INDONESIA SD K E L A S TINGGI
“ H A K I K A T PEMBEL AJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD K E L A S T INGGI"
SD KELAS TINGGI
PENDAHULUAN
atau antar bidang studi. Bentuk keterpaduan ini juga dapat dilakukan melalui
pemanduan konsep dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Semua kegiatan ini diintegrasikan
oleh tema- tema yang bermakna, yang ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara terpadu sepatutnya dilaksanakan di
SD sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini diharapkan siswa dapat memahami
rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia secara
terpadu.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi ?
2. Apa ciri-ciri pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
3. Apa prinsip pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
4. Apa pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa Indonesia kelas
tinggi?
5. Apa hakikat (komponen, fungsi dan kompetensi) bahasa kelas tinggi?
1
3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian dari pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi
2. Untuk mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
2
B A B II
PEMBAHASAN
dihasilkan dari alat ucap. Pengertian secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara
anggota masyarakat yang berupa system lambing bunyi yang bermakna. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahasa memiliki dua aspek yaitu system (lambang) bunyi dan makna. Pasal
1 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Pembelajaran adalah
proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman (KBBI, 1996:14). Sedangkan menurut Tarigan (2002:4.23) pembelajaran
adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses mencapai tujuan khusus
pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia
diantaranya (1) setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan siswa, (2) setiap kegiatan
pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa, (3) setiap pembelajaran dimulai dengan
kata kerja dan dapat dikembangkan secara kreatif, dan (4) setiap pembelajaran berkaitan
dengan komponen PBM dan pendekatan CBSA, keterampilan proses serta pendekatan
komunikatif. Contoh rambu-rambu pembelajaran dapat dinyatakan sebagai berikut, (1)
membicarakan hubungan atau kaitan dengan Bahasa dan komunikasi, (2) memperbincangkan
tentang keterpaduan aspek-aspek keterampilan berbahasa atau kegiatan berbahasa dalam
Kelas tinggi adalah siswa yang terdiri dari siswa kelas 4,5, dan 6. Menurut Sri Anitah
dkk (2008:2.37) esensi proses pembelajaran kelas tinggi sekolah dasar adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan konsep, dan
generalisasi hingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Banyak strategi belajar yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas tinggi sekolah dasar, diantaranya
adalah tanya jawab, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan, inkuiri,
pemecahan masalah dan discovery.
3
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik
tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya.
Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di sekolah dasar dapat dilakukan
dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin
mengetahui, memiliki karakter yang baik. Kegiatan pembelajaran di kelas tinggi sekolah dasar
banyak menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Karakteristik pembelajaran kelas tinggi
di sekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut aktivitas yang tinggi, kemampuan siswa dalam
4
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus
pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam
menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu
diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha
untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student
centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
2. Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2) yang
mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa
yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik.
Keempat system ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan
bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya tidak
disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara
terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai
contoh dalam
pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan
menulis, dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak,
kita dapat memadukan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan
keterampilan membaca atau menulis.
6
3. Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004
adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan
baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu
pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun
dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep
pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan
bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi
dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi (Hairuddin,
2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarkan multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi Tarigan
(Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran
guru adalah sebagai pembelajar dalam proses pembelajaran disamping sebagai
pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.
4. Prinsip Apresiatif
7
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan
tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang mneyeluruh
dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Adapun metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi adalah sebaga berikut.
1. Metode Audiolingual
2. Metode Komunikatif
4. Metode Partisipatori
5. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks
bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca
9
adalah sebagai berikut.
a. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa.Hal ini
diberikan dengan definisi dan contoh kedalam kalimat
b. Penyajian bacaan dikelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit(untuk
mempercepat waktu,bacaan dapat diberikan sehari sebelunyaa)
c. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
d. Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu diadakan
jika dipandang perlu oleh guru
e. Pembicaraan kosakata yang relevan
10
5. Hakikat (Komponen, Fungsi dan Kompetensi) Bahasa Kelas
Tinggi
1. Komponen Bahasa
5. Fonem : unit terkecil yang tidak mempunyai makna namun mampu mengubah
makna
2. Fungsi Bahasa
Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialihkodekan dalam bentuk
tulisan.
4. Menulis
Menulis adalah kegiatan menempatkan suatu pada sebuah dimensi ruang yang
kosong.
11
12
B A B III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia dikelas tinggi
sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-
kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi untuk
belajr memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut.
Disinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.
3.2. Saran
Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah dasar hendaknya mengetahui
tentang apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita
mengajar dengan asal-asalan karena itu akan membuat ketidaknyamanan bagi siswa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sei W, dkk. 2008. Strateg Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1998. Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional.
Hairuddin, dkk.2008. Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Dirjen
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor :
Ghalia Indonesia.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung :
Angkasa.