ABSTRAK
Bahasa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
Aktivitas Bahasa mengenal adanya empat keterampilan berbahasa yaitu,
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
saling berkolerasi satu dengan yang lain, sehingga untuk mempelajari salah satu
keterampilan berbahasa beberapa keterampilan yang lainnya juga akan terlibat.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita akan melalui suatu
urutan hubungan yang teratur: (1) menyimak atau mendengarkan, (2) berbicara,
(3) membaca, dan (4) menulis.
Bahasa adalah alat yang digunakan untuk saling berkomunikasi untuk
menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Fungsi lain dari Bahasa yaitu
sebagai alat untuk mengontrol diri atau sebagai control social.
Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang
imajinasi yang tercipta dari dalam diri seorang pengarang dan lingkungan
sekitarnya. Imajinasi yang diciptakan dari dalam diri berhubungan dengan kondisi
psikologis yang dialami oleh pengarang. Hal tersebut sangat berpengaruh bagi
karya sastra yang akan dituliskannya.
Selain berasal dari imajinasi pengarang, karya sastra juga dapat dihasilkan
dengan adanya proses kreatif pengarang dalam mendeskripsikan ide-ide yang
dipikirkan dan dirasakan oleh pengarang dengan menggunakan Bahasa sebagai
mediumnya. Proses kreatif sangat menentukan baik buruknya sebuah karya sastra
yang nantinya akan disuguhkan kepada pembaca. Sebagai karya kreatif, karya
sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha
menyalurkan kebutuhan manusia akan keindahan dengan pemilihan diksi yang
tepat, sehingga pembaca mampu menafsirkan apa yang ingin disampaikan oleh
pengarang lewat karya sastra tersebut.
Puisi merupakan karya sastra yang masuk dalam golongan lirik.
Dibandingkan dengan jenis karya sastra lain seperti epic dan drama, puisi
memiliki Bahasa yang lebih padat dan indah dan pemaknaan dalam puisi adalah
multi tafsir. Masing-masing individu dapat memiliki interpretasi tersendiri.
Bahasa yang digunakan dalam puisi juga bukan merupakan Bahasa harian.
Pemilihin kata pada puisi sangat selektif dan memerhatikan norma serta
kehidupan. Hal ini disimpulkan dari definisi Perrine tentang puisi, yaitu: puisi
dapat didefinisikan sebagai sejenis Bahasa yang mengatakan lebih banyak dan
lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh Bahasa harian (Perrine, 1974:553)
Berkaitan dengan keistimewaan puisi yang telah disebutkan di atas, maka
dalam memaknai puisi tidak bisa dilakukan secara asal. Karena sering kali Bahasa
dalam puisi itu merupakan sebuah tanda yang menyimpang dari arti sebenarnya
atau semantik, memiliki multi makna, dan Bahasa kias. Oleh karena itu,diperlukan
suatu pengkajian puisi untuk memeroleh kesatuan makna yang utuh dari suatu
puisi. Puisi dapat dikaji dengan berbagai pendekatan, baik secara struktural
maupun semiotik.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji makna pada puisi dengan
pendekatan Semiotika Riffaterre, karena pada dasarnya kata-kata yang terdapat
dalam puisi dinilai sebagai sebuah tanda yang harus digali maknanya. Akan tetapi,
pemberian makna itu tidak bisa dilakukan secara asal, melainkan melalui
kerangka semiotik (ilmu tanda) karena karya sastra sendiri merupakan suatu
system tanda.
Puisi Baru dalam buku ini peneliti menganbil 5 sampel untuk di teliti yaitu
puisi yang di tulis oleh Muhammad Ali Hasjim, selanjutnya untuk lebih lanjut
silahkan membaca sampai tuntas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sastra
1. Pengertian Sastra
Kata sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang
lebih suka menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti
baik atau indah, dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan
adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau
karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang
indah.(“PEMBELAJARAN SASTRA | ALDON SAMOSIR , S.Pd.,” n.d.)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sastra adalah karya tulis
yang jika dibandingkan dengan trulisan biasa lainnya, memiliki berbagai cirri
keunggulan, keaslian, keartistikan, keindahan, isi dan ungkapan. Karya sastra
sendiri merupakan karangan yang memiliki nilai kebaikan berupa tulisan dengan
bahasa yang indah penuh estetika. Sastra sendiri juga memberikan pengetahuan
dan wawasan umum mengenai manusia, sosial, intelek, dengan gaya yang khas
dan unik. Di mana pembaca sastra dapat menginterpretasikan teks sastra sesuai
dengan pengalamanan dan wawasannya, Semua kembali ke pembaca dan
penikmat.(Cakiel, 2018).
