Anda di halaman 1dari 5

1

BILINGUALISM: UNDERSTANDING, CONCEPT AND CATEGORISATIONS bahasa Romans. Dan juga seperti Kanada yang memiliki dua bahasa kenegaraan
(Bilingualisme: Pemahaman, Konsep Serta Kategorisasinya) yaitu bahasa Inggris dan Perancis.
Karena bahasa sangat penting sekali perannya dalam berbagai hal,
Oleh: disamping sebagai alat komunikasi, bahasa juga dapat dijadikan alat pemersatu
Hendra Sastratmaja bangsa. Bahasa juga dapat dijadikan instrumen kebijakan nasional. Seperti halnya
NIM. 10706259063
di Turki, dimana suku Kurdi3 dilarang untuk menggunakan bahasa suku mereka.
Dan di Amerika dan Kanada dimana anak-anak suku Indian4 tidak diizinkan untuk
Pendahuluan
menggunakan bahasa Indian mereka di sekolah-sekolah. Hal ini semua semata
Seandainya saya dapat berbahasa Jawa kromo inggil1 atau Sunda halus!.
dilakukan pemerintah Turki maupun Amerika dan Kanada dengan alasan untuk
Begitupun dengan harapan saya untuk dapat berbicara dengan bahasa Aceh
mengukuhkan integrasi bangsa mereka. Hal inilah kemudian yang menjadi salah
ataupun Madura. Harapan ini yang selalu membayangi saya ketika berkunjung
satu faktor banyak diantara mereka rakyat-rakyat yang negaranya memiliki bahasa
kedaerah-daerah di Indonesia. Betapa senangnya saya jika dapat berbincang-
nasional lebih dari satu, untuk dapat menguasai bahasa lebih dari satu (bilingual).
bincang dengan orang Madura jika saya sedang berkunjung ke daerah yang
berbahasa Madura. Begitu juga senangnya saya jika dapat berbahasa Sunda
Definisi Bilingualisme (Kedwibahasaan)
dengan tutur yang halus ketika saya berbicara dengan orang yang lebih tua dari
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut
saya di daerah Lembang2 Bandung.
juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang
Siapa diantara kita yang tidak senang bila dapat berbicara bahasa asing
dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua
selain bahasa Indonesia yang kita gunakan. Atau siapa diantara kita yang tidak
bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik secara umum, bilinguslisme
senang dapat berkomunikasi dengan bahasa Jepang ketika kita mengunjungi dan
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
berbicara dengan orang Jepang. Italia, ketika ke Itali, Jerman ketika kita ke Jerman,
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman
Inggris ketika kita ke Amerika, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian
1975:73). Terlebih lagi ditambahkan oleh Steinberg bahwa bilingualism adalah
memunculkan motivasi untuk saya agar dapat menguasai bahasa-bahasa tersebut.
orang-orang yang mampu membaca dan menulis kedua bahasa tersebut dengan
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki ragam bahasa yang
lancar (Steinberg 2000:218).
sangat banyak sekali. Disamping karena faktor-faktor alam dan lainnya sehingga
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus
menyebabkan banyaknya suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa yang
menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa
berbeda-beda. Meskipun demikian, Indonesia hanya memiliki satu bahasa yang
pertamanya (B1)5, dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa
kemudian dijadikan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Tidak seperti
keduanya (B2)6. Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang
kebanyakan negara-negara lain di belahan dunia, seperti Switzerland yang memiliki
yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan
empat bahasa kenegaraan yaitu bahasa Jerman, bahasa Perancis, bahasa Italia, dan
3 Suku yang tinggal di dataran-dataran tinggi pada daerah-daerah seperti Iraq, Iran, dan Turki.
1 Kromo inggil: Kelas bahasa dalam bahasa Jawa yang umumnya dipakai oleh kalangan Bahasa mereka bermula adalah bahasa Pahlavi atau bahasa Persia sebelum dipengaruhi oleh
bangsawan/raja-raja Jawa, atau orang kelas bawah ketika berbicara dengan kelas atas Islam. Setelah kedatangan Islam bahasa mereka kemudian menjadi bahasa Karmanji.
menggunakan kelas bahasa ini. 4 Suku asli penghuni Amerika sebelum benua Amerika dikuasai oleh orang-orang Eropa.
2 Lembang: Daerah Bandung Utara yang berada pada ketinggian ± 900 Mdpl dengan suhu 5 Menurut Maclaughin, yang dimaksud bahasa pertama adalah bahasa yang secara kronologis
yang sangat sejuk dimana masyarakatnya banyak yang bercocok tanam sayur-mayur dan pertama-tama dikuasai oleh si penuturnya.
beternak sapi perah. 6 Bahasa kedua ialah bahasa yang diperoleh sesudah yang pertama.
kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa membaca (reading), dan menulis (writing).
Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Uriel Weinreich salah satu founding 3. Hartman dan Stork (1972:27)
fathers kajian bilingual dan dimana dia sendiri adalah seorang bilingual, Kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau
memberikan gambaran bilingual didalam bukunya “Languages in Contact”. The masyarakat ujaran.
practice of alternately using two languages will be called bilingualism, and the
person involved, bilingual (Weinreich 1968: 1). 4. Bloomfield (1958:56)
Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at menjelaskan, syarat untuk dapat dianggap Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa
dwibahasa adalah adanya kemampuan dalam bahasa kedua yang hampir yang sama baiknya oleh seorang penutur. Bloomfield merumuskan kedwibahasaan
menyerupai penutur asli (native speaker). Sedangkan sebagian ahli memberikan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of
kriteria terlalu rendah, yaitu asal semua orang mempunyai pengetahuan beberapa two languages. Namun, bagaimanapun juga penguasaan dua bahasa dengan
kata saja dalam bahasa kedua sudah cukup untuk diangap sebagai dwibahasawan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli/native speaker sangatlah
(Samsunuwiyati Mar’at 2005:89). sulit diukur.
Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah
multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yaitu 5. Haugen (1968:10)
keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara lebih umum
dengan orang lain secara bergantian. Telah diketahui bahwa secara harfiah maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian
kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.
bergantian. Berikut ini beberapa pendapat atau definisi tantang bilingualisme oleh Haugen mengemukakan bahwasanya kedwibahasaan dengan tahu dua bahasa
beberapa pakar, diantaranya: (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif saja
atau understanding without speaking.
1. Robert Lado (1964:214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan 6. Oksaar
sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun
pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang. harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya
masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat pada negara Belgia yang menetapkan
2. Mackey (1956:155) bahasa Belanda dan Perancis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis dipakai
Mackey merumuskan bahwasanya kedwibahasaan adalah sebagai kebiasaan dalam secara bergantian oleh warganya, sehingga warga Montreal dianggap sebagai
menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or masyarakat dwibahasawan murni.
more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan
dengan adanya tingkatan kedwibahasaan yang dilihat dari segi penguasaan unsur- bahwa kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih
unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian.
keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), Jadi, pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian
3

baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. 2. Menurut Pohl (dalam Baetens Beardmore, 1985:5)
Pembagian Bilingualisme (Kedwibahasaan) Tipologi bahasa lebih didasarkan pada status bahasa yang ada didalam
Ada beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi masyarakat, maka Pohl membagi kedwibahasaan menjadi tiga tipe yaitu:
kedwibahasaan, yaitu: Kedwibahasaan Horisontal (horizontal bilingualism)
Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism) Merupakan situasi pemakaian dua bahasa yang berbeda tetapi
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa masing-masing bahasa memiliki status yang sejajar baik dalam situasi
dimana salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa resmi, kebudayaan maupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok
yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara bahasa pertama pemakainya.
(B1) dengan bahasa kedua (B2) yang dikuasai oleh bilingual (dwibahasawan). Kedwibahasaan Vertikal (vertical bilinguism)
Jadi, pada kedwibahasaan majemuk kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan Merupakan pemakaian dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek,
tetapi masing-masing berdiri sendiri-sendiri. baik yang berhubungan ataupun terpisah, dimiliki oleh seorang penutur.
Kedwibahasaan Koordinatif /sejajar. Kedwibahasaan Diagonal (diagonal bilingualism)
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa yang Merupakan pemakaian dua bahasa dialek atau tidak baku secara
sama-sama baiknya oleh seorang individu. Kedwibahasaan ini dikatakan bersama-sama tetapi keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik
seimbang sebagaimana dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2 dengan bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat itu.
dwibahasawan tersebut, bahwa kemampuan bahasa kedua-duanya baik B1
maupun B2 dikatakan sama mahirnya. 3. Menurut Arsenan (dalam Beardmore, 1985)
Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks) Membagi tipe kedwibahasaan pada kemampuan berbahasa, ia
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat mengklasifikasikan kedwibahasaan menjadi dua tipe yaitu:
memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini Kedwibahasaan produktif (productive bilingualism) atau kedwibahasaan aktif
dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1 seperti sekelompok kecil yang atau kedwibahasaan simetrik (symmetrical bilingualism) yaitu pemakaian
dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga dua bahasa oleh seorang individu terhadap seluruh aspek keterampilan
masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya. berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Kedwibahasaan reseptif (reseptive bilingualism) atau kedwibahasaan pasif atau
Ada pula beberapa pendapat lain oleh pakar kedwibahasaan yang membagi kedwibahasaan asimetrik (asymetrical bilingualism).
kedwibahasaan kedalam tipologi kedwibahasaan diantaranya adalah:
1. Baeten Beardsmore (1985:22) 4. Prof. Dr. Samsunuwiyati Mar’at, Psi (2005:90)
Menambahkankan satu derajat lagi pembagian kedwibahasaan yaitu Membagi tipe-tipe dwibahasa kedalam dua tipe yaitu:
dengan kedwibahasaan awal (inception bilingualism) yaitu kedwibahasan yang Compound Bilingualism adalah hasil belajar dalam dua bahasa dalam situasi
dimiliki oleh seorang individu yang sedang dalam proses menguasai bahasa kedua yang sama oleh orang yang sama pula.
