Paket 1
SISTEM BILANGAN
Pendahuluan
Paket 1 bahan perkuliahan ini akan mengajak mahasiswa-mahasiswi
mempelajari sistem bilangan, yakni sistem bilangan Romawi, sistem bilangan
desimal dan sistem bilangan biner. Pemahaman sistem bilangan berguna
untuk mempelajari materi yang berkaitan dengan operasi bilangan, kelipatan,
dan faktor yang akan dibahas pada paket berikutnya.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa-mahasiswi memahami penulisan bilangan yang menggunakan
nilai tempat dan tanpa nilai tempat beserta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat:
1. menunjukkan keterpakaian bilangan Romawi, Arab, dan Hindu Arab dalam
kehidupan sehari-hari,
2. mengubah bilangan desimal menjadi bilangan Romawi,
3. mengubah bilangan Romawi menjadi bilangan desimal,
4. mengubah bilangan berbasis 10 menjadi bilangan berbasis 2, dan
5. mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan berbasis 10.
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
1. Bilangan romawi
• Sistem bilangan Romawi, penulisan bilangan Romawi, dan
penggunaan bilangan Romawi
2. Bilangan berbasis 10 (Hindu-Arab)
• Sistem bilangan desimal dan cara penulisan bilangan desimal
3. Bilangan berbasis 2
• Sistem bilangan biner, dan perubahan dari basi 10 ke basis 2 atau
sebaliknya
Langkah-langkah Perkuliahan
Waktu Langkah Perkuliahan Metode Bahan
1 2 3 4
1 2 3 4
5’ Kegiatan Akhir
Tanya Jawab
Mahasiswa-mahasiswi merefleksi
5’
proses pembelajaran.
5’ Rencana Tindak Lanjut
Individu Lembar
Mahasiswa-mahasiswi diminta mem- Uraian
5’
baca Uraian materi 2.2. Materi
Paket 2
Pengantar
Banyak kita jumpai penulisan bilangan Romawi pada bab buku dan nama gang
jalan. Penulisan bilangan Romawi pada gang jalan memudahkan orang yang
akan mencari alamat yang akan dituju. Dengan memahami bilangan Romawi
akan membantu mahasiswa-mahasiswi dalam pembacaan bilangan Romawi
dan penggunaan bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan
Pada akhir kegiatan ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. menunjukkan keterpakaian bilangan Romawi dalam kehidupan sehari-hari,
dan
2. menuliskan bilangan tanpa menggunakan nilai tempat (sistem bilangan
Romawi).
Langkah Kegiatan
1. Bacalah uraian Materi 1.2 sebelum berdiskusi!
2. Kerjakan soal di bawah.
Catatan Diskusi
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Pengantar
Sistem bilangan yang sering kita jumpai adalah sistem bilangan desimal.
Namun sebenarnya ada sistem bilangan lain, yaitu sistem bilangan biner yang
banyak digunakan dalam aplikasi bahasa pemrograman komputer. Dengan
memahami sistem bilangan desimal dan sistem bilangan biner diharapkan
memberikan bekal kepada mahasiswa-mahasiswi untuk dapat melakukan
operasi hitung bilangan.
Tujuan
Pada akhir kegiatan ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat:
1. menuliskan bilangan dalam sistem desimal dengan cara pendek dan
panjang,
2. mengkonversi bilangan dengan sistem desimal ke sistem biner, dan
3. mengkonversi bilangan dengan sistem biner ke sitem desimal.
Langkah Kegiatan
1. Bacalah uraian Materi 1.2 sebelum mengerjakan soal pertanyaan diskusi!
2. Tuliskanlah hasil pengerjaan pertanyaan diskusi pada kertas yang siap
untuk dipresentasikan!
Pertanyaan Diskusi
1. Tuliskan bilangan berikut dalam bentuk panjang!
a. 123
b. 2.367
c. 256.458
d. 3.456.879
2. Konversikan bilangan desimal berikut ke bilangan berbasis dua!
a. 25
b. 75
c. 100
d. 185
Catatan Diskusi
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
SISTEM BILANGAN
Perhatikan cuplikan Undang-undang Guru dan Dosen berikut.
Apabila kita mencermati bilangan pada penomoran bab, pasal, dan ayat pada
kutipan di atas, maka kita mendapatkan penggunaan sistem bilangan yang
berbeda. Untuk penomoran bab digunakan sistem bilangan Romawi,
sedangkan untuk penomoran pasal dan ayat digunakan sistem bilangan
Hindu-Arab. Demikian juga, apabila kita mencermati bilangan pada penomoran
juz, surat, dan ayat dalam Al-Qur’an digunakan sistem bilangan Arab yang
menggunakan nilai tempat.
Pada bagian ini akan diuraikan pula sistem bilangan yang menggunakan nilai
tempat berbasis dua atau disebut sistem biner. Sistem biner perlu
diperkenalkan karena sistem bilangan ini masih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama di dunia teknik. Selanjutnya, akan diuraikan
pula cara mengkonversi bilangan dalam sistem desimal ke bilangan dalam
sistem biner dan sebaliknya.
Pada bilangan Romawi XLVI senilai dengan bilangan Hindu-Arab 46. Angka “X”
pada bilangan XLVI tidak menempati nilai tempat puluhribuan tetapi tetap
bernilai 10, angka “L” tidak menempati nilai tempat ribuan tetapi tetap bernilai
50. Angka “XL” pada bilangan XLVI menjadi satu kesatuan lambang yang
menempati nilai tempat puluhan dan bernilai 40. Demikian juga angka “V”, “I”,
dan “I” berturut-turut tidak menempati nilai tempat “ratusan”, puluhan” dan
“satuan” tetapi tetap bernilai 5, 1 dan 1. Angka “VII” menjadi satu kesatuan
lambang yang menempati nilai tempat “satuan” dan bernilai 7.
Bilangan Arab cfd senilai dengan bilangan Hindu-Arab 364. Angka “c” pada
bilangan cfd menempati nilai tempat “ratusan” dan bernilai 300, angka
“f”menempati nilai tempat “puluhan” dan bernilai 60, sedangkan angka
“d”menempati nilai tempat “satuan” dan bernilai 4. Artinya bilangan Arab dan
Hindu-Arab memiliki sistem nilai tempat yang sama. Penjelasan selanjutnya
tentang sistem bilangan Romawi dan Hindu-Arab akan diuraikan para bagian
uraian materi.
Bilangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Desimal
Bilangan I II III IV V VI VII VIII IX X
Romawi
Bilangan 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Desimal
Bilangan XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX
Romawi
Contoh
Penggunaan pola penulisan ulang
III = 3 CCC = 300 XXX = 30 MMM = 300
Penulisan lambang bilangan Romawi yang berulang bermakna menjumlah.
Penulisan ulang tidak berlaku untuk lambang bilangan V, L dan D.
Sekitar tahun 750 Masehi, lambang nol dan ide nilai tempat telah dibawa ke
Bagdad dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tidak diketahui
dengan pasti kapan sistem ini diperkenalkan ke Eropa. Penyebarannya
diduga lewat Spanyol pada abad ke 8 Masehi. Proses perjalanan yang
panjang dimulai dari India dan penyempurnaan ratusan tahun di wilayah Arab,
maka sistem ini disebut juga sistem bilangan Hindu-Arab. Berdasarkan
sejarah perkembangan berbagai sistem bilangan, bahwa sistem bilangan
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan dan keperluan kegiatan berkomunikasi dan
bermasyarakat pada zamannya. Misalkan bilangan nol muncul setelah
manusia mengenal operasi bilangan pengurangan, demikian juga bilangan
rasional muncul setelah manusia mengenal operasi bilangan pembagian
demikian seterusnya.
