Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PUISI

“Lonceng Tinju”
Karya Taufiq Ismail
Menggunakan Pendekatan Mimesis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di dalam sastra ada sebuah hubungan yang sangat erat antara apresiasi, kajian dan kritik sastra karena
ketiganya merupakan tanggapan terhadap karya sastra.

Kajian (sastra) adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antarunsur dalam karya sastra
dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu (Aminuddin, 1995:39). Saat pembaca
sudah mampu mengapresiasi sastra, pembaca mempuyai kesempatan untuk mengkaji sastra. Namun, hal
ini tak sekadar mengkaji. Karena mengkaji telah menuntut adanya keilmiahan. Yaitu adanya teori atau
pengetahuan yang dimiliki tentang sebuah karya. Saat apresiasi merupakan tindakan menggauli karya
sastra, maka mengkaji ialah tindakan menganalisis yang membutuhkan ilmu atau teori yang
melandasinya. Tentang penjelasan mengkaji seperti yang diungkapkan oleh Aminudin (1995:39) kajian
(sastra) adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antarunsur dalam karya sastra dengan
bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu.
Dengan adanya kajian puisi inilah, peminat sastra melakukan analisis yaitu membedah karya-karya puisi
yang dibacanya. Sehingga unsur-unsur yang menyusun puisi tersebut dapat diketahui. Juga rangkaian
hikmah yang ada di dalamnya. Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh
penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara pandang terhadap karya sastra seperti ditawarkan oleh
Abrams, yakni karya sastra dilihat dari: (1) karya sastra itu sendiri, (2) pengarangnya, (3) semesta, dan (4)
pembacanya, maka empat cara pandang itu menghasilkan empat pendekatan, yakni (1) pendekatan
obyektif, (2) pendekatan ekspresif, (3) pendekatan mimesis, dan (4) pendekatan pragmatis.
Dalam makalah ini akan dilakukan pengkajian puisi yang berjudul Lonceng Tinju karya Taufiq Ismail.
Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan
filsafat Yunoni Kuno, hingga pada akhirnya Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan
utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan
ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain.
Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis
diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk
mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles
menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan
antara persoalan filsafat dengan kehidupan ( Ravertz.2007: 12).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:
ü Memenuhi tugas Kajian Puisi
ü Mengetahui pengertian puisi
ü Memahami pendekatan mimetik
ü Mengetahui analisis dari puisi Lonceng Tinju karya Taufiq Ismail

1.3 Rumusan masalah


1. Sebutkan dan jelaskan pendekatan dalam mengkaji karya sastra!
2. Analisis ”Lonceng Tinju” Karya Taufiq Ismail melalui pendekatan mimesis!

1.4 Kerja Analisis


1. Merumuskan permasalahan dalam realita objektif melalui studi kepustakaan
2. Menganalisis karya sastra secara objektif (otonom), kemudian menghubungkan hasil temuan
dengan realita objektif
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil temuan.

BAB II
ISI
LONCENG TINJU
Taufiq Ismail

Setiap kali lonceng berkleneng


Tanda putaran dimulai
Setiap kali mereka bangkit
Dan mengepalkan tinju
Setiap teriakan histeria
Bergemuruh suaranya
Aku kelu
Dan merasa di pojok
Sendirian
Setiap lonceng berklenengan
Dan tinju mulai berlayangan
Meremuk kepala lawan
Terkilas dalam ingatan
Nenekku dulu berkata
“Jangan kamu mengadu ayam”
Dan bila aku menuntut ilmu
Di Kedokteran Hewan
Guruku menasihatkan
“Jangan kamu mengadu hewan”

Kini lagi, bel itu berklenengan


Aku tersudut, bisu
Dan makin merasa
Sendirian.

(Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, 1987:127)

2.1 Kajian Puisi dan Pendekatan

Kinayati Djojosuroto (2009:20) mengatakan bahwa puisi adalah suatu sistem penulisan yang margin
kanan dan penggantian lariknya ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam
baris itu sendiri. Dengan demikian seberapa lebar pun suatu halaman tempat itu ditulis, puisi selalu
tercetak/tertulis dengan cara yang sama. Dalam hal ini, penyair yang menentukan panjang baris atau
ukuran.

Dalam mengkaji ”Lonceng Tinju” karya Taufiq Ismail, penulis akan menggunakan pendekatan
mimetik. Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan karya sastra dengan
universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu.
Perhatian penelaah adalah pada “the relationship between the work of art and the universe that it pretends
to produce (hubungan antara karya seni dan realitas yang melatarbelakangi kemunculannya).” Dalam
hubungan ini Lewis memandang seni sebagai tiruan dari aspek-aspek realitas, dari gagasan-gagasan
eksternal dan abadi, dari pola-pola bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus
menerus dan tidak pernah berubah. (Lewis, 1976:46).
2.2 Analisis Unsur-Unsur Intrinsik Puisi
a) Tema
Puisi “Lonceng Tinju” karya Taufiq Ismail di atas mengungkapkan tema tentangkesendirian. Hal ini dapat
kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan bermakna kesendirian. Pada alinea satu
menggambarkan sebuah gambaran situasi di arena tinju yang ramai, namun tokoh aku tetap merasa
sendirian. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Aku tersudut, bisu, Sendiri. Kedua, dari segi isi
puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari bahwa ia merasa sendiri dan
trauma dengan pertinjuan.

b) Nada dan Suasana


Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca.
Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema kesendirian menggambarkan betapa penyair ingin menyampaikan
kesendirian tokoh aku di tahun sang penyair menciptakan puisi tersebut. Berhubungan dengan pembaca,
maka puisi “Lonceng” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari larangan untuk mengadu
hewan, apalagi mengadu manusia.
c) Perasaan
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair terhadap tokoh aku yang dalam analisis ini penulis
menghubungkan tokoh Aku sebagai Elyas Pical, seorang petinju dunia pertama dari Indonesia pada tahun
1980-an. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair terhadap tokoh Aku adalah perasaan terpojok,
dan sendiri. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: Aku kelu, Dan merasa di
pojok, Sendirian, Aku tersudut, bisu.
d) Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati
hidup untuk tidak saling beradu atau pun mengadu hewan, apalagi mengadu sesama manusia, karena
Tuhan mengharamkan manusia untuk mengadu hewan ataupun sesama manusia.

2.3 Realitas di Dalam Karya


Penulis mengkaji puisi Lonceng Tinju menggunakan Pendekatan Mimetik, maka penulis mengaitkan
tokoh Aku dalam puisi ini dengan seorang pria yang berprofesi sebagai seorang petinju dari Indonesia,
namun pria ini merasa telah kualat karena tidak mengindahkan perkataan neneknya dan nasihat gurunya
saat ia masih kecil dulu. Puisi Lonceng Tinju ini menyingkap sebuah realitas yaitu adanya seorang laki-
laki bernama Ellyas Pical yang pada tahun 1980-an terkenal sebagai petinju muda dari Indonesia yang
pertama kali berhasil menjadi juara dunia pertama. Ellyas Pical telah menggeluti olahraga tinju sejak
berusia 13 tahun, dengan berlatih sembunyi-sembunyi karena dilarang oleh kedua orangtuanya. Sebagai
petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia kerap menjadi juara mulai dari tingkat kabupaten hingga
kejuaraan Piala Presiden. Karier profesionalnya dimulai pada tahun 1983 dalam kelas bantam junior.
Sejak itu, berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraihnya, seperti juara OPBF. Atas kemenangan
ini, Ellyas Pical menjadi petinju profesional pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di
luar negeri.
Setelah terjadi pergulatan batin berbulan-bulan karena depresi pasca kekalahan melawan Galaxy, Ellyas
Pical mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas bantam yunior kembali dari sang juara bertahan
dari Korea Selatan. Gelar ini sempat bertahan sampai 2 tahun, hingga akhirnya Ellyas Pical harus terbang
ke Ronoake, Virginia, Amerika Serikat untuk mempertahankan gelar melawan Juan Polo
Perez dari Kolombia, (4 Oktober 1989, dan Pical harus menyerahkan gelarnya setelah kalah angka. Pasca
kekalahan dari Perez, Ellyas Pical sempat bertanding non gelar sebanyak 3 kali, hingga akhirnya ayah
dari Lorinly dan Matthew Pical ini pun sedikit demi sedikit menyingkir dari ring tinju. Ellyas Pical yang
tidak sempat lulus SD ini kemudian bekerja sebagai petugas keamanan (satpam) di sebuah diskotik
di Jakarta sedangkan istrinya berprofesi sebagai seorang dokter.
Ellyas Pical ditangkap pada 13 Juli 2005 oleh polisi karena melakukan transaksi narkoba di diskotik
tersebut. Penangkapannya sempat menuai kritikan dari berbagai pihak yang menyoroti tiadanya jaminan
hidup yang diberikan pemerintah kepada atlet yang telah mengharumkan nama negara itu. Ellyas Pical
lalu divonis hukuman penjara selama 7 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Setelah bebas dari
penjara, Ellyas Pical diterima bekerja di KONI pusat, sebagai asisten ketua KONI.
Dari sedikit penjelasan tentang biografi petinju Indonesia di tahun 1980-an Ellyas Pical di atas, penulis
mengaitkan puisi Lonceng Tinju dengan Ellyas Pical yang Berjaya di tahun 1983. Namun Ellyas Pical
harus mengakhiri masa jayanya itu di tahun emasnya yang ke-3. Saat ia Berjaya di atas ring, para
penonton dari seluruh Indonesia mengelu-elukan dan membanggakan ia, teriakan histeria disertai suara
yang bergemuruh hampir tak pernah absen dari pertandingannya. Namun setelah ia kalah, dan
memutuskan pensiun dari dunia tinju, ia merasa sakit hati, karena tidak ada lagi perhatian terhadap
dirinya dari pemerintah maupun pendukung-pendukungnya dulu. Hidupnya berubah drastis, dari kejayaan
serba wah, berubah menjadi kehidupan yang susah yang harus ia hadapi.
Setelah Ellyas Pical pensiun, tiada lagi berita tentang dirinya, seakan rakyat Indonesia tak
menghiraukannya lagi dan lebih memilih mengagung-agungkan pengganti dirinya. Ia pun merasa
terpojok, merasa sendiri, tersudut, bisu meskipun dalam keramaian. Dari puisi tersebut dapat penulis
tangkap bahwa tokoh Aku, atau dalam hal ini sebut saja Ellyas Pical merasakan traumatis, atau
penyesalan akan takdir yang ia terima. Ia berprofesi sebagai petinju tetapi keluarganya menentang
karirnya, neneknya maupun gurunya juga pernah menasihatinya agar tidak mengadu ayam ataupun hewan
lainnya dengan maksud ia juga tidak akan mengadu dengan sesama manusia. Dalam puisi ini tokoh Aku
merasa menyesal, sehingga ia terus teringat akan nasihat-nasihat yang diberikan padanya, karena
mungkin saja apabila ia tak menjadi petinju, hidupnya tak akan terpuruk seperti ini.
Penulis mengaitkan hubungan antara Ellyas Pical dengan puisi Taufiq ismail ini karena pada tahun
penciptaan puisi ini yaitu tahun 1987 berhubungan dengan masa lengsernya Ellyas Pical dari masa
keemasannya pada tahun 1986. Didukung lagi dengan fakta bahwa setelah Ellyas Pical pensiun dari dunia
tinju, ia bekerja menjadi satpam di sebuah diskotik, bahkan sempat menjadi pengedar narkoba demi
menghidupi keluarganya akibat tidak adanya tanggung jawab atau jaminan hidup serta kepedulian
pemerintah akan nasib atlet yang sudah pensiun seperti dirinya.

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa puisi Lonceng Tinju
karya Taufiq Ismail menggunakan pendekatan Mimetik.
3.2 Saran
Dalam proses mengkaji puisi memerlukan pemahaman dan penguasaan lebih
terhadap pendekatan yang digunakan, unsur-unsur yang terkait dengan analisis struktur puisi, dan realitas
terhadap karya sastra tersebut.
Oleh karena itu, setiap individu sebelum memulai mengkaji hendaknya mencari contoh-contoh
dari pengaplikasiaan demi menguatkan pemahaman teori-teori yang menjadi dasar penelitian

Anda mungkin juga menyukai