Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH DAN LINGKUP SOSIOLINGUISTIK

Kelompok 2 :
1. Afifah (2013041009)
2. Nabila Azzahra Khamdo (2013041001)
3. Nurul Astry Ramadhani (2013041045)

Kelas : 3A

Mata Kuliah : Sosiolinguistik

Dosen Pengampu :

1. Dr. Iing Sunarti, M.Pd.


2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil 'Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-
Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, dengan judul
"Sejarah dan Ruang Lingkup Sosiolinguistik" yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sosiolinguistik yang diampu oleh Ibu Dr. Iing Sunarti, M.Pd. dan Ibu Eka
Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan terkait penulisan makalah, sehingga tugas ini selesai dengan optimal
dan tepat waktu. Semoga amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang
berlimpah, aamiin.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah
ini, baik dari segi ejaan, tata bahasa, pemilihan diksi, maupun isi. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai
bahan evaluasi guna menyempurnakan makalah ini kedepannya. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Waasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penyusun

Bandarlampung, 3 September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Sosiolinguistik ......................................................................................... 3
2.2 Sejarah Sosiolinguistik ............................................................................................... 3
2.3 Perkembangan Sosiolinguistik ................................................................................... 5
2.4 Ruang Lingkup Sosiolinguistik................................................................................... 7
2.5 Objek Kajian Sosiolinguistik ...................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan sarana dalam komunikasi manusia sehari-hari yang memiliki
aturan yang telah diatur sesuai dengan aturan dan adat yang berlaku. Walaupun
menggunakan satu bahasa setiap harinya, namun manusia secara fasih disadari
atau tidak, dapat menggunakan bermacam macam bahasa yang beragam karena
telah memiliki pengetahuan dan terbiasa dengan penggunaanya. Sama seperti kita
pada umumnya menggunakan ragam bahasa yang berbeda saat berbicara dengan
teman, orang tua, guru, dan berbagai macam mitra tutur lainnya.

Ragam bahasa terjadi didasarkan kepada manusia yang tidak homogen dan
banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan. Dilihat dari bahasa Indonesia, ragam
bahasa yang digunakan tidak lebih rumit daripada ragam bahasa Asing lainnya.
Keragaman atau kevariasian ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut
digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat
luas. Ilmu yang mempelajari keragaman bahasa ini disebut dengan sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua
bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai
lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasasosiolinguistik adalah ilmu
yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di
dalam masyarakat.

Menurut Kridalaksana dalam Abdul Chaer (2013:3), Sosiolinguistik lazim


didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa,
serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di
dalam suatu masyarakat. Selain itu, Nababan (1984:2) mengungkapkan bahwa
sosiolinguistik adalah pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan

1
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa sosiolinguistik adalah cabang
ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek
penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu
masyarakat tutur. Sosiolinguistik juga mengalami perkembangan seiring
berjalannya waktu, lalu kemudian terdapat juga lingkup lingkup pembahasan
dalam sosiolinguistik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengertian sosiolinguistik?
2. Bagaimana sejarah sosiolinguistik?
3. Bagaimana perkembangan sosiolinguistik?
4. Apa saja macam-macam ruang lingkup sosiolinguistik?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian sosiolinguistik
2. Untuk mengetahui sejarah sosiolnguistik.
3. Untuk mengetahui perkembangan sosiolinguistik.
4. Untuk mengetahui macam macam ruang lingkup sosiolinguistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiolinguistik


Sosiolinguistik terdiri dari dua kata, yaitu sosiologi dan linguistik. Sosiologi
adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat,
mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlagsung dan
tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau
bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Secara umum
sosiolinguistik dikenal sebagai bidang ilmu yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan di dalam masyarakat.Berikut definisi
sosiolinguistik menurut para ahli :
1. Harimurti Kridalaksana (1978:94) menjelaskan sosiolinguistik adalah ilmu
yang mempelajari ciri dari berbagai variasi bahasa, serta hubungan di
antara para bahawasawan dengan variasi bahasa tersebut di dalam suatu
masyarakat.
2. Djoko Kentjono (1990:14) menjelaskan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu
yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat; ilmu gabungan
sosiologi dengan linguistik.
3. Sumarsono (2004) menjelaskan sosio adalah masyarakat, linguistik adalah
kajian bahasa.

