Anda di halaman 1dari 16

Kelompok :

1. Ragil Rahmayanti Putri 20177170053


2. Okta Ika Nurjanah 20177170054
3. Richa Aprilya 20177170052
4. Ayu Fazira 20177170008
3.1 Pengertian Kelas Sosial

Kelas sosial mengacu kepada golongan
masyarakatyang mempunyai kesamaan tertentu dalam
bidang kemasyarakatan seperti ekonomi,pekerjaan,
pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya.
• Kasta biasanya dianggap sejenis kelas sosial. Tetapi ada
satu hal yang membedakan kasta dari kelas sosial yang
lain: pada kasta orang tidak tidak boleh seenaknya bebas
memasuki golongan.
• Kasta bersifat tertutup, sedangkan kelas sosial lain
bersifat terbuka, memungkinkan adanya mobilitas sosial,
yaitu perpindahan seseorang dari kelas ke kelas.
3.2 Ragam Bahasa Kelas Sosial


 Ragam bahasanya boleh dikatakan merupakan dialek
sosial tersendiri. Jika angota dari kelas bawah ini masuk
ke perguruan tinggi menjadi mahasiswa, dia segera
meninggalkan dialek sosialnya, menggantikannya
dengan bahasa Inggris ragam baku yang memang biasa
dipakai di kalangan universitas dan kalangan akademis.
 Ragam bahasa dialek regional dapat dibedakan secara
cukup jelas dengan dialek regional yang lain. Batas
perbedaan itu bertepatan dengn batas-batas alam seperti
laut, sungai, gunung, jalan raya, hutan, dan sebagainya.
 Secara linguistik dapat dikatakan, jika dua dialek
reginal berdampingan di dekat perbatasan itu bisa
jadi dua unsur dialek itu akan “bercampur “.


Semakin jauh dari batas itu, perbedaan itu semakin
“besar “. Misalnya di Inggris dan sungai Humber
yang memisahkan antara dialek utara dan selatan.
3.3 Peranan Labov


 Perlu kita catat peranan seorang sarjana, William
Labov, dalam hubungan dengan kelas sosial ini,
khususnya tentang lapisan sosial. Sudah kita
ketahui, dialektologi semula hanya memperhatikan
dialek geografis. Ketika tahun 1930 diadakan
pemetaan bahasa di Amerika dan Kanada, para ahli
memasukkan unsur pendidikan penutur
kedalamnya. Ini berarti masuknya dimensi sosial ke
dalam dialektologi.

 Kemudian mereka juga mulai mencobacoba meneliti
logat orang-orang di kota, padahal selama ini mereka
hanya meneliti dialek-dialek dari desa ke desa. Setelah
Perang Dunia II mereka benar-benar menyadari
pentingnya perhatian terhadap tutur masyarakat kota.
Yang menjadi masalah ialah bagaimana seorang linguis
dapat melukiskan misalnya “tutur kota New York” yang
berpenduduk 8 juta lebih. Yang secara tepat diacu oleh
“tutur New York”. Dengan kata lain, apakah ada
manfaatnya kita memasukkan metode dialektologi yang
biasanya “membagi-bagi” wilayah menjadi berkecil-kecil
ke dalam lingkup perkotaan.
3.4 Kelas Sosial dan Ragam Baku


 Ada kaidah yang baku di dalam bahasa Inggris. Jika
subjek adalah kata ganti orang ketiga tunggal (she,
he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan
sufiks-s. di kota industry Detroit, Amerika Serikat,
ternyata-s ini kadangkadang tidak muncul pada
bahasa sejumlah orang. Kemudian diadakanlah
penelitian apakah ada hubungan antara kelompok
sosial dengan gejala bahasa ini.

