Anda di halaman 1dari 30

METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI

KELAS RENDAH DAN KELAS TINGGI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Kharis Sulaiman Hasri, M.Pd

Disusun Oleh:
Sem. 5/ S1 S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Irma Farliningsih (2021010104004)
Hasriana (2021010104010)
Usria Ramadani (2021010104016)
Wa Ode Juliana (2021010104037)
Sitti Nur Azizah (2021010104038)

PROGRAM STUDI S1 PGMI


FAKULTAS TARNIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

i
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi
Disusun Oleh: Hasriana, Irma Farliningsih, Sitti Nur Azizah, Usria
Ramadani, Wa Ode Juliana

Abstrak
Makalah ini berjudul Metode Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dengan
rumusan masalah mencakup metode pembelajaran bahasa Indonesia dikelas rendah
dan dikelas tinggi di sd. Metode pengumpulan data menggunakan teknik Studi
Pustaka dengan mengumpulkan informasi dari buku, artikel dan referensi internet
yang relevan. Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa metode
pembelajaran bahasa Indonesia dikelas rendah dan di kelas tinggi menggunakan
metode berbeda yang sesuai dengan pemahaman siswa disetiap tingkat kelas.
Terdapat 5 metode pembelajaran bahasa Indonesia dikelas rendah yaitu metode
ejaan, metode bunyi, metode suku kata, metode kata dan metode global. Adapun
metode pembelajaran bahasa Indonesia dikelas tinggi yaitu metode tata bahasa atau
terjemahan, metode membaca lanjutan, metode audiolingual, metode reseptif,
metode tematik, metode integratif, metode konseptual, dan metode partisipatif.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekolah dasar bertujuan untuk menciptakan atau mempersiapkan peserta
didik dengan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan meningkatkan hasil belajar siswa. Sekolah dasar merupakan
pendidikan formal pertama yang mempersiapkan peserta didik yang
mempunyai potensi dasar untuk melanjutkan belajar pada jenjang yang
lebih tinggi, agar anak mempunyai kemampuan atau kecenderungan yang
kuat dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, di

1
sekolah dasar terlaksana kelancaran proses belajar mengajar pada semua
mata pelajaran sekolah dasar, termasuk kelas bahasa Indonesia. 1
Kelas bahasa Indonesia di sekolah pada hakikatnya mengajarkan
anak berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam berkomunikasi lisan dan tulisan dalam bahasa Indonesia. 2
Bahasa Indonesia dipelajari mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 SD. Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di sekolah dasar terbagi dua
yakni pembelajaran di kelas rendah dan kelas atas. 3
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah mempunyai ciri khas
tersendiri. Keunikan tersebut tercermin pada metode pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik. Kekhususan tersebut juga terlihat jelas
pada bahan ajar sekolah dasar di kelas-kelas rendah. Keunikan pendekatan
dan isi bahan ajar di kelas bawah diciptakan untuk dapat mencapai tujuan
pengajaran bahasa Indonesia, yaitu 1) Siswa menghayati dan
mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan (bahasa
nasional) dan bahasa negara; 2) Siswa memahami bahasa Indonesia baik
bentuk, makna, dan fungsinya, serta menggunakan bahasa Indonesia
secara tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, kebutuhan, dan situasi; 3)
Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial; 4)
Siswa disiplin berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); 5) Siswa
dapat mengapresiasi dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual bangsa Indonesia. 4

1
Suparlan Suparlan, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekoah Dasar’, Fondatia: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4.2 (2020), 245–46 <https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i2.897>.hlm. 245
2
Ibid hlm. 246.
3
Ummul Khair, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Dan Sastra (BASASTRA) Di SD Dan MI’, AR-
RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar, 2.1 (2018), 84 <https://doi.org/10.29240/jpd.v2i1.261>. hlm.
84
4
Ibid hlm.84.

2
Menurut Anitah dkk dalam Ilham dkk, hakikat proses pembelajaran
di kelas yang lebih tinggi (kelas 4, 5, 6) adalah pembelajaran berlangsung
secara logis dan sistematis untuk mengajarkan konsep-konsep kepada
siswa dan generalisasi sehingga konsep tersebut dapat dipahami seperti
dalam mengatur, merancang, mengekspresikan, menjelaskan,
memprediksi, menyimpulkan dan mengumpulkan data. Mengembangkan
sikap ilmiah pada kelas tinggi dapat dilakukan dengan menciptakan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berdebat dan
bertanya, mendorong siswa memiliki rasa ingin tahu, ingin tahu, dan
bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. 5 Untuk mencapai tujuan
dan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya dibutuhkan metode
yang cocok dalam penerapannya.
Metode pembelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu rencana
pembelajaran Bahasa indonesia, yang mencakup pemilihan sistematis,
identifikasi dan penataan bahan ajar, serta kemampuan untuk menyarankan
tindakan perbaikan dan cara pengembangannya. Pemilihan, identifikasi
dan penyiapan bahan ajar secara sistematis menjamin siswa dapat dengan
mudah menyerap dan menguasai bahan ajar. Itu semua tergantung pada
pendekatan yang diambil. Dengan demikian maka jelas bahwa suatu
metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dilakukan dengan kata
lain pendekatan inilah yang menjadi landasan dalam menentukan metode
yang digunakan6.
Metode meliputi pemilihan dan identifikasi bahan ajar,
mempersiapkan dan memberikan solusi yang mungkin, serta
mengembangkan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, ketika guru telah
mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai, maka guru mulai memilih
bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Guru kemudian
menentukan materi pendidikan yang dipilih, sesuai dengan usia,

5
Ilham Hidayatulloh, Kurniati, and Maimunah, ‘Karakteristik Pembelajaran Siswa Tingkat Sekolah
Dasar’, Seminar Nasional Teknologi Pendidikan, 3.1 (2023), hlm. 126.
6
Agusalim, Suryanti, and La Ode Madiani, Konsep Pembelajran Bahasa IndonesiaSD Kelas Tinggi
(CV. Bintang Semesta Media, 2022) hlm.47

3
kemampuan, kebutuhan dan lingkungan siswa. Materi pendidikan tersebut
kemudian diklasifikasi berdasarkan tingkat kesulitannya, dari yang paling
mudah hingga yang paling sulit. Selain itu, guru juga merencanakan
penilaian, mengusulkan tindakan perbaikan dan
mengembangkan bahan ajar. 7
Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas rendah adalah metode eja, metode bunyi, metode suku
kata, metode kata, dan metode global. 8 Sedangkan metode yang digunakan
pada kelas tinggi yaitu: metode tata bahasa/terjemahan, metode membaca,
metode audiolingual, metode reseptif/ produktif, metode integrative,
metode tematik, metode partisipatori, dan metode kontekstual. 9

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis merumuskan menjadi beberapa, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Jelaskan metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas rendah?
3. Jelaskan metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas tinggi?