(B2). contoh: seorang anak belajar dwibahasa, misalnya bahasa A dan B dari
bapak dan ibu secara berganti-ganti. Dalam situasi seperti ini kemungkinan
terjadi interferensi bahasa lebih besar. Sering orang berpendapat bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam situasi
Coordinate Bilingualism adalah hasil belajar dua bahasa yang berbeda dalam dwibahasa mengalami hambatan dalam perkembangan inteleknya (Weisberger,
situasi yang berbeda pula. Misalnya, disekolah anak berbicara bahasa A 1935; Smith, 1939). Hal ini disebabkan karena anak-anak ini harus berfikir dalam
dan dirumah bahasa B, atau dengan ibu berbahasa A dan teman berbicara bahasa yang satu dan berbicara dalam bahasa yang lain, sehingga menderita
bahasa B. jadi disini penggunaan bahasanya konsisten tidak campur aduk. kesalahan mental. Begitu pula dengan hasil tes intelegensinya yang rendah
(terutama yang menuntut kemampuan bahasa). akan tetapi, studi dari Lambert
Namun, kenyataan membuktikan lain, bahwa orang yang memiliki yang telah mengontrol factor sosial-ekonomi, mendapatkan hasil yang sebaliknya
kemampuan dwibahasa lebih lancar dalam bahasa yang satu ketimbang bahasa dimana anak-anak dwibahasa dalam hal IQ sedikit lebih tinggi dari pada anak
yang lainnya. selain itu, dwibahasawan sering memakai bahasa yang satu secara ekabahasa7.
terbatas pada situasi kelompok tertentu, sedangkan bahasa yang lainnya Bukti-bukti penelitian lain menunjukkan tidak adanya dampak kerusakan
dipergunakan pada kelompok atau situasi yang lain lagi. terhadap bahasa baik bahasa pertama B1, bahasa ke duanya B2 ataupun
intelegensinya. Kedwibahasaan memberikan keuntungan dalam pengetahuan
Cara Mengukur Kedwibahasaan bahasa lain khususnya dalam proses percepatan pemerolehan bahasa. Sehingga
W.E. Lambert telah mengembangkan suatu alat untuk mengukur menjadi alasan yang baik untuk mengenalkan dan menerapkan kedwibahasaan
kedwibahasaan dengan mencatat hal-hal sebagai berikut: sejak dini.8
1. Waktu reaksi seseorang terhadap dua bahasa. Bila kecepatan reaksinya
sama, maka dianggap sebagai dwibahasawan. Misalnya dalam menjawab Hubungan antara Kedwibahasaan dengan fungsi Kognitif.
pertanyaan yang sama, tetapi dalam bahasa yang berbeda. Disini yang Salah satu studi mengenai hubungan kedwibahasaan dan fungsi kognitif
diukur adalah kemampuan dalam segi ekspresinya. pada anak-anak usia 10 tahun di Kanada (Paul dan Lambert, 1962) dari kelompok
2. Kecepatan reaksi dapat diukur pula dari bagaimana seseorang melaksanakan menengah menemukan bahwa anak-anak dwibahasa memperlihatkan performance
perintah-perintah yang diberikan dalam bahasa yang berbeda. Jadi disini lebih yang lebih baik secara signifikan, antara lain dalam tes fleksibilitas mental,
melihat kemampuan dalam segi reseptifnya. pembentukan konsep, melengkapi gambar dan memanipulasi bentuk. Kelebihan ini
3. Kemampuan seseorang melengkapkan suatu perkataan. Misalnya, kepada disebabkan karena mereka mempunyai kemampuan dalam “symbolic recognition”
subyek diberikan kata-kata yang tidak sempurna kemudian ia harus yang baik karena anak dwibahasa mempunyai dua simbol untuk setiap obyek, dan
menyempurnakannya. mereka membuat konseptualisasi kejadian-kejadian dalam lingkungannya
4. Mengukur kecenderungan (preferences) pengucapan secara spontan. Dalam bersandar hanya pada sifat-sifat umum saja, tanpa menggantungkan diri pada
hal ini kepada subyek diberikan suatu perkataan yang sama tulisannya, tetapi simbol-simbol linguistik.
pengucapannya dalam dua bahasa. Kesimpulan
Misalnya, tulisan ‘nation’ harus dibaca dan diucapkan secara spontan oleh Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa bilingualitas adalah keadaan psikologis
dwibahasawan Inggris-Perancis, kemudian dilihat apa yang diucapkannya, seseorang yang mampu menggunakan dua bahasa dalam komunikasi sosial.
