograman komputer. Dengan
memahami sistem bilangan desimal dan sistem bilangan biner diharapkan
memberikan bekal kepada mahasiswa-mahasiswi untuk dapat melakukan
operasi hitung bilangan.

Tujuan
Pada akhir kegiatan ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. menuliskan bilangan dalam sistem desimal dengan cara pendek dan
panjang,
2. mengkonversi bilangan dengan sistem desimal ke sistem biner, dan
3. mengkonversi bilangan dengan sistem biner ke sitem desimal.

Langkah Kegiatan
1. Bacalah uraian Materi 1.2 sebelum mengerjakan soal pertanyaan diskusi!
2. Tuliskanlah hasil pengerjaan pertanyaan diskusi pada kertas yang siap
untuk dipresentasikan!

Pertanyaan Diskusi
1. Tuliskan bilangan berikut dalam bentuk panjang!
a. 123
b. 2.367
c. 256.458
d. 3.456.879
2. Konversikan bilangan desimal berikut ke bilangan berbasis dua!
a. 25
b. 75
c. 100
d. 185

Paket 1 Sistem Bilangan 1-6


Matematika 2

3. Konversikan bilangan biner berikut ke bilangan desimal!


a. 100111
b. 11011011
c. 100010001

Catatan Diskusi
.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

Paket 1 Sistem Bilangan 1-7


Matematika 2

Uraian Materi 1.2

SISTEM BILANGAN
Perhatikan cuplikan Undang-undang Guru dan Dosen berikut.

UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dst.
....
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 2
1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur formal.

Apabila kita mencermati bilangan pada penomoran bab, pasal, dan ayat pada
kutipan di atas, maka kita mendapatkan penggunaan sistem bilangan yang
berbeda. Untuk penomoran bab digunakan sistem bilangan Romawi,
sedangkan untuk penomoran pasal dan ayat digunakan sistem bilangan
Hindu-Arab. Demikian juga, apabila kita mencermati bilangan pada penomoran
juz, surat, dan ayat dalam Al-Qur’an digunakan sistem bilangan Arab yang
menggunakan nilai tempat.

Adakah perbedaan atau persamaan cara menuliskan bilangan pada


penomoran undang-undang dan Al Qur’an tersebut? Manakah yang lebih
mudah cara menuliskan bilangan dengan angka Romawi, Arab, atau Hindu-
Arab? Cara menuliskan bilangan Romawi berbeda dengan cara menuliskan
bilangan Arab dan Hindu-Arab. Penomoran bab dalam undang-undang
menggunakan sistem bilangan Romawi yang tidak menggunakan nilai tempat,
sedangkan penomoran ayat dan pasal menggunakan sistem bilangan Hindu-
Arab yang menggunakan nilai tempat. Demikian juga, penomoran juz, surat
dan ayat dalam Al-Qur’an menggunakan sistem bilangan Arab yang
menggunakan nilai tempat. Sistem bilangan Arab dan Hindu-Arab sama-sama
menggunakan nilai tempat dalam penulisannya. Karena basis yang digunakan
pada sistem bilangan Arab dan Hindu-Arab adalah basis 10, maka kedua
sistem bilangan tersebut diberi nama sistem bilangan desimal.

Paket 1 Sistem Bilangan 1-8


Matematika 2

Pada bagian ini akan diuraikan pula sistem bilangan yang menggunakan nilai
tempat berbasis dua atau disebut sistem biner. Sistem biner perlu
diperkenalkan karena sistem bilangan ini masih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama di dunia teknik. Selanjutnya, akan diuraikan
pula cara mengkonversi bilangan dalam sistem desimal ke bilangan dalam
sistem biner dan sebaliknya.

A. Bilangan Hindu-Arab, Bilangan Romawi, dan


Bilangan Arab
Pada bilangan Hindu-Arab 5.236, angka “5” menempati nilai tempat “ribuan”
dan bernilai 5.000. Angka “2” menempati nilai tempat “ratusan” dan bernilai
200. Angka “3” menempati nilai tempat “puluhan” dan bernilai 30. Sedangkan
angka “6” menempati nilai tempat “satuan” dan bernilai 6.