Pembahasan
A. Metode Pembelajaran
Metode adalah alat yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan
untuk menyampaikan materi pembelajaran. Terkadang, materi yang
sebenarnya mudah bisa sulit berkembang dan sulit dipahami oleh peserta
didik jika metodenya kurang tepat. Sebaliknya, materi yang sulit dapat

7
Ibid hlm.47
8
Agusalim and Suryanti, Konsep Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah, cet-1
(Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021). Hlm. 61-63
9
Ibid hlm 48.

4
lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika penyampaian dan metodenya
tepat, mudah dipahami, dan menarik. 10
Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik, pendidik, dan
sumber belajar dalam lingkungan belajar, yang bertujuan memfasilitasi
perolehan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan bagi peserta didik. Tujuannya adalah membantu peserta
didik dalam belajar secara efektif. 11
Pembelajaran adalah konsep yang tak terpisahkan dan erat kaitannya
dalam proses pendidikan. Ini adalah aktivitas yang bertujuan menciptakan
lingkungan atau memberikan layanan agar siswa dapat belajar, dengan
pemahaman mendalam tentang bagaimana siswa memperoleh pengetahuan
melalui proses belajar mereka. Pembelajaran adalah usaha yang disengaja
dari pendidik untuk mendorong peserta didik melakukan aktivitas belajar.
"Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk. Pembelajaran adalah tindakan
mengelola atau merancang lingkungan dengan optimal, mempertemukan
dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan yang dimaksud
mencakup tidak hanya tempat belajar, tetapi juga guru, peralatan,
perpustakaan, laboratorium, dan elemen relevan lainnya untuk kegiatan
belajar siswa. Nasution dalam Sugihartono, dkk Pembelajaran merupakan
tindakan terencana guru dalam desain instruksional, dengan tujuan
mendorong siswa untuk belajar secara aktif, fokus pada penyediaan
berbagai sumber belajar. Ini adalah proses belajar yang digarap oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, meningkatkan
kemampuan berfikir mereka, dan mendorong konstruksi pengetahuan baru
guna mencapai pemahaman yang mendalam terhadap materi
pelajaran."menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala. 12

10
Siti Maesaroh, ‘Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Presetasi Belajar
Pendidikan Agama Islam’, Jurnal Kependidikan, Vol.1 No.1 (2013), hlm. 155
<https://doi.org/10.24090/jk.v1i1.536>.
11
Sufriadi, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah Di Sekolah Dasar Islam Sabilal Muhtadin
Banjarmasin’, Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya, Vol 5, No. (2015), 81–82.
12
Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa, cet-1
(DEEPUBLISH, 2017) hlm. 41.

5
Metode pembelajaran adalah strategi yang guru gunakan untuk
berinteraksi dengan siswa saat mengajar. Ini mencakup cara guru
mengkomunikasikan materi ajar kepada siswa sesuai dengan kebutuhan
dan topik yang diajarkan. Menurut Nana Sudjana (2005: 76)." Metode
pembelajaran adalah strategi yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan isi pelajaran sehingga memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa, dengan tujuan mencapai tingkat keberhasilan
pembelajaran yang diinginkan.M. Sobri Sutikno (2009: 88).13 Metode
pembelajaran adalah suatu rencana yang menyeluruh dan sistematis dalam
menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara
teratur dan bertahap dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan tertentu
dalam kondisi yang berbeda-beda. 14
Berdasarkan definisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
Pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks di mana metode
pembelajaran memainkan peran penting dalam membantu peserta didik
memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran adalah strategi yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan isi pelajaran secara efektif.
Dengan metode yang tepat, materi yang sulit pun dapat lebih mudah
dipahami oleh siswa, sementara metode yang kurang tepat dapat membuat
materi yang sebenarnya mudah menjadi sulit dipahami. Jadi, pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat berpengaruh dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

B. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah


Di kelas rendah memiliki program pembelajaran yang disebut
dengan membaca menulis permulaan pada saat anak-anak memasuki

13
Effiyati Prihatini, ‘Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar
IPA’, Jurnal Formatif, Vol 7, No (2017), hlm. 173
<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v7i2.1831>.
14
I Ketut Gading, Mutiara Magta, and Fenny Pebrianti, ‘Pengaruh Metode Suku Kata Dengan
Media Kartu Kata Bergambar Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan’, Jurnal Mimbar Ilmu,
Vol. 24, N.3 (2019), hlm. 270 <https://doi.org/10.23887/mi.v24i3.21417>.

6
bangku sekolah dasar. Pembelajaran membaca menulis permulaan
merupakan hal utama yang harus diajarkan pada anak awal masa
persekolahan yakni kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan
tersebut merupakan landasan awal bagi peserta didik dalam pemerolehan
dibidang ilmu lainnya di sekolah. Dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan digunakan metode yang berbeda-beda sebagai berikut:15

1. Metode Eja
Pada metode eja ini dimulai dengan pengajaran memperkenalkan
huruf-huruf secara alfabetis. Huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak
sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, dan
seterusnya, dilafalkan sebagai (a), (be), (ce) dan seterusnya. Metode ini
diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti a, b, c, dan
seterusnya.