Jadi, sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi
yang ada di masyarakat. Dari definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang
berhubungan dengan ilmu sosiologi, serta objek kajiannya yang membahas
hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat
tutur.

2.2 Sejarah Sosiolinguistik

3
Perkembangan sosiolinguistik baru mulai pada akhir 1960an dan awal 1970an,
sehingga kajian bahasa ini dapat dipandang sebagai disiplin ilmu bahasa yang
masih muda. Meskipun demikian, hal ini tidak berararti bahwa sosiolinguistik ini
merupakan penemuan dekede 1960an. Dewasa ini, perhatian terhadap
sosiolinguistik semakin luas dan kesedaran yang semakin meningkat bahwa
sosioliguistik dapat memperjelas hakikat bahasa dan hakikat masyrakat.

Panini (500 SM) diyakini oleh banyak linguis sebagai pelopor pengkaji
sosiolinguistik. Dalam karyanya yang berjudul Axtadhaar suatu buku yang berisi
tentang stilistika bahasa. Pengkajian sosiolinguistik mulai mendapat perhatian.
Baru beberapa abad kemudian, tepatnya pada abad 19. Schuchardt Hasseling, dan
Van Name (1869-1897) untuk pertama kalinya memulai kajian tentang dialek
bahasa pedalaman Eropa dan kontak bahasa yang menghasilkan bahasa campuran.

Perkembangan kajian sosiolinguistik semakin menemukan titik cerah setelah de


Saussure (1857-1913) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah fakta sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat dua istilah yang masih populer
hingga saat ini yaitu langue dan parole. Langue adalah pengetahuan yang dimiliki
seorang penutur sehingga dapat membedakan gramatikal tidaknya suatu kalimat
dalam bahasa yang ia gunakan, sementara Parole adalah Perila atau ujaran yang
diucapkan oleh penutur bahasa.

Langkah de Saussure ini ditindak lanjuti oleh beberapa sarjana bahasa Amerika
Serikat, seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield yang
melakukan beberapa kajian bahasa, budaya, dan kognisi. Istilah sosiolinguistik
digunakan pertama sekali oleh Harver Currie pada tahun 1952. Tokoh ini
sebelumnya melihat kajian linguistik tidak memiliki perhatian terhadap realitas
sosial. Setahun berikutnya, Weinreich (1953) menulis Language in Contact, yang
diikuti dengan kemunculan karya-karya besar lain dalam bidang ini sehingga
mulai saat itu sosiolinguistik menjadi ilmu yang mantap dan menarik perhatian
banyak orang. Dua hal yang menjadi fokus kajian linguistik yaitu bahasa dan
dimensi kemasyarakatan. Secara garis besar kajian mengenai sosiolinguistik

4
muncul karena para ahlli bahasa menemukan tidak adanya korelasi antara
linguistik dengan keadaan sosial masyarakat.

Konferensi sosiolinguistik yang pertama dilaksanakan di University of California,


Los Angles pada tahun 1964. Koferensi tersebut merumuskan adanya tujuh
dimensi dalam penelitian linguistik. Ketujuh dimensi tersebut yaitu.
1. Identitas sosial dari penutur
2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi
3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi
4. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial
5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk bentuk
ujaran
6. Tingkatan variasi dan ragam linguistik
7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (Dittmar 1976:128)

Analisis sinkronik adalah analisis yang mengkaji kronologi suatu bahasa yang
terdapat pada suatu masa tertentu tanpa adanya interval waktu. Sedangkan analisis
diakronik adalah analisis yang mengkaji perubahan perubahan pada suatu bahasa
yang terjadi antara 2 waktu.