Teori Bernstein

 Basil Berntein: ada dua ragam bahasa penutur,
yang disebut kode terperinci atau kode terurai
(elaborated code) dan kode terbatas (restricted code).
 1. kode terperinci: digunakan pada situasi formal
atau diskusi akademik
 2. kode terbatas: digunakan dalam situasi formal,
dalam lingkungan keluarga atau antar teman
Pengaruh Teori Bernstein di
Kalangan Pendidikan

teori Bernstein menjelaskan secara
linguistik bahwa situasi pendidikan
menuntut kemampuan menggunakan
kode terperinci, banyak anak-anak kelas
buruh tidak memakai kode itu. Dengan
kata lain ada hubungan antara prestasi
belajar murid(dari kelas buruh) dengan
ragam bahasanya.
Pandangan tentang “tuntutan situasi
pendidikan atas kode terperinci ”

 1. hanya kesepakatanmasyarakat sajalah yang
menuntut digunakannya kode terperinci itu disekolah
dan anak-anak yang tidak menggunakannya akan
menanggung akibat edukatifnya, yaitu mereka tidak
berhasil memenuhi harapan guru atau kegiatan yang
seharusnya dimiliki oleh seorang murid yang pandai
dan berhasil.
 2. tuntutan digunakan kode terperinci bukan karena
kesepakatan masyarakat melainkan tuntutan esensial
proses pendidikan itu sendiri.
Tanggapan Bersntein menganut versi yang agak
lunak dibandingkan dengan tafsiran yang
kedua. Mengatakan bahwa: anak-anak kelas
buruh secara linguistik tidak kekurangan. Tapi
ia mengatakan kode terperinci memberi
kesempatan untuk menggunakan pengertian
universalistik (yakni bebas konteks) dan sekolah
perlu memperhatikan penyebaran dan
pengembangan pengertian universalistik itu.
Bernstein mengubah pandangannya

 1. penutur kelas menengah dan kelas buruh hanya
mungkin berbeda dalam hal konteks(lingkungan)
yang kemudian menghasilkan kode yang satu
sama lain berbeda dalam tutur mereka
 2. kode tidak terlihat sebagai dua ragam (variasi)
yang masing-masing berdiri sendiri, hanya
merupakan petunjuk jenis variasi yang berbeda
yang bisa digunakan.
 3. struktur keluarga merupakan faktor pembeda
yang sama pentingnya dengan kelas sosial.
3.6 Hipotesis Sapir-Whorf


 Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf adalah ahli
linguistik yang mempunyai hipotesis kira-kira
berbunyi demikian : bahasa ibu (native language;
mother tongue) seorang penutur membentuk kategori-
kategoti yang bertindak sebagai sejenis jeruji (kisi-
kisi). Melalui kisi-kisi itu si penutur melihat “ dunia di
luar dirinya). “ karena penglihatan si penutur
terhalang oleh kisi-kisi, pandangannya di dunia luar
menjadi seolah-olah diatur oeh kisi-kisi itu. Kisi-kisi
itu memaksa si penutur menggolong-golongkan dan
membentuk konsep tentang berbagai gejala dalam
dunia luar itu berdasarkan bahasa ibunya.
Hipotesis Sapir – Whorf yang menyatakan, “pandangan manusia
tentang lingkungannya dapat ditentukan oleh bahasanya’ tidak
dapat diterima sepenuhnya, berikut ini dikemukakan beberapa

bukti sanggahan.

1. Lingkungan fisik tempat suatu masyarakat hidup


dapat dicerminkan dalam bahasanya. Artinya,
lingkungan dapat mempengaruhi bahasa
masyarakat itu, biasanya dalam hal leksikon atau
perbendaharaan katanya.
2. Lingkungan sosial dapat juga dicerminkan dalam
bahasa dan sering dapat berpengaruh pada struktur
kosakata. Misalnya sistem kekeluargaan atau
kekerabatan orang Amerika berbeda dengan sistem
kekeluargaan orang-orang dari berbagai suku di
Indonesia.
3. Adanya lapisan-lapisan masyarakat feodal dan
kasta menimbulkan pula pengaruh dalam bahasa.

Akibat adanya sistem feodal pada beberapa suku di
Indonesia dalam sistem kasta pada masyarakat Bali
pada zaman dulu,maka dalam masyrakat itu
muncul penjenjangan dalam bahasa.
4. Nilai-nilai masyarakat (social value) dapat pula
berpengaruh pada bahasa masyarakat itu. Contoh
yang jelas misalnya yang menyangkut tabu. Tabu
menyangkut tingkah laku yang menurut
kepercayaan adikodrati (supernatural) terlarang,
dianggap asusila atau tidak layak.

Anda mungkin juga menyukai