Pada bilangan Romawi XLVI senilai dengan bilangan Hindu-Arab 46. Angka “X”
pada bilangan XLVI tidak menempati nilai tempat puluhribuan tetapi tetap
bernilai 10, angka “L” tidak menempati nilai tempat ribuan tetapi tetap bernilai
50. Angka “XL” pada bilangan XLVI menjadi satu kesatuan lambang yang
menempati nilai tempat puluhan dan bernilai 40. Demikian juga angka “V”, “I”,
dan “I” berturut-turut tidak menempati nilai tempat “ratusan”, puluhan” dan
“satuan” tetapi tetap bernilai 5, 1 dan 1. Angka “VII” menjadi satu kesatuan
lambang yang menempati nilai tempat “satuan” dan bernilai 7.

Pada bilangan Romawi CMXLVII senilai dengan bilangan hindu-arab 947.


Angka “CM” pada bilangan Romawi CMXLVII bernilai 900, angka “XL” bernilai
40 dan angka “VII” bernilai 7. Berdasarkan kedua contoh tersebut, bilangan
Romawi secara “semu” menggunakan nilai tempat. Istilah “semu” pada
penulisan lambang bilangan Romawi artinya, nilai tempat satuan, puluhan,
ratusan, ribuan dan seterusnya menjadi dasar penulisan lambang bilangan.
Namun untuk satu nilai tempat dapat dilambangkan oleh angka yang lebih dari
satu.

Bilangan Arab cfd senilai dengan bilangan Hindu-Arab 364. Angka “c” pada
bilangan cfd menempati nilai tempat “ratusan” dan bernilai 300, angka
“f”menempati nilai tempat “puluhan” dan bernilai 60, sedangkan angka
“d”menempati nilai tempat “satuan” dan bernilai 4. Artinya bilangan Arab dan
Hindu-Arab memiliki sistem nilai tempat yang sama. Penjelasan selanjutnya
tentang sistem bilangan Romawi dan Hindu-Arab akan diuraikan para bagian
uraian materi.

Paket 1 Sistem Bilangan 1-9


Matematika 2

B. Sistem Bilangan Romawi


Sistem bilangan Romawi berkembang sekitar tahun 100 M, dan sampai
sekarang masih banyak digunakan. Pada awalnya sistem ini digunakan di
seluruh Eropa karena dipandang sebagai sistem yang mudah untuk dipelajari
dan dituliskannya, serta sederhana dalam pengoperasian penjumlahan dan
pengurangan. Penggunaan sistem ini didukung oleh pihak Gereja Katolik dan
secara luas dipakai dalam perdagangan, dalam ilmu pengetahuan, dan dalam
teologi. Penganut sistem Romawi ini disebut kaum “abacists” karena
mereka menggunakan “abacus” dalam pengerjaan aritmetika. Dengan
kedatangan sistem desimal di Eropa terjadi persaingan dan pertentangan yang
abacists dan kaum
sangat lama (lebih kurang 400 tahun) antara kaum “abacists
“algorists” (penganut sistem desimal). Sekitar tahun 1500 M sistem bilangan
desimal dipandang lebih efesien dan efektif dan digunakan secara luas di Eropa.

Sistem bilangan Romawi merupakan sistem bilangan yang berbeda dengan


sistem bilangan desimal. Salah satu perbedaannya adalah sistem bilangan
desimal tidak menggunakan sistem nilai tempat sebagaimana sistem nilai
tempat pada bilangan desimal. Sistem bilangan Romawi menggunakan sistem
nilai tempat “semu”, artinya, nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan
seterusnya dapat dilambangkan oleh angka yang lebih dari satu. Pada satu
nilai tempat yang dilambangkan oleh angka yang lebih dari satu, sistem
bilangan Romawi menggunakan pola pengurangan dan penjumlahan. Apabila
terdapat lambang bilangan yang lebih kecil mendahului lambang bilangan
yang lebih besar dalam satu “nilai tempat”, maka bilangan yang lebih kecil
mengurangi bilangan yang lebih besar. Lambang bilangan ditulis dengan cara
mendatar (harizontal) menggunakan pola penulisan ulang (repeating) dan
bersifat penambahan (aditif). Lambang-lambang dasar yang digunakan dalam
sistem bilangan Romawi adalah seperti berikut.
Tabel 1.1. Lambang Bilangan Romawi

Bilangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Desimal
Bilangan I II III IV V VI VII VIII IX X
Romawi

Bilangan 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Desimal
Bilangan XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX
Romawi

Bilangan Desimal 1 5 10 50 100 500 1000


Bilangan Romawi I V X L C D M

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 10


Matematika 2

Contoh
Penggunaan pola penulisan ulang
III = 3 CCC = 300 XXX = 30 MMM = 300
Penulisan lambang bilangan Romawi yang berulang bermakna menjumlah.
Penulisan ulang tidak berlaku untuk lambang bilangan V, L dan D.

Penggunaan pola pengurangan


IV =5–1=4 XL = 40 CD = 400
IX = 10 – 1 = 9 XC = 90 CM = 900
Apabila terdapat lambang bilangan yang bernilai lebih kecil mendahului
lambang bilangan yang lebih besar dalam satu “nilai tempat”, maka bilangan
yang lebih kecil mengurangi bilangan yang lebih besar.

Penggunaan pola penjumlahan


VIII = 5 + 1 + 1 + 1= 8 DCCXI = 500 + 100 + 100 + 10 + 1 = 711
XII = 10 + 1 + 1= 12 MDCLX = 1000 + 500 + 100 + 50 + 10 = 1660
XV = 10 + 5 = 15 MMLXX = 1000+1000 + 50 + 10 + 10 = 2070
Apabila terdapat lambang bilangan yang bernilai lebih besar diikuti oleh
lambang bilangan yang bernilai lebih kecil dalam satu “nilai tempat”, maka
bilangan yang nilai semua lambang dijumlahkan.

Penggunaan pola pengurangan dan penjumlahan


XCIII = (100 – 10) + 1 + 1 + 1 = 93
CDLIX = (500 – 100) + 50 + (10 – 1) = 459
CMXLVII = (1000 – 100) + (50 – 10) + 5 + 1 + 1 = 947

Sistem bilangan Romawi bukan sistem bilangan dengan nilai tempat


sebagaimana sistem bilangan desimal, karena nilai lambang bilangan tidak
berubah meskipun tempatnya berbeda. Misalnya XC dan CX, nilai X di sebelah
kiri C maupun di sebelah kanan C tetap, yaitu bernilai 10. Penggunaan 5, 50,
500 dan 10, 100, 1000 secara tetap menunjukkan bahwa sistem bilangan
Romawi memanfaatkan secara “semu” aspek basis 5 dan basis 10. Artinya
bilangan CMXLVII terdiri dari angka “CM” menempati ratusan dan bernilai 900,
angka “XL” menempati puluhan dan bernilai 40, sedangkan angka “VII”
menempati satuan dan bernilai 7. Untuk nilai tempat ribuan, puluh ribuan, ratus
ribuan dan seterusnya digunakan tanda strip. Tanda satu strip digunakan untuk
menyatakan kelipatan 1.000, tanda dua strip digunakan untuk menyatakan
kelipatan 1.000.000, dan seterusnya. Misalnya L = 50.000, CL = 150.000,
dan VI = 6.000. Sistem bilangan Romawi ini tidak mempunyai lambang
bilangan nol.

