Anda di halaman 1dari 8

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

Iwan Marwan*

Abstract
This research aims to explains the switch code, structures the code-mixing, and its factor in child language
acquisition. Data source this study is a three-year-old child in a bilingual family. Data collection is carried
out by means of observing and reading carefully and repeatedly. Data analysis technique used is descriptive
qualitative scientific references with Sociolinguistics (Holmes and Fishman) and language acquisition (Clark &
Clark). Based on studies produced two conclusions. First, the switch code and the code mixing in child language
acquisition includes verbal, numeral and particles. Second, the structure of the code and code-mixing in language
acquisition include sentence structure and sentence statement.Third, some factor in language acquisition are
environment, topic, condition and vocabulary limited.
Keywords; the switch code and code mixing, form, structure, factor.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggali wujud, struktur faktor alih kode dan campur kode dalam
pemerolehan bahasa. Sumber data penelitian ini adalah anak berusia tiga tahun dalam keluarga
bilingual. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati dan membaca seksama dan berulang-
ulang. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan referensi keilmuan
sosiolinguistik (Holmes dan Fishman) dan pemerolehan bahasa (Clark & Clark). Berdasarkan kajian
dihasilkan dua kesimpulan. Pertama, wujud alih kode dan campur kode dalam pemerolehan bahasa
mencakup verbal, numeral dan partikel. Kedua, struktur alih kode dan campur kode dalam pemerolehan
bahasa mencakup struktur kalimat tanya dan kalimat pernyataan. Ketiga, faktor penyebab terjadinya
alih kode dan campur kode mencakup lingkungan, topik, suasana, dan keterbatasan kosa kata.
Kata kunci; alih kode dan campur kode, wujud, struktur, factor.

A. Pendahuluan Piranti tersebut diperkuat oleh beberapa


Bahasa merupakan instrumen komunikasi hal, yakni: (1) Pemerolehan bahasa anak
manusia yang dibawa sejak lahir dan dipengaruhi mengikuti tahap-tahap sama; (2) Tidak ada
oleh lingkungannya, baik keluarga (internal) hubungan pemerolehan bahasa anak dengan
dan masyarakat (eksternal). Kemampuan tingkat kecerdasan; (3) Pemerolehan bahasa
manusia berbahasa dan berinteraksi dengan tidak terpengaruh oleh emosi maupun
lingkungannya dapat menentukan pemerolehan motivasi; dan (4) Pada masa pemerolehan tata
dan perkembangan bahasa seseorang seperti bahasa anak di seluruh dunia sama saja. Jadi,
lawan tutur, peristiwa tutur, dan konteks anak akan mampu mengucapkan suatu kalimat
tuturan. Misalnya seorang anak usia 3 tahun yang belum pernah didengar sebelumnya
yang sedang belajar memahami bahasa tidak dengan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa
perlu menghapal dan menirukan pola-pola yang tidak sadar diketahuinya dan kemudian
kalimat agar mampu menguasai bahasa itu, dicamkan dalam hatinya. Sebagaimana Sigel
karena sejak lahir pada dasarnya manusia (anak) dan Cocking menjelaskan, bahwa pemerolehan
telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh
(piranti) untuk memperoleh bahasa ibu. Piranti anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian
tersebut dikenal dengan Language Acquisition hipotesis dengan ucapan orang tua sampai
Device (LAD) piranti pemerolehan bahasa. dapat memilih kaidah tata bahasa yang
paling baik dan sederhana dari bahasa yang
*
Dosen STAIN Kediri. bersangkutan.