“nasion” (Perancis) atau “nesjan” (Inggris).
7 Anak yang hanya menggunakan satu bahasa dalam kesehari-hariannya atau bahasa ibu-nya
saja.
Hubungan antara Kedwibahasaan dengan Inteligensi. 8 Danny D Steinberg, Hiroshi Nagata, David P Aline. “Psycholinguistics” Language, Mind and
World. 2nd edition Longman. 2000. p. 228
5

sedangkan Bilingualisme atau kedwibahasaan adalah suatu konsep bilingualitas dan


juga keadaan yang mengambarkan terjadinya kontak bahasa di antara sebuah Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
masyarakat bahasa tertentu dengan masyarakat bahasa lainnya. Sedangkan jika Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New
kemampuan bahasa pertama dan bahasa keduanya sama, bilingualitas orang Jersey: Prentice-Hall, Inc.
tersebut adalah bilingualitas seimbang. Sebaliknya, jika kemampuan bahasa Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosialinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
pertamanya lebih dominan dari pada bahasa keduanya, bilingualitas orang tersebut Rineka Cipta.
adalah bilingualitas dominan. Kushartarti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2009. “Pesona Bahasa”
Seseorang yang belajar bahasa pertama dan kedua dalam waktu yang Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
hampir sama dan dalam konteks yang sama biasanya mempunyai representasi Mackey, Alison. 2005. “Second Language Research” Methodology and Design. New
kognitif yang sama untuk kata tertentu dalam bahasa yang berbeda. Keadaan ini Jersey: Laurence Erlbaum Associates.
disebut bilingualitas majemuk (compound bilinguality). Keadaan sebaliknya adalah Mar’at, Samsunuwiyati. Prof. Dr. Psi. 2005. Psikolinguistik suatu Pengantar.
bilingualitas sederajat (coordinate bilinguality) dimana dalam keadaan ini, biasanya Bandung: Refika Aditama.
kata tertentu dalam bahasa berbeda mempunyai representasi kognitif yang Nababan, P.W.J. Rahmadi, T. Burhanudin, E. Nainggolan. 1984. Survai
berbeda pula. Kedwibahasaan. Pusat PPH. Depdikbud.
Jika pembelajaran bahasa asing meningkatkan kemampuan kognitif Ohoiwutun, Paul. 2004. “Sosialinguistik” Memahami Bahasa Dalam Konteks
sesorang, terutama pada masa anak-anaknya, orang yang bilingual ini sangat Masyarakat dan kebudayaan. Jakarta: Kesaint Blanc.
beruntung. karena ia dapat menggunakan kedua bahasa tersebut dengan Reynolds, Allan G. 1991. Bilingualism, Multiculturalism, and Second Language
kemampuan yang sama dan memperluas wawasannya dengan kedua bahasa Learning. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisers.
tersebut. Keadaan ini yang kemudian dikatakan bilingualitas tambahan (additive Steinberg, Danny D, Hiroshi Nagata, David P Aline. 2000. “Psycholinguistics”
bilinguality). Sebaliknya, jika keadaan bilingualitas memperlambat kemampuan Language, Mind and World. Second edition. Longman.
kognitifnya, seperti berfikir, berbicara atau memahami sesuatu, keadaan ini yang Utari, Sri Subyakto N. Dr. 1988. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta:
disebut dengan bilingualitas minus (subtractive bilinguality). Depdikbud. Dirjen Dikti.
Namun, dapat dikatakan bahwa anak dwibahasa memeroleh “flexibility set” http://foraagustina.wordpress.com/2008/04/10/perkembangan-kognitif-anak/
yang berguna dalam tugas-tugas berfikir yang berbeda, dimana dituntut adanya http://fatchulfkip.wordpress.com/2008/10/08/kedwibahasaan/
originalitas dan daya temu (inventiveness), yang berarti kedwibahasaan http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/kedwibahasaan-dan-diglosia/
mempunyai efek positif terhadap fungsi kognitif. Akan tetapi, perlu diingat bahwa http://sutimbang.blog.friendster.com/2008/10/kedwibahasaan/
kajian mengenai efek kedwibahasaan terhadap fungsi kognitif ini merupakan
sebuah penelitian baru sehingga pendapat-pendapat tersebut diatas masih bisa
disangkal atau diperkuat dengan hasil-hasil penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai