Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Dosen Pengampu: Dr. Setiawan Edi Wibisono, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 3-Kelas 4B

1. Tutut Hanifah (21108241011)


2. Eka Mawarni Ndaru Mega Utami (21108241083)
3. Alya Pinky Aprisca (21108241141)
4. Danisa Fajartio Yunashi (21108244058)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, dengan limpahan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pendekatan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD" ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang materi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Setiawan Edi Wibisono, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD. Atas bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini. Serta tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman tercinta yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan seoptimal mungkin
tentu masih ada kekurangan yang tidak sengaja. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis serta
memperoleh ridho Allah semata.
Yogyakarta, 6 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................................4
D. Manfaat ............................................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN .........................................................................................................................6
A. Definisi Pendekatan Pembelajaran ....................................................................................6
B. Jenis-Jenis Pendekatan Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.................6
C. Pendekatan Whole Language ............................................................................................9
D. Pendekatan Kontekstual.................................................................................................. 12
BAB III ..................................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................................ 16
A. Simpulan ........................................................................................................................ 16
B. Saran .............................................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siswa merupakan anggota masyarakat yang sudah punya bahasa ibunya sendiri-
sendiri. Namun, seiring waktu mereka akan mengalami perkembangan pemerolehan
bahasa. Pemerolehan bahasa tersebut terjadi karena adanya interaksi-interaksi anak dengan
lingkungan tempat ia tinggal. Namun, tidak sedikit dari mereka yang masih sering
mengalami kesulitan ketika pembelajaran bahasa Indonesia. Hal itu bisa diamati dari cara
mereka menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari. Dari permasalahan tersebut, peran
pendidikan menjadi faktor terpenting kedua setelah faktor keluarga dalam proses
perkembangan bahasa Indonesia pada siswa. Proses perkembangan bahasa Indonesia pada
siswa harus diperhatikan dengan benar agar terbentuk sikap dan juga kemampuan siswa
untuk tahap perkembangan bahasa selanjutnya. Oleh karena itu, sebagai guru kita harus
tahu cara menyampaikan pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat agar anak paham apa
yang harus mereka serap dan tahu cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Guru perlu merancang kembali cara mereka menyampaikan pembelajaran bahasa
Indonesia kepada anak agar lebih menarik dan mudah dipahami. Dengan begitu, anak akan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mendorong anak untuk lebih aktif dan kreatif
ketika mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Namun sebelum itu, guru harus menilik
ulang pendekatan-pendekatan pembelajaran seperti apa yang dapat menunjang tujuan
tersebut. Peran pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia menjadi seperangkat
wawasan yang sistematis untuk berpikir dalam menentukan strategi metode, dan prosedur
untuk memenuhi tujuan pembelajaran bahasa itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD?
2. Apa saja jenis pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SD.
2. Mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SD.
D. Manfaat
Memberikan pengetahuan baru dan pemahaman mengenai pendekatan pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD mulai dari definisi, prinsip, fungsi, jenis-jenisnya,
hingga cara menentukan pendekatan pembelajarannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan merupakan jalan untuk memulai dan mencapai suatu tujuan atau
sasaran. Menurut Rahim, dkk (2021), pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara
yang dilakukan guru ketika mengajar agar konsep yang diberikan bisa beradaptasi dan
diterima oleh peserta didik. Selain itu, Suherman dalam (Rahim, 2021) menyatakan bahwa
pendekatan pembelajaran adalah sebuah konsep yang digunakan saat membahas materi
pelajaran untuk mencapai target pembelajaran dengan waktu pelaksanaan tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, Rahmawati dalam (Rahim, 2021) menyatakan bahwa
pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai aturan pembelajaran untuk
meningkatkan kecakapan afektif, kognitif, dan psikomotorik siswa saat mengolah
informasi, sehingga target pembelajaran tersebut dapat tercapai. Komalasari (2013),
mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah acuan dari adanya aktivitas
pembelajaran yang berisi kegiatan untuk menginspirasi, mewadahi, menguatkan, serta
meninjau metode pembelajaran dengan cakupan tertentu.
Mengacu pada uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan
pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru untuk menyajikan suatu materi
pembelajaran kepada siswa saat kegiatan pembelajaran hingga dapat mencapai tujuannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwasanya pendekatan pembelajaran merupakan konsep dasar
yang berperan sebagai wadah dalam pembelajaran (jalan untuk memulai suatu
pembelajaran).

