BAB I
PENDAHULUAN
berarti menikmati suatu kehidupan yang lebih baik. Konflik, salah paham, dan
Saussure (dalam Joko, 2016:57) mengatakan bahwa tanda yang diberi nama
untuk mewakili definisi atau konsep dari tanda tersebut. Namun, tanda (sign)
menggabungkan tidak hanya sesuatu nama atas sesuatu itu tetapi konsep dan
sebuah gambar dan suara dari sesuatu. Kemudian Saussure mengajukan konsep
tanda tersebut sebagai sistem atas dua hal yang saling terkait yaitu penanda
1
2
(signifier) dan yang ditandai (signified). Misalnya : penanda lampu merah untuk
rambu lalu lintas sebagai konsep tanda: berhenti. Hal ini yang membuat tanda
makna. Kata semiotik berasal dari kata semion (Yunani) yang berarti tanda (
Ratih, 2016:2). Lebih lanjut diuraikan bahwa studi sastra bersifat semiotik
adalah usaha untuk menganalisis karya sastra, sajak khusunya, sebagai suatu
Ada beberapa teori semiotik, seperti model Saussure, Peirce, Moris dan
semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes memahami suatu teks (segala
teks narasi) dengan membedah teks, baris melalui lima sistem kode. Kelima
kode itu adalah (1) kode lakuan/aksi (2) kode teka-teki, (3) kode budaya, (4)
pembacaan yang didasarkan pada konvensi karya sastra., (4) matriks (key
dan tidak muncul dalam teks. Matrik dapat berupa kata, frase, klausa, atau
adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru (sajak). Menurut
Riffatere (1978:23). Hipogram ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan
puisi. Puisi itu merupakan karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti,
bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum
pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai
mengungkapkan puisi sebagai sebuah karya sastra yang dapat dipakai untuk
kondisi dan situasi di masa kini. Pengalaman tersebut muncul dari interaksi
Puisi mengajak ke dalam ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suatu angan-
(dalam Pradopo, 2013:6) mengemukakan puisi itu adalah karya sastra yang
seseorang yang menulis karya sastra disebut sastrawan. Salah satu sastrawan
Joko Pinurbo memiliki banyak puisi yang memiliki gaya ekspresi tak
langsung penulis di dalam karyanya. , banyak sekali karya yang bermakna dan
memiliki sifat multitafsir contohnya puisi yang berjudul “Celana Ibu”, “Tengah
dan ”Celana 3” Kelimanya memiliki makna ganda. Puisi joko pinurbo yang
berjudul “Jendela” yang becerita tentang ibu dan anak yang ditinggal ayahnya
lalu berandai andai sang ayah segera pulang, “Kepada uang” yang
menceritakan seseorang yang ingin hidup apa adanya bukan tentang uang, puisi
berjudul. Puisi yang berjudul “ Celana Ibu” bercerita tentang Tuhan Yesus. Kali
5
ini peneliti hanya meneliti puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3”. Alasan
memilih puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karena puisi tersebut
berbeda dengan keempat puisi diatas yang memiliki judul yang sederhana saling
berkaitan satu sama lain yang menimbulkan makna tersendiri dan penulis
tertarik dengan makna apa yang ada pada puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan
”Celana 3”, apa maksud dari celana pada ketiga puisi tersebut.
simbol-simbol makna yang ada pada karyanya dan sudah banyak mendapat
berpuisi ditekuninya sejak Sekolah Menengah Atas. Joko Pinurbo menulis dan
yaitu kumpulan puisi Celana (1999). Sejak itu buku-buku puisinya berlahiran:
Baju Bulan-Seuntai Puisi Pilihan (2013), Surat Kopi (2014) dan yang terakhir
2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian (SEA) Write
Puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” dalam kumpulan puisi Selamat
ekspresi tak langsung penulis di dalam karyanya. Puisi “Celana 1”, “Celana 2”
dan ”Celana 3” karena berbeda dengan lima puisi di atas puisi “Celana 1”,
satu sama lain yang menimbulkan makna tersendiri. Sebagai ekspresi tidak
langsung, puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” perlu dibaca secara
heuristik untuk memperjelas arti puisi dari kebahasaan atau semiotik tingkat
dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti rangkaian
Arti adalah ‘arti’ (meaning), sedangkan arti sastra adalah ‘arti dari arti’
Oleh karena itu, teori yang cocok digunakan sebagai landasan analisis puisi
“Celana 1”, “Celana2” dan ”Celana 3”ini adalah teori yang mempelajari tentang
tanda atau semiotik. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis semiotika
karya sastra merupakan dialektika antara teks dan pembaca. Dengan kata lain,
karya sastra. Pada tahap ini, pembaca dapat memaparkan makn karya sastra
harus bergerak lebih jauh untuk memperoleh kesatuan makna. (4) Matriks (key
dan tidak muncul dalam teks. Matrik dapat berupa kata, frase, klausa, atau
adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru (sajak). Menurut
Riffatere (1978:23) Hipogram ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan
“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo belum banyak
penelitian karya sastra. Di sisi lain, penelitian ini juga bermanfaat terhadap
dan dapat dijadikan media untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
terdapat pada SKKD SMA kelas X, yaitu 5. Memahami puisi yang disampaikan
B. Identifikasi Masalah
3”
3. Matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2”
C. Batasan Masalah
3. Matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2”
Pinurbo.
D. Rumusan Masalah
masalah yang jelas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
3. Apa dan bagaimana matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi
4. Apa hipogram puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko
Pinurbo ?
E. Tujuan Penelitian
dan ”Celana 3”
3. Mendeskripsikan matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
dan memahami puisi lebih luas seperti dalam SKKD SMA kelas X, yaitu