Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD


KELAS TINGGI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di SD Kelas Tinggi
Dosen Pengampu : Juflin Alim S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Asria (21376GSD0491)
2. Niqmalyati (21376GSD0494)
3. Nurni (21376GSD0502)
4. Wa Ode Beliyati (21376GSD0516)
5. Dewi Ernawati Bonerate (22376GSD0719)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PELITA NUSANTARA BUTON
TAHUN AJARAN
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD KELAS TINGGI” ini
tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada bapak Juflin Alim S.Pd,.M.Pd selaku Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Kelas Tinggi yang telah membimbing
kami dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah kami sehigga
kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan,bahasa maupun penulisanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Demikian, semoga makalah kami bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Baubau, 8 Oktober 2023

Penulis
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Daftar isi........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas Tinggi.......................2
B. Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa di SD Kelas Tinggi.................................2
C. Prinsip Pembelajaran bahasa Kelas Tinggi...............................................4
D. Pendekatan/ Metode/ Model Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi..........5
E. Proses Pembelajaran di SD Kelas Tinggi...................................................7
F. Pembelajaran Bahasa di SD Kelas Tinggi.................................................8
G. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesa SD.............................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, kajian teoritis kearah implementasi
pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai alat pemahaman kepada guru SD dalam
melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia secara benar. Bahasa merupakan produk
budaya yang berharga dari generasi ke generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya
yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari.
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI mencakup 4 aspek yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam proses pembelajarannya,
pembelajaran apresiasi sastra SD diintegrasikan melalui 4 keterampilan berbahasa.
Dalam SK KD yang tersurat dalam kurikulum SD/MI maka guru sebagai pelaksana,
perencana dan pengevaluasi pembeajaran, maka sebelum tatap muka, guru harus
menentukan pembelajaran yaitu setiap pertemuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
harus jelas fokusnya, agar pelaksanaan pembelajaran jelas, terarah, efisien dan efektif
sesuai tujuan.
Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi
berikutnya. Bahasa adalah budaya yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari.
Seorang anak yang tidak pernah diajarkan berbicara, maka tidak akan pernah memiliki
kemampuan berbicara dan bahkan tidak mampu berpikir sebagaimana layaknya anak
manusia ( Pirozzi, 2003 ).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi ?
2. Apa ciri-ciri pembelajaran bahasa kelas tinggi ?
3. Apa prinsip pembelajaran bahasa kelas tinggi ?
4. Apa pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi ?
5. Bagaimana proses pembelajaran di kelas tinggi ?
6. Bagaimana pembelajaran Bahasa di kelas tinggi ?
7. Bagaimana Strategi pembelajaran Bahasa Indonesia SD ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran bahasa kelas tinggi.
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bahasa kelas tinggi.
4. Untuk mengetahui pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa Indonesia kelas
tinggi.
5. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas tinggi.
6. Untuk mengetahui pembelajaran Bahasa di kelas tinggi.
7. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi

Secara teknis bahasa adalah seperangkat ujaran yang memiliki arti atau makna yang
dihasilkan dari alat ucap. Pengertian secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi
antara anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna. Sehingga
dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki dua aspek yaitu system (lambang) bunyi dan
makna. Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada suatu
tertentu. Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1966: 14). Sedangkan
menurut Tarigan (2002:4.23) pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh
siswa dalam proses mencapai tujuan khusus pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan
bahwa karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia diantaranya (1) setiap pembelajaran
berkaitan dengan kegiatan siswa, (2) setiap kegiatan pembelajaran berkaitan dengan
kegiatan berbahasa, (3) setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja dan dapat
dikembangkan secara kreatif, dan (4) setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen
PBM dan pendekatan CBSA, keterampilan proses serta pendekatan komunikatif. Contoh
rambu-rambu pembelajaran dapat dinyatakan sebagai berikut, (1) membicarakan
hubungan atau kaitan dengan bahasa dan komunikasi, (2) memperbincangkan tentang
keterpaduan aspek- aspek keterampilan berbahasa atau kegiatan berbahasa dalam
pelaksanaan suatu pembelajaran, (3) berkaitan dengan pengakuan waktu pelaksanaan
pembelajaran.
Kelas tinggi adalah siswa yang terdiri dari siswa kelas 4, 5, dan 6. Menurut Sri
Anitah dkk (2008:2.37) esensi proses pembelajaran kelas tinggi sekolah dasar adalah
suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan
konsep, dan generalisasi hingga penerapannya ( menyelesaikan soal, menggabungkan,
menghubungkan, memisahkan, menyususun, menderetkan, melipat, dan membagi ).
Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dikelas
tinggi sekolah dasar, diantarannya adalah tanya jawab, latihan atau drill, belajar
kelompok, obervasi atau pengamatan, inkuiri, pemecahan masalah dan discovery.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik
tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan
fungsinya. Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta

2
kematangan emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.

B. Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa di SD Kelas Tinggi

Di kelas tinggi, siswa dapat dibimbing dengan menggunakan pembelajaran


kontruktivis, artinya siswa dibimbing untuk mencari, menemukan, menggolongkan,
menyusun, melakukan, mengkaji, dan menyimpulkan sendiri atau berkelompok tentang
substansi yang dipelajarinya.
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di sekolah dasar dapat
dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani
beragumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya
memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki karakter yang baik. Kegiatan pembelajaran di
kelas tinggi sekolah dasar banyak menggunakan pembelajaran berbasis masalah.
Karakteristik pembelajaran kelas tinggi di sekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut
aktivitas yang tinggi, kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti
tahapan penelidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya.

C. Prinsip Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi

Adapun prinsip pembelajaran bahasa Indonesia dikelas tinggi adalah :

1. Prinsip Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran
yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang
dinamis dan fleksibel untuk mengontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan
pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang
memberdayakan siswa.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna
sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran

3
kontekstual adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi
siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher
centered.

2. Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2)
yang mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan
kegiatan yang satu dengan yang lainnnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan
berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantik. Keempat system ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada
saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa
Indonesia. Sebagai contoh dalam pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat
sekaligus memadukan keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara. Selain itu,
dalam pembelajaran menyimak, kita dapat memadukan keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca atau menulis.

3. Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan kurikulum
2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran
bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan
fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk
hidup (Purnomo,2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan
konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif
mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-
satunya pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai
penerima informasi (Hairuddin,2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarkan
multisumber. Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas peserta didik, guru dan
lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi Tarigan (Hairuddin,2000:36) mengungkapkan
bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar
dalam proses pembelajaran disamping sebagai pengorganisasi, pembimbing dan
peneliti.

4. Prinsip Apresiatif
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata
“apresiasi” berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah
apresiatif dimaknai “menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif

4
berarti pembelajaran yang menyenangkan. Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif
ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran
aspek yang lain seperti keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran sastra dapat dipadukan dalam
pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut.

D. Pendekatan/ Metode/ Model Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi

Pendekatan pembelajaran adalah bagaimana kita memandang sebuah proses


pembelajaran dari sudut pandang tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah
rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan
pendekatan tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia kelas tinggi adalah sebagai berikut.

1. Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan driil (pengulangan). Metode ini
muncul karena terlalu lama waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target.
Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa yang cepat. Dalam
audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan
dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara
intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah :

a. Penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa
menyimak tanpa melihat teks yang dibaca
b. Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa
menghafalkannya
c. Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan
d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan
didepan kelas, dan
e. Pembentukan kalimat lain sesuai dengan yang dilatihkan

2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan
berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajaran
dispesifikkan kedalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk
disini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis,
diutarakan, atau disajikan kedalam nonlingusitick.
Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikianpula sebuah perintah, pesan,
laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan
begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi sebagai berikut :

5
a. Memahami pesan
b. Mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan
c. Mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi
d. Membuat cacatan
e. Menyusun cacatan secara logis, dan
f. Menyampaikan pesan secara lisan

3. Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak
berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif
diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pemikirannya
kedalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtuh. Semua gagasan yang
disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif.
Yang dimaksud dengan komunikatif disini adalah adanya respon dari lawan
bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan
bicara kita adalah pembaca.

4. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks
bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Langkah-langkah metode membaca
adalah sebagai berikut.

a. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini
diberikan dengan definsi dan contoh kedalam kalimat.
b. Penyajian bacaan dikelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk
mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)
c. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.
d. Pembacaan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu diadakan jika
dipandang perlu oleh guru.
e. Pembacaan kosakata yang relevan.
f. Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat
denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan
dengan isi bacaan.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur


dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Adapun model yang digunakan saat pembelajaran bahasa dikelas tinggi adalah
sebagai berikut.

a. Dalam pembelajaran dikelas tinggi dapat diterapkan model pembelajaran


penelitian, kelompok interaktif, dan ceramah bervariasi.
b. Model penelitian sangat potensial untuk mengembangkan rasa ingin tahu, berfikir
deduktif, berfikir induktif, berfikir kritis, berfikir kreatif, dan berfikir hipotesis.

6
c. Prosedur dasar model penelitian adalah masalah hipotesis dan data kesimpulan.
d. Model kelompok interaktif sangat potensial mengembangkan keterampilan
berkomunikasi, inisiatif, kreativitas, dan sinergi.
e. Model kelompok interaktiv yang dapat digunakan di kelas tinggi antara lain
membaca berpasangan, kelompok pendukung, latihan keterampilan bersama,
tugas rumah kelompok, dan sajian situasi.
f. Model ceramah bervariasi termasuk kedalam pendekatan ekspositori dengan ciri
utama adanya komunikasi verbal. Ada 5 model ceramah yang dapat dipakai
dikelas tinggi yakni ceramah tanya jawab, ceramah audio-visual, ceramah
demonstrasi, ceramah mini, dan ceramah interaktif.

E. Proses Pembelajaran di SD Kelas Tinggi

1. Proses pembelajaran di kelas tinggi


a. Anak usia kelas 4, 5, dan 6 secara kognitif berada pada tahap operasi konkret dan
formal yang ditandai oleh kemampuan berfikir abstrak atau konseptual.
b. Salah satu bentuk proses berfikir abstrak adalah berfikir hipotesis kemudian
menguji hipotesis melalui percobaan atau eksperimen.
c. Dari sisi perkembangan afektif anak usia 4, 5, dan 6 berada dalam tahap rasa
produkrif dan rasa identitas.
d. Wujud rasa produktif dan rasa identitas adalah menunjukkan kemauan dan
kemampuan berinisiatif, untuk menghasilkan sesuatu secara mandiri.
e. Kematangan afektif pada dasarnya merupakan hasil dari interaksi sisi biologis,
personal dan seseorang dalam suatu rentang waktu.
f. Prinsip pembelajaran dikelas 4, 5, dan 6 ialah penciptaan suasana yang
memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
berinisiatif menghasilkan sesuatu secara mandiri.
g. Kemampuan kognitif dan kualitas afektif antara lain emosi mempersyaratkan
adanya pemberian suasana yang serasi dan sepadan.

2. Penerapapan Ragam Metode Mengajar di Kelas Tinggi


a. Misi pokok pembelajaran adalah mewujudkan proses belajar yang bermakna.
b. Perilaku guru yang menunjang proses belajar yang efektif antara lain sajian yang
jernih, bervariasi, dan fleksibel berorientasi pencapaian tujuan pemanfaatan
waktu yang efektif untuk kegiatan akademis.
c. Selain itu guru seharusnya memiliki aturan kelas, menguasai kelas, penugasan
yang menarik, bermakna dan mudah diselesaikan, seefisien dalam pengarahan
menggunakan banyak sumber dan cepat mengatasi perilaku menyimpang.
d. Dari sisi siswa harus diupayakan agar mereka percaya diri, siap, aktif, motivatif,
komunikatif.

7
F. Pembelajaran Bahasa di SD Kelas Tinggi

Dalam proses pembelajaran khususnya di kelas tinggi ada menyimak, membaca,


menulis, dan berbicara. Beberapa hal yang mendasari sistem pengajaran tersebut yaitu :

1. Tahap-tahap Menyimak
Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar
penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu adalah :

a. Tahap Mendengar
Dalam tahap ini, kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh
sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi kita masih dalam tahap
hearing.

b. Tahap Memahami
Setelah kita mendengar, keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami
dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Maka
sampailah, kita kedalam tahap pemahaman.

c. Tahap Menginterpretasi
Dalam tahap ini, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau
hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara; dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan
tersirat dalam ujaran itu. Dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap
interpreting.

d. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi
pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat
serta gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan, dimana
kebaikan dan kekurangan sang pembicara; maka dengan demikian sudah sampai
pada tahap evaluating.

e. Tahap Menanggapi
Tahap ini merupakan tahap terkahir dalam kegiatan menyimak; sang penyimak
menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya; sang
penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi (responding). Tanggapan dapat
berupa penolakan atau pendapat.