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 11


Matematika 2

C. Sistem Bilangan Desimal


Sistem bilangan Desimal atau sistem bilangan basis sepuluh merupakan
sistem bilangan yang paling banyak dipakai sekarang. Sistem bilangan ini
mempunyai sepuluh lambang dasar yang disebut angka (digit), yaitu 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Pemilihan sepuluh angka ini diduga dipengaruhi oleh
banyak jari-jari pada dua tangan manusia. Menurut catatan sejarah, sistem
bilangan ini berasal dari India dan mulai bekembang pada sekitar tahun 300
Masehi. Pada saat itu, sistem bilangan ini belum mempunyai lambang nol dan
belum menggunakan nilai tempat, sehingga belum mempunyai pengaruh
terhadap sistem lain di luar India. Lambang nol diduga tidak berasal dari India
tetapi dari masa-masa akhir Babylonia setelah melewati zaman Yunani.

Sekitar tahun 750 Masehi, lambang nol dan ide nilai tempat telah dibawa ke
Bagdad dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tidak diketahui
dengan pasti kapan sistem ini diperkenalkan ke Eropa. Penyebarannya
diduga lewat Spanyol pada abad ke 8 Masehi. Proses perjalanan yang
panjang dimulai dari India dan penyempurnaan ratusan tahun di wilayah Arab,
maka sistem ini disebut juga sistem bilangan Hindu-Arab. Berdasarkan
sejarah perkembangan berbagai sistem bilangan, bahwa sistem bilangan
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan dan keperluan kegiatan berkomunikasi dan
bermasyarakat pada zamannya. Misalkan bilangan nol muncul setelah
manusia mengenal operasi bilangan pengurangan, demikian juga bilangan
rasional muncul setelah manusia mengenal operasi bilangan pembagian
demikian seterusnya.

Pada awalnya manusia memerlukan bilangan untuk menghitung (counting),


yang mereka kembangkan melalui proses korespondensi 1-1 sehingga
ditemukanlah bilangan asli (natural number) atau bilangan hitung (counting
number). Pada proses memformalkan ide abstrak menghitung, digunakan
pemrosesan perkawanan 1-1, berarti bilangan asli digunakan sebagai bilangan
kardinal (cardinal number). Apabila bilangan asli digunakan menurut cara yang
lain, yaitu untuk menyebutkan urutan letak atau posisi benda atau objek,
misalnya urutan kesatu, kedua, ketiga, dan seterusnya. Dalam hal ini, bilangan
asli digunakan sebagai bilangan ordinal.

Dalam sistem desimal, bilangan asli ditulis dalam bentuk pendek (standart
form), misalnya 5, 23, 375, 4.529, dan 21.438. Bilangan-bilangan yang ditulis
dalam bentuk pendek dapat diubah menjadi bentuk panjang atau bentuk luas
(expanded form) dengan menggunakan eksponen atau bentuk perpangkatan
dalam menuliskan kelipatan. Misalkan, 23 = 2 x 10 + 3, 375 = 3 x 102 + 7 x 10

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 12


Matematika 2

+ 5, 4.529 = 4 x 103 + 5 x 102 + 2 x 10 + 9 dan 21.438 = 2 x 104 + 1 x 103 + 4 x


102 + 3 x 10 + 8. Untuk penggunaan khusus, misalnya transaksi jual beli,
pencairan uang dengan cheque dan penerimaan uang dengan kuitansi, jumlah
uang yang diterima atau ditransaksikan perlu ditulis dalam bentuk kata-kata,
sebagai ungkapan peryataan “cara membaca” bilangan yang ditulis. Misalnya,
21.438 artinya “duapuluh satu ribu empat ratus tigapuluh delapan”.

Contoh
1. Bentuk pendek : 235
Bentuk panjang : 2 x 10² + 3 x 10 + 5
Bentuk kata : dua ratus tiga puluh lima
2. Bentuk pendek : 5.492
Bentuk panjang : 5 x 103 + 4 x 10² + 9 + 10 + 2
Bentuk kata : lima ribu empat ratus sembilan puluh dua
3. Bentuk pendek : 315.647.805
Bentuk panjang : 3 x 108 + 1 x 107 + 5 x 106 + 6 x 105 + 4 x 104 + 7 x 103 +
8 x 102 + 0 x 10 + 5
Bentuk kata : tiga ratus lima belas juta enam ratus empat puluh tujuh
ribu delapan ratus lima.