B. Jenis-Jenis Pendekatan Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD


1. Pendekatan Formal
Pendekatan formal dilandaskan pada opini bahwa pembelajaran bahasa
adalah kegiatan konvensional yang dilakukan secara rutin, dengan cara-cara yang
biasa dilaksanakan sesuai pengalaman. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan
formal hanya didasarkan pada pengalaman guru dan dianggap baik oleh orang lain.
2. Pendekatan Empirik
Pendekatan empirik mirip pendekatan behavioris atau pendekatan mekanis.
Pendekatan empirik yaitu suatu pendekatan yang disesuaikan pada pengalaman.
3. Pendekatan Struktural
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa, salah satunya adalah struktural
yang dilandasi oleh anggapan bahasa sebagai perangkat kaidah. Pembelajaran
bahasa lebih difokuskan terhadap pengetahuan mengenai struktur bahasa yang
meliputi.fonologi (bunyi bahasa), morfologi (bentuk kata), dan sintaksis. Dengan
pendekatan struktural, siswa lebih memahami kaidah berbahasa. Contohnya, siswa
mungkin tidak akan melakukan kesalahan seperti: a) Tasnya anak itu baru, b)
Siswa-siswa itu sedang lari-lari di lapangan sekolah.
4. Pendekatan Keterampilan
Fungsi dari keterampilan proses yaitu sebagai sarana untuk menemukan
sekaligus mengembangkan konsep. Semua mata pelajaran mempunyai
karakteristiknya masing-masing sehingga tidak ada yang dapat mengembangkan
semua keterampilan secara menyeluruh. Beberapa kemampuan dasar yang bisa
dikembangkan menggunakan pendekatan ini yaitu:
a. Kemampuan.mengamati yang meliputi memperhatikan, menyimak,
membaca, dan memperhatikan
b. Kemampuan mengklasifikasikan atau menemukan perbedaan dan
persamaan serta menggolongkan beberapa objek yang sedang dipelajari.
c. Kemampuan.menafsirkan, yaitu menggali sekaligus memperoleh pola,
kesimpulan, juga mengkategorikan wacana.
d. Menggunakan konsep ketika menyusun sebuah wacana narasi, eksposisi,
deskripsi, persuasi, dan argumentasi. Membentuk, memadukan, meramu,
mengubah, serta memodifikasi satuan bahasa menjadi lebih besar.
e. Mengkomunikasikan (dramatisasi, bertanya, mendeklamasikan,
mengarang, berdiskusi, bermain peran, dan melaporkan)
f. Mengendalikan variabel, dengan langkah-langkah subjektif, objektif, dan
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah.
5. .Pendekatan.Rasional
.Pendekatan Rasional disebut dengan sebutan aliran mentalis, yang
diprakarsai Chomsky yang ada di bidang bahasa juga pengajaran bahasa pada
1960an . Adapun pendapat-pendapatnya sebagai berikut:
a. Manusia memiliki kemampuan berbahasa sejak lahir tapi kemampuan
berbahasa yang baru didapatkan dengan cara belajar.
b. Ketika belajar berbahasa, anak harus bersikap aktif dan mampu
menciptakan kalimat sesuai dengan kaidah dalam tata bahasa.
c. Melatih secara berulang kalimat yang tidak berkaitan dengan pemakaian
yang tidak ada manfaatnya.
d. Pemberian pengajaran tata bahasa secara fungsional
e. Penguasaan bahasa dapat ditinjau dari.kecakapan penggunaan bahasa
sebagai.alat berpikir untuk berbicara, membaca, serta menulis.
6. .Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional dalam pembelajaran bahasa dilaksanakan membaur
dengan masyarakat pengguna bahasa. Dengan demikian siswa secara langsung
menghadapi dan mencoba memakai bahasa sesuai keperluan berkomunikasi
sehingga siswa merasakan fungsi dari bahasa saat berkomunikasi langsung.
7. Pendekatan Terpadu
Pendekatan ini diintegrasikan dengan kebenaran berarti dalam.penggunaan
bahasa sehari-hari. Contohnya saat siswa membaca dan berhadapan dengan ejaan,
kosakata, dan struktur kalimat dalam bacaan. Setelah mereka membaca harapannya
siswa mau mencatat dan menceritakan kepada temannya yang lain. Pembelajaran
bahasa diterapkan dengan pendekatan terpadu dan membutuhkan perlengkapan
yang memadai, seperti perpustakaan.
Salah satu model pembelajaran terpadu adalah tematik yang dilakukan