Setelah menyelesaikan tahapan ini, peserta didik diperkenalkan


dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenalnya:

Misalnya m, e, j, a menjadi m+e ---- me (dibaca atau di eja / em+e/.... (me)


j+a ---- ja (dibaca atau di eja / je+a/ ….. (ja)
me+ja dilafalkan ---- meja

Pada proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah siswa


menuliskan huruf seperti diatas kemudian dilanjutkan dengan belajar
menulis rangkaian huruf yang terdiri dari suku kata. Sebagai contoh,
ambilah kata 'meja'. Maka jika ditulis dengan huruf sambung menjadi: 16

me + ja ---- meja

Menurut Djauzak dalam Kelebihan metode ejaan adalah siswa perlu


menghafal setiap simbol huruf agar lebih cepat mengingat fonem, siswa

15
Ibid hlm. 60.
16
Ibid hlm 61.

7
langsung mengetahui bunyi setiap huruf, proses pembelajaran melalui
sistem tubian dan hafalan akan mendominasi pembacaan awal dan proses
belajar menulis dengan metode ejaan. Kekurangan dari metode eja/spelling
adalah siswa harus menghafal setiap simbol huruf kemudian menyusunnya
menjadi kata-kata yang memakan banyak waktu. Jika hal ini tidak diulang
terus menerus maka sebagian besar siswa akan mudah melupakan bentuk
dan bunyi huruf. 17

2. Metode bunyi
Metode bunyi adalah metode dengan menyuarakan huruf konsonan.
Perbedaan terdapat pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: berapa
huruf konsonan). Sebagai contoh18
Huruf (b) dilafalkan {beh}
(c) dilafalkan {ceh}
(d) dilafalkan {deh}
(e) dilafalkan {eh}
(f) dilafalkan {ff}
(d) dilafalkan {ed}
Dengan demikian kata “buku” dieja menjadi:
Beh+uu = bu
Keh+uu =ku dibaca buku
Menurut Trisnawati Kelebihan metode ini adalah anak dikenalkan
dengan bentuk-bentuk bahasa pada tingkat yang paling sederhana, anak
dapat mengingat bunyi-bunyi huruf dalam abjad. Kekurangan dari metode
ini adalah anak kesulitan dalam membaca huruf baru karena kebiasaan

17
Kurnia Asti madasari and Mimi Mulyani, ‘Keefektifan Metode Eja Dan Metode SAS Berdasarkan
Minat Belajar Dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Dan Menulis Permulaan Pada Siswa
Kelas 1 Sekolah Dasar’, Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Vol. 4 No. (2016),
hlm. 178–79.
18
Ibid hlm.61

8
mengingat, anak kesulitan mengucapkan diftong dan kelompok, ejaan dan
pengucapan langsung.19

3. Metode Suku Kata


Dalam metode ini diawali dengan pengenalan terhadap suku kata,
seperti sa, si, su, se, so dan seterusnya. Suku kata tersebut dirangkai agar
menjadi kata yang memiliki makna. Misalnya:
ki-ku cu-ci ja-ri ka-ki
ki-ki c.-ci ja-ra ku-ku
lalu dapat dilanjutakan dengan proses perangkaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana. Contoh rangkaian kata menjadi
kalimat dimaksud seperti tampak di bawah ini 20

ka-ki sa-pi

ba-ca bu-ku

cu-ci ja-ri

Tahapan pembelajaran membaca dan menulis yang diawali dengan


metode suku kata adalah:

 Langkah pertama, perkenalkan suku kata


 Langkah kedua, urutan suku kata dalam kata
 Langkah ketiga, merangkai kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana
 Langkah keempat, integrasi operasi penyambungan dan pengupasan:
(kalimat ---- kata ---- suku kata) 21
Metode membaca suku kata dapat meningkatkan kemampuan
membaca awal siswa dan mempunyai keunggulan dibandingkan metode

19
Amalia and Maimunah, ‘Mengembangkan Kemampuan Bahasa Menggunakan Kombinasi Model
Talking Stick, Metode Abjad Dan Metode Bunyi Berbantuan Kartu Huruf’, Jurnal Inovasi,
Kreatifitas Anak Usia Dini (JIKAD), Vol. 2, No (2022), hlm 24.
20
Ibid hlm. 62
21
Ibid hlm. 63

9
membaca awal lainnya, yaitu: (1) saat membaca, hurufnya tidak dieja ; (2)
dapat belajar mengenal huruf dengan menganalisis atau menguraikan suku
kata; (3) penyajiannya tidak memakan banyak waktu dan (4) lebih mudah
untuk mengetahui berbagai kata.22

4. Metode Kata
Proses pembelajaran membaca dan menulis diawali dengan
pengenalan suatu kata tertentu, yang awalannya kemudian dijadikan dasar
pengenalan suku kata dan huruf, artinya kata yang dimaksud terbagi
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Berikutnya adalah proses
rangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata.23

5. Metode Global
Proses pembagian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata,
koma, suku kata menjadi huruf tidak disertai dengan proses sintesa
(penyambungan kembali). Artinya huruf yang patah akan dikembalikan
menjadi suku kata. Begitu pula dengan suku kata, tidak lagi dikelompokkan
menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.
Misalnya, membaca menulis permulaan menggunakan metode global
sebagai berikut:24
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat

22
Yuni Triana Dewi and others, ‘Penerapan Metode Suku Kata Dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan Pada Siswa SD Sunan Giri Ngebruk’, Jurnal Educatio, Vol. 8, No (2022), hlm. 781.
23
Ibid hlm. 63
24
Ibid hlm. 63

10
Ini Sapi Ini Roda
b. Menguraikan sebuah kalimat menjadi kata: kata menjadi suku kata;
suku kata menjadi huruf-huruf.
Ini roda

Ini roda

i-ni ro-da

i-n-i r-o-d-a

Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang dapat


digunakan untuk pembelajaran awal membaca dan menulis bagi siswa
pemula. Pembelajaran membaca dan menulis dengan metode ini mengawali
pembelajaran dengan menunjukkan dan memperkenalkan kalimat lengkap.
Awalnya, anak diajarkan struktur yang memberikan makna utuh, khususnya
struktur kalimat. Tujuannya adalah untuk mengembangkan konsep
“bermakna” pada anak. Bahan pembelajaran dengan metode ini merupakan
struktur kalimat yang diambil dari pengalaman berbahasa pembelajar
sendiri. Misalnya, guru dapat menggunakan gambar benda nyata dan tanya
jawab informal untuk mengeksplorasi bahasa siswa. Setelah menemukan
struktur kalimat yang dianggap cocok untuk membaca dan menulis,
pembelajaran dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. 25
Menurut Supriyadi kelebihan metode SAS adalah membantu anak-
anak dengan mudah mengikuti prosedur dan dapat membaca dengan cepat
di lain waktu, berdasarkan landasan bahasa, metode ini akan membantu
anak-anak. Kekurangan metode SAS adalah guru terlihat harus kreatif,
kompeten dan sabar. Persyaratan seperti ini dirasa sangat sulit jika
dibandingkan dengan kondisi guru saat ini, banyak fasilitas yang perlu
dipersiapkan untuk menerapkan metode ini di beberapa sekolah yang dirasa
sulit, metode SAS hanya diperuntukkan bagi siswa saja yang belajar di