Iwan Marwan, Alih Kode dan Campur Kode dalam Pemerolehan Bahasa Anak 191
Lenneberg menyatakan, bahwa usia tiga tentunya anak akan memperoleh variasi
tahun merupakan zona atau daerah lingkungan bahasa yang beragam. Pemerolehan bahasa
ketika anak mulai memperoleh bahasa dari pertama ini merujuk pada pemerolehan
bentuk frase ke kalimat. Pada masa ini anak bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa
hanya merekam dan mengucapkan kosa kata Jawa sebagai bahasa lingkungan. pertama yang
yang berwujud frase menuju tataran kalimat mengkaji pemerolehan bahasa ibu dan bukan
yang utuh. Zahwa Khalisa adalah seorang pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji
anak berusia tiga tahun yang mulai mengenal, pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-
mengucapkan semua kosa kata sebagaimana anak atau orang dewasa.
yang ia rekam dan cerna dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat. Dengan B. Pemerolehan Bahasa
bahasa pertama atau bahasa ibunya adalah Clark dan Clark menyatakan, bahwa
bahasa Sunda, ia tumbuh dan berkembang psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal
dalam lingkungan masyarakat yang berbahasa utama, yaitu komprehensi, produksi, dan
Jawa. Kondisi tersebut mendorongnya untuk pemerolehan bahasa.2 Psikolinguistik adalah
melakukan proses pemerolehan bahasa dalam ilmu yang mempelajari proses-proses mental
dua bahasa sekaligus, Sunda dan Jawa. Pada yang dilalui oleh manusia dalam mereka
suatu saat ia menggunakan bahasa Sunda, berbahasa. Secara rinci, psikolinguistik
pada saat lain ia pun menuturkan bahasa Jawa, mempelajari empat topik utama; (a)
sehingga proses alih kode dan campur kode komprehensi, yakni proses mental yang
terjadi secara simultan dalam pemerolehan dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat
bahasa. Hal inilah yang menjadi menarik untuk menangkap apa yang dikatakan orang dan
dilakukan kajian dengan fokus penelitian pada memahami apa yang dimaksud, (b) produksi,
wujud dan struktur alih kode dan campur kode yakni proses mental pada diri manusia yang
dalam pemerolehan bahasa anak. membuat manusia dapat berujar seperti apa
Dikatakan Appel bahwa, peralihan kode yang diujarkan, (c) landasan biologis serta
dalam pemakaian bahasa disebabkan oleh neurologis membuat manusia bisa berbahasa,
situasi. Situasi tersebut terjadi pada saat dan (d) pemerolehan bahasa, yakni bagaimana
berada di dalam rumah dan di luar rumah, anak memperoleh bahasa mereka.3
tempat tinggal Zahwa, yaitu di Cukir Gang Pada hakikatnya pemerolehan bahasa
I Diwek Jombang. Tatkala di rumah Zahwa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu
berbicara bahasa Sunda dan tatkala di luar kemampuan untuk menghasilkan tuturan
rumah ia berbicara bahasa Jawa. Pemerolehan secara spontan dan kemampuan memahami
dua bahasa yang berbeda, sekaligus peralihan tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal
kode bahasa terjadi karena situasi yang itu maka yang dimaksud dengan pemerolehan
berbeda mencakup lingkungan, topik, dan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
lawan tutur secara bersamaan. Berdasarkan berbahasa baik berupa pemahaman atau
latar belakang di atas, maka penelitian ini pun pengungkapan, secara alami, tanpa
difokuskan pada wujud dan struktur alih kode melalui kegiatan pembelajaran formal. Selain
dalam pemerolehan bahasa anak usia tiga pendapat tersebut, Kiparsky mengatakan
tahun.1 bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu
Dalam hal ini, pemerolehan bahasa proses yang digunakan oleh anak-anak untuk
oleh Zahwa cenderung beinteraksi dengan
lingkungan yang memiliki dua bahasa maka
2
Herbert H. Clark, and Eve V. Clark. Psychology and language:
An introduction to Psycholinguistics, (New York: Harcourt Brace
and Jovanovich, 1977), hlm. 4 .
1
Rene Appel, “Code Switching And Code Mixing”, in 3
Soejono Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar
Edward Arnold (ed), Language Contact and Bilingualism, (N. P. A
pemerolehan Bahasa Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
Division Of Hodbor and Stoughton, 1987), hlm. 24.
2005), hlm. 7.

P-ISSN: 1978-6948
192 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 191-198
menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan keseluruhan frase atau kalimat dalam satu
ucapan orang tua sampai dapat memilih kata yang diucapkannya itu, contohnya kata
kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling “asi“ (maksudnya nasi), dapat berarti dia ingin
sederhana dari bahasa bersangkutan.4 makan nasi, dia sudah makan nasi, nasi ini tidak
Fishman menyatakan bahwa dalam kajian enak atau apakah ibu mau makan nasi, dan
yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagainya. Agar kita dapat memahami maksud
tersebut diperlukan teori ranah, yaitu yang sesungguhnya, kita harus mencermati
konteks sosial yang telah melembaga. Ranah keadaan anak dan lingkungan pada saat
pada dasarnya merupakan lingkungan yang ucapan satu kata itu diucapkan. Orang dewasa
memungkinkan terjadinya percakapan dan harus paham bahwa pada tahap holofrasaini,
merupakan konstelasi antara lokasi, topik dan ingatan dan alat ucap anak belum cukup
partisipan. matang untuk mengucapkan satu kalimat
Pada tahap pra-linguistik, pemerolehan yang terdiri dari dua kata atau lebih. Tahap
bahasa anak belum menyerupai bahasa orang holofrase ini dialami oleh anak normal yang
dewasa, maka pada tahap ini anak mulai berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu berakhirnya
bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada
ujaran orang dewasa. Para ahli psikolinguistik anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi
membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, ada pula yang sampai umur anak 3 tahun. Pada
yaitu: tahap ini gerakan fisik seperti menyentuh,
1. Tahap Linguistik I: Tahap kalimat satu kata menunjuk, mengangkat benda dikombinasikan
(tahap holofrastik). dengan satu kata. Seperti halnya gerak isyarat,
2. Tahap Linguistik II: Tahap kalimatdua kata. kata pertama yang dipergunakan bertujuan
3. Tahap Linguistik III: Tahap pengembangan untuk memberi komentar terhadap objek atau
tata bahasa. kejadian di dalam lingkungannya. Satu kata
4. Tahap Linguistik IV: Tahap tata bahasa itu dapat berupa, perintah, pemberitahuan,
menjelang dewasa/prabahasa. penolakan, pertanyaan, dan lain-lain.5
5. Tahap Linguistik V: Tahap Kompetensi Di samping itu, menurut Clark anak
Penuh. berumur 1 tahun menggunakan bahasa isyarat
Sejalan dengan perkembangan biologisnya, dengan lebih komunikatif6. Fungsi gerak
perkembangan kebahasaan anak mulai isyarat dan kata manfaatnya bagi anak itu
meningkat. Pada usia 1-2 tahun, masukan sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak
kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang itu sama pentingnya bagi anak pada tahap
kehidupan di sekitarnya semakin banyak, holofrasaini. Ada pun kata-kata pertama yang
misal nama-nama keluarga, binatang, mainan, diucapkan berupa objek atau kejadian yang
makanan, kendaraan, perabot rumah tangga, sering ia dengar dan ia lihat. Contoh kata-kata
jenis-jenis pekerjaan, dan lain-lain. Faktor- pertama yang biasanya dikuasi anak adalah;
faktor masukan inilah yang memungkinkan pipis (buang air kecil), mama matau maem
anak memperoleh semantik (makna kata) (makan), dadah sambil malambaikan tangan,
dan kemudian secara bertahap dapat mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur). Kata-
mengucapkannya. Tahap ini adalah tahap di kata yang biasanya digunakan untuk bertanya
mana anak sudah mulai mengucapkan satu adalah; apa, kenapa, dan kata-kata perintah;
kata. sini, sana, lihat; dengan pengucapan yang
Menurut Tarigan, ucapan satu kata pada tidak sama untuk tiap anak. Kata-kata yang
periode ini disebut holofrase/holofrastik digunakan untuk meminta adalah lagi, mau,
karena anak-anak menyatakan makna 5
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana, hlm. 23.
6
Herbert H. Clark and Eve V. Clark. Psychology and language:
4
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana, (Bandung:
An introduction to Psycholinguistics, hlm. 12.
Angkasa, 1987), hlm. 54.

Iwan Marwan, Alih Kode dan Campur Kode dalam Pemerolehan Bahasa Anak 193
dan minta (ini pun dengan pengucapan yang Nababan menyatakan bahwa campur kode
berbeda untuk tiap anak). terjadi bilamana orang mencampur dua atau
lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu
C. Alih Kode dan Campur Kode tindak bahasa, tanpa ada sesuatu dalam situasi
Pada dasarnya alih kode merupakan berbahasa itu yang menuntut pencampuran
penggantian kode yang berupa bahasa atau bahasa. Adapun ciri yang menonjol dalam
ragam bahasa dari kode yang satu ke kode yang campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
lain pada waktu seseorang bertutur. Menurut informal.
Kridalaksana, pengertian penggantian
dimaksudkan untuk menyesuaikan diri D. Wujud Alih Kode dan Campur Kode
dengan peran atau situasi lain. Dalam Wujud alih kode dan campur kode dalam
kenyataan sehari-hari, ternyata bahwa ragam pemerolehan bahasa anak mencakup verbal
bahasa lebih cenderung memakai alih kode, (kata kerja), numeral (kata bilangan), adverbial
hal ini disebabkan oleh faktor kemudahan (kata keterangan) dan partikel.
dalam mendiskripsi suatu peristiwa tutur 1) Pola Bahasa Jawa ke Bahasa Sunda
dengan menghubungkan faktor-faktor yang 1 “ Zahwa rene duduknya,,! (konteks Jawa)
mempengaruhi peristiwa tutur. 7 “Aku mah neng kene ae....
Soepomo membicarakan alih kode 2 “Wa buruan,! (Konteks Jawa)
permanen dan alih kode sementara. Alih kode “Sek tungguan hela,”
permanen merupakan peristiwa penggantian 3 “Ojo, bisi tibo (Konteks Jawa)
“ora ora,”
kode secara tetap dan dalam waktu yang lama
oleh seorang pembicara. Alih kode tersebut Penggalan percakapan data 1 di atas
terjadi bila ada perubahan yang menyolok terjadi pada saat Zahwa bermain dengan
dalam kedudukan status sosial dan hubungan teman-temannya di depan rumah. Salah
pribadi antara pembicara dan lawan bicara. satu temannya mengajak Zahwa agar duduk
Bloomfield dan Gumperz dalam makalah berdekatan. Namun Zahwa tidak ingin duduk
tentang “sosial meaning in linguistic structure; dekatnya, dengan mengatakan kalau dia lebih
code switcing in Norway” memaparkan konsep memilih duduk di tempat lain. Konteks tuturan
setting, situation dan event, untuk menjelaskan di atas adalah konteks tuturan bahasa Jawa,
dua variasi bahasa yang dipakai dalam alih karena temannya Zahwa sebagai penutur dan
kode. Konsep setting dipakai untuk menyatakan Zahwa sebagai mitra tutur.
tentang indikasi jenis lingkungan tuturnya saat Percakapan data 2 menggambarkan Zahwa
berlangsungnya peristiwa tutur, event dinyatakan sedang duduk di teras, kemudian temannya
sebagai peristiwa yang terjadi di sekitar tuturan mengajaknya bermain di tempat yang lain.
yang melingkupi peristiwa tutur, sedangkan Temannya menyuruh Zahwa untuk segera
situation dijelaskan sebagai suatu situasi yang mengikutinya. Sementara Zahwa meminta
melatarbelakangi suatu peristiwa tutur. temannya untuk menunggu sebentar dengan
Thelander berpendapat bahwa unsur- mengatakan “Sek tungguan hela!”. Percakapan
unsur bahasa yang terlibat dalam peristiwa data 3 menjelaskan zahwa sedang bermain
campur itu terbatas pada tingkat klausa, apabila dengan temannya di depan rumah. Kemudian
dalam suatu tuturan terjadi percampuran ia melihat temannya naik tangga yang ada di
atau kombinasi antara variasi-variasi yang depan rumah. Dengan spontan ia menyuruh
berbeda di dalam satu klausa yang sama.8 temannya turun karena dikhawatirkan jatuh
“Ojo, bisi tibo!”.
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Peristiwa tutur di atas merupakan
7

Gramedia, 1985), hlm. 6.


8
Suwito, Pengantar Awal Sosiolinguistik ; Teori dan Problema,
peristiwa campur kode dan alih kode. Peristiwa
(Surakarta; Henary Offset, 1985), hlm. 76. alih kode diawali oleh tuturan bahasa Jawa

P-ISSN: 1978-6948
194 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 191-198
yang disampaikan oleh teman Zahwa. Data Kemudian Zahwa mengatakan kalau ia ingin
1 temanya meminta agar Zahwa duduk makan dengan ungkapan “Bun hoyong maem”.
berdekatan dengannya. Zahwa menjawab Penggalan percakapan 5 berlangsung tatkala
dengan mengatakan “Aku mah neng kene sang Ibu mengajak Zahwa pergi ke pasar.
ae”. Ungkapan ‘mah’ merupakan tuturan Zahwa tengah bermain dengan temannya di
bahasa Sunda. “Mah” adalah partikel yang belakang rumah. Dengan spontan ia menjawab;
tidak bermakna namun memiliki fungsi, yaitu “ya Aku melu”. Penggalan percakapan 6 terjadi
untuk menegaskan atau meyakinkan kalimat. pada saat Zahwa sedang belajar angka. Ibunya
Sementara data 2 mendeskripsikan temannya mengajari dengan meminta Zahwa mengulangi
menyuruh Zahwa agar secepatnya ikut pergi ucapannya. Kemudian ia menjawab dengan
dan Zahwa menjawab dengan ungkapan “Sek ungkapan “hiji, loro, tilu, opat, limo”
tungguan hela!”. “Hela” merupakan tuturan Peristiwa tutur data 4 di atas dilatari
bahasa Sunda. “Hela” adalah kelas kata oleh konteks tuturan bahasa Sunda antara
keterangan. Peristiwa alih kode pada data suami istri yang tengah mengobrol dengan
3 dilatari konteks teman Zahwa yang akan menggunakan bahasa Sunda. Konteks ini
menaiki tangga. Zahwa melarangnya dengan mempengaruhi Zahwa dalam menyampaikan
ungkapan bahasa Jawa dan Sunda “Ojo, bisi ungkapannya; “Bun hoyong maem”. Peristiwa
tibo” (jangan nanti jatuh). tutur data 5 berlangsung tatkala Zahwa diajak
Dalam Bahasa Indonesia, “mah” termasuk ibunya pergi ke pasar dan menjawab dengan;
dalam partikel kelas kata yang terkait dengan “ya Aku melo”. “melu” adalah hasil alih kode
kata lain. Partikel tidak mampu berdiri dalam pemerolehan Zahwa dari lingkungannya.
sendiri dan ketika diucapkan serta ditulis, Peristiwa tutur data 6 terjadi pada saat Ibunya
haruslah bersatu dengan kata yang lain mengajari Zahwa dengan menyebutkan angka
sehingga bisa memberikan makna yang utuh. satu persatu dalam bahasa Sunda. ‘loro’ dan
Partikel ”Kah, Lah, Tah, Pun” merupakan ‘limo’ merupakan hasil proses alih kode bahasa
partikel penegas. Dalam bahasa Indonesia Sunda ke bahasa Jawa.
ungkapan “Hela” sepadan dengan kata ‘dulu’ Ungkapan “Bun hoyong maem” adalah
atau ‘sebentar’, merupakan kata keterangan ungkapan alih kode yang terjadi dalam
yang menunjukkan waktu yang pendek atau kontek tuturan bahasa Sunda. Kata ‘maem’
sejenak. Sementara itu, kata “bisi” bermakna merupakan kata dari bahasa Jawa yang
‘dikhawatirkan’ Jadi, peristiwa alih kode pada berarti makan. Kata tersebut termasuk dalam
data 1 berwujud partikel, data 2 berwujud kata kelas kata kerja yang mengandung makna
keterangan, dan data 3 berwujud kata kerja suatu perbuatan memasukkan sesuatu ke
pasif. dalam mulut, mengunyah dan menelannya.
2) Pola Bahasa Sunda ke Bahasa Jawa Ungkapan “ya Aku melu” merupakan tuturan
4 “Bun hoyong maem...(Konteks Sunda) Zahwa yang disampaikan pada saat lingkungan
“muhun....” komunkasinya bahasa Jawa, karena pada
5 “Ka bade ngiring?” (konteks Sunda) saat itu ia sedang bermain dengan teman-
“ ya Aku melu,,” temannya. “melu” adalah kata kerja yang
6. “Wa sebutkeun angka sabaraha wae ieu” berarti ikut. Kata ini biasa digunakan oleh
(Konteks Sunda)
seseorang yang sebaya atau antar teman dan
“hiji, loro, tilu, opat, limo”
lawan tutur yang akrab. “melu” adalah kelas
Penggalan percakapan data 4 berlangsung kata kerja yang bermakna beserta, iring dan
pada saat Zahwa meminta makan kepada sang turut. Sementara itu, ungkapan “hiji, loro,
Ibu. Tatkala itu ia sedang berada di rumah tilu, opat, limo”, adalah nama-nama angka
seusai mandi pada sore hari. Sementara ibunya atau kata yang menunjukkan bilangan. “Loro”
duduk santai dan mengobrol dengan sang Ayah. dan “limo” dalam bahasa Jawa berati bilangan

Iwan Marwan, Alih Kode dan Campur Kode dalam Pemerolehan Bahasa Anak 195
yang menunjukkan dua dan lima. Kata tersebut Zahwa saat berkomunikasi dengan orangtuanya
merupakan hasil proses alih kode. Jadi (keluarga) dan teman-temannya (masyarakat),
peristiwa alih kode pada data 4 dan 5 berwujud masih terdiri dari susunan kalimat sederhana
kata kerja, dan data 6 berwujud kata bilangan. dan pendek karena keterbatasan kosa kata.
3) Pola Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda 1) Struktur Kalimat Pernyataan
7 “Zahwa maunya apa?”(konteks Indonesia) Kalimat pernyataan atau afirmasi
“ Hoyong jalan-jalan” adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan
8 “Wa mau ikut?” (Konteks Indonesia) kebenarannya (benar atau salah). Kalimat
“Alim ah” penyataan juga disebut dengan kalimat
deklaratif, statemen, proposisi atau
Penggalan percakapan data 7 di atas
pernyataan elementer. Kalimat pernyataan
menceritakan bahwa Zahwa ditanya oleh
yang disampaikan Zahwa merupakan kalimat
saudaranya apa yang diinginkannya dengan
yang simpel dan tidak menggunakan susunan
menggunakan bahasa Indonesia. Zahwa
yang kompleks. Sebagaimana contoh berikut
menjawab kalau ia ingin pergi jalan-jalan. Saat
ini.
itu saudaranya sedang berkunjung ke rumah
9 “Mbak Zahwa mau kemana” (menjawab)
Zahwa. Pada data 8 dilatari oleh kedatangan Mlaku-mlaku
tamu yang menggunakan bahasa Indonesia. 10 Mbak Nina Maenanna akeh (pernyataan)
Tatkala tamu berangkat pulang, ia bertanya Ya ayo maen
kepada Zahwa. Kemudian Zahwa menjawab
dengan menggunakan bahasa Sunda “alim ah”. Data 9 dan 10 menggunakan kalimat
Peristiwa alih kode pada tuturan di atas pernyataan yang sudah diketahui kebenaran­
merupakan tuturan yang disampaikan penutur nya. Pada data 9 kalimat tersebut menyatakan
bahasa Indonesia kepada seorang anak yang jawaban atas pertanyaan mitra tutur. Zahwa
sedang belajar menyerap dan memperoleh menjawab jika ia hendak berjalan-jalan. Kalimat
bahasa. Sementara mitra tutur menjawab ini memberikan informasi yang bersifat fakta
dengan bahasa Sunda. Hal tersebut terjadi atau opini. Jenis kalimat ini sering dikatakan
karena mitra tutur berada dalam lingkungan kalimat berita.
bahasa Sunda. Begitu juga kalimat pada data 10, kalimat
Ungkapan mitra tutur anak “hoyong jalan- tersebut merupakan kalimat yang menyatakan
jalan” bermakna ingin pergi jalan-jalan. atau memberitakan informasi kepada
‘hoyong’ merupakan kelas kata kerja. Kata ini seseorang tanpa mengharapkan respon khusus.
adalah hasil pengkodean dari bahasa Indonesia Penutur dalam hal ini Zahwa menyampaikan
ke bahasa Sunda. Sementara ungkapan “alim informasi tentang mainan temannya yang
ah” bermakna tidak ingin. Dalam bahasa banyak. Kalimat deklaratif merupakan kalimat
Indonesia kata ‘alim’ sepadan dengan tidak paling sederhana dan harus memiliki minimal
mau atau tidak ingin ikut. Jadi proses alih satu subjek dan predikat yang diakhiri dengan
kode dan campur kode pada data 8 dan data 9 tanda titik.
berwujud kata kerja. 2) Struktur Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah suatu jenis
E. Struktur Alih Kode dan Campur Kode kalimat yang mengandung pertanyaan yang
dalam Pemerolehan Bahasa dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan
Struktur alih kode dan campur kode dalam atau jawaban dari orang lain. Kalimat tanya
pemerolehan bahasa anak mencakup kalimat juga sering diajukan kepada diri sendiri untuk
pertanyaan dan pernyataan. Struktur alih kode menemukan suatu jawaban yang tidak diyakini
dan campur kode adalah struktur ungkapan kebenarannya.
anak saat berinteraksi dengan lingkungan Kalimat tanya dalam pemerolehan bahasa
keluarga dan masyarakat. Struktur tuturan anak dimaksudkan untuk memperoleh

P-ISSN: 1978-6948
196 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 191-198
informasi dan jenis kalimat yang digunakan Kedwibahasaan, menurut Mackey, merupakan
adalah kalimat tanya biasa. Kalimat tanya praktik pemakaian bahasa secara bergantian
biasa adalah kalimat tanya umum yang sering oleh seorang penutur.9 Oleh karena itu,
ditemui dalam percakapan sehari-hari. Kalimat kedwibahasaan bukanlah gejala bahasa
ini memerlukan respon atau tanggapan sebagai sistem, melainkan gejala pertuturan.
langsung atas pertanyaan yang disampaikan. Kedwibahasaan juga bukan merupakan ciri
Seperti contoh berikut ini; kode, melainkan gejala pengungkapan dan
11 “Mbak Hani eta apa?” (bertanya) juga lebih bersifat individual karena termasuk
“Ini goreng pisang” dalam gejala pemakaian atau pertuturan yang
12 “Bi itu opo?” (bertanya) bersifat individual dan sementara. Artinya,
Itu jemblem terjadinya alih kode pada pemerolehan bahasa
Data 11 menunjukkan kalimat tanya biasa anak Zahwa hanyalah pada saat bermain
yang disampaikan Zahwa kepada ibunya. Ia dengan temannya, berkomunikasi dengan
meminta informasi makanan yang sedang keluarga berlangsung.
dimasak. Jawaban atas pertanyaan tersebut Dengan demikian alih kode dapat terjadi
disampaikan mitra tutur kepada Zahwa tanpa karena dilatarbelakangi oleh berbagai alasan
memelukan waktu lama, karena struktur atau sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan
kalimat yang digunakan sederhana atau terjadinya alih kode dalam pemerolehan
kalimat tanya biasa. Informasi ini diperoleh bahasa anak adalah sebagai berikut;
Zahwa secara langsung. 1) Lingkungan
Demikian pula pada data 12 struktur kalimat Lingkugan merupakan faktor penting
Tanya yang digunakan penutur atau Zahwa dalam proses pemerolehan bahasa, karena
adalah kalimat biasa. Ia meminta informasi lingkungan bukan hanya mempengaruhi
makanan apa yang tersaji di atas meja. Informasi pemerolehan bahasa namun juga
tersebut didapatkan tanpa membutuhkan menentukan ragam dan intesitas bahasa
waktu yang lama dan pemikiran. Jenis kalimat yang diserap oleh anak. Jika seseorang
biasa merupakan kalimat yang mengandung berinteraksi dalam lingkungan Jawa, maka
struktur kalimat yang umum dan simpel. pemerolehan dan penyerapan bahasa Jawa
Jadi struktur kalimat anak dalam yang akan dominan. Zahwa berada dalam
pemerolehan bahasa di atas merupakan lingkungan Jawa dan lingkungan Sunda,
jenis kalimat sederhana. Pada usia 2-3 tahun, sehingga ia memperoleh bahasa Jawa
perkembangan tata bahasa pada anak masih dan bahasa Sunda. Dalam hal tertentu ia
menggunakan struktur sederhana. Hal tersebut berkomnikasi dengan bahasa Sunda, pada
sebagaimana dikatakan oleh Tarigan bahwa, hal lain ia menggunakan bahasa Sunda.
usia 2 tahun ke atas anak mulai mengembangkan Namun ia sering berkomunikasi dengan
tata bahasa atau menyempurnakan struktur dua bahasa atau campur kode.
bahasa. Ia belajar membuat tuturan dalam 2) Topik
sebuah kalimat dan bukan merangkaikan kata Topik adalah pokok pembicaraan
saja, melainkan sudah menerapkan semantik atau materi dalam percakapan. Topik
(makna kata) dalam setiap tuturannya. pembicaraan dalam pemerolehan bahasa
anak umumnya tentang makanan, dan
F. Faktor-Faktor Alih Kode mainan, seperti pada data 1, 2, 3, 9, 10, dan
Sub bahasan ini menjelaskan faktor-faktor 11. Materi percakapan dapat menyebabkan
alih kode yang terdapat dalam pemerolehan alih kode dalam pemerolehan bahasa anak.
bahasa pada anak. Alih kode dapat terjadi 9
Joshua A. Fishman, “The Sociology of Language”, in
karena lingkungan masyarakat tutur (Zahwa), Gealioli (ed), Language and Social Context, (London: Peguin
termasuk dwi-bahasa bahkan multi-bahasa. Books, 1968).

