Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Pendahuluan
Karya sastra diciptakan dengan bertujuan untuk dinikmati,
dipahami, dirasakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat atau
pembaca. Pada saat pembaca menikmati karya sastra, maka ia
memperoleh hiburan dan pelajaran. Melalui karya sastra pembaca
mendapat kesenangan dan melalui karya sastra pula pembaca
mendapat pelajaran yang berupa ajaran-ajaran seperti ajaran moral,
etika, dan berbagai hal dalam kehidupan (Mahayana, 2005:58). Lebih
lanjut Mahayana (2005:36) mengatakan bahwa saat karya sastra
dinikmati pembaca, maka gagasan dan pesan yang dituangkan dalam
karya sastra jadi berguna atau bermanfaat.
Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan
perasaan penyair yang diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat
dan tepat. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta
wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan.
Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk
bait, tipografi, dan tidak mementingkan ejaan.

Bab II
Kajian Teori
2.1

Pengertian Puisi

Puisi (dalam bahasa Inggris poetry)adalah seni tertulis di mana bahasa


digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari
prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli
modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak
sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang
menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan
curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam
keadaan hatinya.
Puisi, bagi saya, adalah hasil upaya manusia untuk menciptakan
dunia kecil dan sepele dalam kata, yang bisa dimanfaatkan untuk

membayangkan, memahami dan menghayati dunia yang lebih besar


dan lebih dalam. Sapardi Djoko Damono. (1991:1)
Dalam penyampaian idenya tersebut sastrawan tidak bisa
dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Abrams (1979:6)
mengemukakan dalam komunikasi antara sastrawan dan pembaca
tidak akan terlepas dari empat situasi sastra, yaitu: karya satra,
sastrawan, semesta, dan pembaca. Untuk itu terdapat empat
pendekatan dalam kajian karya sastra, yaitu:
1. Pendekatan objektif (objective criticism), yaitu kajian sastra yang
menitik beratkan pada karya sastra.
2. Pendekatan ekspresif (expressive criticism), yaitu kajian sastra
yang menitik beratkan pada penulis.
3. Pendekatan mimetik (mimetic criticism), yaitu kajian sastra yang
menitik beratkan terhadap semesta/alam.
4. Pendekatan pragmatik (pragmatic criticism), yaitu kajian sastra
yang menitik beratkan pada pembaca.
2.2

Pengertian Psikologis Sastra

Secara etimologi kata Psikologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno


Psyche dan Logos. Kata psyche berarti jiwa, roh, atau sukma,
sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi, psikologi secara harfiah
berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa (Chaer,
2003: 2).
Psikologi Sastra adalah kajian sastra yang memandang karya
sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa,
dan karya dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi
karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan,
sebagaimana Sosiologi Refleksi, Psikologi Sastra pun mengenal karya
sastra sebagai pantulan kejiwaan.
Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh 3 pendekatan
sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek
psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptifpragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat
karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya,
serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga,
pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis
ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik
penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan dalam
Aminuddin, 1990:94).

Psikologi sastra adalah suatu kajian yang bersifat tekstual terhadap


aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagaimana
wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia
sastra, psikologi sastra juga memandang bahwa sastra merupakan
hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa, yang
diabdikan untuk kepentingan estetis. Karya sastra merupakan hasil
ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya
ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir
maupun suasana rasa/emosi Roekhan (dalam Aminuddin, 1990:88-91).
Psikologi sastra merupakan gabungan dari teori psikologi dengan
teori sastra. Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamnya terkandung
fenomena-fenomena kejiwaan yang nampak lewat perilaku tokohtokohnya, sehingga karya teks sastra dapat dianalisis dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Antara sastra dengan psikologi
memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional,
demikian menurut Darmanto Yatman (Aminuddin, 1990:93). Pengarang
dan psikolog kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yakni
kejiwaan manusia. Keduanya mampu menangkap kejiwaan manusia
secara mendalam. Perbedaannya, jika pengarang mengungkapkan
temuannya dalam bentuk karya sastra, sedangkan psikolog sesuai
keahliannya mengemukakan dalam bentuk formula teori-teori
psikologi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Puisi yang akan di kaji

Kepada Uang
Karya Joko Pinurbo
Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku,
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku.

Sabar ya, aku harus menabung dulu.

Menabung laparmu, menabung mimpimu.


Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,


yang cukup hangat buat merawat encok-encokku,
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
(2006)

3.2 Biografi Pengarang


Joko Pinurbo (jokpin) lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962;
tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Belajar berpuisi sejak akhir
tahun 1970-an. Buku kumpulan puisinya: Celana (1999), Di Bawah
Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Trouser Doll (terjemahan
Celana; 2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2004, cetak ulang
2010), Pacar Senja (Seratus Puisi Pilihan; 2005), Kepada Cium (2007),
Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (cetak ulang tiga
kumpulan puisi, 2007), Tahilalat (2012), dan Baju Bulan - Seuntai Puisi
Pilihan (2013). Penghargaan yang telah diterimanya: Penghargaan
Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2001, Hadiah Sastra Lontar 2001,
Sih Award 2001, Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2001, Penghargaan Sastra
Pusat Bahasa 2002, Khatulistiwa Literary Award 2005, Karya Sastra
Pilihan Tempo 2012
Joko Pinurbo (Jokpin) kembali menerbitkan buku puisi. Buku tersebut
ia beri judul Baju Bulan (Gramedia, 2013). Menelaah sajak-sajak dalam
kumpulan ini identik dengan memahami simpul kehidupan yang
berkelindan di dalam ruang dan waktu keseharian. Kehidupan manusia
yang renik dan kompleks dihadirkan Jokpin dalam diksi yang padat dan
kuat, tapi juga familiar dan bersahaja. Pada beberapa sajak, lariklariknya bahkan acap jenaka. Membacanya kita bisa tersenyum
sekaligus merenung. Jokpin seakan ingin membawa pembaca masuk
silih berganti ke dalam ruang dan waktu sunyi, terharu, bahagia,
berkerut, tersenyum, dan seterusnya. Suasana itu kadang juga dikirim
Jokpin secara bersamaan. Kita semua tahu belaka, begitulah memang
kehidupan manusia. Walhasil, sajak-sajak Jokpin adalah narasi puitik
hidup sehari-hari. Pilihan katanya sangat dekat, bahkan berada di
dalam pengalaman kita.

3.3 Kajian Berdasarkan Psikologi Sastra


Asumsi dasar penelitian pikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh
anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan
dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar
setelah jelas baru dituangkan kedalam bentuk secara sadar. Dan
kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang
mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam
sebuah cipta sastra.
Pada Puisi Kepada Uang Joko Pinuro mampu mengungkapkan
ekspresi kejiwaannya tentang apa yang dirasakan masyarakat pada
umumnya dan merasuk dalam imajinasi dan pemikirannya tentang
kehidupan sehari-hari yang dilihatnya dalam masyarakat. Lalu
pengalamannya tersebut menjadi imajinasi yang melahirkan produk
kreatifitas yang berupa karya sastra dalam puisinya ini.

Misalnya pada bait ke-1


Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh senja-senjaku,
yang jendelanya hijau menganga seperti jendela mataku.

Penyair mengungkapkan rasa keinginannya tentang apa yang


inginkan. Dengan mimik memelas dan memohon penyair
mengungkapkan apa yang ada telah dirasakan oleh masyarakat.
Begitu juga pada bait ke-2
Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Dalam bait selanjutnya penyair menggambarkan kegigihannya


untuk mencapai yang ia inginkan, ia rela menahan sakit menabung
mimpi dan menyimpan dahulu mimpinya yang sedang ia perjuangkan.

Dan pada bait ke-3


Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat encok-encokku,
yang kakinya lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.

Dalam bait terakhir penyair tetap berharap dan berdoa untuk


mewujudkan impiannya.

BAB IV
PENUTUP

A.

Simpulan

Puisi sebagai bentuk komunikasi sastra tidak akan terlepas dari


peranan pengarang sebagai pencipta sastra.
Kajian psikologi sastra pada Puisi Kepada Uang Joko Pinurbo ini
juga menitik beratkan pada tokoh dan perwatakan tokoh aku, dan
aspek pemikiran dan perasaan pengarang itu sendiri ketika mencipta
karya sastra ini. Selain itu, biografi pengarang yang menjadi seorang
masyarakat biasa menjadi bagian latar belakang joko pinurbo untuk
memahami kehidupan masyarakat sehari-hari yang merupakan bagian
bekal dalam memahami karya sastra berdasarkan psikologi
pengarangnya.

Anda mungkin juga menyukai