8
G. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki
yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Pengupayaan
pencapaian tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta
menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan menjadi program kegiatan
merupakan pemikiran strategis (Joni,198976).
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan
strategi tertentu. Pemilihan stategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat
dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Dalam teori membaca dikenal
beberapa strategi membaca. Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan
bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap
bacaan tersebut.

1. Strategi Pembelajaran Menyimak


Ada beberapa strategi pembelajaran yang menjadi pilihan guru untuk
mengajarkan menyimak, yakni.

a) Strategi pertanyaan dan jawaban


Strategi ini merupakan strategi yang paling sederhana dalam KBM menyimak.
Tahap-tahapan kegiatannya adalah :

1) Guru mengemukakan judul bahan simakan.


2) Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan
dibicarakan.
3) Guru membacakan materi simakan. Pembacaaan dapat dilakukan perbagian
dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara
lansung.
4) Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberikan kesempatan
kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
5) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa.
6) Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (secara
tertulis atau lisan).

Strategi KWL atau DLA (Direct Listening Activities). Tahapan-tahapan


kegiatannya adalah :

1. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan,


bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan
simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru
mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak.
2. Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.

9
3. Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus
diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan
pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain.
4. Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk
mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.

Strategi menyimak dan Berpikir Langsung/MBL atau DLTA (Direct Listening


Thinking Activities). Tahapan-tahapan kegiatannya, adalah :

1) Persiapan menyimak : pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang
akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”. Berdasarkan judul tersebut
guru menanyakan kepada siswa bagaimana seandainya malam hari sendirian
dirumah ? untuk membangkitkan imajinasi siswa guru menunjukkan gambar
rumah yang gelap. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi
cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana
seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian ? dan sebagainya.
2) Membaca nyaring : guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara
menarik dan hidup. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan
dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa
yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dan sebagainya. Setelah tanya
jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi.
3) Refleksi dan penyampaian pendapat. Guru mengakhiri pembacaan, selanjutnya
guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta
pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang
alur, seting dan sebagainya.

2. Strategi Pengajaran Membaca

Strategi KWL atau DRA (Direct Reading Acivities) penggunaan strategi KWL
adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca secara komprehensif, membaca
kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa berdasarkan bentuk bacaan
secara ekstensif.
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan strategi DRA
(Direct Reading Activity). Strategi DRA dirancang oleh Betts. Pada dasarnya,
langkah-langkahnya mengikuti petunjuk mempersiapkan siswa sebelum, saat
membaca dalam hati, dan melanjutkan kegiatan membaca dengan pengecekan
pemahaman dan keterampilan memahami pelajaran. Strategi diadaptasi sejak dikenal
pembelajaran membaca isi suatu mata pelajaran (Content Area Literacy). Strategi
DRA didefinisikan sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran
membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran
(Eanes, 1997:88).

10
Adapun tahapan pengajarannya, adalah sebagai berikut :

a) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya


jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai
pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal
pokok yang perlu dipahami siswa dalam membaca.
b) Guru meminta siswa dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan tanya
jawab tentang isi bacaan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan
seperti yang ada dalam buku teks. Guru menambahkan pertanyaan sesuai dengan
konteks kehidupan siswa maupun permasalahan lain.
c) Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan
pemahaman dan keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah
dilakukannya. Kegiatan itu berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan
menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan
struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.

