1
2
C. Batasan Masalah
penelitian ini yaitu model pembelajaran yang digunakan yaitu Think Pair Share
dengan fokus penelitian pada kemampuan berbicara dalam ruang lingkup
pembelajaran Bahasa Indonesia.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
3. Bagi para guru pengajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu bahan acuan pembelajaran.
G. Hipotesis Penelitian
H. Definisi Operasional
I. Kerangka Berpikir
2. Video Pembelajaran
Perkembangan teknologi pada akhirnya juga merambah kepada
dunia pendidikan. Banyak sekolah yang sekarang memakai teknologi ini
untuk memperlancar pembelajaran di sekolah. Teknologi dalam
pembelajaran bisa menjadi sarana pembelajaran, metode/media dan
sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Sebagai sarana teknologi
merupakan alat untuk memperlancar pembelajaran. Termasuk video
pembelajaran sangat sesuai untuk mengajarkan materi dalam ranah
perilaku atau psikomotor.
Video pembelajaran masuk dalam kelompok media audio visual
yang dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas
guru sebab penyajian materi bisa diganti dengan media, dan guru bisa
beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi
siswa untuk belajar.
Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-
sama dengan suara yang alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat
menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep
yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap. Video sangat cocok untuk mengajarkan
materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Video memaparkan
keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat
memperkaya pemaparan.(Hamdani, 2010: 254).
Berdasarkan pengertian di atas peneliti berpendapat video
termasuk dalam media pembelajaran dimana dapat memproyeksikan
gambar bergerak. Video sebagai salah satu media dalam pengajaran
dan pembelajaran menunjukkan dampak yang positif. Video dapat
membantu para guru mengetahui satu pendekatan baru yang bisa
15
digunakan untuk menarik minat belajar. Oleh karena itu sedikit banyak
video merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kemerosotan
pelajaran dan pembelajaran.
Video pembelajaran menjelaskan materi secara konkrit. Video
membantu siswa memahami materi yang disampaikan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar berupa keterampilan berbicara. Pada proses
pembelajaran, siswa mengalami kegiatan belajar yang membutuhkan
sarana untuk memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar.
M. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Tarigan (2008: 16) mengemukakan
berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologi, neurologis, semantika, dan linguistic
sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat
manusia yang paling penting bagi kontrol manusia.
Berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi
arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
20
2. Tujuan Berbicara
Tarigan (2008: 16-17) mengemukakan bahwa berbicara
mempunyai tiga maksud umum yaitu: 1) Memberitahukan dan
melaporkan (to inform); 2) Menjamu dan menghibur (to entertain); 3)
Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade). Ochs
dan Winker (dalam Tarigan, 2008: 17) menambahkan, gabungan atau
campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi. Suatu
pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari
melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan
meyakinkan.
Peneliti mempunyai pendapat bahwa tujuan utama berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
seyogyanya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan , baik secara umum
maupun perorangan.
Berdasarkan tujuan berbicara yang telah dijelaskan, dikembangkan
dan disesuaikan dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dalam
keterampilan berbicara, maka metode panyampaian dalam berbicara
agar komunikasi berjalan sesuai yang diharapkan.
3. Metode Penyamapaian Berbicara
Mulgrave (dalam Tarigan, 2008: 26) menyatakan bahwa ada
empat metode penyampaian, yaitu: 1) Penyampaian secara mendadak
(impromptu delivery); 2) Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous
delivery); 3) Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript); 4)
Penyampaian dari ingatan (delivery from memory). Albert (dalam
Tarigan, 2008: 28-29) menyatakan bahwa kemampuan berbicara
secara efektif merupakan suatu unsur penting terhadap keberhasilan
kita dalam semua bidang kehidupan. Oleh karena itu hendaknya
kita memilih metode yang tepat agar komunikasi berjalan lancar.
22
O. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif digunakan karena data yang diperoleh berupa kata-kata,
sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan karena data yang diperoleh
berupa angka.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian menggambarkan apa yang akan dilakukan oleh
peneliti dalam terminologi klinis, Sudaryono (2014:366). Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart,
yang merupakan pengembangan dari konsep dasar Kurt Lewin. Dikatakan
demikian, karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat
komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin sehingga
27
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa
n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa
Hasil penilaian tersebut pada akhirnya akan dipresentasikan dalam
tabel ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
No Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kriteria Nilai
1 80-100 Sangat Tuntas
2 70-79 Tuntas
3 60-69 Cukup Tuntas
4 50-59 Kurang Tuntas
5 0-49 Tidak Tuntas
(Slamaeto, 1999:189)
Penelitian Tindakan Kelas yang akan dijalankan ini dinyatakan
berhasil apabila sebagi berikut:
a. Ketuntasan perorangan yaitu siswa dikatakan telah tuntas
belajarnya apabila telah mencapai nilai ≥ 70 sesuai dengan
KKM yang ada di sekolah.
b. Ketuntasan klasikal yaitu suatu kelas dikatakan tuntas jika
terdapat 75% siswa memperoleh nilai ≥ 70 sesuai kriteria
penilaian.
6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan tindakan, dan tahap penyelesaian.
1) Tahap perencanaan meliputi: a) pemilihan judul, b) penetapan
judul penelitian, c) pengadaan studi pustaka, dan d) penyusunan
metodoogi penelitian.
34
Aries, Erna Febru. 2011. Asesmen dan Evaluasi. Yogyakarta: Aditya Media
Publishing