25
Ibid hlm.64-65.

11
perkotaan, bukan di daerah pedesaan. Karena mengajarkan metode SAS
kepada guru cukup sulit, maka metode ini tidak dilakukan disana-sini. 26

C. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi


1. Metode Tata Bahasa/Terjemahan
Menurut Effendi dalam buku yang ditulis oleh Tasdim tahrim
bahwa Metode Tata Bahasa, sering disebut sebagai metode tradisional,
didasarkan pada terjemahan dari bahasa Yunani kuno dan Latin.
Dengan kata lain, metode ini digunakan untuk mempelajari teks yang
dibaca. Dalam metode terjemah, bahasa adalah sistem tata bahasa, jadi
memahami tata bahasa sangat penting untuk belajar bahasa. Menurut
metode ini, bahasa ibu atau bahasa pertama berfungsi sebagai dasar
atau referensi untuk belajar bahasa kedua. 27
Dalam pengajaran bahasa asing, metode terjemahan umumnya
digunakan. Metode ini berpusat pada latihan untuk menerjemahkan
dari bahasa yang diajarkan ke bahasa ibu atau sebaliknya. Latihan
adalah cara utama untuk menguasai dan memahami bahasa yang
diajarkan. Metode ini lebih efektif dalam bahasa tulis. Oleh karena itu,
peningkatan keterampilan membaca, mengarang, dan terjemahan
adalah tujuan utama metode ini. 28
Adapun Tujuan dari metode tata Bahasa menurut wahab dalam
buku yang ditulis oleh Tasdim tahrim yaitu :
1) untuk mengajarkan siswa kaidah kebahasaan dan kemampuan
terjemah untuk mencegah kesalahan bahasa
2) mengajarkan mereka untuk memperhatikan pengamatan,
perbandingan, analogi, dan penyimpulan, serta perkembangan
bahasa dan sastra

26
Ibid hlm.179
27
Tasdim Tahrim and others, Pengembangan Model Dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Indonesia, ed. by Nanda Saputra (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021). Hlm 100-101
28
Ibid Hlm 100.

12
3) mengajarkan mereka untuk meniru dan mencontoh dengan benar
kalimat, uslub, ungkapan, dan performa kebahasaan
4) meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami isi teks. 29
Menurut Nababan dalam buku yang ditulis oleh Tasdim
tahrim bahwa metode tata bahasa mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Tujuan pengajaran bahasa asing adalah untuk meningkatkan
kemampuan intelektual dan disiplin mental siswa dengan
mempelajari bahasa sehingga mampu membaca karya sastra
berbahasa asing.
2. Pengajaran bahasa mencakup pemahaman fakta dan kaidah
gramatikal sehingga peserta didik dapat memahami dan menerapkan
kaidah morfologi dan sintaksis suatu bahasa asing.
3. Pengajaran bahasa menitikberatkan pada aspek membaca,
mengarang, dan menerjemahkan.
4. Pengajaran kosakata dilakukan melalui studi kosakata. 30
Metode tata bahasa atau terjemahan memiliki kelebihan
sebagai berikut :
1. Latihan, dengan memilih bahan bacaan kemudian
menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu menggunakan kamus
2. Pengetahuan tentang kata-kata dapat diperoleh dengan cepat,
3. Pelatihan penerjemahan juga merupakan perbandingan antara dua
bahasa. 31
Adapun Kelemahan metode tata bahasa atau terjemahan sebagai
berikut :
1. Hanya berlaku untuk pembelajaran bahasa asing,
2. Tidak membuka peluang untuk menggunakan bahasa lisan

29
Ibid Hlm 100
30
Ibid Hlm 101.
31
Apri Damai Sagita Krissandi, B Widharyanto, and Rishe Purnama Dewi, Pembelajaran Bahasa
Indonesia Untuk SD (Pendekatan Dan Teknis), ed. by Thomas Diman (Penerbit Media Maxima,
2017).

13
3. Menimbulkan kesulitan karena kata-kata belum tentu diterjemahkan
ke dalam bahasa ibu
4. Tidak cocok untuk mempelajari bahasa positif
5. Penerjemahan sering dilakukan dengan menerjemahkan kata yang
salah, menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks
6. Mencampur bahasa ibu dengan bahasa asing tidak membawa
manfaat tetapi dapat menimbulkan kebingungan dalam penggunaan
bahasa32
Suatu proses pembelajaran memerlukan proses dan teknik untuk
mencapai hasil yang optimal.Guru dapat memilih cara melaksanakan
langkah-langkah (proses) secara efektif melalui metode (teknik) yang
sesuai dengan lingkungan belajar siswa. Langkah-langkah prosedur dan
teknis pengembangan model dan strategi pembelajaran tata bahasa
Indonesia dan terjemahan yang dapat diikuti adalah:
1. Guru dapat memulai dengan memberikan definisi jenis kata,
imbuhan, dan kaidah yang perlu diingat
2. Melatih siswa menerjemahkan kalimat dan paragraf dalam berbagai
buku literatur:
3. Memberikan daftar kosakata yang harus dihafal.
4. Latihan menerjemahkan teks dari buku sastra.33

2. Metode Membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Keterampilan”
mempunyai arti “kemampuan” atau “keterampilan”. Sedangkan
membaca berarti melihat dan memahami suatu teks atau mengeja dan
mengucapkan suatu teks.Membaca merupakan suatu keterampilan
berbahasa reseptif, suatu alat komunikasi yang menyangkut kemampuan

32
Ibid hlm. 100
33
Ibid hlm. 101.

14
menerjemahkan simbol-simbol verbal (huruf dan kata) ke dalam bahasa
lisan sehingga menjadi bermakna.34
Menurut Tampubolon, membaca melibatkan proses menafsirkan
simbol-simbol tertulis menjadi bunyi linguistik, yang kemudian diubah
menjadi tanda dan bunyi tertulis. Mengajarkan membaca bukan sekadar
mengajarkan anak membaca. Ada banyak kegiatan yang dapat
dilakukan bersama anak sebagai bagian dari proses belajar membaca,
antara lain prediksi teks, respon teks, narasi lisan atau tertulis, dan
lainnya. 35
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang mengatur
sistem pendidikan nasional, membaca merupakan salah satu dari empat
keterampilan utama yang harus ditanamkan dan dikembangkan dalam
pengajaran bahasa.36
Siswa kelas IV, V, VI atau SMP harus mempunyai kemampuan
membaca pemahaman yang cukup, sering disebut dengan kemampuan
membaca tingkat lanjut. Membaca tingkat lanjut sering disebut dengan
membaca untuk belajar. Tujuan dari membaca tingkat lanjut adalah
untuk membantu siswa memahami, menafsirkan, dan menikmati isi
bacaan. Pemahaman membaca sering dikaitkan dengan membaca
tingkat lanjut. Keterampilan membaca tingkat lanjut sangat penting
terutama bagi siswa sekolah dasar, karena mereka tidak hanya
memerlukan keterampilan kelancaran membaca tingkat pemula tetapi

34
Emmi Silvia Herlina, ‘Membaca Permulaan Untuk Anak Usia Dini Dalam Era Pendidikan 4.0’,
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan, 5.4 (2019), hlm. 336
<https://core.ac.uk/display/328163913>.
35
Reni Gustiawati, Darnis Arief, and Ahmad Zikri, ‘Pengembangan Bahan Ajar Membaca
Permulaan Dengan Menggunakan Cerita Fabel Pada Siswa Sekolah Dasar’, Jurnal Basicedu, 4.2
(2020), 355 <https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.339>. hlm.355
36
Irdawati, Yunidar, and Darmawan, ‘Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan
Menggunakan Media Gambar Kelas 1 Di Min Buol’, Jurnal Kreatif Tadulako Online, 5.4 (2017)
<http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2918>. Hlm.4

15
juga kemampuan memahami teks dan menarik kesimpulan darinya.Saya
membaca di tingkat dasar yang lebih tinggi. 37
Untuk meningkatkan kemampuan literasi dan kenikmatan
membaca, perlu diterapkan strategi pembelajaran yang menitikberatkan
pada keterampilan pemahaman bacaan yang baik. Salah satu strategi
yang dapat digunakan adalah metode membaca lebih mendalam.
Metode membaca lebih dalam meliputi kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mencari dan memahami informasi secara detail dan
mendalam. Dalam menerapkan metode membaca mendalam, ada tiga
tahapan yang perlu diperhatikan, yaitu sebelum membaca, saat
membaca, dan setelah membaca. 38
Pada tahap pra-membaca, guru perlu memiliki keterampilan
dalam memotivasi siswa melalui kegiatan yang terlebih dahulu menarik
perhatian siswa. Pada tahap membaca, guru akan mendorong siswa
untuk lebih fokus pada bagian membaca yang melibatkan berpikir kritis,
sehingga dapat menarik kesimpulan yang benar. Terakhir, pada tahap
pasca membaca, siswa diminta merangkum dan menyimpulkan isi
bacaan.39
Jenis-jenis membaca lanjutan terdiri dari:
a) Scanning adalah teknik membaca yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi dengan cepat dan akurat tanpa membaca
apa pun.
b) Skimming adalah suatu jenis bacaan dimana mata kita bergerak
cepat melintasi bahan cetakan untuk mengetahui isi atau komponen
umum suatu bacaan

37
Amalia Yunia Rahmawati, ‘Proses Pembelajaran Kemampuan Membaca Lanjut Siswa Sekolah
Dasar (Studi Kasus Siswa Kelas IV A SD Brawijaya Smart School Malang)’, 2019. Hlm 16-17
38
Eti Sunarsih, Masweni Masweni, and Fitri Fitri, ‘Peningkatan Keterampilan Membaca Memindai
Melalui Strategi the Power of Two Pada Siswa’, Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 8.1
(2022), 32 <https://doi.org/10.29210/1202221474>.
39
Ibid hlm. 32

16
c) Membaca ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan secara
cermat, cermat, dan teliti pada saat membaca kegiatan membaca
mendalam ini tidak hanya sekedar membaca tetapi juga lebih fokus
pada pemahaman isi bacaan. Biasanya teks yang dibaca dalam
kegiatan membaca intensif adalah teks pendek
d) Membaca senyap adalah membaca dalam hati tanpa menggerakkan
bibir, tanpa menggerakkan kepala, dan tanpa mengucapkan kata-
kata. Pada saat silent reading, pembaca memahami isi bacaan tanpa
mengeluarkan suara. 40

3. Metode Audiolingual
Metode audiolingual merupakan metode pembelajaran bahasa
yang didasarkan pada teori linguistik dan psikologi. Metode
mendengarkan dan berbicara berfokus pada kegiatan latihan, latihan,
menghafal kosakata, percakapan, dan membaca teks. Dengan metode ini
siswa harus meniru dan menghafalkan bahan ajar yang telah
diterimanya. Bahan ajar diberikan dari yang paling mudah sampai yang
paling sulit. Metode mendengarkan bahasa bahasa merupakan suatu
kebiasaan. Oleh karena itu, pengajaran bahasa hendaknya dilakukan
dengan menggunakan teknik repetisi dan latihan41
Menurut Roestiyah dalam buku yang ditulis oleh Tasdim Tahrim
bahwa Landasan dan proses pengajaran metode ini juga banyak diambil
dari metode yang sudah ada, khususnya Metode Langsung. Selain itu,
tujuan audio linguistik tidak berbeda dengan metode langsung, yaitu
membentuk keterampilan komunikasi pada siswa. Oleh karena itu,
ketika belajar bahasa Indonesia, siswa harus mengucapkan dan
membaca setiap kata yang diberikan oleh guru berkali-kali agar tidak
terlalu terpengaruh oleh bahasa ibu mereka. Seiring berjalannya waktu,
pengulangan akan menjadi kebiasaan. Di antara berbagai teknik

40
Ibid hlm. 32
41
Ibid hlm.102.

17
penerapan metode audio-linguistik, guru akan memberikan contoh
model yang benar. Dalam hal ini, ucapkan sebuah kalimat dan siswa
harus menirunya. Dalam kasus lain, guru akan terus memperkenalkan
kata-kata baru dengan struktur kata yang sama. Inti dari metode ini dan
hubungannya dengan kemampuan membaca adalah bagaimana melatih
siswa untuk terus berlatih membaca dengan benar hingga dapat
membaca dengan lancar. 42
Metode Audio-Lingual memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Tujuan pengajaran adalah menguasai keempat aspek keterampilan
berbahasa secara seimbang dan terpadu.
2) Urutan aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah
mendengarkan, berbicara, membaca dan berbicara dan menulis.
3) Pembelajaran pola kalimat melalui percakapan harus diingat:
4) Kuasai pola kalimat dengan melatih polanya. Latihan atau latihan
secara berurutan: stimulus-respon-penguatan
5) Menguasai kosakata melalui ekspresi dalam bentuk kalimat, 43
Adapun tujuan Metode Audio-Lingual adalah sebagai
berikut:
1) Siswa dapat memahami bahasa asing yang dipelajarinya dengan
baik
2) Siswa dapat mengucapkan, melafalkan dan intonasi sesuai tata
bahasa bahasa asing tersebut
3) Siswa tidak kesulitan memahami Dokumen dalam bentuk buku
4) Siswa dapat menulis sesuai dengan standar tata bahasa yang telah
dipelajarinya 44
Berikut langkah-langkah dalam metode audiolingual sebagai
patokan dalam pembelajaran yaitu :

42
Ibid hlm. 104-109
43
Ibid hlm. 104-109.
44
Ibid hlm. 104-109.

18
1) Menyajikan percakapan atau membaca tek, siswa menghafalkan
isi percakapan berkali-kali
2) Peniruan dan penghafalan klasikal dialog percakapan
3) Penyajian dialog atau bacaan mekanikal bacaan pendek
4) Menyajikan dialog secara berurutan melalui kegiatan drama di
kelas
5) latihan menyusun kalimat berdasarkan kata-kata yang
diterapkan dalam bahasa asing yang telah Anda pelajari. 45
Metode Audio-Lingual memiliki kelebihan dan kelemahan
seperti metode pembelajaran lainnya. Adapun kelebihan metode
audioligual adalah sebagai berikut:
1) Dapat diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa sedang
2) Keterampilan mendengarkan dan berbicara mendapat manfaat
dari partisipasi yang lebih besar dalam praktik Latihan dan
latihan
3) Cocok untuk tingkat perkembangan bahasa siswa
4) Kombinasi teori linguistik dan teori psikologi
5) Mudah diterapkan dan diakses di kelas besar, pembelajaran
dapat maksimal melalui teknik latihan
6) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berbicaranya
7) Teknik pengajaran melalui laboratorium bahasa dan alat
perekam
8) Secara pedagogik dapat meningkatkan keterampilan menyimak,
membaca dan menulis.46
Kelemahan metode audiolingual adalah sebagai berikut:
1) Membutuhkan guru yang kompeten
2) Pengulangan dapat membosankan, menghalangi asumsi aturan
bahasa dan kurang memperhatikan pengucapan dan berbicara

45
Ibid hlm. 104-109
46
Ibid hlm. 104-109

19
3) Teknik Berlatih dan menghafal sebagai suatu kebiasaan dapat
menghambat kemampuan siswa
4) Guru mendominasi pembelajaran di kelas
5) Keterampilan reseptif siswa kaku karena kebiasaan buruk 47

4. Metode Reseptif/Produktif
Metode reseptif mengarah pada proses penerimaan isi bacaan,
baik secara eksplisit maupun implisit. Metode ini sangat cocok dan
efektif bila diterapkan pada siswa yang dianggap telah menguasai
banyak kosa kata, ungkapan dan kalimat. Yang penting dalam metode
pemerolehan adalah seberapa baik siswa dapat menyerap isi bacaan.
Dengan metode ini, pembaca dilarang membuat keributan, berdiskusi,
atau bergerak saat membaca atau mendengarkan. Artinya, metode ini
memerlukan konsentrasi yang besar dalam menafsirkan makna
membaca dan berbicara.48
Metode reseptif mengarah pada proses penerimaan isi bacaan
baik tersurat, tersirat maupun tersirat. Pada dasarnya metode ini
bertujuan untuk memastikan siswa memahami dengan jelas isi teks
bacaan, sehingga ketika menggunakan metode ini siswa perlu memiliki
konsentrasi yang tinggi untuk memahami maksud dari membaca dan
berbicara. Oleh karena itu, dalam menggunakan cara ini kita harus
memperhatikan banyak aspek yang berbeda, antara lain :
1) Sebaiknya metode ini digunakan jika kondisi fisik siswa baik
karena jika siswa sakit atau bosan maka pembelajaran menerapkan
dengan metode ini tidak akan berjalan sesuai rencana.
2) Tempat Belajar Dengan menggunakan metode ini diharapkan
suasana kelas akan tenang dan nyaman karena metode ini

47
Ibid hlm. 104-109.
48
Cholifah Tur Rosidah, Bahauddin Azmy, and Amelia Winda Hanindita, Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di SD, ed. by Iis Tentia Agustin, Cet-1 (CV, Jejak, anggota IKAPI, 2023).

20
memerlukan konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, jika suasana
kelas berisik, siswa akan sulit berkonsentrasi.
3) Pemilihan bacaan tidak boleh terlalu rumit dan mudah dipahami
siswa. Sebab jika bacaannya terlalu sulit dan banyak kata yang
asing, siswa cenderung tidak memahami keseluruhan teks. 49A
Menurut strategi efektif, pembaca dilarang membuat
keributan, bergumam dan bergerak saat membaca dan
mendengarkan karena tidak efektif dan mengganggu orang
disekitarnya. Sebaliknya, metode produksi mengharuskan siswa
mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Misalnya kita
mempunyai sebuah ide, kita bisa menuangkannya dalam bentuk
artikel, cerita, puisi, atau bentuk tulisan lain yang muncul dari
pemikiran kita. Selain menulis, siswa juga dapat banyak berbicara
untuk mengungkapkan setiap ide yang terlintas dipikirannya. 50

5. Metode Tematik
Dengan adanya perubahan metode pembelajaran pada program
pada tahun 2013, maka akan ada tambahan empat jam belajar per
minggu. Pendekatan tematik terpadu menuntut siswa untuk aktif
mempelajari dan mengamati setiap topik yang dibahas. Untuk kelas I-
III yang awalnya belajar 26-28 jam per minggu, jumlah tersebut
meningkat menjadi 30-32 jam per minggu. Sedangkan untuk kelas IV
hingga VI, waktu sekolah awal sebesar 32, jam/minggu meningkat
menjadi 36 jam/minggu. Pendekatan berbasis mata pelajaran ini
mengintegrasikan sikap, keterampilan dan pengetahuan ke dalam
proses pembelajaran. Selain itu, topik menggabungkan berbagai konsep
dasar terkait. Siswa tidak mempelajari sebagian konsep inti sehingga
menjadi bermakna sepenuhnya, terbukti dengan topik yang berbeda.
Topik Program Pembelajaran Tematik Terpadu Tahun 2013 berkaitan

49
Ibid hlm. 65-66.
50
Ibid hlm. 65-66

21
dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya membawa signifikansi
pada mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni, Budaya
dan Kerajinan serta Pendidikan Jasmani di kelas I-III. Keterampilan
dasar IPA dan IPS sebagai penjilid buku dan mengembangkan
keterampilan dasar mata pelajaran lain. Siswa belum memiliki
kemampuan berpikir abstrak untuk memahami isi mata pelajaran
individu, kecuali kelas IV-VI yang baru mulai mampu untuk berfikir
secara imajinasi51

6. Metode Integratif
Pendekatan terpadu dapat dipahami sebagai menyatukan
berbagai aspek menjadi satu kesatuan yang koheren. Salah satu
pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar bahasa Indonesia dalam kurikulum Indonesia adalah
pendekatan terpadu (Imam Syafi'ie, Mam'ur Saadie, Roekhan. 2009:
2.19). Pendekatan terpadu dapat dipahami sebagai pendekatan yang
menggabungkan berbagai aspek ke dalam satu proses. Integrasi dibagi
menjadi penelitian lintas disiplin dan penelitian lintas disiplin.
Penelitian lintas disiplin berarti menggabungkan beberapa aspek dalam
bidang studi yang sama. Misalnya, pelajaran mendengarkan
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan ke
dalam berbicara dan membaca. Materi bahasa dipadukan dengan
keterampilan berbahasa. Integrasi lintas disiplin adalah integrasi sastra
dari berbagai bidang studi. 52
Contoh: Bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lain. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integrasi antar bidang studi
lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak langsung

51
Sri Endang Utami, ‘Penerapan Strategi Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Kreativitas
Dan Hasil Belajar Siswa’, Jurnal Paradigma, 2.1 (2015), 16.
52
Wita Sri Astuti, ‘Penerapan Metode Integratif Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia’, Seminar Nasional Pendidikan, 1.1 (2019),
660–61 <https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/95>.

22
memberikan materi kalimat kepada siswa tetapi memulai dengan
membaca atau yang lainnya. Perubahannya sudah disesuaikan.
Kenyataannya, guru yang berhasil mengintegrasikan penyampaian
materi mungkin membuat penyampaian materi menjadi kurang terasa
bagi siswa. Integrasi yang sangat dinantikan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Integrasi tersebut dilakukan sesuai dengan keterampilan
dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Materinya tidak dipisahkan. Bahan
ajar pada hakikatnya berupa modul yang harus disajikan dengan
cara yang menarik.53

7. Metode Kontekstual
Menurut Hendra dalam buku yang ditulis oleh Sony kuswandi
Dalam pembelajaran kontekstual perlu dilakukan upaya pemberdayaan
siswa dengan harapan mereka mampu mengkonstruksi pengetahuan di
kepala daripada menghafal fakta. Lebih jauh lagi, siswa belajar melalui
pengalaman bukan hafalan, mengingat bahwa pengetahuan bukanlah
sekumpulan fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu
yang harus dipelajari secara konstruksi lahir. Dengan logika ini,
pengetahuan selalu berkembang seiring berjalannya waktu.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh
komponen utama, yaitu:
(1) constructivism (kontruktivisme, membangun, membentuk),
(2) questioning (bertanya),
(3) inquiry (menyelidiki, menemukan),
(4) learning community (masyarakat belajar),
(5) modelling (pemodelan),
(6) reflection (refleksi atau umpan balik),
(7) authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). 54

53
Ibid hlm.661.
54
Sony Kuswandi, Rudiyana, and Nursita Delia Putri, ‘Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Pada
Kelas V SD’, Jurnal Tahsinia (Jurnal Karya Umum Dan Ilmiah), 2.1 (2021), 98–100.

23
Menurut Arifuddin dalam buku yang ditulis oleh Sony Kuswandi
bahwa Pendekatan pembelajaran dapat dipahami sebagai titik tolak atau
sudut pandang-pandangan kita terhadap proses pembelajaran, yang
mengacu pada pandanga tentang munculnya suatu proses yang masih
bersifat sangat umum, dalam artian dan mendasari metode pembelajaran
dengan ruang lingkup teori tertentu. Ditinjau dari pendekatannya,
terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran, yaitu:
1) pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa atau (pendekatan
pembelajaran berpusat pada siswa) dan
2) pendekatan pembelajaran berpusat pada guru).55
Menurut Nurhadi dalam buku yang ditulis oleh Yulia Tri Rahayu
bahwa Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan suatu konsep pembelajaran yang membantu
guru menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi kehidupan
nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam dunia sehari-hari.
kehidupan. Pengetahuan dan Keterampilan Siswa mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilan baru seiring mereka belajar

8. Metode Partisipatori
Salah satu metode pembelajaran yang tepat yang dapat
diterapkan ketika pembelajaran bahasa Indonesia adalah metode
partisipatif dan metode kerja kelompok. Dalam pembelajaran
partisipatif, penekanannya adalah pada partisipasi penuh siswa. Siswa
dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan akademik. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat merasakan hasil belajar. Guru hanyalah
seorang pembimbing atau pendukung. Selain itu, penggunaan metode
kerja kelompok dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam kelompok

55
Ibid hlm.99

24
dan meningkatkan kemampuannya dalam berintegrasi dengan siswa
lainnya. 56
Berdasarkan analisis data ditemukan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran menggunakan metode partisipatif dan metode
kerja kelompok yang paling dominan meliputi penggunaan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antar siswa/
di kalangan siswa. dan guru. Oleh karena itu aktivitas siswa dapat
dikatakan positif. Sedangkan untuk aktivitas guru dalam proses
pembelajaran terlihat pada kegiatan-kegiatan yang tampak dilakukan
guru, antara lain kegiatan membimbing dan mengamati siswa
melakukan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberikan
tanggapan/penilaian/pertanyaan dan memberikan umpan balik
pemulihan, yang mana tingkat kegiatan-kegiatan di atas cukup tinggi. 57

Kesimpulan
Pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks di mana
metode pembelajaran memainkan peran penting dalam membantu
peserta didik memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran adalah
strategi yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan isi pelajaran
secara efektif. Dengan metode yang tepat, materi yang sulit pun dapat
lebih mudah dipahami oleh siswa, sementara metode yang kurang tepat
dapat membuat materi yang sebenarnya mudah menjadi sulit dipahami.
Jadi, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai
sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas rendah adalah metode eja, metode bunyi, metode
suku kata, metode kata, dan metode global. Sedangkan metode yang
digunakan pada kelas tinggi yaitu: metode tata bahasa/terjemahan,