dengan penggabungan tema dari berbagai mata pelajaran lainnya agar siswa dapat
memperoleh pengalaman berharga dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi
berkesan karena siswa diajak mempelajari konsep dari pengalaman langsung
kemudian dihubungkan konsep lainnya yang sudah dipahami. Pembelajaran
tematik bisa diintegrasikan dengan beberapa mata pelajaran lainnya. Misalnya
pelaksanaan pembelajaran terpadu dalam pelajaran bahasa Indonesia dapat
dilaksanakan dengan cara menggabungkan dalam satu tema berbagai keterampilan
berbahasa yang ada.
8. Pendekatan Integral
Pendekatan ini dapat diartikan bahwa dalam pengajaran bahasa haruslah
multidimensional, artinya ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, pengajaran harus menggunakan metodologi terbuka
dan bersifat fleksibel.
9. Pendekatan Sosiolinguistik
Dalam pembelajaran bahasa, pendekatan ini menggunakan hasil berupa
kajian sosiolinguistik yang mengaitkan fenomena linguistik dengan gejala sosial
yang ada di masyarakat. Kontribusi sosiolinguistik terhadap pembelajaran bahasa
adalah sebagai berikut:
a. Bahasa digunakan sebagai media komunikasi, seseorang dianggap dapat
berkomunikasi apabila orang tersebut mampu menyatakan pikiran dan apa
yang dirasakannya dengan menggunakan bahasa kepada yang lain.
b. Bahasa adalah identitas suatu masyarakat. Seseorang dapat dikenali
identitas dan sikapnya melalui bahasa yang digunakannya. Bahasa yang
digunakan menjelaskan identitas dan sikap seseorang.
c. Bahasa adalah suatu sistem yang memiliki ragam atau variasi, masing-
masing dengan fungsi, peran, gejala kebahasaan, serta wilayah penggunaan
tertentu.
10. Pendekatan Psikologi
Dalam pembelajaran bahasa, pendekatan psikologis digunakan untuk
mengkaji bagaimana siswa dalam belajar bahasa dan siswa sebagai pribadi yang
kompleks. Dalam pembelajaran bahasa, anggapan-anggapan yang digunakan
meliputi:
a. Teori behaviorisme, menyatakan bahwa semua perilaku, termasuk perilaku
bahasa seseorang merupakan tanggapan atas suatu rangsangan.
b. Teori kognitif, semua aktivitas manusia meliputi pemecahan masalah,
identifikasi, hipotesis, pengumpulan informasi atau data, kesimpulan,
evaluasi kesimpulan, dan strategi untuk mencapai tujuan yang dibuat secara
sadar atas dasar otak dan dipandu oleh kognitif.
c. Teori Gestalt, dimana setiap manusia memiliki kemampuan untuk
mempelajarinya secara mendalam.
11. Pendekatan Psikolinguistik
Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari konteks psikologis
kemampuan linguistik manusia. Hal ini didasarkan atas gagasan mengenai suatu
proses yang terjadi dalam pikiran anak ketika mereka mulai belajar bahasa dan
bagaimana mereka berkembang. Menurut teori empirisme, keberhasilan belajar
bahasa ditentukan oleh faktor eksternal. Chomsky berpendapat bahwa bahasa
seseorang dipengaruhi oleh genetik.
12. Pendekatan Komunikatif
Laily (2015) menyatakan bahwa, pendekatan komunikatif yaitu suatu
pendekatan pembelajaran bahasa yang didasarkan pada gagasan tentang
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan tujuan yang
perlu dicapai. Pada pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif yaitu suatu
pendekatan yang memiliki tujuan mengoptimalkan empat keterampilan berbahasa,
yang mencakup berbicara, menulis, membaca, dan menyimak serta mampu
menjadikan kompetensi komunikatif sebagai tujuan dalam pembelajaran bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia penerapan pendekatan komunikatif meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Guru memberikan kegiatan pembelajaran yang bermakna untuk mendorong
siswa belajar.
b. Kegiatan komunikasi yang disediakan harus sesuai dengan apa yang ingin
diketahui siswa. Misalnya, jika siswa tidak tahu cara bercocok tanam padi,
mereka dapat ditugaskan untuk mewawancarai petani sehingga siswa
mendapatkan informasi yang benar mereka butuhkan.
c. Materi interaktif, siswa berperan aktif mendukung komunikasi siswa.

