Anda di halaman 1dari 15

M A K A L A H PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA SD K E L A S TINGGI
“ H A K I K A T PEMBEL AJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD K E L A S T INGGI"

DISUSUN OLEH :’ KELOMPOK 1


NAMA : 1. HANNY EKA SALSABILA (1193311010)

2. RISKA AULIKA (1195011003)

3. YUNI ASHARI TAMBUNAN (1193311009)

KELAS : PGSD G 2019


MATA KULIAH : PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SD KELAS TINGGI

DOSEN PENGAMPU : MASTA MARSELINA SEMBIRING, S.Pd., M,Pd.

P R O G R A M STUDI S1 PENDIDIKAN GU RU S E K O L A H D ASAR


F A K U L T A S ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDA N
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan


emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Pembelajaran diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya
dan budaya orang lain.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
kesastraan Indonesia.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar dilaksanakan secara


integratif (terpadu). Bentuk keterpaduan tersebut dapat dapat dilakukan secara intra bidang

atau antar bidang studi. Bentuk keterpaduan ini juga dapat dilakukan melalui
pemanduan konsep dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Semua kegiatan ini diintegrasikan
oleh tema- tema yang bermakna, yang ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara terpadu sepatutnya dilaksanakan di
SD sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini diharapkan siswa dapat memahami
rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia secara
terpadu.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi ?
2. Apa ciri-ciri pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
3. Apa prinsip pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
4. Apa pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa Indonesia kelas
tinggi?
5. Apa hakikat (komponen, fungsi dan kompetensi) bahasa kelas tinggi?

1
3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian dari pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi
2. Untuk mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?
3. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi?

4. Untuk memahami pendekatan/metode/model pembelajaran bahasa


Indonesia kelas tinggi?
5. Untuk memahami hakikat (komponen, fungsi dan kompetensi) bahasa
kelas tinggi?

2
B A B II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi


Secara teknis bahasa adalah seperangkat ujaran yang memiliki arti atau makna
yang

dihasilkan dari alat ucap. Pengertian secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara
anggota masyarakat yang berupa system lambing bunyi yang bermakna. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bahasa memiliki dua aspek yaitu system (lambang) bunyi dan makna. Pasal
1 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Pembelajaran adalah
proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman (KBBI, 1996:14). Sedangkan menurut Tarigan (2002:4.23) pembelajaran

adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses mencapai tujuan khusus
pembelajaran. Lebih lanjut diungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia
diantaranya (1) setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan siswa, (2) setiap kegiatan
pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa, (3) setiap pembelajaran dimulai dengan
kata kerja dan dapat dikembangkan secara kreatif, dan (4) setiap pembelajaran berkaitan
dengan komponen PBM dan pendekatan CBSA, keterampilan proses serta pendekatan
komunikatif. Contoh rambu-rambu pembelajaran dapat dinyatakan sebagai berikut, (1)
membicarakan hubungan atau kaitan dengan Bahasa dan komunikasi, (2) memperbincangkan
tentang keterpaduan aspek-aspek keterampilan berbahasa atau kegiatan berbahasa dalam

pelaksanaan suatu pembelajaran, (3) berkaitan dengan pengakuan waktu pelaksanaan


pembelajaran.

Kelas tinggi adalah siswa yang terdiri dari siswa kelas 4,5, dan 6. Menurut Sri Anitah
dkk (2008:2.37) esensi proses pembelajaran kelas tinggi sekolah dasar adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk membelajarkan konsep, dan
generalisasi hingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi). Banyak strategi belajar yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas tinggi sekolah dasar, diantaranya
adalah tanya jawab, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan, inkuiri,
pemecahan masalah dan discovery.
3
Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik
tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya.
Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2.2. Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi

Di kelas tinggi, siswa dapat dibimbing menggunakan pembelajaran


dengan
kontruktivis, artinya siswa dibimbing untuk mencari, menemukan, menggolongkan,
Menyusun, melakukan, mengkaji, dan menyimpulkan sendiri atau berkelompok tentang
substansi yang dipelajarinya.

Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di sekolah dasar dapat dilakukan
dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin
mengetahui, memiliki karakter yang baik. Kegiatan pembelajaran di kelas tinggi sekolah dasar
banyak menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Karakteristik pembelajaran kelas tinggi
di sekolah dasar terlihat bahwa selain dituntut aktivitas yang tinggi, kemampuan siswa dalam

melakukan kegiatan pembelajaran seperti tahapan penelidikan, melakukan


pemecahan masalah sebagainya.

2.3.Prinsip Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi


Adapun prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas tinggi adalah:
1. Prinsip Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang


bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

4
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus
pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam
menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu
diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha
untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student
centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

a. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .

b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses


pengkajian secara seksama.
c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal
siswa yang
selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang
akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
d. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari
dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan
hidup mereka. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana

hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan


5
pelaksanaannya.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual:
a. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
b. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
c. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
d. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri.
e. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
f. Menggunakan penilaian otentik
g. Bertanya (Questioning) dalam Pendekatan Kontektual (CTL)
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community),
pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assesment).

2. Prinsip Integratif

Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2) yang
mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang
satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa
yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik.
Keempat system ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan
bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya tidak
disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara
terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai
contoh dalam
pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan
menulis, dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak,
kita dapat memadukan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan
keterampilan membaca atau menulis.

6
3. Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004
adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan
baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu
pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun
dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep
pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan
bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi
dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi (Hairuddin,
2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarkan multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi Tarigan
(Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran
guru adalah sebagai pembelajar dalam proses pembelajaran disamping sebagai
pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.

4. Prinsip Apresiatif

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi”


berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai
“menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif berarti pembelajaran yang
menyenangkan. Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk
pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran sastra
dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut.

2.4.Pendekatan / Metode / Model Pembelajaran Bahasa Kelas Tinggi


Pendekatan pembelajaran adalah bagaimana kita memandang sebuah proses
pembelajarabn dari sudut pandang tertentu. Dalam kurikulum 2013 menjurus pada
pendekatan saintific dan pendekatan berpusat pada siswa atau student cenered. Seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan selalu melibatkan siswa sebagai aktor pelajar utama.
Peran guru hanyalah sebagai fasilitator saja yang membantu siswa menemukan sendiri
pengetahuannya.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan –

7
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan
tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi
dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang mneyeluruh
dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Adapun metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi adalah sebaga berikut.
1. Metode Audiolingual

Metode audiolingual sangat mengutamakan driil( pengulangan). Metode itu muncul


karena terlalu lama waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk
kepentingan tertentu,perlu penguasaan bahasa yang cepat. Dalam audiolingual yang
berdasarkan pendekatan struktural itu,bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal
kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali kali secara intensif. Guru meminta
siswa untuk
mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah
a. Penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa
menyimak tanpa melihat teks yang dibaca
b. Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa
menghafalkannya
c. Penyaajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan
d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan
didepan kelas dan
e. Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan

2. Metode Komunikatif

Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilanberbahasa.


Setiap tujuan diorganisasikan kedalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan
kedalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk disini dimaksudkan
sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan
kedalam nonlinguistic.sepucuk surat adalah sebuah produk.Demikianpula sebuah
perintah, pesan, 8
laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati.
Dengan
begitu,produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.Tujuan itu dapat dipecah menjadi sebagai berikut.
a. Memahami pesan
b. Mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan
c. Mengajukan pertanyaan unruk memperoleh lebih banyak informasi
d. Membuat cacatan
e. Menyusun cacatan secara logis,dan
f. Menyampaikan pesan secara lisan

Dengan begitu untuk materi bahasa penyampaian pesan saja,aktivitas komunikasi


dapat terbangun secara menarik,mendalam,da membuat siswa lebih intensif
3. Metode Produktif
Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak
berbicara atau menuangkan gagasannya.Dengan menggunakan metode produktif
diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pemikiranya kedalam
keterampilan berbicara dan menulis secara runtuh. Semua gagasan yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang komunikatif.
Yang dimaksud dengan komunikatif disini adalah adanya respon dari lawan bicara.
Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara
kita adalah pembaca.

4. Metode Partisipatori

Metode pembelajaran ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.siswa


dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa diduduki sebagai subjek belajar.
.Denganberpartisipasi aktif, siswa dapat menentukan hasil belajar. Guru hanya
bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Dalam metode partisipatori siswa aktif,dinamis dan berlaku sebagai sabjek.
Namun,
bukan berarti guru harus pasif,tetapi guru juga aktif dalam memfasilitas belajar siswa
dengan suara,gambar, tulisan dinding dan sebagainya.

5. Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks
bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-langkah metode membaca
9
adalah sebagai berikut.
a. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa.Hal ini
diberikan dengan definisi dan contoh kedalam kalimat

b. Penyajian bacaan dikelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit(untuk
mempercepat waktu,bacaan dapat diberikan sehari sebelunyaa)
c. Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
d. Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu diadakan
jika dipandang perlu oleh guru
e. Pembicaraan kosakata yang relevan

f. Pemberian tugas seperti mengarang(isinya relevan dengan bacaan) atau membuat


denah, skema,diagram, ikhtisar,rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan
dengan isi bacaan

Model pembelajaran adalah kerangka konseptualyang menggambarkan prosedur


dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun model yang digunakan saat pembelajaran bahasa di kelas tinggi adalah
sebagai berikut.
g. Dalam pembelajaran di kelas tinggi dapat diterapkan model pembelajaran penelitian,
kelompok interaktif, dan ceramah bervariasi.
h. Model penelitian sangat potensial untuk mengembangkan rasa ingin tahu, berfikir,
deduktif, berfikir induktif, berfikir kritis, berfikir kreatif, berfikir komperatif/kolistik, dan
berfikir hipotesis.
i. Prosedur dasar model penelitian adalah masalah hipotesis dan data kesimpulan.
j. Model kelompok interaktif sangat potensial mengembangkan keterampilan berkomunikasi,
inisiatif, kreativitas, dan sinergi.
k. Model kelompok interaktif yang dapat digunakan di kelas tinggi antara lain membaca
berpasangan, kelompok pendukung, Latihan keterampilan Bersama, tugas rumah
kelompok, dan sajian situasi.
l. Model ceramah bervariasi termasuk ke dalam pendekatan ekspositori dengan ciri utama
adanya komunikasi verbal. Ada 5 model ceramah yang dapat dipakai di kelas tinggi yakni
ceramah tanya jawab, ceramah audio-visual, ceramah demonstrasi, ceramah mini, dan
ceramah interaktif.

10
5. Hakikat (Komponen, Fungsi dan Kompetensi) Bahasa Kelas
Tinggi
1. Komponen Bahasa

1. Fonologi : aturan letak bunyi yang sama


2. Morfologi : aturan perubahan makna yang dimodifikasikan
3. Sintaksis : aturan susunan kata
4. Semantik : makna

5. Fonem : unit terkecil yang tidak mempunyai makna namun mampu mengubah
makna

2. Fungsi Bahasa

Fungsi utamabahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi.


Namun jika diklarifikasi maka fungsi Bahasa yaitu :
a. Fungsi direktif : Bahasa digunakan untuk mengungkapkan pertanyaan dan perintah
b. Fungsi komisif : Bahasa digunakan untuk menyatakan jani dan juga penolakan
c. Fungsi representatif : Bahasa digunakan untuk mengungkapkan
pertanyaan kebenaran
d. Fungsi deklaratif : Bahasa digunakan untuk mengungkapkan pernyataan yang baru
e. Fungsi ekspresif : Bahasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang

2.5.3. Kompetensi Kebahasaan Siswa SD


1. Menyimak

Menyimak adalah proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,


mengidentifikasi, menginterpresentasikan, menilai, dan mereaksi makna yang terkandung.
2. Berbicara
Berbiacara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
3. Membaca

Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang sudah dialihkodekan dalam bentuk
tulisan.
4. Menulis

Menulis adalah kegiatan menempatkan suatu pada sebuah dimensi ruang yang
kosong.
11
12
B A B III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas tinggi akan menjadi sangat


efektif, bermakna dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor
yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi,
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.

Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia dikelas tinggi
sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-
kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi untuk
belajr memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut.
Disinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.

3.2. Saran
Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah dasar hendaknya mengetahui
tentang apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita
mengajar dengan asal-asalan karena itu akan membuat ketidaknyamanan bagi siswa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anitah Sei W, dkk. 2008. Strateg Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1998. Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan

Nasional.
Hairuddin, dkk.2008. Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Dirjen
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor :
Ghalia Indonesia.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara. Bandung :
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai