LAPORAN BACAAN
NPM : 17080059
SUMATERA BARAT
2017
BAB I
A. PENDAHULUAN
Buku sastra dan ilmu sastra adalah buku yang membahas mengenai sejarah
perkembangan sastra dari dahulu sampai sekarang, buku ini merupakan hasil
menyeluruh dari penelitian para ahli yang mendalami tentang ilmu sastra.
Teori sastra mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek yang hakiki
untuk pemahaman karya sastra sebagai alat komunikasi yang khas dalam masyarakat
manapun juga dalam artinya dapat dikatakan bahwa buku ini tidak hanya textbook
Sastra bukanlah hal yang sembarangan dibahas begitu saja, hal itu terbukti dari
para sastrawan dalam sejarah dunia. Teori sastra mempertanggung jawabkan semua
faktor dan aspek yang hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi
yang khas.
Dan semua itu dibahas secara rinci dalam makkalah sastra dan ilmu sastra karya
A. Teew ini
B. TUJUAN
Untuk memberi ringkasan mengenai pokok materi yang dibahas di dalam buku
karangan A. Teew sehingga pembaca lebih mengerti mengenai sastra dan ilmu sastra
BAB II
A. IDENTITAS BUKU
TAHUN : 1988
COVER :
B. LAPORAN BACAAN
1. APAKAH SASTRA?
Sampai sekarang belum ada yang dapat mengartikan secara pasti apakah sastra.
Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan itu,tetapi apapun
yang sudah dilakukan ilmuan ternyata ditentang karena hanya menekankan satu atau
beberapa aspek saja. Memang sering secara umum dapat dikatakan bahwa definisi
sebuah gejala dapat kita dekati dengan namanya, orang yang berperadaban dengan
kemahiran khusus di bidang sastra, inggris man of letters (curtius 1973:42;lih. juga
escapit 1962). Literature dan seterusnya umumnya dalam bahasa barat modern adalah
sesuatu yang tertulis atau pemakaian bahasa yang tertulis. Sebagai bahan banding kata
sastra dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sanskerta; akar kata sas berarti
memberi petunjuk atau instruksi, sedangkan kata tra biasanya menunjukan alat atau
sarana. Maka dari itu sastra adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, atua
pengajaran. Nampaknya dalam bahasa arab tidak ada sebuah kata yang artinya
bertetapan dengan sastra kata yang paling dekat barangkali adab dalam arti sempit
yaitu belles-letters atau susastra, pemakaian kata literature dalam arti luas ada juga
akibatnya untuk penelitian sastra bangsa-bangsa timur oleh serjana barat. Sebab
umumnya literature untuk bahasa timur dipakai juga dalam arti bahasa tulis,
bahasa tersendiri, sehingga sering kali dimaksut litteratura, apakah bahasa tulis
memiliki ciri-ciri khas yang setidaknya dapat membantu kita mendekati batasan gejala
sastra yang sesuai? Secara ringkasan ciri-ciri khas itu dapat diuraikan sebagai berikut
2. Dalam bahasa tulis biasanya tidak ada kemungkinan hubungan fisik antara penulis
dan pembaca. Dalam komunikasi lisan kita banyak tergantung pada kemungkinan
3. Dalam hal teks tulis seringkali penulis malahan tidak hadir sebagianya atau
4. Teks tertulis juga mungkin sekali semakin lepas dari kerangka referensi aslinya.
mengacu pada situasi dia sendiri sebagai pembaca dan berdasarkan informasi yang
6. Teks tertulis pada prinsipnya dapat diproduksi dalam berbagai bentuk fotocopi,
Alat komunikasi bahasa lisan berbeda dengan tulis, kalau kita sekarang meneliti
secara agak mendetail apakah konsekuensi situasi tulisan untuk sastra maka dapat
dalam situasi tulisan sangat terbatas. Hal itulah dalam sastra yang sering kali disebut
2. Karena dalam situasi bahasa tulis si pembicara bukanlah faktor yang tersedia dalam
tindakan komunikasi, faktor ini pun dapat dipermainkan oleh pengarang karya sastra
3. Karena hubungan antara karya sastra dengan penulis tidak jelas masalah sering kali
putus dengan sendirrinya tulisan itu sendiri makin penting, menjadi pusat perhatian
pembaca
4. Hal itu diperkuat lagi oleh karena dalam situasi komunikasi tulisan referen atau
acuan yaitu hal dalam kenyataan yang ditunjukan tindakan ujaran yang biasa mungkin
sastra sebagai faktor kebudayaan hal ini tidak perlu dibicarakan panjang lebar
Dari perbandingan antara bahasa lisan dengan bahasa tulisan dan kemudian dari
survei tentang konsekuensi ciri khas bahasa tulis untuk sastra tulis. Tetapi yang lebih
penting lagi kita tahu secara intuisi dan berdasarkan bahan yang cukup banyak bahwa
kita sebut sastra tidak terbatas pada bentuk bahasa tulisan, dalam hal ini perlu
dioerhatikan bahwa seringkali ada bentuk campuran antar sastra tulis dan sastra lisan
hal ini terutama di indonesia sangat biasa dan luar sangat tersebar. Di samping itu
masih ada bentuk campuran lain adakalanya teks yang dituturkan dahulu dalam
Ferdinand de saussure yang secara umum diakui sebagai tokoh yang meletakkan
dasar dalam ilmu bahasa modern. Dalam cours de linguistique generale yang
diterbitkan oleh murud-muridnya (1916) diuraikan bahwa bahasa adalah sistem tanda
dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain.
De saussure membicarakan beberapa aspek tanda yang khas tanda adalah arbitrer
satu-satunya sistem tanda yang dipakai dalam masyarakat, contoh lain yang umum
terdapat tetap mungkin berbeda menurut kebudayaan adalah sistem gerak gerik
jawa.
Apa yang dimaksut bahwa kita mengatakan sastra adalah tanda? Karl Biihler
seorang ahli psikologi tetapi yang banyak memiliki minat mengenai masalah bahasa
dan masalah dalam tahun 1934 menuliskan buku yang berjudul sprachtheorle yang
sayang sekali mungkin karena tulisan dalam bahasa jerman kurang menarik perhatian
dunia ilmiah pada waktu itu dalam buku tersebut Biihler juga panjang lebar
Karena sastra mau tak mau adalah salah satu bentuk pemakaian bahasa kita dapat
bertanya apakah model Biihler mempunyai arti pila untuk penelitian sastra.
Dalam model ini terkandunglah pendekatan kritis yang utama terhadap karya
obyektif
Empat aspek karya sastra tadi dalam penelitian atau dalam sejarah kritik sastra
masing-masing dapat diberi perhatian yang khas atau utama. Namun demikian model
Abrans sangat bermanfaat untuk lebih baik memahami teori sastra dalam
keragamanya.
Roman jakobson seorang ahli bahasa dan sastra yang sudah sejak tahun 1920
Dalam model ini jakobson menyejajarkan 6 faktor bahasa dan 6 fungsi bahasa
sebagai berikut.
6 faktor bahasa
-addresser -contact
-context -code
-message -addresee
6 fungsi bahasa
-refrential -emotive
-poetic -metalingual
-phatic -conative
5. Model Charles Morris, disesuaikan oleh klaus
Dalam buku heinrich plett (1975) yang menhyajikan model yang diciptakan oleh
charles morris seorang ahli semiotik awal yang terkenal, model morris-klaus
membedakan 3 dimensi dalam proses semiosis pada tanda yang dilambangkan lagi.
Dimensi pertama adalah dimensi sintaktik yaitu hubungan antara satu tanda dengan
tanda lainya, model kedua adalah dimensi pragmatik melingkupi baik pengirim
maupun penerima pesan, dimensi ketiga semantik atau referensial dalam model ini
Situasi dan fungsi karya sastra cukup konpleks dan beragam seginya pendekatan
yang hanya menyoroti salah satu aspek ini pasti akan bersifat berat sebelah dan tidak
menyeleruh.model semiotik yang berpusat kepada karya sastra sebagai tanda yang
Faktor utama yang dalam model semiotik sastra harus diberi tempat yang
selayaknya adalah bahasa itu sendiri.sebagai sistem tanda yang komples dan
beragam.tetapi bahasa bukan satu-satunya kerangka acuan yang mau tak mau ada
Kekurangan model tadi yang cukup parah adalah statis dan abstraknya sedangkan
ciri khas dan penting untuk karya sastra dan sastra seluruhnya justru dinamikanya.
Faktor waktu dari segi lain pun masih merupakan suatu yang penting dakam
penelitian sastra, karya sastra bukanlah sesuatu yang stabil. Penelitian fariasi bentuk
termasuk bidak estetik sebagai cabang ilmu penelitian tersendiri dan dalam kerangka
buku ini soal estetik sastra sudah tentu tidak perlu dijelaskan dengan panjang.
12. Beberapa puitika alternatif Abad pertengahan Eropa, cina, india, arab
barat yang modern yang sebagian besa mendasarkan hasil dan metodenya atas sastra
Pandangan bahwa bahasa sastra adalah bahasa yang khas sudah luas tersebar
khususnya puisi dianggap umum menunjukan pemakaian bahasa yang spesial. Pada
tanpa aspek normatifnya, stilistik ilmu gaya bahasa juga diberi difinisi yang
Usaha untuk menentukan secara sistematik apakah kekhasan bahasa puisi ataupun
bahaasa kesastraan mulai dilakukan lagi di abad ini oleh kaum formalis di rusia.ada
enam fungsi bahasa satu di antaranya adalah fungsi puitik, jakobson menjelaskan pula
Contoh yang terkenal dalam hubungan ini adalah tulisan jakobson bersama
dengan claude levi-strauss seorang antropolog yang terkenal di dalamnya mereka
peristiwa peristiwa ujaran yang tergantung pada konteks sebelum kita berhasil
membaca sebuah karya sastra kita harus disiapkan secara mental harus tau dari
berbagai petunjuk konvensi sosial, bahwa kita menghadapi karya yang dalam
masyarakat kita dianggap sastra, digolongkan dalam kategory pemakaian bahasa yang
khas.
Sistem sastra secara singkat harus dikemukakan pula konvesi tertentu yang
seringkali dibedakan baik dari konvesi bahasa dan konvesi sosiolinguistik ala pratt
maupun dari konvesi sastra dalam artian yang ketat yang dimaksutkan ialah konvesi
budaya.
3. Konvensi sastra
Istilah konvensi masuk dalam bidang sastra dan ilmu sastra dari dunia hukum
lewat ilmu-ilmu sosial konvensi mula-mula dianggap lembaga aturan sosial sesuatu
Dalam ilmu sastra modern peranan konvensi dalam perwujudan sastra dan karya
sastra sangat ditekankan bukan sebagai sistem yang beku dan ketat tetapi sistem yang
perhatian pada masalah jenis sastra literary genre yang dapat kita sebut sistem bagian.
STRUKTURALISME
Dalam bab ini akan diteliti pendekatan obyektif yaitu pendekatan yang
menekankan karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyaknya bersifat otonom.
Pendekatan obyektif sama tuanya di dunia barat dengan politik sebagai cabang ilmu
pengetahuan
Anggapan atau asumsi dasar bahwa karya sastra dan umumnya suatu uraian
3.Kekurangan minat untuk struktur karya sastra pada abad kesembilan belas
Walaupun pendekatan obyektif tidak pernah hilang dari tradisi hermeneutik barat
harrus dikatakan bahwa misalnya pada abad ke 19 dalam teori dan kritik sastra minat
Dalam abad ke 20 ada perubahan yang berangsur angsur terjadi, pergeseran yang
umum itu dapat dilihat di bidang ilmu-ilmu kemanusiaan ialah pergeseran dari
Di bidang ilmu sastra penelitian struktural dirintis jalanya oleh kelompok peneliti
rusia antara 1915-1930 mereka biasanya disebut kaum formalisdengan tokoh utama
jakobson, shklovsky, eichenbaum, tynjanov, dan lain-lain.
Dalam puitik aristoteles ditekankan terutama dua faktor model semiotik karya
sastra sebagai struktur yang menyeluruh seperti yang sudah dibicarakan dalam bab V
Ide tentang manusia khususnya sebagai pencipta baru lahir agak lambat dan
manusia menjadi kreator yang otonom pencipta sebuah dunia yang sebelumnya belum
pernah terlaksana.
Dengan ini diberikan latar belakang sekedarnya untuk lebih baik memahami
perkembangan puisi dan puitik abad 19 dan pandangan terhadap diri penyair,
perkembangan ini dengan sangat indah dipaparkan oleh abrams untuk puisi inggris
sang penyair, puisi liriknya yang menjadi jenis sastra yang paling populer dan
representatif .
VII. PEMBACA DALAM MODEL SEMIOTIK
Dalam kutipan ini sekaligus terungkap pendekatan terhadap sastra yang disebut
pragmatik yang dalam sejarah kritik sastra sangat berpengaruh, tidak hanya dalam
sastra dan teori sastra barat, tetapi pula dalam estetik yang lebih luas dalam
pendidikan
berbagai tempat dan dari latar belakang yang berbeda-beda, perkembamgan ini
sebenarya sudah mulai berlangsung pada tahun tiga pulih abad ini
Konsep yang paling penting dalam teori vodicka ialah konkretisasi, konsep ini
sesungguhnya berasal dari seorang ahli sastra polandia roman ingarden dan
Tokoh utama dalam ilmu sastra yang menekankan peranan membaca adalah hans
robert jausz yang dalam tahun 1967 menggegerkan dunia ilmu sastra tradisional di
Pada abad ke 20 menurut jausz ada dua aliran yang menentang baik empiri buta
Dalam sastra barat mau tidak mau kita harus mulai dari dengan filsuf plato dan
muridnya aristoteles yang sekaligus menjadi lawanya, dalam memulai uraian ini
dengan plato tidak perlu demi kelengkapan atau untuk mempamerkan keahlian tetapi
Anggapan terakir oleh aristoteles ditentang bahwa pandangan kalau seni justru
Visi aristoteles dalam sejarah kebudayaan barat pada umumnya diterima dan
menjadi dasar estetik dan filsafat seni. Tetapi ini bukan berarti bahwa pandangan
Hubungan antara kenyataan dan seni tetap menjadi masalah antara lain dengan
timbulnya roman dan drama modern sebagai bentuk seni sastra yang khas
Lepas dari arti filsafat pun kenyataan dalam rangka lain menimbulkan masalah,
manusia tidak kenal langsung kenyataan yang ada di sekitar dan di dalam dirinya
IX. TEXT KARYA SASTRA SEBAGAI VARIABEL DALAM MODEL
SEMIOTIK
menurut aksioma sastra dan ilmu sastra setidaknya di barat adalah sesuatu yang utuh
oleh makna keseluruhan teks itu fungsi dan maknanya masing-masing ditentukan.
bahwa teks adalah sesuatu yang stabil mantap. Sebab umumnya teks manapun juga
pembaharuan. Dan ini tidak hanya berlaku kepada teks yang diturunkan secara lisan
Jadi pada satu pihak kita berpangkal pada karya sastra sebagai struktur yang utuh
bulat dari mantap pada pihak lain yang utuh bulat dan menatap pada pihak lain kita
menghadapi kenyataan bahwa teks manapun juga cenderung berubah dan tidak stabil
Yaitu karya sastra sebagai variabel dengan konsekuensi untuk fungsi karya sastra
sebagai tanda dalam model semiotik, dalam hubungan dengan peranan penulis dan
pembaca serta faktor-faktor lain yang relevan yang ditiimbulkan oleh model tersebut
X. STUDI SASTRA LISAN DALAM RANGKA
SEMIOTIK SASTRA
Ada sejumlah alasan mengapa sastra dianggap penting untuk meminta perhatian
yang khusus untuk bentuk sastra lisan, alasan itu sebagai berikut
a. Dalam situasi komunikasi sastra ada perbedaaan yang cukup menonjol antara
sastra lisan dan sastra tulisan sastra tulisan tidak memerlukan komunikasi langsung
antara pencinta dan penikmat, sedang kan sastra lisan harus memerlukan komunikasi
langsung dengan penikmat karyanya, baik dari pencipta maupun dari penikmat itu
b. Sastra lisan biasanya berlangsung dalam rangka yang berbeda dengan ilmu
c. Masalah ini penting bagi orang yang meneliti sastra indonesia dalam arti yang
luas sebab di seluruh indonesia sastra lisan dari dahulu sangat penting sampai
sekarang diberbagai kebudayaan suku bangsa sastra lisan masih tetap diciptakan dan
d. Sebenarnya situasi ini lebih pelik lagi untuk situasi indonesia sebab ternyata
tidak hanya kedua bentuk sastra di indonesia masih hidup berdampingan tetapi sering
ada juga keterpaduan atau keterjalinan antara yang satu dengan yang lain
XI. TEORI SASTRA DAN SEJARAH SASTRA
Dalam abad ke 19 ilmu sastra terutama terarah kepada peneliti sejarah sastra, tetapi ini
bukan berarti bahwa ilmu sastra yang bersifat kesejarahan itu hanya seragam dan
semacam saja. Secara singkat dapat disebut empat pendekatan yang utama.
1. Sering sejarah sastra ditaklukan pada sejarah umum sehingga karya sastra dan
penulisnya ditempatkan dalam rangka yang disediakan oleh ilmu sejarah umum.
Pendekatan semacam itu jelas ada untungnya dan gampangnya karya sastra
ditempatkan dalam kerangka yang jelas dan mudah di pegang. Penelitian sastra tidak
perlu merepotkan diri dengan mencari kerangka sendiri sedangkan saranan bahwa
yang mengambil kerangka karya atau tokoh agung atau penggabungan dua dua
kriteria ini, demikian dapat pula dibayangkan sejarah karya sastra indonesia modern
khususnya roman yang memakai kerangka siti nurbaya sebagai karya agung peran
sebelum perang pendekatan ini murah dan praktis juga untuk tujuan pengajaran tetapi
belum dapat disebut dengan sejarah sastra yang sesuai dengan objek khusus
penelitianya
3. Pendekatan lain yang pada abad 19 sangat populer dan banyak membawa hasil
yang gemilang adalah yang dalam bahasa jerman stoffgeschicshte sejarah bahan-
kriteria utama unntuk penahapan sejarah pengaruh asing yang berturut-turut dapat
Karya sastra dapat didekati daari dua segi yang cukup berbeda sampai sekarang
terutama dibahas mengenai masalah yang berkaitan dengan sastra sebagai seni
bahasa, dalam praktek penelitian bahasa biasanya hubungan dengan ilmu bahasa lebih
Estetik di dunia barat sama tua nya dengan filsafat. Khususnya dalam filsafat
Akibatnya norma-norma pada estetik pada satu pihak terdapat dalam etik dan
filsafat, pada model lain pada model dunia semesta yang tinggal diteladani saja.
Estetik yang universal dalam arti umum diterima berlaku untuk seni di segala
masa dan tempatsebaliknya perbedaan pendapat para ahli makin sengit tergantung
pada pendirian filsafat sosial politik dan etik para ahli yang bersangkutan
Estetik universal mutlak dan tidak ada setiap masyarakat dan kebudayaan
mengembangkan estetik yang sesuai entah estetik itu dieksplisitkan atau tinggal
Tegangan yang pertama yang dihadapi oleh pembaca tidak perlu dibicarakan lagi
dengan panjang lebar yakni tegangan yang ditimbulkan dalam pemakaian bahasa
Kelemahan dalam buku ini adalah penjelasan yang terlalu panjang sehingga membuat
Kelebihan dari buku ini adalah isinya yang lengkap dan banyak mencantumkan para
KESIMPULAN
Kesimpulan dari buku ini adalah bahwa sastra itu sangat luas pembahasanya dan
perkembangan sastra itu sangat lama mulai dari abad 19an sampai sekarang dan