C. Pendekatan Whole Language


1. Hakikat Whole Language
Whole language merupakan seperangkat pengetahuan yang mengacu pada
bahasa sebagai materi, isi, dan proses pembelajaran. Whole language adalah
pendekatan yang menampilkan pengajaran secara utuh dan menyeluruh dalam
pembelajaran bahasa (Nurul, 2014:292). Pendekatan ini mampu membuat siswa
menjadi lebih aktif dalam mendapatkan informasi dan menerapkan ilmu baru dalam
kehidupannya. Pada pembelajaran whole language, siswa berperan aktif secara
utuh dan terpadu untuk memperoleh pengetahuan. Guru berperan sebagai
fasilitator. Isi pembelajaran diarahkan pada kebahasaan dan nilai fungsionalnya
dalam kehidupan bermasyarakat. Penugasan berfokus dalam mengembangkan
kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, pembelajaran dengan Whole
Language ini mengembangkan empat aspek, yaitu berbicara, membaca, menulis,
dan mendengar.

2. Komponen-Komponen Whole Language


Komponen-komponen pendekatan Whole Language berdasarkan pendapat
Routman (Yarmi, 2008) yaitu sebagai berikut:
a. Membaca dengan suara keras
Dalam hal ini guru membacakan suatu bacaan kepada siswa.
Seorang guru bebas memakai teks bacaan dari buku manapun, baik dari
buku pelajaran maupun buku cerita lainnya. Ketika membaca bacaan, guru
harus menggunakan suara yang lantang dan intonasi yang tepat, sehingga
siswa mampu mendengar dan menghayati isi bacaan tersebut. Manfaat yang
dapat diperoleh dari membaca nyaring, yaitu untuk meningkatkan siswa
dalam memahami suatu bacaan, meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyimak dan membaca, dan menambah kosa kata.
b. Menulis jurnal
Menulis jurnal adalah kegiatan pembelajaran dalam bentuk
penulisan jurnal atau tulisan informal. Jurnal adalah media yang aman bagi
siswa untuk mengekspresikan perasaan mereka. Melalui kegiatan ini, siswa
dilatih untuk mengungkapkan ide, melaporkan suatu kejadian, dan
memikirkan tentang hal-hal yang bersifat mekanis. Manfaat dari menulis
jurnal, diantaranya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan
membaca, memberikan kesempatan untuk refleksi, menumbuhkan
keberanian, dan meningkatkan kemampuan dalam berpikir.
c. Membaca dalam hati
Dalam hal ini siswa akan diberikan untuk bebas membaca bacaan
yang dipilih sendiri dan dilakukan dalam hati. Hal tersebut dilakukan agar
siswa dapat memilih bacaan yang cocok dan sesuai dengan kemampuannya,
sehingga nantinya siswa dapat selesai membaca bacaan tersebut.
d. Membaca bersama
Pada kegiatan ini guru dan siswa membaca satu bacaan yang sama.
Dengan kata lain aktivitas ini merupakan kegiatan membaca bersama-sama
antara guru dan siswa. Terdapat beberapa manfaat dari kegiatan ini, yaitu
membantu siswa agar dapat memperhatikan bacaan guru yang benar,
mendorong siswa untuk menunjukkan keterampilan membaca yang
dimilikinya, dan meningkatkan kecakapan membaca yang benar bagi siswa.
e. Membaca terbimbing
Dalam membaca membimbing penekanan lebih kepada membaca dalam
pemahaman. Pembelajaran melalui membaca terbimbing menekankan pada
pemahaman suatu bacaan. semua siswa membaca dan mendiskusikan
bacaan yang sama. Dalam kegiatan ini guru dapat memberikan pertanyaan
berkualitas yang dapat dijawab secara kritis oleh siswa. Manfaat dari
kegiatan ini, adalah meningkatkan keterampilan membaca siswa,
meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, mengajarkan berdiskusi,
dan meningkatkan cara berpikir kritis siswa.
f. Menulis terbimbing
Guru memegang peranan sebagai seorang fasilitator yang mengarahkan
siswa untuk dapat menemukan ide untuk ditulis dan cara menulis dengan
sistematis, jelas, dan menarik.
g. Membaca mandiri
Membaca mandiri secara bebas merupakan aktivitas membaca yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan bacaan yang
akan dibaca secara mandiri. Siswa mempunyai tanggung jawab penuh
bacaan yang dipilih, sehingga peran guru hanya menjadi seorang fasilitator,
pemberi respon, dan pengamat.. Terdapat manfaat dari kegiatan ini, yaitu
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman,
memperbanyak kosakata, memfasilitasi membaca siswa, serta melancarkan
bacaan siswa.
h. Menulis mandiri atau menulis bebas
Hal ini adalah aktivitas tulis-menulis dengan independen bagi siswa dengan
tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan
kemampuan menulis, dan meningkatkan kebiasaan menulis. Melalui
kegiatan ini siswa dapat menuliskan segala sesuatu tanpa adanya campur
tangan dari guru.
3. Karakteristik Kelas Whole Language
Terdapat karakteristik yang memperlihatkan bahwa suatu kelas menerapkan
Whole Language (Yarmi, 2008).
a. Ruangan kelas memiliki banyak karya cetak. Artinya, di kelas terdapat
banyak barang tergantung, seperti poster yang merupakan hasil karya siswa.
Selain itu, terdapat perpustakaan kecil di dalam kelas.
b. Siswa belajar dengan melihat contoh atau model. Berarti, guru menjadi
contoh bagi siswa dalam berbahasa yang baik pada aktivitas berbicara,
membaca, menyimak, dan menulis.
c. Siswa belajar dan menyelesaikan tugas berdasarkan kemampuan. Artinya,
pada ruang kelas disediakan buku-buku dengan isi yang sesuai untuk
melancarkan pembelajaran siswa berdasarkan tingkat perkembangan siswa.
d. Setiap siswa mempunyai tanggung jawab pada kegiatan pembelajaran.
Artinya, dalam Whole Language guru memegang peran sebagai fasilitator
dan para siswa berperan aktif dalam pembelajaran menggantikan beberapa
peran guru.
e. Siswa dengan aktif terlibat dalam pembelajaran yang bermakna. Artinya,
siswa secara aktif terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, dengan
mencoba langsung maka pembelajaran menjadi bermakna.
f. Siswa tanpa ragu mampu untuk mengambil resiko dan bebas mencoba.
Artinya, dalam Whole Language guru menciptakan aktivitas belajar dengan
bermacam fase kemampuan siswa, sehingga seluruh siswa dapat
menyelesaikan percobaannya. Lalu, hasil karya tulis siswa akan ditempel di
kelas tanpa koreksi dari guru.
g. Siswa memperoleh umpan balik positif dari guru dan teman-temannya.
Artinya, dalam Whole Language memungkinkan siswa untuk melakukan
diskusi, konferensi, dan kolaborasi. Siswa yang melakukan presentasi karya
tulisnya akan memperoleh respon yang positif dari teman dan gurunya,
sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri.

4. Manfaat Whole Language


Manfaatnya, yaitu apat meningkatkan kecakapan dan keahlian siswa dalam
bentuk bicara, pendengaran, bacaan, dan tulisan yang dikembangkan dengan proses
yang menyeluruh. Melalui pendekatan ini minat membaca pada siswa dapat
ditanamkan sejak dini. Pada akhirnya siswa dapat menjalin komunikasi dengan
baik melalui bahasa lisan dan tulisan.

D. Pendekatan Kontekstual
1. Definisi Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah pendekatan yang menghubungkan materi suatu pelajaran dengan kehidupan
nyata. Siswa dalam pendekatan ini didorong untuk mengaitkan wawasan yang
sudah dimiliki dengan penerapan di kehidupan sehari-hari, sehingga harapannya
hasil belajar dapat berharga dan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
dilakukan melalui pengalaman langsung bukan hanya sekadar transfer pengetahuan
dari guru kepada siswa.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru hanya memberikan bantuan kepada
siswa agar dapat mencapai tujuan mereka. Guru menciptakan kelas menjadi
kelompok yang bekerja sama untuk menemukan wawasan dan pengalaman yang
baru bagi siswa yang diperoleh melalui penemuan siswa sendiri.