Dalam sistem desimal, bilangan asli ditulis dalam bentuk pendek (standart
form), misalnya 5, 23, 375, 4.529, dan 21.438. Bilangan-bilangan yang ditulis
dalam bentuk pendek dapat diubah menjadi bentuk panjang atau bentuk luas
(expanded form) dengan menggunakan eksponen atau bentuk perpangkatan
dalam menuliskan kelipatan. Misalkan, 23 = 2 x 10 + 3, 375 = 3 x 102 + 7 x 10
Contoh
1. Bentuk pendek : 235
Bentuk panjang : 2 x 10² + 3 x 10 + 5
Bentuk kata : dua ratus tiga puluh lima
2. Bentuk pendek : 5.492
Bentuk panjang : 5 x 103 + 4 x 10² + 9 + 10 + 2
Bentuk kata : lima ribu empat ratus sembilan puluh dua
3. Bentuk pendek : 315.647.805
Bentuk panjang : 3 x 108 + 1 x 107 + 5 x 106 + 6 x 105 + 4 x 104 + 7 x 103 +
8 x 102 + 0 x 10 + 5
Bentuk kata : tiga ratus lima belas juta enam ratus empat puluh tujuh
ribu delapan ratus lima.
Cara membaca dengan menyebutkan bilangan satu per satu di atas hanya
digunakan dalam percapan sehari-hari, bukan untuk keperluan transaksi resmi.
Sistem biner menggunakan sistem nilai tempat sebagai mana sistem bilangan
desimal. Jika dalam sistem bilangan desimal mengenal nilai tempat satuan,
puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, maka dalam sistem bilangan biner
dikenal nilai tempat satuan, duaan, empatan, delapanan, enambelasan dan
seterusnya sehingga bilangan biner 10110111 atau 101101112 dapat ditulis dalam
bentuk panjang 1 x 27 + 0 x 26 + 1 x 25 + 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 1.
Contoh
Ubahlah bilangan biner berikut ke dalam bilangan desimal!
a. 1101102
b. 1001112
Jawaban
a. 1101102 = 1x 25 + 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 0
= 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 0
= 54
b. 1001112 = 1x 25 + 0 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 2 + 1
= 32 + 0 + 0 + 4 + 2 + 1
= 39
Ilustrasi
Mengubah bilangan desimal 57 ke sistem biner dengan cara membaginya
dengan bilangan 2 pangkat 5, 2 pangkat 4, 2 pangkat 3, 2 pangkat 2, 2 pangkat
1 dan 2 pangkat 0 secara berturut-turut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut.
Ilustrasi
2 57 sisa 1
2 28 sisa 0
2 14 sisa 0
2 7 sisa 1
2 3 sisa 1
1
Dengan demikian, bilangan desimal 57 sama dengan 1110012.
Contoh
Ubahlah bilangan desimal berikut ke dalam sistem bilangan biner!
a. 85
b. 353
Jawaban
a. 2 85 sisa 1
2 42 sisa 0
2 21 sisa 1
2 10 sisa 0
2 5 sisa 1
2 2 sisa 0
1
Jadi, bilangan desimal 85 sama dengan 10101012
b. 2 353 sisa 1
2 176 sisa 0
2 88 sisa 0
2 44 sisa 0
2 22 sisa 0
2 11 sisa 1
2 5 sisa 1
2 2 sisa 0
1
Jadi, bilangan desimal 85 sama dengan 1011000012.
Latihan
1. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi bentuk panjang
dan nyatakan dalam bentuk kata-kata!
a. 2.573.280
b. 259.354.567
c. 1.956.364.358
2. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi lambang
bilangan Romawi!
a. 574
b. 6.879
c. 47.876
3. Nyatakan bilangan dalam sistem bilangan Romawi berikut menjadi sistem
desimal!
a. CMLXXXIX
b. LXIX DCCXCVIII
c. DCCCXC DCCLXIV
4. Nyatakan bilangan dalam sistem desimal berikut menjadi sistem bilangan
Romawi!
a. 563.999
b. 2.347.870
c. 5.000.432
5. Ubahlah bilangan dalam sistem desimal berikut ke sistem biner!
a. 89
b. 365
c. 1.000
Rangkuman
1. Sistem bilangan Arab dan Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat,
sedangkan sistem bilangan Romawi tidak menggunakan sistem nilai
tempat. Sistem bilangan Romawi dan sistem bilangan Hindu-Arab secara
bersama-sama sering digunakan dalam penomoran bab, pasal dan ayat
pada sistem perundang-undangan di Indonesia, sedangkan sistem
bilangan Arab dapat dijumpai pada penomoran surat, juz dan ayat pada
kitab suci Al-Qur’an.