3. Strategi Pembelajaran Menulis

Dari penelitian jurnal dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis di sekolah


dasar, siswa diharapkan agar dapat menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis
karangan dalam berbagai konteks. Penguasaan keterampilan menulis mutlak
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya pembelajaran
menulis karangan kurang perhatian yang serius. Pembelajaran menulis di sekolah
dasar sering kurang ditangani dengan baik. Kalaupun ada pelaksanaannya kurang
sistematis. Guru hanya memberikan sebuah judul karangan yang harus dibuat oleh
siswa dengan banyak lembar tertentu.
Strategi Proses Menulis Terbimbing (PMT) atau GWP (Guiding Writing Process)
strategi PMT pada intinya adalah mengajar siswa dengan kegiatan menulis dengan
mencontoh model karangan yang telah dibacanya. Kegiatan yang ditempuh, adalah :

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan cara melakukan kegiatan belajar


yang harus ditempuh oleh siswa.
b) Siswa membaca teks dan mempelajarinya ditinjau dari judul, hubungan ide-ide
pokok, dan pola pengembangan paragrafnya. Dalam penulisan cerita diawali
dengan membaca cerita untuk memperoleh gambaran bagian-bagian cerita, isi
bagan yang satu dengan yang lain.
c) Berdasarkan pemahaman contoh model yang dibacanya, siswa melakukan
kegiatan (1) pramenulis, (2) menulis draf, (3) melakukan perbaikan.

Strategi Menulis secara Lansung. Strategi ini dilakukan misalnya pada saat siswa
menulis buku, atau menulis dalam buku harian, dan menulis karya ilmiah. Adapun
langkah-langkahnya adalah :

11
a) Siswa diminta menentukan karangan melalui kegiatan tukar pendapat dengan
teman/kelompok diskusi. Guru membantu membangkitkan gambaran berkenaan
dengan yang digarap.
b) Guru membantu siswa menggambarkan kerangka karangan. Misalnya,
mendaftar ide-ide pokok dan sebagainya.
c) Siswa memanfaatkan sumber informasi yang diperoleh dan menyusun draf
karya tulis.
d) Siswa saling menukarkan dan mempelajari draf karangan dan saling memberi
bahan masukan.
e) Guru mengoreksi draf karangan siswa dan mengadakan pembahasan ssecara
singkat dengan difokuskan pada bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
f) Siswa memperbaiki draf sesuai dengan masukan teman dan guru.
g) Siswa menuliskan kembali dan mempublikasikan melalui atau membacakan
depan kelas.

4. Strategi Pembelajaran Berbicara

Kegiatan berbicara meliputi berbagai bentuk, dan setiap bentuk memiliki


kekhasan. Secara umum prosedur KBM yang dirancang perlu memperhatikan
langkah KBM pada tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut atau pasca
wicara. Pada tahap persiapan, misalnya langkah kegiatan dapat berupa penyiapan
naskah sambutan. Tahap pelaksanaan mengacu pada kegiatan yang dilakukan siswa
ketika membacakan naskah sambutan. Sementara tindak lanjut diisi dengan kegiatan
penilaian pembacaan naskah sambutan.
Bentuk KBM lain yang juga digunakan, misalnya dalam pelajaran dialog,
adalah kegiatan bermain peran. Tahapan yang dilakukan adalah tahap persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut.
Metode pengajaran berbicara menurut Djago Tarigan (1990) adalah sebagai
berikut :

1) Ulang-ucap. Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model
ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti.
2) Lihat-ucapan. Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian
siswa menyebutkan benda tersebut.
3) Memerikan. Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau
mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata sendiri.
4) Menjawab pertanyaan
5) Bertanya
6) Pertanyaan menggali
7) Melanjutkan
8) Menceritakan kembali
9) Percakapan
10) Parafrase
11) Reka cerita gambar

12
12) Bermain peran
13) Wawancara
14) Memperlihatkan dan bercerita (show and tell)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas tinggi akan menjadi sangat


efektif, bermakna dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai
faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang
disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia dikelas
tinggi sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa.
Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dijadikan
motivasi untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atau
kesalahan tersebut. Disinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.

B. Saran

Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di Sekolah Dasar hendaknya
mengetahui tentang apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan
sampai kita mengajar dengan asal-asalan karena itu membuat ketidaknyamanan bagi
siswa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anitah Sei W , dkk, 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1998. Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Hairuddin, dkk.2008. Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 . Bogor :
Ghalia Indonesia.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung :
Angkasa.
Rahim, Frida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Bumi Akasara.
Winataputra, Udin S. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

15

Anda mungkin juga menyukai