Iwan Marwan, Alih Kode dan Campur Kode dalam Pemerolehan Bahasa Anak 197
3) Suasana terhadap alih kode dan campur kode dengan
Suasana adalah keadaan hati atau perasaan perpektif yang lain perlu dilakukan, misalnya
penutur pada saat berlangsung peristiwa dengan antropolinguistik atau etnolinguistik.
tutur. Penutur dalam hal ini Zahwa
mengungkapkan pendapatnya bergantung
pada susasana hati, seperti sedih, marah
dan gembira. Alih kode dan campur kode DAFTAR PUSTAKA
dalam pemerolehan bahasa Zahwa terjadi
secara simultan, ia memperoleh kosa kata
baik bahasa Jawa maupun bahasa Sunda.
4) Keterbatasan kosa kata Appel, Rene. “Code Switching And Code
Sebagaimana dalam usia anak usia 2-3 tahun Mixing”, in Edward Arnold (ed), Language
pengetahuan kehidupan masih terbatas, Contact and Bilingualism, N. P. A Division Of
demikian pula dalam pengetahuan dan Hodbor and Stoughton, 1987.
pemerolehan bahasa. Pada usia ini anak Clark, Herbert H. and Eve V. Clark. Psychology and
memasuki tahap linguistik I, yaitu anak language: An introduction to Psycholinguistics,
mengenal dan menyusun tahap kalimat New York: Harcourt Brace and Jovanovich,
satu kata (tahap holofrastik) dan tahap 1977.
linguistik II, yaitu anak mulai merangkai
struktur kalimat yang terdiri dua kata. Dardjowidjojo, Soejono. Psikolinguistik:
Sesuai dengan perkembangan biologis Pengantar pemehan Bahasa Manusia, Jakarta:
Zahwa, pemerolehan kosa kata bahasa Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Jawa dan bahasa Sunda berlangsung Fishman, Joshua A. “The Sociology of
bersamaan. Tahap ini penyusunan kalimat Language”, in Gealioli (ed), Language and
sederhana terbentuk dari dua kata seperti Social Context, London: Peguin Books, 1968.
pada contoh data 7 (Hoyong jalan-jalan),
Gumperz, J.J. dan Dell Hymes. The Ethnography
data 8 (Alim ah), data 11 (Mbak Hani eta
of Communication American Antrophologist,
apa?) dan data 12 (Bi itu opo?).
Special Publication, 1964.
G. Penutup Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik,
Berdasarkan hasil analisis di atas, bahwa; Jakarta: Gramedia, 1985.
pertama, alih kode dan dan campur kode dalam Keraf, Gorys. Komposisi, Flores: Nusa Ende, 1984.
pemerolehan bahasa anak usia 2-3 tahun
Suwito. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan
mencakup kata kerja (verbal), kata bilangan
Problema, Surakarta; Henary Offset, 1985.
(numeral) dan partikel. Kedua, struktur alih
kode dan campur kode dalam pemerolehan ---------. Sosiolinguistik Pengantar Awal,
bahasa mencakup struktur kalimat tanya dan Surakarta: Henary Offset, 1985.
kalimat pernyataan. Ketiga, faktor penyebab Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana,
terjadinya alih kode dan campur kode Bandung: Angkasa, 1987.
mencakup lingkungan, topik, suasana dan
Thelander, Mats. Code-Switching and Code-
keterbatasan kosa kata
Mixing, in Internation al Journal of The
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
Sociology of Language, 10: 103 124, 1976.
alih kode dan campur kode dalam pemerolehan
bahasa anak terjadi pada wujud dan struktur
yang dilatarbelakangi oleh faktor lingkungan,
topik, suasana, dan keterbatasan kosa kata.
Oleh karena itu, disarankan penelitian

P-ISSN: 1978-6948
198 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 191-198

Anda mungkin juga menyukai