Istilah sosiolinguistik sebagai judul tulisan, baru dijumpai secara kongkrit pada
buku yang berjudul "Two Types Of Linguistic Relativy" dalam Wm. Bright (Ed.).
Sociolinguistict karya Hymes (1966). Setelah itu terbitlah artikel yang berjudul
"Sociolinguistics and The Language Problems Of Developing Nations",
International, Social, Science Journal karya Fishman (1968).

2.3 Perkembangan Sosiolinguistik


Perkembangan kajian sosiolinguistik di dunia berawal pada tahun 1970 setelah
Fishman menerbitkan buku kajian "The Sociology Of Language", lalu diikuti oleh
penulis seperti Hudson pada tahun 1980 yang berhasil menerbitkan buku yang
berjudul "Sociolinguistics (Sosiolinguistik)". Di dalam buku tersebut diuraikan
tentang sosiolinguistik dan sosiologi bahasa (Sociolinguistics and The Sociology

5
Of Language), variasi bahasa (Parieties Of Language), Alih kode (Code
Switching), pinjaman (Borrowing), fungsi turunan (The function of speech), dan
sebagainya. Setelah itu pada tahun 1986 terbit buku yang berjudul The Introdution
Of Sociolinguistics karya Ronald Wardhaugh.

Selanjutnya diikuti oleh para sosiolinguis lain yang berupaya mengembangkan


dengan menerbitkan buku seperti yang telah dilakukan oleh Holmes yang berjudul
An Introduction To Sociolinguistics, cetakan I yang terbit pada tahun 1972.
Didalam buku tersebut telah dimuat uraian mengenai jawaban "What do
sociolinguist study ?" Bab 1 Multilingual Speech Communities (Komunitas
Penutur Multilingual). Satu bab ini dirinci menjadi empat subbab. Empat subbab
meliputi "Language Choice In Multilingual Communities (Pemilihan Bahasa
dalam Komunikasi Multingual)"

Di Indonesia pada tahun 1979, Poedjosoedamo menjadi salah satu perintis


berkembangnya sosiolinguistik dengan menerbitkan buku yang berjudul "Tingkat
Tutur Bahasa Jawa". Judul tersebut memang tidak secara langsung menyebutkan
kata sosiolinguistik, namun tindak tutur (Undha usuk) merupakan salah satu
pokok bahasan yang dikaji dalam sosiolinguistik. Berikutnya, pada tahun 1983
Suwito menerbitkan buku yang berjudul "Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori
dan Problema". Buku tersebut samapi saat ini banyak dijadikan sebagai salah satu
referensi nanakaiian sociolinguistik Satu tahun kemudian (1984) Nababan
menerbitkan bukunya yang berjudul "Sosiolinguistik Suatu Pengantar". Setelah itu
diikuti oleh penulis lain seperti Mansur Pateda (1987) menerbitkan buku
sosiolinguistik tentang Abdul Chaer dan Leonie Agustin (1987) menerbitkan buku
sosiolinguistik yang berjudul "Perkenalan awal (Edisi Revisi)". Buku-buku
tersebut tidak secara langsung menyebut kata sosiolinguistik namun substansinya
dominan berupa unsur sosiolinguistik.Secara umum, bahasa dipahami sebagai
sistem tanda arbiter yang dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi antara
satu sama lain. Dengan demikian, konteks sosial dalam penggunaan bahasa
menjadi sesuatu yang penting untuk dikaji.

6
Menurut Chomsky, sosiolinguistik menyoroti segala yang dapat diperoleh dari
bahasa, dengan cara apa pendekatan sosial dapat menjelaskan segala yang
dikatakan dengan bahasa, oleh siapa, kepada siapa, pada saat kehadiran siapa,
kapan dan di mana, atas alasan apa, dan dalam keadaan bagaimana. Sementara
menurut Hymes (1971), perhatian sosiolinguistik tertuju pada kecakapan manusia
dalam menggunakan bahasa dengan tepat dalam latar yang berbeda.Pendapat
Chomsky dan Hymes secara garis besar sama hanya saja Chomsky lebih
memperinci perhatian sosiolinguistik. Perkembangan sosiolinguistik
menghasilkan ilmu yang bisa diperoleh dan mempelajari sosiolinguistik.Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari mempelajari linguistik yaitu; konsep dasar
tentang guyub tutur variasi dan perubahan bahasa (dialek dan kelompok sosial)
bahasa, kekuasaan, dan ketidak setimbangan, kontak bahasa, perencanaan,
kebijakan, dan praktek bahasa bahasa dan pendidikan. Metode penelitian
sosiolinguistik Sosiolinguistik sebagai profesi.

2.4 Ruang Lingkup Linguistik


Dalam buku Pengantar Sosiolinguistik (Aslinda dan Syafyahya, 2010: 3-11)
menjelaskan bahwa linguistik menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bidang
kajian linguistik yang mempelajari struktur internal bahasa atau hubungan bahasa
dengan struktur bahasa itu sendiri dari struktur eksternal atau hubungan bahasa itu
dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Ruang lingkup kajian sosiolinguistik meliputi komunikasi dan masyarakat bahasa,
variasi bahasa, bilingualisme dan diglosia, interferensi dan integrasi bahasa,
dialek, sikap bahasa, serta perencanaan bahasa. Dengan demikian, sosiolinguistik
dibagi menjadi dua yaitu:

a. Mikro sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil,


misalnya sistem tegur sapa. Sosilinguistik mikro mengacu pada kajian
mengenai gejala bahasa dalam konteks sosial yang ditandai oleh faktor-
faktor makro yang tidak dapat tereduksi lagi. Tiga prinsip utama yang
terdapat dalam hubungan interaksi antar individu dalam kelompok
adalah sebagai berikut.

7
1. pencapaian interaksi dalam komunikasi;
2. akuisisi dan modifikasi kecakapan komunikatif; dan
3. sikap bahasa.
b. Makro sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku
bahasa dan struktur sosial. Sosiolinguistik makro mengacu pada kajian
mengenai fenomena sosiolinguistik yang mencakup variabel yang lebih
besar, baik dalam jumlah populasi, wilayah penyebaran bahasa, maupun
kontinuitas bahasa dari waktu ke waktu. Ada tiga utama yang patut
diperhatikan dalam sosiolinguistik makro:
1. kontak bahasa;
2. konflik bahasa;
3. perubahan bahasa dan perubahan sosial.

2.5 Objek Kajian Sosiolinguistik

Objek kajian sosiolinguistik adalah aspek bahasa yang bersifat heterogen, yakni
bahasa dalam wujudnya setelah terimplementasi dalam tindak komunikasi. Butir-
butir penelitian sosiolinguistik meliputi:
1. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat berpengaruh atau membedakan makna,
sedangkan huruf adalah simbol bunyi atau simbol fonem.
2. Morfem
Morfem merupakan satuan bentuk terkecil yang bisa membedakan makna dan
bisa juga mempunyai makna. Morfem ini berupa imbuhan, partikel, kata dasar dan
klitikal. Contohnya -lah, -kah, -an dan bawa. Wujud Morfem tidak dapat dipecah
lagi menjadi satuan bentuk yang lebih kecil. Kita bisa membuktikan apakah
morfem ini bisa menjadi pembeda makna dengan cara menggabungkan morfem
itu sendiri dengan kata yang mengandung makna leksikal (arti yang tertera dari
kamus). Jika dari penggabungan itu menghasilkan makna baru maka berarti itu
adalah Morfem. kita bisa lihat berdasarkan contoh :
Morfem -di, -ter, -lah, me- , seandainya digabungkan dengan kata aslinya minum,
maka dapat membentuk kata diminum, meminum, terminum, minumlah.

8
Pengabungan menggunakan imbuhan atau akhiran -di, -ter, -lah, me- memiliki
makna baru yang berbeda makna dengan kata aslinya yaitu Minum.
Intinya, Morfem ini adalah satuan bentuk yang dapat membedakan antara kata asli
dengan kata yang menggunakan imbuhan, partikel, kata dasar dan klitikal atau
satuan bentuk yang memiliki makna baru dari makna aslinya. Morfem ini dapat
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Morfem Bebas adalah morfem yang hanya bisa berdiri sendiri dari makna
tanpa harus adanya penggabungan dengan morfem lainnya. Semua kata
dasar termasuk golongan sebagai morfem bebas.
b. Morfem Terikat adalah kebalikan dari morfem bebas yaitu morfem yang
tidak bisa hanya berdiri sendiri dari segi makna. Makna morfem terikat
akan jelas setelah morfem itu digabungkan dengan morfem lainnya.
Morfem terikat ini membutuhkan semua imbuhan (awalan, sisipan,
akhiran, serta kombinasi awal dan akhiran). Selain itu partikel -ku, -lah, -
kah merupakan unsur-unsur kecil yang juga tergolong morfem terikat.
3. Kata,
Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi
atas bagian-bagiannya, dan mengandung sebuah ide (Keraf, 1991:44).Kata adalah
satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap satuan bebas
merupakan kata (Kushartanti, 2005: 151).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata
adalah satuan bebas, atau bentuk yang paling kecil, mampu berdiri sendiri, dan
sudah mempunyai arti. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik
dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi, kata terdiri satu atau beberapa suku,
dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik, kata
terdiri dari satu atau beberapa morfem.
4. Frasa
Ramlan (1987:151) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatika yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
Selanjutnya, Parera (1991:32) mengemukakan pula bahwa pengertian frasa
adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih baik dalam
sebuah pola dasar kalimat ataupun tidak. Sejalan dengan kedua pengertian

9
tersebut, penulis berpendapat bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri
atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis tertentu dalam
kalimat tetapi tidak melampaui batas fungsi klausa atau dapat dikatakan frasa itu
nonpredikatif
5. Klausa
Klausa merupakan sebuah konstruksi ketatabahasaan yang dapat dikembangkan
menjadi kalimat. Dengan demikian, klausa dapat pula dikatakan sebagai kalimat
Kalimat dasar merupakan kalimat deklaratif yang memiliki struktur
predikasi. Stocwell dalam Lapoliwa (1989:39) menyatakan kalimat dasar itu
adalah kalimat yang memenuhi kondisi sebagai berikut.
(a) Kalimat itu hanya memunyai satu verba;
(b) Kalimat itu tidak mengandung unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dengan
unsur lain;
(c) Subjek, Objek, dan Predikat kalimat dasar mempunyai spesifikasi minimal;
dan
(d) Kalimat dasar tidak mengandung operator sekunder seperti negasi, perintah,
pertanyaan, dan modalitas.
6. Kalimat
Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah
yang berlaku. Dalam Kamus Linguistik (1993:92) disebutkan pengertian kalimat
sebagai berikut.
a. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
b. Klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi
yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa yang
membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan
sebagainya.
c. Konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata
menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
d. Samsuri (1982:54) dalam bukunya yang berjudul Tata Kalimat Bahasa
Indonesia mengemukakan bahwa kalimat ialah untai berstruktur dari kata-

10
kata. Keterangan untai berstruktur itu diperlukan karena ada untai kata
yang tidak berstruktur dan untai kata semacam itu bukanlah kalimat
7. Paragraph
Paragraf adalah kesatuan pokok pikiran yang terdiri atas beberapa kalimat. Sebuah
paragraf terdiri atas satu pokok pikiran atau satu gagasan utama. Menurut Chaer
(2011), paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua buah kalimat atau
lebih yang saling berkaitan, memiliki satu kesatuan yang utuh, dan padu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paragraf adalah bagian bab dalam suatu
karangan, biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan
garis baru.
8. Wacana
Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentatan kalimat yang berkaitan
yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lain dan
membentuk satu kesatuan. Alwi dkk juga menyatakan bahwa untuk
membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat, jadi
ketika seoarang peneliti ingin meneliti tentang wacana maka peneliti wajib paham
tentang ilmu kalimat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sintaksis. Wacana
merupakan suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku
linguistik (atau lainnya). Wacana dapat juga dikatakan seperangkat proposisi yang
saling berhubungan untuk menghasilkan kedaan suatu kepaduan atau rasa kohesi
bagi pendengat atau pembaca.
9. Dialog
Secara etimologis dialog berasal dari bahasa yunani διά (dia, jalan batu / cara) dan
λόγος (logos, kata), sehingga dapat diartikan sebagai ‘cara manusia dalam
mengunakan kata’. Dialog merupakan percakapan timbal balik antara dua orang
atau lebih. Berlawanan dengan diskusi yang punya kecenderungan menuju sebuah
goal tertentu, mencapai sebuah persetujuan, memecahkan persoalan, atau
memenangkan opini seseorang, dialog bukan sebuah teknik untuk memecahkan
persoalan atau sarana resolusi konflik.
10. Ideolek
Pengertian idiolek menurut Kridalaksana (1980: 13) adalah keseluruhan ujaran
seorang pembicara pada suatu saat yang dipergunakan untuk berinteraksi dengan

11
orang lain, sedangkan menurut Chaer (1994: 55) idiolek adalah variasi bahasa
yang bersifat perseorangan.
11. Dialek regional
Dialek regional merupakan varian bahasa yang dipakai di daerah tertentu.
Misalnya, bahasa Indonesia dialek Ambon, dialek Jakarta dialek Medan. Dialek
sosial adalah dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang
menandai strata sosial tertentu.
12. Kronolek/ dialek waktu
Kronolek /dialek waktu merupakan variasi bahasa yang disebabkan faktor urutan
waktu. Wujudnya disebut kronolek. Contoh: bahasa Kawi (masa sebelum akhir
Majapahit), bahasa Jawa Tengahan (masa akhir Majapahit), dan bahasa Jawa Baru
(masa sekarang).
13. Sosiolek/dialek social
Variasi bahasa dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah atau area tertentu.
Variasi bahasa sosiolek, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan dan kelas sosial para penuturnya.
14. Tingkat tutur
Tingat tutur (speech level) variasi yang timbul adanya perbedaan mitra tutur.
Penutur akan mempertimbangkan siapa yang menjadi mitra tuturnya. Mitra yang
berbeda akan mengakibatkan penggunaan variasi yang berbeda. Tingkat tutur
dilakukan secara sadar olah seseorang atau masyarakat tutur. Tingkat tutur juga
bukan merupakan bahasa baru, tetapi masih pada bahasa yang sama. Tingkat tutur
dapat dilihat dengan pilihan kata yang berbeda dengan orang yang berbeda. Hal
ini juga menyangkut kesopanaan terhadap lawan bicara.
15. Ragam
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda yang disebabkan karena
faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan, agama, bidang
kegiatan atau profesi, budaya, dan sebagainya. Hal ini mengkibatkan ragam
bahasa resmi (formal) dan tidak resmi (non formal). Ragam formal digunakan
pada acara resmi tentu dengan pilihan kata yang yang sesuai dengan situasi
16. Register

12
Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh seseorang atau
masyarkat tutur untuk suatu keperluan tertentu. Register memiliki maksud dan
fungsi tertentu sesuai dengan maksud penutur. Selain itu juga mencakup konteks
sosial. Register dapat dijumpai baik dalam teks lisan maupun tulis. Register lisan
pada bahasa politik berbeda dengan bahasa biologi. Meskipun ada beberapa kata
yang sama, tetap maknanya berbeda.
17. Bahasa
Bahasa adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan suara
atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih
besar,seperti morfem, kata, dan kalimat

Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California,


Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam
penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan masalah dalam
sosiolinguistik itu adalah (1) identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari
pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat
peristiwa tutur terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-diale sosial,
(5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujarn,
(6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7) penerpan praktis dari penelitin
sosiolinguistik, Ditmar (dalam Chaer, 2010:5).