Untuk keperluan praktis, terutama dalam pembukuan keuangan dan dalam


ucapan atau percakapan sehari-hari, terdapat dua keadaan yang perlu anda
perhatikan.
1. Tanda titik dituliskan pada tiap hitungan tiga angka dari bilangan satuan.
Dengan cara ini bilangan-bilangan yang besar (mempunyai tulisan yang
cukup panjang) akan lebih mudah dalam pembacaannya dan terhindar dari
kekeliruan (dalam buku-buku berbahasa asing, tanda titik diganti dengan
tanda koma).
1234 ditulis 1.234
12345 ditulis 12.345
123456 ditulis 123.456
23967456 ditulis 23.967.456
5697456724 ditulis 5.679.456.724
2. Cara membaca bilangan sama dengan cara menuliskan bilangan pada
transaksi uang menggunakan kuitansi, cheque, dan/ atau surat perjanjian
jual beli, kontrak serta sewa menyewa, tetapi sering berbeda dalam
percakapan sehari-hari. Bilangan 234 dibaca “dua tiga puluh empat” atau
sering diungkapkan “dua ratus tiga empat”. Bilangan 789 dibaca “tujuh
delapan puluh sembilan” atau sering dibaca “tujuh ratus delapan sembilan.”

Cara membaca dengan menyebutkan bilangan satu per satu di atas hanya
digunakan dalam percapan sehari-hari, bukan untuk keperluan transaksi resmi.

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 13


Matematika 2

D. Sistem Bilangan Biner


Para ahli sejarah menyatakan bahwa pada awal mulanya banyak manusia
yang menggunakan sistem bilangan basis dua diamping sistem bilangan basis
sepuluh. Pada zaman modern sekarang, sistem bilangan basis dua masih
digunakan dalam sistem komputer, yaitu dalam menerjemahkan bahasa
“manusia” menjadi bahasa “mesin”. Secara lebih kongkrit, ketika komputer
menerima informasi dari pengguna komputer, maka mesin menerjemahkan
perintah tersebut dalam bentuk “kode” basis dua. Hal ini terjadi karena mesin
hanya mengenal sesuatu hanya dua pilihan “hidup” atau “on” = “1” dan “mati”
atau “off” = “0”. Basis dua hanya mempunyai lambang bilangan “1” dan “0”
selanjutnya sistem bilangan basis dua disebut juga sistem biner.

Sistem biner menggunakan sistem nilai tempat sebagai mana sistem bilangan
desimal. Jika dalam sistem bilangan desimal mengenal nilai tempat satuan,
puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, maka dalam sistem bilangan biner
dikenal nilai tempat satuan, duaan, empatan, delapanan, enambelasan dan
seterusnya sehingga bilangan biner 10110111 atau 101101112 dapat ditulis dalam
bentuk panjang 1 x 27 + 0 x 26 + 1 x 25 + 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 1.

Contoh
Ubahlah bilangan biner berikut ke dalam bilangan desimal!
a. 1101102
b. 1001112

Jawaban
a. 1101102 = 1x 25 + 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 0
= 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 0
= 54
b. 1001112 = 1x 25 + 0 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 1
= 32 + 0 + 0 + 4 + 2 + 1
= 39
Ilustrasi
Mengubah bilangan desimal 57 ke sistem biner dengan cara membaginya
dengan bilangan 2 pangkat 5, 2 pangkat 4, 2 pangkat 3, 2 pangkat 2, 2 pangkat
1 dan 2 pangkat 0 secara berturut-turut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

32 57 1 Berapa banyak kelompok 32 dalam 57?


32 -
16 25 1 Berapa banyak kelompok 16 dalam 25?
16 -

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 14


Matematika 2

8 9 1 Berapa banyak kelompok 8 dalam 9?


8-
4 1 0 Berapa banyak kelompok 4 dalam 1?
0-
2 1 0 Berapa banyak kelompok 2 dalam 1?
0-
1 1 1 Berapa banyak kelompok satuan dalam 1?

Dengan demikian bilangan desimal 57 sama dengan 1110012.

Cara lain untuk mengubah bilangan desimal 57 ke bilangan biner adalah


dengan membagi 2 secara berturut-turut. Hasil baginya diletakkan tepat di
bawah bilangan yang dibagi dan sisa pembagiannya diletakkan di samping
kanannya. Hasilnya dibaca dari bawah ke atas. Cara tersebut dapat
diilustrasikan seperti berikut.

Ilustrasi
2 57 sisa 1
2 28 sisa 0
2 14 sisa 0
2 7 sisa 1
2 3 sisa 1
1
Dengan demikian, bilangan desimal 57 sama dengan 1110012.

Contoh
Ubahlah bilangan desimal berikut ke dalam sistem bilangan biner!
a. 85
b. 353

Jawaban
a. 2 85 sisa 1
2 42 sisa 0
2 21 sisa 1
2 10 sisa 0
2 5 sisa 1
2 2 sisa 0
1
Jadi, bilangan desimal 85 sama dengan 10101012

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 15


Matematika 2

b. 2 353 sisa 1
2 176 sisa 0
2 88 sisa 0
2 44 sisa 0
2 22 sisa 0
2 11 sisa 1
2 5 sisa 1
2 2 sisa 0
1
Jadi, bilangan desimal 85 sama dengan 1011000012.

Latihan
1. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi bentuk panjang
dan nyatakan dalam bentuk kata-kata!
a. 2.573.280
b. 259.354.567
c. 1.956.364.358
2. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi lambang
bilangan Romawi!
a. 574
b. 6.879
c. 47.876
3. Nyatakan bilangan dalam sistem bilangan Romawi berikut menjadi sistem
desimal!
a. CMLXXXIX
b. LXIX DCCXCVIII
c. DCCCXC DCCLXIV
4. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi sistem bilangan
Romawi!
a. 563.999
b. 2.347.870
c. 5.000.432
5. Ubahlah bilangan dalam sistem desimal berikut ke sistem biner!
a. 89
b. 365
c. 1.000

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 16


Matematika 2

6. Ubahlah bilangan dalam sistem biner berikut ke sistem desimal!


a. 10000100
b. 1100110011001
c. 1000100011111

Rangkuman
1. Sistem bilangan Arab dan Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat,
sedangkan sistem bilangan Romawi tidak menggunakan sistem nilai
tempat. Sistem bilangan Romawi dan sistem bilangan Hindu-Arab secara
bersama-sama sering digunakan dalam penomoran bab, pasal dan ayat
pada sistem perundang-undangan di Indonesia, sedangkan sistem
bilangan Arab dapat dijumpai pada penomoran surat, juz dan ayat pada
kitab suci Al-Qur’an.
2. Penulisan lambang bilangan Romawi dapat menggunakan pola
pengulangan dan bermakna penjumlahan, seperti XX = 20 dan CCC = 300.
Pola pengurangan digunakan apabila lambang bilangan yang nilainya lebih
kecil mendahului bilangan yang nilainya lebih besar, seperti IV = 4, IX = 9,
XL = 40, XC = 90, CD = 400 dan CM = 900. Pola penjumlahan digunakan
apabila lambang bilangan yang nilainya lebih besar diikuti lambang bilangan
yang nilainya lebih kecil, seperti VII = 7, XIII= 13, LX = 60, DCCC = 800 dan
MDCCLXVIII = 1.768.
3. Sistem bilangan desimal lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari,
karena dipandang lebih mudah digunakan. Bilangan 315.647.805 dapat
dinyatakan dalam bentuk panjang seperti 3 x 108 + 1 x 107 + 5 x 106 + 6 x
105 + 4 x 104 + 7 x 103 + 8 x 102 + 0 x 10 + 5 dan dalam bentuk kata-kata
dapat dinyatakan sebagai “tiga ratus lima belas juta enam ratus empat
puluh tujuh ribu delapan ratus lima”.
4. Sistem bilangan biner masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam sistem komputer, yaitu dalam menerjemahkan bahasa
“manusia” menjadi bahasa “mesin”. Bilangan 24 dalam sistem desimal
dapat dinyatakan dalam sistem biner menjadi 110002. Bilangan 11001100
dalam sistem biner dapat dinyatakan dalam sistem desimal menjadi 204.