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual


Nurhadi dalam (Yuniati, 2018) menyebutkan dalam pendekatan kontekstual
memiliki delapan komponen utama, di antaranya, melakukan pembelajaran yang
bermakna, melakukan kegiatan yang penting dan berarti, pengaturan pembelajaran
secara mandiri, kerjasama, kreatif dan berpikir kritis, mendidik karakter siswa,
mencapai standar maksimal, dan menggunakan asesmen yang dapat dipercaya
kebenarannya..
Nurhadi juga menyebutkan bahwa kontekstual mempunyai 11 karakteristik
di antaranya, menyenangkan, saling menunjang, kerja sama, semangat belajar,
pembelajaran terintegrasi, multi sumber, partisipasi aktif, berbagi dengan teman,
guru kreatif, dinding kelas atau lingkungan belajar dipenuhi karya-karya siswa,
informasi hasil belajar kepada orang tua siswa disampaikan melalui rapor, hasil
karya siswa, karangan siswa, laporan praktikum, dan lain-lain.
Karakteristik pembelajaran kontekstual yang diungkapkan oleh Priyatni
(2002:2) yaitu sebagai berikut.
a) Konteks nyata diterapkan dalam pembelajaran. Dengan konteks yang nyata
diharapkan siswa mempunyai keterampilan dalam menemukan solusi penyelesaian
masalah dalam konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b) Aktivitas belajar ditekankan agar siswa dapat melaksanakan pembelajaran dan
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
c) Siswa diarahkan untuk mengalami atau mencoba langsung dalam kegiatan
pembelajaran agar siswa dapat memiliki pengalaman yang bermakna (learning by
doing).
d) Siswa lebih banyak belajar melalui diskusi, kerja kelompok, dan saling
membenarkan.
e) Pembelajaran diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan
melalui kerja sama, saling memahami, dan kebersamaan antar siswa.
f) Aktivitas pembelajaran dilakukan dengan aktif melibatkan siswa, berpikir
kreatif, dan mengutamakan kerja sama.
g) Aktivitas pembelajaran dilakukan melalui cara- cara yang membuat siswa
senang.

3. Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual


a) Constructivisme (konstruktivisme, membangun, membentuk).
Pembelajaran lebih mengutamakan pada terbentuknya pemahaman siswa secara
mandiri dengan produktif, kreatif, dan aktif sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman belajar yang berharga.
b) Questioning (bertanya).
Kegiatan belajar pada pendekatan kontekstual dianggap sebagai solusi guru untuk
mengarahkan siswa agar memperoleh informasi dan mendorong siswa untuk dapat
berpikir secara kritis.
c) Inquiry (menyelidiki, menemukan).
Pada tahap ini pembelajaran dimulai dengan siswa mengamati suatu fenomena, lalu
siswa akan melakukan kegiatan-kegiatan berharga untuk menemukan pengetahuan
yang didapatkan secara mandiri oleh para siswa. Dengan begitu, wawasan dan
kecakapan yang didapatkan siswa bukan hasil mengingat materi, tetapi buah dari
menemukan sendiri pengetahuan yang dibangunnya.
d) Learning community (masyarakat belajar).
Pada teori ini menekankan bahwasanya hasil belajar harus didapatkan dari
kerjasama dengan orang lain. Artinya, hasil belajar dapat diperoleh dari interaksi
antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang bisa dengan yang belum bisa,
baik saat di dalam ataupun di luar ruangan kelas. Jadi, peserta didik mendapatkan
berbagai informasi yang dapat menambah pengetahuannya.
e) Modelling (permodelan).
Komponen pemodelan ini berarti dalam pembelajaran keterampilan dan
pengetahuan tertentu disertai model yang dapat dicontoh peserta didik. Model yang
dimaksud berupa pemberian contoh, yaitu cara mengoperasikan suatu hal kemudian
menunjukkan hasil karya, dan memperlihatkan penampilan. Penggunaan model
akan membantu proses berpikir siswa.
f) Reflection (refleksi atau umpan balik)
Merefleksikan pengetahuan yang baru diperoleh. Akibatnya, peserta didik
melakukan refleksi terhadap apa yang baru dipelajarinya, mencermati dan
menanggapi semua peristiwa, kegiatan atau pengalaman yang terjadi selama
belajar, sehingga peserta didik menjadi sadar bahwa dirinya telah memperoleh
pengetahuan baru.
g) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan
menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran
siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.

4. Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia
a) Implementasi CTL dalam Pembelajaran Membaca
Implementasi CTL pada proses belajar membaca, pendidik/guru mampu membuat
masyarakat untuk belajar dikelas. Selain itu, tujuan masyarakat belajar adalah
sebagai tempat mengutarakan pendapat, saling memberikan informasi, berdiskusi
untuk mengetahui mengenai persoalan belajar yang ada sehingga adanya solusi
untuk persoalan tersebut dengan menggunakan bacaan
b) Implementasi CTL dalam Pembelajaran Berbicara
Pada penerapan pembelajaran membaca, peserta didik diberi perangkat oleh
pendidik yang bisa membuat peserta didik berbicara. Kegiatan dalam berbicara
antara lain seperti pidato, membaca puisi, menceritakan kembali, memberikan
komentar, dan bertanya.
c) Implementasi CTL dalam Pembelajaran Mendengarkan
Dalam hal ini guru membiasakan siswa untuk mendengarkan, baik melalui
perkataan langsung maupun dengan rekaman. Setelah mendengarkan suatu
informasi tertentu, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada
instrumen.
d) Implementasi CTL dalam Pembelajaran Menulis
Pada kegiatan menulis pendidik memberi tugas berupa menulis aktivitas yang
dilakukan sehari-hari yang nantinya dibuat menjadi sebuah karya dokumen
portofolio. Karya tersebut berisi mengenai apa saja yang diperoleh pada hari itu,
masalah-masalah yang ditemui, hingga pada kegiatan menemukan solusi dari
masalah tersebut. Setelah pendidik menuliskan tersebut dalam kurun waktu
tertentu, pendidik kemudian dapat memberikan penilaian terhadap hasil karya
peserta didik tersebut sehingga dapat menentukan peserta didik mana yang telah
memenuhi kompetensi atau yang masih belum memenuhi.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang atau cara pendidik memberikan
materi pembelajaran kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sebaliknya, cara belajar merupakan konsep dasar yang menjadi
tempat dan konteks pembelajaran. Ada beberapa cara belajar bahasa dan sastra di sekolah
dasar yaitu cara pertama belajar bahasa Indonesia meliputi: pendekatan formal,
eksperiensial, struktural, keterampilan proses, pendekatan rasional, fungsional, terpadu,
integral, sosiolinguistik, psikologis, psikolinguistik dan pendekatan komunikatif. Selain
itu, pendekatan pembelajaran bahasa whole language merupakan pendekatan yang lebih
memberdayakan yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam memperoleh informasi atau
mempraktikkan pengetahuan baru. Terakhir, Metode Pembelajaran Kontekstual adalah
teori yang membantu pendidik menghubungkan materi yang diajarkan dengan konteks
dunia nyata dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuannya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Diharapkan pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD dengan
pendidik memilih beberapa jenis yang sudah ada dan menyesuaikan keadaan yang ada.
Dan menjadikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mampu membawa perubahan
yang baik dalam dunia pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih beragam dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Haryuni, R. (2013). Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi Menggunakan Pendekatan


Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI. Artikel Penelitian, 3 (1).

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika


Aditama.

Krissandi, dkk. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD (Pendekatan dan Teknis).
Jakarta: Media Maxima.

Laily, I.F. (2015). Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI. Al
Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 2 (1). DOI: 10.24235/al.ibtida.snj.v2i1.176

Rahim, R., dkk. (2021). Pendekatan Pembelajaran Guru. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Yarmi, G. (2008). Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Jurnal Pendidikan: Penabur, 11 (7). Hal 9-22.

Yuniati, S. (2018). Perangkat pembelajaran matematika terintegrasi karakter-keislaman melalui


pendekatan kontekstual di provinsi Riau. MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 6 (1).
Hal 104-118.

Anda mungkin juga menyukai