SOSIOPRAGMATIK
SEBAGAI SEBUAH
METODE
OLEH
MOH. FATAH YASIN
POSISI KAJIAN PRAGMATIK
Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan
konteks.
Wijana yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat
konteks.
Levinson mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi
bahasa dengan konteksnya.
Yule mengatakan, “Pragmatics is the study of contextual meaning”
Kramsch mengutarakan, “Meaning also depend on the external context of
communication of the speech event”
TIGA KATEGORI KONTEKS
MENURUT KEITH ALLAN
(1) the physical context or setting of the utterance ‘konteks fisik atau seting
tuturan’,
(2) the world spoken of in an utterance ‘sesuatu yang sedang dibicarakan’, dan
(3) the textual environment ‘lingkungan tekstual’.
PERKEMBANGAN STUDI KONTEKS
Studi ihwal konteks berawal dari kegiatan penelitian Branislaw Malinowsky (1882-
1944). Malinoswky adalah seorang antropolog yang ketika itu meneliti kebiasan
hidup dan kegiatan mencari mata pencaharian di seputar Kepulauan Trobriand di
wilayah Pasifik Selatan.
Malinowsky berpikir tentang aspek aspek yang menyertai terjadinya tuturan.
Ternyata dia mendapati bahwa aspek-aspek di luar bentuk kebahasaan yang
direkamnya itu sangat penting pengaruhnya di dalam menghadirkan maksud penutur
yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk kebahasaan itu.
Maka kemudian, aspek-aspek luar kebahasaan itu disebutnya sebagai konteks situasi
.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa sebutan konteks situasi, yang akhir-akhir
ini banyak digunakan sebagai penentu maksud tuturan (Leech, 1983)
EMPAT ELEMEN KONTEKS
MENURUT FIRTH
pelibat tutur,
tindakan pelibat tutur,
unsur situasi yang relevan, dan
akibat dari tindak tutur.
Menurut pandangan Firth, pelibat tutur itu menunjuk pada sosok-sosok yang menjadi penentu
terjadinya tuturan, bisa menunjuk pada penutur, mitra tutur, maupun orang lain yang hadir dalam
pertuturan itu.
Tindakan pelibat tutur menunjuk pada aktivitas bertutur yang dilakukan oleh para pelibat tutur
dalam sebuah pertuturan.
unsur situasi yang relevan menunjuk pada segala macam hal, bisa apa pun juga, yang muncul pada
saat kegiatan bertutur itu terjadi.
akibat dari tindak tutur menunjuk pada manifestasi tindakan yang merupakan dampak dari
terjadinya pertuturan itu.
COMPONENTS OF SPEECH
MENURUT HYMES
Hymes menyebut konteks sebagai komponen tutur (components of speech).
Komponen tutur mencakup delapan elemen yang dirumuskan dalam istilah
memoteknik atau ungkapan mnemonic SPEAKING.
Pandangan Hymes sebagai seorang antorpolog tentang komponen tutur itu banyak
diacu dalam studi sosiolinguistik karena kemunculan teori tersebut tidak
terlampau jauh dengan perkembangan linguistik.
HAKIKAT ELEMEN KONTEKS
SOSIAL
Konsep komponen tutur yang dikembangkan Poedjosoedarmo (1985) merupakan
pengembangan dari konsep yang disampaikan Dell Hymes.
Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa disebut
sebagai konsep memoteknik OOEMAUBICARA
OOEMAUBICARA
O= O1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal, yaitu
siapakah O1 dan dari manakah asal atau latar belakang O1. Siapakah O1 berkenaan
dengan (i) bagaimanakah keadaan fisik O1, (ii) bagaimana keadaan mental O1, dan
(iii) bagaiman kemahiran bahasa O1. Latar belakang si penutur menyangkut jenis
kelamin, asal daerah, asal golongan kelas masyaraktnya, umur, jenis profesi, kelompok
etnik, dan aliran kepercayaannya.
O= O2. Orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur atau mitra tutur.
Faktor ini yang berkaitan dengan dua hal, yaitu anggapan O1 tentang seberapa tinggi
tingkatan sosial O2 dan seberapa akrab hubungan O1 dan O2.
OOEMAUBICARA
A= adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat berganti bentuknya dari apa
yang biasanya terjadi apabila ada seseorang yang kebetulan hadir pada adegan tutur.
Pengubahan kode bahasa yang disebabkan oleh adanya O3 terjadi karena ingin
mengikutsertakan O3 dalam pecakapan, ingin merahasiakan sesuatu agar O1 memberikan
kesan kepada O3 bahwa O2 sebetulnya ialah orang yang terhormat dan tidak menggangu O3.
U= urutan bicara. Urutan bicara berkenaan dengan siapa yangharus berbicara lebih dulu dan
siapa yang harus berbicara kemudian. Dalam masyarakat ada yang emiliki aturan bahwa orang
yang berstatus sosial lebih tinggai atau orang lebi tua harus berbicara lebih dulu. O1 atau
penutur sebagai pengambil inisiatif berbicara dalam menentukan bentuk tuturnya daripada
mitra tuturnya. O2 atau mitra tutur yang menanggapi tuturan O1 tidak sebebas O1 memilih
bentuk tuturannya. Kode bahasa yang dipilih O2 tergantung pada penilaian terhadap hubungan
yang ia inginkan terhadap o1 atau tergantung pada suasana kebahasaan yang ia ciptakan.
OOEMAUBICARA
B= bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi warna bicara. Hal ini
tidak berarti bahwa setiap pokok pembicaraan harus dibahas dengan ragam bahasa
tertentu. Namun, ada beberapa topik pembicaraan tertentu yang mengharuskan anggota
masyarakat menggunakan kode bahasa tertentu apabila mereka akan
membicarakannya.
I= instrumen atau sarana tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi bentuk ujaran. Yang
dimaksud dengan saran tutur ialah sarana yang dipakai untuk menyampaikan sarana
tutur. Adanya bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan dismapaikan secara lngsung
dengan menggerakkan alat-alat bicara mulut sedangkan bahasa tulis disampaikan
dengan menggunakan hruf- huruf di atas kertas atau alat tulis. Pada kebanyakan
masyarakat, bahasa tulis biasanya terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa
tertentu. Sarana-saran tutur, sperti telepon, handphone, email, dan sebagainya yang
mempengaruhi ujaran seorang penutur.
OOEMAUBICARA
C= citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan dapat mempengaruhi
O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang diucapkan oleh O1. Dalam hal ini sering
dibedakan ragam bahasa santai, ragam bahasa formal, dan ragam bahasa indah.
A= adegan tutur. Adegan tutur terkait dengan tempat, waktu, dan peristiwa (termasuk
kualitas suprasegmental tutur dan pilihan pokok pembicaraan). Adegan tutur
mempengaruhi penutur dalam menentukan bentuk-bentuk ujaran. “percakapan di
dalam masjid, gereja, dan tempat- tempat ibadah lainnya, rumah sakit, kantor
pengadilan biasanya tidak terlalu keras, dan orang biasanya tidak bersenda
gurau. Percakapan harus sopan, serius, dan khidmat.
OOEMAUBICARA
konteks sosial adalah keseluruhan latar belakang sosial yang dimiliki penutur dan
mitra tutur dalam membangun interaksi di masyarakat.
Dasar kemunculan konteks sosial adalah solidaritas (Solidarity) (Rahardi, 2009).
Setiap tuturan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur tidak hanya bertujuan
menjalin komunikasi tetapi juga menyampaikan maksud.
Gagasan yang tidak dapat diwakili oleh kata-kata padahal ingin diungkapkan oleh
penutur itulah yang dimaksud dengan konteks.
Fungsi konteks dalam tuturan didasarkan pada latar belakang pemahaman yang sama.
Dasar pemahaman yang sama dalam artian penutur dan mitra tutur memiliki persepsi
yang sama terkait hal yang dibicarakan sehingga tidak menghambat proses
komunikasi.
TERIMA KASIH
SEMOGA PERTEMUAN INI
BERMANFAAT AAMIIN