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 17


Matematika 2

Lembar Powerpoint 1.3


File lengkap ada di dalam CD Bahan Kuliah Matematika 2
Nama file: Paket 1 Sistem Bilangan

APRESEPSI
• Suharto adalah Presiden RI kedua
• Tinggi badan Ani satu setengah meter
SISTEM BILANGAN • Fatma tinggal di Jalan Cemara dengan
nomor rumah 10 dan (4) Nomor telepon
rumah Pak Ahmad adalah 3737720.
– Adakah perbedaan makna bilangan pada
masing-masing pernyataan tersebut?

Indikator Kompetensi
Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat:
• Menunjukkan keterpakaian bilangan romawi,
arab, dan hindu-arab dalam kehidupan sehari-
hari
• Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan
romawi;
• Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan
desimal;
• Mengubah bilangan berbasis 10 menjadi
bilangan berbasis 2;
• Mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan
berbasis 10.

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 18


Matematika 2

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 19


Matematika 2

Sampai Jumpa

Wassalamu’alaikum

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 20


Matematika 2

Lembar Penilaian 1.4

Jenis Penilaian
Penilaian pada pertemuan ini berupa soal tes tulis.

Instrumen Penilaian
1. Tuliskan bilangan Hindu-Arab berikut dalam lambang bilangan Romawi!
a. 2.986
b. 67.289
c. 1.999
d. 2.008
2. Tuliskan bilangan Romawi berikut dalam sistem bilangan Hindu-Arab!
a. V DCXCVII
b. XXVII CDLXXIV
c. MDCCCXCIX
d. MMMVIII
3. Nyatakan bilangan berikut dalam bentuk panjang!
a. 45.839
b. 238.497
c. 2.358.532
d. 23.456.278
4. Nyatakan bilangan berikut dalam sistem basis dua!
a. 75
b. 102
c. 856
d. 2.3454
5. Nyatakan bilangan dalam basis dua berikut dalam bentuk desimal!
a. 111000111
b. 101010101010
c. 11001100110011
d. 1000100010001

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 21


Matematika 2

Kunci
1. a. II CMLXXXVI
b. LXVII CCLXXXIX
c. I CMXCIX
d. MMVIII
2. a. 5.697
b. 27.474
c. 1899
d. 3008
3. a. 4x104 + 5x103 + 8x102 + 3x10 + 9
b. 2x105 + 3x104 + 8 x103 + 4 x102 + 9x10 + 7
c. 2x106 + 3x105 + 5x104 + 8x103 + 5x102 + 3x10 + 2
d. 2x107 + 3x106 + 4x105 + 5x104 + 6x103 + 2x102 + 7x10 8
4. a. 101112
b. 11001102
5. a. 455
b. 7230

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 22


Matematika 2

Daftar Pustaka

Naga, Dali S. 1985. Sejarah Matematika. Jakarta: Gramedia

Kahfi, S. 2004. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Malang: UM-Press

Kennedy, L.M., & Tipps, S. 1994 Guiding Children’s Learning of Mathematics.


7th Ed. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company

Muhsetyo, Gatot, 2003. Modul Inhouse Training Guru Matematika Madrasah


Tsanawiyah. Diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Agama dan
Masyarakat (LPAM)

Setyawan, AH, dkk. 2007. Matematika untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta:
Grasindo

Paket 1 Sistem Bilangan 1 - 23

Anda mungkin juga menyukai