Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 2

DIMENSI-DIMENSI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Dosen Pengampu :Dra.Juliana Kristiana Tagupia,M.Pd

 Fatimah Doloksaribu (21105088)


 Shella Enjelina Telew ( 21105304)
 Hotmian Barimbing (21105196)
 Noviadea Esra Lendo (21105115)

PENDIDIKAN GURU SKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
TAHUN AJARAN
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa,karena berkat rahmat dan nikmatnyalah penulis dapat di berikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SD tentang
“dimensi-dimensi pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia “.Makalah ,baik dari
pengertian hingga kajian lebih lanjut.Namun kami sebagai penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan atau kesalahan yang tidak disengaja.
Oleh karena itu penulis mohon maaf kepada para pembaca pada umumnya.Kritik
dan saran penulis terima dengan dengan rasa syukur.Akhir kata semoga karya tulis ini
bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.

2
Penulis

Tomohon, 19 Februari 2023

3
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................4
A.Latar Belakang.................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah............................................................................................................4
C.Tujuan Masalah................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Makna, Pendekatan, Metode, Teknik, Pembelajaran Bahasa......................................... 6
B. Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia .......................................................................13
C. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia .....................................................................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................................17


A.Kesimpulan......................................................................................................................17
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................18

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sesuai
dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional Bab I pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.
Menurut Tilaar dan Nugroho Kebijakan Pendidikan merupakan keseluruhan proses dan
hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi
pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu
masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Muatan lokal adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan
pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah
dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang paling utama,
terutama di SD/MI kelas rendah maupun kelas tinggi.
Dikatakan demikian karena dengan bahasa siswa dapat menimba ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik. Pembelajaran Bahasa
Indonesia memegang peranan penting terutama pembelajaran membaca. Tanpa memiliki
kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama bagi pembelajaran. Oleh karena itu, siswa
pada tingkat SD/MI ditargetkan harus bisa membaca. Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau tulisan-tulisan.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa saja makna, pendekatan, metode, teknik, pembelajaran bahasa ?
2.Apa saja bahan ajar bahasa dan sastra indonesia ?
3.Apa saja penilaian pembelajaran bahasa indonesia ?

C.TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa saja makna, pendekatan, metode, teknik, pembelajaran bahasa
2. Untuk mengetahui apa saja bahan ajar bahasa dan sastra indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja penilaian pembelajaran bahasa indonesia

5
6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Pendekatan, Metode, Teknik, dan Model pembelajaran Bahasa

1.Pendekatan Pembelajaran Bahasa


Para ahli memandang pendekatan (approach) dalam proses pembelajaran bahasa sebagai
seperngkat asumsi yang paling berakitan dan bersangkutan dengan hakikat bahasa, hakikat
mengajar dan hakikat belajar bahasa. Lebih lanjut, pendekatan bisa diartikan sebagai cara
pandangan filosofis terhadap sebuah objek tertentu yang dipercayai dan diyakini
kebenarannya tanpa harus dibuktikan lagi kebenarannya. Berdasarkan hal tersebut,
pendekatan itu bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya yang
fungsi utamanya adalah mendeskripsikan hakikat apa yang akan diajarkan.
Hidayat, Burhan dan Misdan (2000:580 mengungkapkan bahwa “pada umumnya approach
adalah pendekatan. Dalam dunia pengajaran lebih tepat kita artikan a way of beginning
something, yang artinya ialah cara memulai sesuatu”. Jadi, dalam pembelajaran bahasa,
pendekatan dapat diartikan sebagai cara memulai pengajaran bahasa. Lebih luas lagi,
pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi tentak hakikat bahasa, pengajaran
bahasa dan belajar bahasa. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan daoat dikatakan sebagai
aumsi alamai berkenaan dengan teori bahasa dan teori belajar. Pendekatan pembelajaran
berfungsi sebagai pedoman umum dan langsung bagi metode pembelajaran dan teknik
pembelajaran yang dapat digunakan proses pembelajran tersebut. Berikut merupakan ciri
khas pendekatan pembelajaran bahasa:
a. Pendekatan bersifat aksiomatis.
b. Lahir dari sejumlah asumsi.
c. Pendekatan akan melahirkan sejumlah metode pengajaran.
d. Memberikan pedoman terhadap metode pembelajaran khususnya dalam proses
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajarna bahasa sangat
beragam, berikut merupakan beberapa pendekatan pembelajaran bahasa.
a. Pendekatan Whole Language
Pendekatan whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang
menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. Oleh karena itu,
pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata
disajikan secara utuh bermakna dalam situasi nyata dan otentik. Contohnya pengajaran
tanda baca umpamanya diajarkan sehubungan degnan pembelajaran keterampilan menulis,
pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis
ataupun berbicara.
Santosa (2004) menyatakan bahwa ada tujuh ciri yang menandakan kelas wgole language.
Ketujuh ciri tersebut diuraikan sebagai berikut.

7
1) Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
2) Siswa belajar melalui model atau contoh.
3) Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4) Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
5) Siswa terlihat secara aktif dalam pembelajaran bermakna.
6) Siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen.
7) Siswa mendapat balikan (feedback) positif, baik dari guru maupun temannya.
Dari ketujuh ciri khas pendekatan whole language terlihat bahwa siswa berpera aktif dalam
pembelajaran. Guru tidak berdiri didepan kelas menyampaikan materi, tapi sebagai
fasilitator yang berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa.
b. Pendekatan Kooperatif
Pendekatan kooperatif adalah model pembelajaran yang sistematis dengan
mengelompokkan murid untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bernuansa akademik. Pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja
sama dengan tugas-tugas terstuktur (Lie,1996)
Pendekatan cooperative learning merupakan bagian dari pendekatan kontruktifistik.
Pembelajaran kooperatif mendidik siswa untuk mau menerima pendapat orang lain,
menerima perbedaan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar.(Eka, dkk, 2006)
Kagan (2009) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat empat prinsip
dasar sebagai berikut.
1) Saling ketergantungan positif (positive independences).
2) Pengakuan terhadap individu (individual accountability).
3) Partisipasi yang sama (equal participates).
4) Interaksi belajar mengajar yang simultan (simultaneous interaction). Arends (2010)
menyatakan terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model
pembelajran kooperatif, yaitu sebagai berikut.
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membnetuk sikap yang sesuai dengan norma.
2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas
kelompok dalam menyelesaikan tugas dan mmebina hubungan kerja sama di antara
anggota kelompok.
3) Formatting (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembenyukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang
penggunaan tingkat berfikir yang lebih dan menekankan penguasaan serta pemahaman
materi yang dibutuhkan
4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak
informasi, dan mengomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
c. Pendekatan Konstektual

8
Berns dan Erickson (2001: 20 mengungkapkan pengertian pendekatan konstektual sebagai
berikut.
Contextual teaching and learning is a conception pf teaching and learning that helps
teachers relate subject matter content to real worlds situations; and motivates student to
make connentions between knowledge and its applications to their lives as family
members, citizens and works and engage in the hard work that learning requires.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pendekatan konstektual pada dasarnya adalah
konsep belajar mengajar yang bertujuan membantu guru menghubungkan materi pelajaran
dengan situasi nyata serta membantu guru memotivasi siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam pelaksanaannya pebelajaran konstektual memiliki beberapa strategi atau bentuk
pembelajaran untuk membangun konteks dalam pikiran siswa. Strategi tersebut antara lain:
1) relating (menghubungkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan menghubungkan
pengalaman hidup dengan hal baru yang akan dipelajarı;
2) experiencing (mengalami) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara mengenalkan
siswa langsung pada sebuah masalah/contoh sehingga siswa dapat menemukan dan
merumuskan pengetahuan secara mandiri.
3) applying (menerapkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara menerapkan
rumusan pengetahuan yang telah dikuasai siswa dalam situasi yang berbeda/situasi
sebenarnya.
4) Cooperating (bekerja sama) dalam hal ini belajar dilakukan dalam kelompok/
masyarakat belajar sehingga terjadi komunikasi dan bertukar pengetahuan.
5) transfering (memindahkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara memindahkan
pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks baru (Nurhadi, 2001).
d. Pendekatan Konstruktivis
Pembelajaran konstruktivis merupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa
guna mengonstruksi pengetahuan sendiri berdasarkan pengalamannya selama kegiatan
pembelajaran. Mulyasa (2002) menyatakan dalam pembelajaran konstruktivis,
pembelajaran melibatkan negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi. Wacana
penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru, atau antara sesama
murid. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam pembelajaran konstruktivis diperlukan atau
harus tercipta hubungan kerja sama antara guru dengan murid dan antar sesama murid.
Sejalan dengan konsep di atas, pembelajaran dalam pandangan konstruktivis memiliki ciri-
ciri, antara lain : (1) siswa terlibat aktif belajar, (2) adanya keterkaitan intormasi, (3)
berorientasi pada inkuiri. Sejalan dengan hal tersebut, guru berperan memandu
pembelajaran secara kreatilf dan inovatif
e. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
pembelajran bahasa untuk diaragkan pada pembentukan kompetensi komunikatif para

9
siswanya yang terwujud melalui empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca dan menulis). Ciri utama pendekatan komunikatif afalah adanya 2 kegiatan yang
saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional dan
kegiatankegiatan yang sifatnya interaksi sosial.
Subiakto-Nababan (1990) menyatakan bahwa ciri-ciri pendekatan komunikatif adalah
sebagai berikut.
1) Hanya aktivitas-aktivitas yang menunjukkan komunikasi yang sebenarnya yang
mendorong untuk siswa belajar. Pada prinsipnya kegiatan berkomunikasi terjadi karena
adanya kekosongan.
2) Aktivitas berbahasa yang bertujuan untuk mengerjakan tugas yang bermakna
mendorong pelajar untuk belajar.
3) Materi dari silabus komunikatif dipersiapkan sesudah diadakan suatu analisis mengenai
kebutuhan berbahasa.
4) Penekanan dalam pendekatan komunikatif íalah pada pelajar dan apa yang diharapkan
dari belajar bahasa.
5) Peran guru ialah sebagai penyuluh, penganalisis kebutuhan belajar, dan manajer
kelompok.
6) Peran materi instruksional dalam pendekatan komunikatif ialah untuk menunjang
komunksi pelajar secara aktit, Materi instruksional terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Materi yang berdasarkan teks
b. Materi yang berdasarkan tugas
c. Materi yang berdasarkan bahan otentik (realita)
2. Metode Pembelajaran Bahasa
a. Metode Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan bahasa secara
rapid an tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu
di dasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural. Pringgawidagda (2002:
57-58) mengemukakan bahwa metode adalah tingkat yang menerapkan teori-teori pada
tingkat pendekatan. Dalam tingkat ini dilakukan keterampilan-keterampilan khusus yang
akan dibelajarkan, materi yang harus disajikan dan sistematika urutannya.
Metode juga dapat diartikan sebagai rencana keseluruhan proses pembelajaran dari tahap-
tahap penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran siswam materi sampai pada tahap
evaluasi pembelajaran. Ciri utama metode pembelajaran adalah adanya langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran secara procedural.
Brown (2001) dan Richards dan Rodgers (2001) mengemukakan ciri khas metode, beriku
merupakan ciri khas metode pembelajaran.
bersifat prosedural yakni menggambarkan langkah-langkah menyeluruh tentang proses
pembelajran.
b. Metode diturunkan dari pendekatan tertentu.
c. Tidak dapat diamati dengan hanya melihat guru mengajar atau menyampaikan materi.
d. Ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara luas.
10
e. Dalam satu kali proses pembelajaran, hanya terdapat satu metode.
f. Implementasi metode di dalam kelas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
teknik pembelajaran.
3. Teknik Pembelajaran Bahasa
Brown (2001:16) mengemukakan bahwa techniques (also commonly reffered to by other
terms) is any of wide variety of exercises, activities, or task used in the language classroom
for realizing lesson objectives. Dapat diartikan sebagai salah satu dari berbagai macam
latihan, kegiatan, atau tugas yang digunakan di kelas bahasa untuk mewujudkan tujuan
pelajaran.
Teknik juga dapat diartikan sebagai berbagai cara yang secara langsung diterapkan guru
dalam pembelajaran di dalam kelas. Cara ini mencakup aktivitas kelas, tugas, dan
pengujian dalam kelas yang dilakukan guru ketika melangsungkan proses pembelajaran.
Brown (2001) dan Richards dan Rogerds (2001) mengemukakan karakteristik teknik
pembelajaran sebagai berikut.
a. Bersifat implementasional yakni cara langsung yang dipakai guru dalam menyampaikan
pembelajaran di dalam kelas.
b. Hanya ditujukan pada satu tahapan pembelajaran yaknik pada tahap inti pembelajaran.
c. Jenis teknik yang digunakan guru di dalam kelas dapat langsung diamati, misalnya guru
sedang ceramah (teknik ceramah), anak-anak sedang mengertjakan tugas (teknik
penugasan), siswa sedang berdiskusi (teknik berdiskusi).
d. Dalam satu kali proses pembelajaran dapat digunakan beragam teknik pembelajaran
(multikteknik)
e. Teknik pembelajaran dapat diguunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus
tertentu.
Beberapa teknik pembelajaran yang biasanya digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesiaa adalah ceramah, Tanya jawab, diskusi, curah pendapat, penugasan, latihan,
kerja mandiri, demonstrasi, simulasi dan lain-lain. Penggunaan teknik tersebut akan sangat
bergantung kebutuhan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
4. Model Pembelajaran Bahasa
Yulaenawati (2004:56) menyatakan bahwa model pembelajaran menawarkan struktur dan
pemahaman desain pembelajran dan membuat para pengembang pembelajaran memahami
masalah, merinci masalah, ke dalam unitunit yang mudah diatasi dan menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pembelajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di dalam kelas berkenaan dengan
proses belajar mengajar yang akan digunakan. Dalam sebuah model pembelajaran wajib
mengandung empat komponen dasar model yakni:
a. Orientatition to the model (yang pada dasarnya dapat disejajarkan dengan pendekatan).
b. The model of teaching (yang dapat di sejajarkan dengan metode)
c. Application (yang dapat disejajarkan dengan teknik)