2. Penulisan lambang bilangan Romawi dapat menggunakan pola
pengulangan dan bermakna penjumlahan, seperti XX = 20 dan CCC = 300.
Pola pengurangan digunakan apabila lambang bilangan yang nilainya lebih
kecil mendahului bilangan yang nilainya lebih besar, seperti IV = 4, IX = 9,
XL = 40, XC = 90, CD = 400 dan CM = 900. Pola penjumlahan digunakan
apabila lambang bilangan yang nilainya lebih besar diikuti lambang bilangan
yang nilainya lebih kecil, seperti VII = 7, XIII= 13, LX = 60, DCCC = 800 dan
MDCCLXVIII = 1.768.
3. Sistem bilangan desimal lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari,
karena dipandang lebih mudah digunakan. Bilangan 315.647.805 dapat
dinyatakan dalam bentuk panjang seperti 3 x 108 + 1 x 107 + 5 x 106 + 6 x
105 + 4 x 104 + 7 x 103 + 8 x 102 + 0 x 10 + 5 dan dalam bentuk kata-kata
dapat dinyatakan sebagai “tiga ratus lima belas juta enam ratus empat
puluh tujuh ribu delapan ratus lima”.
4. Sistem bilangan biner masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam sistem komputer, yaitu dalam menerjemahkan bahasa
“manusia” menjadi bahasa “mesin”. Bilangan 24 dalam sistem desimal
dapat dinyatakan dalam sistem biner menjadi 110002. Bilangan 11001100
dalam sistem biner dapat dinyatakan dalam sistem desimal menjadi 204.
APRESEPSI
• Suharto adalah Presiden RI kedua
• Tinggi badan Ani satu setengah meter
SISTEM BILANGAN • Fatma tinggal di Jalan Cemara dengan
nomor rumah 10 dan (4) Nomor telepon
rumah Pak Ahmad adalah 3737720.
– Adakah perbedaan makna bilangan pada
masing-masing pernyataan tersebut?
Indikator Kompetensi
Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa
dapat:
• Menunjukkan keterpakaian bilangan romawi,
arab, dan hindu-arab dalam kehidupan sehari-
hari
• Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan
romawi;
• Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan
desimal;
• Mengubah bilangan berbasis 10 menjadi
bilangan berbasis 2;
• Mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan
berbasis 10.
Sampai Jumpa
Wassalamu’alaikum
Jenis Penilaian
Penilaian pada pertemuan ini berupa soal tes tulis.
Instrumen Penilaian
1. Tuliskan bilangan Hindu-Arab berikut dalam lambang bilangan Romawi!
a. 2.986
b. 67.289
c. 1.999
d. 2.008
2. Tuliskan bilangan Romawi berikut dalam sistem bilangan Hindu-Arab!
a. V DCXCVII
b. XXVII CDLXXIV
c. MDCCCXCIX
d. MMMVIII
3. Nyatakan bilangan berikut dalam bentuk panjang!
a. 45.839
b. 238.497
c. 2.358.532
d. 23.456.278
4. Nyatakan bilangan berikut dalam sistem basis dua!
a. 75
b. 102
c. 856
d. 2.3454
5. Nyatakan bilangan dalam basis dua berikut dalam bentuk desimal!
a. 111000111
b. 101010101010
c. 11001100110011
d. 1000100010001
Kunci
1. a. II CMLXXXVI
b. LXVII CCLXXXIX
c. I CMXCIX
d. MMVIII
2. a. 5.697
b. 27.474
c. 1899
d. 3008
3. a. 4x104 + 5x103 + 8x102 + 3x10 + 9
b. 2x105 + 3x104 + 8 x103 + 4 x102 + 9x10 + 7
c. 2x106 + 3x105 + 5x104 + 8x103 + 5x102 + 3x10 + 2
d. 2x107 + 3x106 + 4x105 + 5x104 + 6x103 + 2x102 + 7x10 8
4. a. 101112
b. 11001102
5. a. 455
b. 7230
Daftar Pustaka
Setyawan, AH, dkk. 2007. Matematika untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta:
Grasindo