Identitas sosial dari penutur antara lain, dapat diketahui dari pertanyaan apa dan
siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungnnya dengan lawan tuturnya.
Identitas penutur dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Identitas dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur, maka identitas
pendengar itupun dapat berupa anggota keluarga, teman karib, guru, murid, orang
yang dituaka, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan
mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di
dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, di ruang kuliah, dan sebaginya.
Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya
dalam bertutur. Misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara

13
denagn suara yang tidak keras, di lapangan bola kita boleh berbicara keras-keras,
dan malah di ruang yang bising dengan suara mesin-mesin kita harus berbicara
dengan suara yang keras, sebab kalau tidak keras tentu tidak dapat di dengar oleh
lawan bicara kita.
Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola
dialek-dialek sosial itu , baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku
pada masa yang tidak terbatas. Diaeleg sosial ini digunakan para penutur
sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas soaial tertentu
di dalam masyarakat.
Penelitian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk perilaku
ujaran. Maksudnya setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di
dalam masyarakat. Maka, berdasarkan kelas sosialnya itu, dia mempunyai
penilaian tersendiri yang tentunya sama, atau jika berbeda tidak akan terlau jauh
dari kelas sosialnya terhadap perilaku bentuk-bentuk ujaran yang berlangsung.
Tingkat variasi atau linguistik, maksudnya bahwa sehubungan dengan
heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya berbagi fungsi soaial dan
politik bahasa serta adanaya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi
manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi entah
namanya dialek, varietas, atau ragam, mempunyai fungsi sosialnya masing-
masing.
Dimensi terakhir, yakni penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik
merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk
mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Misalnya, masalah
pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial
akibat konflik bahasa, dan sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat interdisipliner yang mengkaji masalah
bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat dalam
situasi yang bervariasi. Bahasa dalam studi sosiolinguistik tidak hanya dipandang
sebagai struktur saja, tetapi juga dipandang sebagai system sosial, sistem
komunikasi dan bagian dari kebudayaan masyarakat tertentu. ragam bahasa
merupakan variasi pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat yang berbeda-beda
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat tertentu yang
menunjukkan salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian
bahasa. Sosiolinguistik lahir pada 1960an dan pada awal 1970an, sehingga kajian
bahasa ini dipandang sebagai disiplin ilmu yang masih baru atau muda. Lalu,
perkembangan sosiolinguistik di Indonesia sendiri pada tahun 1979,
Poedjosoedami adalah salah satu perintis berkembangnya ilmu ini dengan cara
menerbitkan buku yang berjudul “Tingkat Tutur Bahasa Jawa”.
Ruang lingkup sosiolinguistik sendiri mencakup dua, yaitu mikro sosiolinguistik
dan makro sosiolinguistik. Pada objek kajian sosiolinguistik terdapat tujuh belas
butir untuk penelitian sosiolinguistik.

3.2 Saran
Dilihat dari tahun pertama kali ilmu sosiolinguistik masuk ke Indonesia, memang
belum cukup lama maka dari itu tentu saja ilmu ini masih dianggap muda dan
asing. Oleh karena itu, makalah ini dibuat agar kita lebih memahami sejarah dan
lingkup sosiolinguistik namun di mohon untuk tetap mencari informasi dan materi
dari buku atau jurnal lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Aslinda, & Syafyahya, L. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika
Aditama.
Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Alwasilah, A. C. 1986. Sosiologi bahasa. Bandung: Angkasa. Bauer, L. 2007.
Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
https://www.scribd.com/doc/257650166/SEJARAH-SOSIOLINGUISTIK-DAN-
PERKEMBANGANNYA (diakses pada tanggal 03 september 2021)

16

Anda mungkin juga menyukai