11
d. Instructional and nurturant effect, yakni tujuan pembelajaran.
Dari empat komponen dasar model di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran
pada dasarnya adalah wadah bagi pendekatan, metodem dan teknik pembelajaran.
5. Strategi Pembelajaran Bahasa
Hornby (Hidayat, Burhan dan Misdan, 2001:1) mengemukakan bahwa strategi adalah suatu
seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti caracara mengatur posisi atau siasat
berperang. Strategi juga dapat diartkan sebagai suatu keteremapilan mengatur suatu
kejadian.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran secara tepat sasaran. Dengan kata lain, strategi pembelajara
merupakan usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi kondusif bagi siswa
belajar.
Secara aplikatif, strategi pembelajaran dapat dibagi dalam dua kelompok besar yakni
strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi langsung merupakan strategi yang
secara langsung berorientasi pada penguasaan materi pembelajaran yang biasanya
digunakan guru agar siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran. Strategi ini
misalnya adalah strategi drill, strategi peta konsep, dan strategi menyingkat. Sedangkan
strategi tidak langsung strategi yang dapat dipilih guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa walaupun jenis kegiatannya tidak langsung menyentuh materi pembelajaran. Strategi
ini misalnya rileksasi, penggunaan music selama pembelajaran dan penggunaan humor
untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
Berikut merupakan contoh beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu pembelajaran yang membutuhkan siswa
menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu
penelitian ilmiah (Ngalimun, 2014:33). Sedangkan menurut Yamin (2011:154) inkuiri
merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan membangun pengetahuan atau konsep
yang bermula dari melakukan observasi bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep.
2. Strategi Jigsaw
Strategi jigsaw dikemukakan oleh Arends (dalam Yamin, 2011:178) sebagai suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi berlajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Sedangkan menurut Djamarah
(2010:389) strategi jigsaw merupakan teknik pembelajaran dengan melibatkan siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan seluruh siswa akan mampu
memahami materi karena ia mengajarkan kepada siswa lain sebagai tim ahli.
3. Bermain Peran (Role Play)
Strategi bermain peran menurut Yamin (2011:160 -161) merupakan strategi yang menuntut
siswa untuk melakukan cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu
12
sehingga memiliki kepercayaan diri dalam berkomunikasi secara langsung dan ekspresif
serta menciptakan rasa kebersamaan di dalam kelas.
4. Bercerita Berpasangan
Strategi yang merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
berimajinasi dari bahan yang diceritakan oleh pasangan (ada siswa yang membaca dan ada
siswa yang mendengar). Beberapa buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga merasa
makin terdorong untuk belajar berkomunikasi dalam suasana gotong royong.
B. Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
teremapilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kommpetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap atau
nilai. (Depdiknas, 2006). Bahan ajar diartikan pula sebagai seperangkat fakta, konsep,
prinsip, prosedur, dan atau generalisasi yang dirancang secara khusus untuk memudahkan
pengajaran.
Depdiknas menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan bahar
ajar meliputi prinsip relevasi, konsistensi, dan kecukupan.
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.
Sejalan sengan tujuan pembelajaran bajasa Indonesia yang tercantum dalam kurikulum ,
materipembelajaran bahasa Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
1. Pengetahuan kebahasaan yang mencakup unsur ilmu bahasa, baik secara mikro maupun
makro.
2. Pengetahuan kesastraan yang mencakup teori sastra, sastra sejarah dan kritik sastra yang
semuanya bermuara pada kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra.
3. Keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbiacara, membaca dan menulis.
4. Sikap dan karakter berbabahasa yang dilandasi dengan adanya kebanggan, kecintaan,
dan ketaatan atas norma berbahasa yang dilandasi dengan nilai-nilai budaya bangsa.
Depdiknas (2008) menyarankan bahwa dalam konteks teori pembelajaran umum,
pengorganisasian materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dan menengah
harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut.
a.Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

13
tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat
dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan
konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan intormasi
yang berkaitan dengan pertanyaan, menyintesis, dan mempresentasikan penemuannya
kepada orang lain.
b. Pengajaran Otentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan
nyata.
c. Belajar berbasis Inquiri (Inquiry-Based Learning) yang membutuhkan strategi pengajaran
yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran
bermakna.
d. Belajar Berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning) yang membutuhkan suatu
pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar
siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah otentik termasuk pendalaman materi
dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini
mermperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengonstruksi (memberntuk)
pembelajarannya, dan mengulminasikannya dalam produk nyata.
e Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning) yang memerlukan suatu pendekatan
pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan
kembali di tempat kerja.
f. Belajar berbasis Jasa-layanan (service Learning) yang memerlukan penggunaan
metodologi pengajaran yang mengombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu
stuktur berbaasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan
hubungan anatara pengalaman dan pembelajaran akademis.
g. Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan pendekatan pengajaran
melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan
pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks
merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan
konteks. Dengan kata lain, belajar Bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana
memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.(Khair,
Ummul, 2018:90)
Depdiknas (2004) menyarankan secara teoritis, bagi guru dalam mengorganiisasikan materi
pembelajaran bahasa Indonesia, berdasarkan hasil riset pemerolehan bahasa kedua, yiatu:
a. Difokuskan pada pemerolehan bahsa, bukan pembelajaran bahasa.
b. Menciptakan suasana yang alamiah.
c. Difokuskan pada latihan terus meneurus sebagai penajaman,
14
d. Memberi prioritas atau penekanan pada materi yang paling berguna atau dibutuhkan
siswa dalam berbahasa, sesuai dengan tujuan belajar bahasanya.
C. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Penilaian pada dasarnya adalah proses yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan
dari sebuah proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penilaian tidak hanya dilakukan
pada hasil belajar tetapi juga terhadap proses pembelajaran. Dalam dunia pendiidkan
terdapat beberapa istilah yang bertemali dengan penilaian yaitu evaluasi, penilaian, tes dan
pengukuran. Keempat istilah tersebut terkadang digunakan mengacu pada hal yang sama,
namun sebenernya memiliki perbedaan. Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan
secara luas pada seluruh aspek pendidikan, baik pembelajaran, program maupun
kelembagaan. Penilaian merupakan bagian dari kegiatan evaluasi yang terfokus pada
dimensi pembelajaran yang didalamnya juga terkandung istilah tes dan pengukuran.
Popham (2011) menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal yang dilakukan
untuk menjelaskan status siswa dalam variable penting pendidikan yang meliputi ranah
pengegtahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pellaksanaan penilaian dikenal dua istilah
umum penialaian yakni penilaian formatif dan sumatif. Berikut merupakan penjelasannya.
1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran
berbasis pencapaian bukti aktivitas belajar siswa dalam rangka mencapai suatu
keterampilan tertentu. Dengan demikian, penilaian formatif itu merujuk pada penialain
proses bukan semata-mata penilaian akhir hasil belajar.
2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif lebih memfokuskan dalam mennjaring data berupa hasil balajr akhir yang
harus dimiliki siswa. Penilaian sumatif berfungsi untuk mengetahui apakah suatu
kompetensi telah dikuasasi siswa secara utuh atau belum.
Penilaian ini dilakukan pada akhir pokok bahasan.
Brown (2004) menegaskan bahwa penilaian pembelajaran bahsa dapat dibedakan beberapa
jenis penilaian, yakni penilaian formal dan informal, penilaian diskret dan integrative, dan
penilaian performa. Sejalan dengan pernyataan tersebut, penialain pembelajaran bahsa
Indonesia diharapkan juga mendasakan diri pada nilai yang sebenarnya yaitu Authentiic
assessment. Authentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajr siswa. Karena gambaran tentang kemajuan
belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, penilaian tidak dilakukan diakhir
periode saja tapi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajran.
Depdiknas (2004) landasan penilaian pembelajaran bahasa Indonesia adalah penialian yang
berkelanjutan, akurat dan konsisten sebagai bentuk akuntabilitas kepada public melalui
identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai serrta kemajuan belajar sswa
dan pelaporannya kepada orang tau dan masyarakat. Prinsip yang mendasarinya adalah
sebagai berikut.
a. Penialain berorientasi pada pencapaian kompetensi
b. Dasar pemikirannya, guru menilai apa yang seharusnya dinilai bukan hanya mengukur
pengatahuan siswa.
15
c. Proses penilaian berlangsung terus menerus.
d. Penialain menekankan pda proses dan hasil.
e. Penilaian dilaksanakan secara berkelanjutan dan komprehensif mencakup semua aspek.
Sesuai prinsip di atas kemampuan berbahasa Indonesia siswa diukur dengan berbagai cara
dari berbagai sumber. Alat penilaian bahasa yang otentik yang disarankan oleh Depdiknas
adalah sebagai berikut.
a. Hasil karya (product) berupa karya sastra, puisi, artikel,esai, cerpen,dll.
b. Penugasan (project) yaitu bagaimana siswa bekerja dalam kelompok atau individual
untuk menyelesaikan sebuah proyek.
c. Kinerja (performance) yaitu penampilan diri, baik dalam kelompok maupun individual,
dalam bentuk berbiacar, berwawancara, kedisiplinan, kerja sama, kepemimpinan, inisiatif,
da penampilan di depan umum.
d. Tes tertulis (paper and pencil test) yaitu penilaian yang didasarkan pada hasil ulangan
haruan, semester atau akhir program.
e. Kumpulan kerja siswa (fortofolio), yaitu kumpulan karya siswa berupa laporan,
gambar, peta, benda-benda, karya tulis, isian, dll.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak sekali dimensi-dimensi pembelajaran bahasa khususnya Bahasa Indonesia yang
diperlukan dalam pelakasanaan pembalajaran dikelas. Dimensidimensi tersebut mencakup
metode pendekatan, teknik, bahan ajar, dan evaluasi penilaian yang bisa menjadi penunjang
untuk guru dalam pelaksanaan pembelajarannya.
Pendekatan yang bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa ada 5 jenis pendekatan
diantaranya ; pendekatan whole language, pendekatan kooperatif, pendekatan kontekstual,
pendekatan kontrutivisme, dan pendekatan komunikatif. Untuk metode, teknik, model, dan
strategi pembelajaran memiliki ciri khasnya tersendiri, setiap unsur-unsur tersebut dalam
pelaksanaan pembelajarannya bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan guru.
Untuk bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus
memiliki tiga prinsip ; relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Dan unsur penilaian yang
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus sesuai dengan perintah yang telah
dikeluarkan oleh Depdiknas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, yunus. 2021. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:


Refika Adiama.
Jaya puta utama, Eka, Emusti Rivasintha, Yulita Dewi Purmintasari & Arif Januardi. 2016.
“Pendekatan Cooperative Learning Dengan Strategi Games Competition Sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Sejarah: Candrasangkala.
Volume 2 Nomor 1, 56-63.
Khair, Ummul. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA) di SD dan
MI. AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar volume 2 Nomor 1,81-97.
Noermanzah, Ira Maisarah. 2019. “Pemilihan Strategi Pembelajaran Bahasa yang Efektif
dan Tepat pada Pendidikan Dasar sebagai Wujud Implementasi Kurikulum 2013”.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba).199-210.
Yamin, M. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pres

18

Anda mungkin juga menyukai