56
Yulia Tri Rahayu, ‘Penerapan Metode Partisipatori Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia Kelas VI SDN 6 Tamanagung Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran
2016-2017’, ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Sekolah Dasar, 2.2 (2018), 80 <https://doi.org/10.30651/else.v2i2.1820>. hlm 80
57
Ibid hlm.80

25
metode membaca, metode audiolingual, metode reseptif/ produktif,
metode integrative, metode tematik, metode partisipatori, dan
metode kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA
Agusalim, and Suryanti, Konsep Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas
Rendah, cet-1 (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021)

Agusalim, Suryanti, and La Ode Madiani, Konsep Pembelajran Bahasa


IndonesiaSD Kelas Tinggi (CV. Bintang Semesta Media, 2022)

Amalia, and Maimunah, ‘Mengembangkan Kemampuan Bahasa Menggunakan


Kombinasi Model Talking Stick, Metode Abjad Dan Metode Bunyi
Berbantuan Kartu Huruf’, Jurnal Inovasi, Kreatifitas Anak Usia Dini
(JIKAD), Vol. 2, No (2022), 24

Amalia Yunia Rahmawati, ‘Proses Pembelajaran Kemampuan Membaca Lanjut


Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus Siswa Kelas IV A SD Brawijaya Smart
School Malang)’, 2019

Asti madasari, Kurnia, and Mimi Mulyani, ‘Keefektifan Metode Eja Dan Metode
SAS Berdasarkan Minat Belajar Dalam Pembelajaran Keterampilan
Membaca Dan Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar’,
Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Vol. 4 No. (2016),
178–79

Damai Sagita Krissandi, Apri, B Widharyanto, and Rishe Purnama Dewi,


Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD (Pendekatan Dan Teknis), ed. by
Thomas Diman (Penerbit Media Maxima, 2017)

Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar


Siswa, cet-1 (DEEPUBLISH, 2017)

Gading, I Ketut, Mutiara Magta, and Fenny Pebrianti, ‘Pengaruh Metode Suku

26
Kata Dengan Media Kartu Kata Bergambar Terhadap Kemampuan Membaca
Permulaan’, Jurnal Mimbar Ilmu, Vol. 24, N.3 (2019), 270
<https://doi.org/10.23887/mi.v24i3.21417>

Gustiawati, Reni, Darnis Arief, and Ahmad Zikri, ‘Pengembangan Bahan Ajar
Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Cerita Fabel Pada Siswa
Sekolah Dasar’, Jurnal Basicedu, 4.2 (2020), 355
<https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.339>

Hidayatulloh, Ilham, Kurniati, and Maimunah, ‘Karakteristik Pembelajaran Siswa


Tingkat Sekolah Dasar’, Seminar Nasional Teknologi Pendidikan, 3.1
(2023), 126

Irdawati, Yunidar, and Darmawan, ‘Meningkatkan Kemampuan Membaca


Permulaan Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 Di Min Buol’,
Jurnal Kreatif Tadulako Online, 5.4 (2017)
<http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2918>

Khair, Ummul, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Dan Sastra (BASASTRA) Di SD


Dan MI’, AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar, 2.1 (2018), 84
<https://doi.org/10.29240/jpd.v2i1.261>

Kuswandi, Sony, Rudiyana, and Nursita Delia Putri, ‘Penerapan Pendekatan


Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi Bebas Pada Kelas V SD’, Jurnal Tahsinia
(Jurnal Karya Umum Dan Ilmiah), 2.1 (2021), 98–100

Maesaroh, Siti, ‘Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat Dan Presetasi


Belajar Pendidikan Agama Islam’, Jurnal Kependidikan, Vol.1 No.1 (2013),
155 <https://doi.org/10.24090/jk.v1i1.536>

Prihatini, Effiyati, ‘Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap


Hasil Belajar IPA’, Jurnal Formatif, Vol 7, No (2017), 173
<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v7i2.1831>

Silvia Herlina, Emmi, ‘Membaca Permulaan Untuk Anak Usia Dini Dalam Era

27
Pendidikan 4.0’, Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan, 5.4 (2019), 332–
42 <https://core.ac.uk/display/328163913>

Sri Astuti, Wita, ‘Penerapan Metode Integratif Untuk Meningkatkan Keterampilan


Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia’, Seminar
Nasional Pendidikan, 1.1 (2019), 660–61
<https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/95>

Sufriadi, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah Di Sekolah Dasar Islam


Sabilal Muhtadin Banjarmasin’, Jurnal Bahasa, Sastra Dan
Pembelajarannya, Vol 5, No. (2015), 81–82

Sunarsih, Eti, Masweni Masweni, and Fitri Fitri, ‘Peningkatan Keterampilan


Membaca Memindai Melalui Strategi the Power of Two Pada Siswa’, Jurnal
EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 8.1 (2022), 32
<https://doi.org/10.29210/1202221474>

Suparlan, Suparlan, ‘Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekoah Dasar’, Fondatia:


Jurnal Pendidikan Dasar, 4.2 (2020), 245–46
<https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i2.897>

Tahrim, Tasdim, Robertus Adi Sarjono Owon, Yohana Febriana Tabun, Syaiful
Bahri, Nailiyah Nikmah, Sri Sukasih, and others, Pengembangan Model Dan
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, ed. by Nanda Saputra (Aceh:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021)

Tri Rahayu, Yulia, ‘Penerapan Metode Partisipatori Untuk Meningkatkan Prestasi


Belajar Bahasa Indonesia Kelas VI SDN 6 Tamanagung Kecamatan Cluring
Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2016-2017’, ELSE (Elementary
School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, 2.2 (2018), 80 <https://doi.org/10.30651/else.v2i2.1820>

Triana Dewi, Yuni, Sekar Rastri Ardyaputri, Suyono, and Ade Eka Anggraini,
‘Penerapan Metode Suku Kata Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Pada Siswa SD Sunan Giri Ngebruk’, Jurnal Educatio, Vol. 8, No (2022),

28
781

Tur Rosidah, Cholifah, Bahauddin Azmy, and Amelia Winda Hanindita,


Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD, ed. by Iis Tentia Agustin, Cet-1
(CV, Jejak, anggota IKAPI, 2023)

Utami, Sri Endang, ‘Penerapan Strategi Pembelajaran Tematik Untuk


Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa’, Jurnal Paradigma, 2.1
(2015), 16

29

Anda mungkin juga menyukai