Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah

keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun

nonverbal. Sebagai pengetahuan praktis, pemahaman terhadap keberadaan

tanda-tanda, khususnya yang dialami dalam kehidupan sehari-hari berfungsi

untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui efektivitas dan efisiensi energi

yang harus dikeluarkan. Memahami sistem tanda, bagaimana cara kerjanya,

berarti menikmati suatu kehidupan yang lebih baik. Konflik, salah paham, dan

berbagai perbedaan pendapat diakibatkan oleh adanya perbedaan penafsiran

terhadap tanda-tanda kehidupan (Ratna, 2013: 105).

Tanda-tanda sastra tidak terbatas pada teks tertulis. Hubungan antara

penulis, karya sastra, dan pembaca menyediakan pemahaman mengenai tanda

yang sangat kaya. Atas dasar luasnya gejala-gejala sastra yang

ditimbulkan,maka lahir teori yang secara khusus berkaitan dengannnya, seperti

teori pragmatik, struktural,resepsi, interteks dan semiotika (Ratna, 2015:112).

Saussure (dalam Joko, 2016:57) mengatakan bahwa tanda yang diberi nama

untuk mewakili definisi atau konsep dari tanda tersebut. Namun, tanda (sign)

menggabungkan tidak hanya sesuatu nama atas sesuatu itu tetapi konsep dan

sebuah gambar dan suara dari sesuatu. Kemudian Saussure mengajukan konsep

tanda tersebut sebagai sistem atas dua hal yang saling terkait yaitu penanda

1
2

(signifier) dan yang ditandai (signified). Misalnya : penanda lampu merah untuk

rambu lalu lintas sebagai konsep tanda: berhenti. Hal ini yang membuat tanda

(sign) dalam semiotika.

Menurut Teeuw pengertian semiotika adalah ilmu sastra yang sungguh-

sungguh mencoba menemukan konvensi-konvensi yang memungkinkan adanya

makna. Kata semiotik berasal dari kata semion (Yunani) yang berarti tanda (

Ratih, 2016:2). Lebih lanjut diuraikan bahwa studi sastra bersifat semiotik

adalah usaha untuk menganalisis karya sastra, sajak khusunya, sebagai suatu

sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi apa yang memungkinkan karya

sastra mempunyai makna (Pradopo, 2014:125).

Ada beberapa teori semiotik, seperti model Saussure, Peirce, Moris dan

Riffaterre. Teori itu diterapkan untuk menganlisis gejala-gejala budaya dan

menjadi acuan bagi pendekatan untuk menganalisis tanda arsitektur. Pengaruh

dari Saussure terutama berlangsung melalui pengaruh linguistik struktural yang

dikembangkan Levi-Strauss, sedangkan Pierce dan Moris langsung

berpengaruh pada antropologi (Masinambow dalam Ratih, 2000:17). Teori

semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes memahami suatu teks (segala

teks narasi) dengan membedah teks, baris melalui lima sistem kode. Kelima

kode itu adalah (1) kode lakuan/aksi (2) kode teka-teki, (3) kode budaya, (4)

kode konotatif, dan (5) kode simbolik (2000:145-149). Semiotik yang

diungkapkan Riffaterre meliputi tahap (1) ketidaklangsungan ekspresi puisi

(displacing of meaning), disebabkan penyimpangan arti (distorting of meaning),

dan penciptaan arti (creating of meaning). Pergantian arti disebabkan oleh


3

metafora dan metomini yang merupakan bahasa kiasan pada umumnya.

Penyimpangan arti disebabakan oleh ambiguitas,kontradiksi dan nonsen.

Penciptaan arti disebabkan oleh pengorganisasian ruang teks, yaitu sajak,

tipografi, dan homologue (Riffatere, 1978).(2) pembacaan heuristik adalah

pembacaan dalam taraf mimesis, (3) pembacaan hermeneuitik adalah

pembacaan yang didasarkan pada konvensi karya sastra., (4) matriks (key

word),model,varian merupakan konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi

dan tidak muncul dalam teks. Matrik dapat berupa kata, frase, klausa, atau

kalimat sederhana. dan (5) hipogram ( berkenan dengan prinsip intertekstual)

adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru (sajak). Menurut

Riffatere (1978:23). Hipogram ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan

aktual (Riffatere, 1978:23).

Semiotika merupakan teori yang mempelajari tanda, ketidaklangsungan

ekspresi,konvensi ,matrik, dan hipogram dalam karya sastra, salah satunya

puisi. Puisi itu merupakan karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti,

bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum

pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai

sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis ( Pradopo, 2014:3).

Puisi merupakan salah satu genre sastra yang menggunakan tanda-tanda

sebagai media penyampaian gagasan, perasaan. Dalam jurnal milik Rosalia

Prismarini dan Josep J. Darmawan dosen Universitas Mercubuana Yogyakarta

mengungkapkan puisi sebagai sebuah karya sastra yang dapat dipakai untuk

menguraikan ikhtisar sejarah sosial bisa dijadikan referensi untuk melihat


4

kondisi dan situasi di masa kini. Pengalaman tersebut muncul dari interaksi

dengan masyarakat dan penghayatan akan fakta-fakta sosial, budaya, politik,

ekonomi, hukum dan humaniora. Puisi adalah interpretasi penyair terhadap

kondisi masyarakat sekitarnya, yang di dalamnya memuat pesan-pesan tertentu.

Puisi mengajak ke dalam ilusi tentang keindahan, terbawa dalam suatu angan-

angan, sejalan dengan penataan unsur bunyi, penciptaan gagasan, susasana

tertentu maupun dalam tanda-tanda pada bahasanya. Samuel Taylor Coliredge

(dalam Pradopo, 2013:6) mengemukakan puisi itu adalah karya sastra yang

berbentuk kata-kata indah dalam susunan terindahnya.

Karya sastra merupakan bentuk karya yang diciptakan, sedangkan

seseorang yang menulis karya sastra disebut sastrawan. Salah satu sastrawan

yang menulis khususnya puisi-puisi yang bersifat konotatif (bermakna

ganda),memiliki banyak simbol, ambigu, dan puisi multi tafsir tersebut di

antaranya adalah Joko Pinurbo.

Joko Pinurbo memiliki banyak puisi yang memiliki gaya ekspresi tak

langsung penulis di dalam karyanya. , banyak sekali karya yang bermakna dan

memiliki sifat multitafsir contohnya puisi yang berjudul “Celana Ibu”, “Tengah

Malam”, “ Kisah semalam” “Jendela” “ Kepada Uang” “Celana 1”, “Celana 2”

dan ”Celana 3” Kelimanya memiliki makna ganda. Puisi joko pinurbo yang

berjudul “Jendela” yang becerita tentang ibu dan anak yang ditinggal ayahnya

lalu berandai andai sang ayah segera pulang, “Kepada uang” yang

menceritakan seseorang yang ingin hidup apa adanya bukan tentang uang, puisi

berjudul. Puisi yang berjudul “ Celana Ibu” bercerita tentang Tuhan Yesus. Kali
5

ini peneliti hanya meneliti puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3”. Alasan

memilih puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karena puisi tersebut

berbeda dengan keempat puisi diatas yang memiliki judul yang sederhana saling

berkaitan satu sama lain yang menimbulkan makna tersendiri dan penulis

tertarik dengan makna apa yang ada pada puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan

”Celana 3”, apa maksud dari celana pada ketiga puisi tersebut.

Joko Pinurbo merupakan penyair lama yang karyanya terkenal memiliki

simbol-simbol makna yang ada pada karyanya dan sudah banyak mendapat

penghargaan. Joko Pinurbo alias Jokpin lahir di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa

Barat, 11 Mei 1962, tinggal di Yogyakarta. Jokpin juga pernah mengajar di

almamaternya, pernah pula bekerja di bidang penerbitan. Kegemarannya

berpuisi ditekuninya sejak Sekolah Menengah Atas. Joko Pinurbo menulis dan

menerbitkan banyak kumpulan puisi yang multitafsir dan berrmakna ganda

yaitu kumpulan puisi Celana (1999). Sejak itu buku-buku puisinya berlahiran:

Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku(2002), Telepon

Genggam(2003), Kekasihku (2005), Kepada Cium (2007), Tahilalat (2012),

Baju Bulan-Seuntai Puisi Pilihan (2013), Surat Kopi (2014) dan yang terakhir

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi – Sehimpun Puisi Pilihan (2016).

Penghargaan yang telah diperoleh : Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002,

2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South East Asian (SEA) Write

Award (2014). Ia sering diundang membacakan karyanya di berbagai

pertemuan dan festival sastra. Sejumlah puisinya telah diterjemahkan dalam

Bahasa Inggris dan Jeman.


6

Puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” dalam kumpulan puisi Selamat

Menunaikan Ibadah Puisi – Sehimpun Puisi Pilihan (2016), merupakan

ekspresi tak langsung penulis di dalam karyanya. Puisi “Celana 1”, “Celana 2”

dan ”Celana 3” karena berbeda dengan lima puisi di atas puisi “Celana 1”,

“Celana 2” dan ”Celana 3” menarik untuk diteliti, judulnya saling berkaitan

satu sama lain yang menimbulkan makna tersendiri. Sebagai ekspresi tidak

langsung, puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” perlu dibaca secara

heuristik untuk memperjelas arti puisi dari kebahasaan atau semiotik tingkat

pertama. Pembacaan heuristik adalah interpetasi tahap pertama, yang begerak

dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti rangkaian

sintagmatik yang akan menghasilkan serangkaian arti yang bersifat heterogen

yang dilanjutkan ke pembacaan hermeneutik yang didasarkan pada konvesi

(arti) sastra yang pembacaannya diulang dengan memberikan konvensi sastra.

Arti adalah ‘arti’ (meaning), sedangkan arti sastra adalah ‘arti dari arti’

(meaningof meaning ) (Riffatere dalam Ratih,2016:6-7).

Oleh karena itu, teori yang cocok digunakan sebagai landasan analisis puisi

“Celana 1”, “Celana2” dan ”Celana 3”ini adalah teori yang mempelajari tentang

tanda atau semiotik. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis semiotika

Riffaterre. Menurut Pradopo (2001: 4), dalam menganalisis puisi, Riffaterre

menggunakan metode pemaknaan khusus. Namun, pemaknaannya tidak

terlepas dari pemaknaan semiotik pada umumnya, bahwa bagaimanapun juga,

karya sastra merupakan dialektika antara teks dan pembaca. Dengan kata lain,

pembaca memegang peran penting dalam pemaknaan karya sastra.


7

Dalam pemaknaan puisi digunakan penafsiran makna menggunakan

pembacaan semiotik yang diungkapkan Riffaterre meliputi 4 tahap. (1)

Ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of meaning), disebabkan

penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of

meaning ). Pergantian arti disebabkan oleh metafora dan metomini yang

merupakan bahasa kiasan pada umumnya. Penyimpangan arti disebabakan oleh

ambiguitas,kontradiksi dan nonsen. Penciptaan arti disebabkan oleh

pengorganisasian ruang teks, yaitu sajak, tipografi, dan homologue (Riffatere,

1978). (2) Pembacaan heuristik adalah pembacaan dalam taraf mimesis.

Pembacaan ini didasarkan pembacaan pada sistem konvesi Bahasa. (3)

Pembacaan hermeneuitik adalah pembacaan yang didasarkan pada konvensi

karya sastra. Pada tahap ini, pembaca dapat memaparkan makn karya sastra

berdasarkan intrepetasi yang pertama. Dari hasil pembacaan pertama, pembaca

harus bergerak lebih jauh untuk memperoleh kesatuan makna. (4) Matriks (key

word),model, varian merupakan konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi

dan tidak muncul dalam teks. Matrik dapat berupa kata, frase, klausa, atau

kalimat sederhana. (5) Hipogram ( berkenan dengan prinsip intertekstual)

adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru (sajak). Menurut

Riffatere (1978:23) Hipogram ada dua macam, yaitu hipogram potensial dan

aktual (Riffatere, 1978:23).

Puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3” menarik untuk diteliti. Pertama,

puisi tersebut merupakan hasil karya sastrawan yang mendapatkan banyak


8

penghargaan dibidang sastra seperti Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun

2005 dan 2015.

Kedua, puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3” merupakan puisi yang

menggunakan judul yang bertafsir ganda dan menggunakan bahasa semiotik

yang memiliki ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of meaning),

disebabkan penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti

(creating of meaning ). Pergantian arti disebabkan oleh metafora dan metomini

yang merupakan bahasa kiasan pada umumnya. Penyimpangan arti

disebabakan oleh ambiguitas,kontradiksi, dan nonsen.

Ketiga, pemilihan penelitian puisi analisis semiotika Michael Riffateree

“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo belum banyak

orang meneliti puisi tersebut terutama di Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menambah referensi

penelitian karya sastra. Di sisi lain, penelitian ini juga bermanfaat terhadap

pengajaran bahasa Indonesia di dalam kelas, yakni penelitian ini berusaha

memberikan kontribusi terhadap pengajaran puisi di Sekolah Menengah Atas

dan dapat dijadikan media untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penelitian mengenai puisi memiliki relevansi dengan dunia pendidikan

terdapat pada SKKD SMA kelas X, yaitu 5. Memahami puisi yang disampaikan

secara langsung/tidak langsung, 5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu

puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman 5.2

Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun


9

melalui rekaman. 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi

14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan,

pikiran, dan imajinasi melalui diskusi 14.2Menghubungkan isi puisi dengan

realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi Membaca

Penelitian mengenai puisi sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan yaitu 1)

mengajarkan siswa berdiskusi dan berfikir kritis dalam memaknai puisi. 2)

Mengajak siswa menuliskan ekspresinya dalam memaknai puisi. 3) Mengambil

pelajaran kadungan dalam puisi untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat identifikasi

masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of meaning), yang

disebabkan penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti

(creating of meaning ). dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana

3”

2. Pembacaan heuristik dan hermeneutik (semiotik) yang ada dalam puisi

“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3”

3. Matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2”

dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo

4. Hipogram puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3”karya Joko Pinurbo

5. Bahasa yang ada dalam puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3”

6. Prestasi penulis Joko Pinurbo


10

7. Relevansi dalam puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3” karya Joko

Pinurbo dengan nilai moral kehidupan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini membatasi

masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of meaning), disebabkan

penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of

meaning ). dalam puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3”

2. Pembacaan heuristik dan hermeneutik (semiotik) yang ada pada puisi

“Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3” “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana

3”karya Joko Pinurbo

3. Matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2”

dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo

4. Hipogram dalam puisi “Celana 1, “Celana 2” dan “Celana 3” karya Joko

Pinurbo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang jelas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of

meaning),yang disebabkan penyimpangan arti (distorting of meaning),

dan penciptaan arti (creating of meaning ). dalam puisi “Celana 1”,

“Celana 2” dan ”Celana 3” ?


11

2. Bagaimana pembacaan heuristik dan hermeneutik ( semiotik )

puisi“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” ?

3. Apa dan bagaimana matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi

“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo ?

4. Apa hipogram puisi “Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko

Pinurbo ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang akan dibahas, maka tujuan masalah penelitian

ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan ketidaklangsungan ekspresi puisi (displacing of

meaning),yang di sebabkan penyimpangan arti (distorting of meaning), dan

penciptaan arti (creating of meaning ). dalam puisi “Celana 1”, “Celana 2”

dan ”Celana 3”

2. Mendeskripsikan pembacaan heuristik dan hermeneutik ( semiotik ) puisi

“Celana 1”, “Celana 2” dan ”Celana 3”

3. Mendeskripsikan matriks, model, dan varian yang ada dalam puisi “Celana

1”, “Celana 2” dan ”Celana 3” Joko Pinurbo

4. Menemukan dan mendeskripsikan hipogram dalam puisi “Celana 1”,

“Celana 2” dan ”Celana 3” karya Joko Pinurbo

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas masalah yang

pokok dalam penyusunan mata kuliah seminar, serta diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut.


12

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk mengembangkan

aplikasi penggunaan semiotika milik Riffaterre. Penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai pedoman penelitian yang akan datang, tentunya

dengan penelitian yang relevan dengan penelitian ini terutama di lingkup

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini dapat menambah

sumbangan pemikiran terhadap penelitian-penelitian yang sudah ada

mengenai semiotika milik Riffaterre sehingga dapat dijadikan referensi.

Dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang tertarik atau

berkecimpung di dunia semiotika. Disamping itu, Menambah khasanah

pustaka pada Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Manfaat pembelajaran penelitian ini adalah siswa bisa mempelajari

dan memahami puisi lebih luas seperti dalam SKKD SMA kelas X, yaitu

5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsug, 5.1

Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan

secara langsung ataupun melalui rekaman 5.2 Mengungkapkan isi suatu

puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. 14.

Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi 14.1 Membahas

isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran,

dan imajinasi melalui diskusi 14.2 Menghubungkan isi puisi dengan

realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi membaca.

Anda mungkin juga menyukai