Sastra merupakan bagian dari gambaran kehidupan social yang disajikan
melalui perenungan sehingga dapat hasil karya yang tercipta benar-benar citraan
dari perkemangan zaman yang terjadi pada masyarakat. Di dalam karya sastra
sering kita jumpai berbagai kisah yang menggambarkan kehidupan sosial
masyarakat seperti politik, ekonomi sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu,
meskipun dikatakan karya fiksi, sebuah karya sastra tidak serta-merta murni
sebuah hayalan dan imajinasi. Akan tetapi, sebuah karya sastra lahir melalui
tempaan pengalaman penulisnya.
2. Jenis jenis Sastra
a. Prosa
Secara etimologis, kata prosa diambil dari bahasa Latin
“Prosa” yang artinya “terus terang”. Sehingga pengertian
prosa adalah karya sastra yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta.(Prawiro, 2018)
Prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan
menggunkan bahasa yang bebas dan cenderung tidak terikat oleh irama,
diksi, rima, kemerduan bunyi atau kaidah serta pedoman kesusastraan
lainnya. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fakta atau ide. Karenaya prosa bisa digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
Prosa dibagi kedalam empat jenis yaitu prosa naratif, prosa deskiptif,
prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Bentuk dari prosa sendiri
memiliki dua macam, yaitu roman dan novel. Roman adalah cerita yang
mengisahkan seorang tokoh secara keseluruhan dari lahir sampai akhir
hayatnya, sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh
yang mengubah nasibnya.(Badriya, 2016)
Secara umum prosa dikelompokkan 2 jenis yaitu prosa lama dan prosa
baru. Adapun jenis prosa terbagi atas:
1) Prosa lama
Prosa lama adalah jenis prosa yang tidak atau belum dipengaruhi
oleh kebudayaan luar dan biasanya disajikan secara lisan. Beberapa
yang termasuk dalam prosa lama adalah:
a) Hikayat
b) Sejarah (tambo)
c) Kisah
d) Dongeng ( mitos, legenda, fable, sage, dan jenaka/pandir)
e) Cerita berbingkai
2) Prosa baru
a) Novel
b) Cerpen
c) Roman
d) Riwayat
e) Kritik
f) Resensi
g) Essai (Prawiro, 2018)
b. Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang
berarti berbuat, belaku, bertindak, atau bereaksi dan
sebagainya (Harymawan, 1988:1). Adapun istilah lain
drama berasal dari kata drame, sebuah kata yang berasal
dari bahasa Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid yaitu drama bermaksud untuk menjelaskan
lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah.
Jadi, pengertian drama adalah jenis sastra berupa lakon
yang ditulis dengan dialog-dialog yang memperhatikan
unsur-unsur dengan gerak atau perbuatan yang akan
dipentaskan di atas panggung(Milawati, 2011)
Dalam artian luas drama berarti sebuah bentuk
tontonan yang mengandung cerita yang di pertunjukkan di
depan banyak orang adapun dalam pengertian sempitnya
drama itu berarti kisah hidup manusia dalam masyarakat
yang diproyeksikan ke atas panggung.
Drama dibagi menjadi beberapa antara lain drama
tragedy, drama komedi,melodrama dan farce.(Milawati,
2011)
c. Puisi
Puisi merupakan salah satu ragam karya sastra yang terikat dengan irama,
ritma, rima, bait, larik dan ditandai dengan bahasa yang padat. Puisi juga
merupakan seni tertulis yang mana menggunakan bahasa sebagai kualitas
estetiknya atau keindahanya.(“√ Pengertian Puisi, Ciri dan Jenisnya
(Pembahasan Terlengkap),” 2015)
Puisi dibedakan menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru.
1) Puisi lama
Puisi lama ialah puisi yang terikat dengan aturan-aturan tertentu.
Aturan-aturan tersebut antara lain: Jumlah kata dalam satu baris;
jumlah baris dalam satu bait, rima (persajakan ), banyaknya suku
kata dalam setiap baris, dan irama.
a) Mantra yakni ucapan-ucapan yang dianggap memiliki
kekuatan ghaib.
2) Puisi baru
Puisi baru ialah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan
sehingga lebih bebas bentuknya daripada puisi lama, baik dalam
segi jumlah suku kata, baris, ataupun sajaknya. Adapun jenis puisi
baru yaitu
a) Balada yakni puisi yang berisikan sebuah cerita atau kisah.
b) Himne yaitu puisi pujaan yang ditujukan untuk Tuhan,
pahlawan dan tanah air.
c) Ode ialah puisi yang berbentuk sanjungan untuk orang-
orang yang berjasa. Menggunakan nada atau irama yang
sangat resmi, membahas tentang sesuatu yang mulia, dan
memiliki sifat yang menyanjung.
d) Epigram merupakan puisi yang berisikan ajaran ataupun
tuntunan.
e) Romansa ialah puisi yang isinya tentang luapan perasaan
cinta dan kasih sayang.
f) Elegi yakni puisi tentang kesedihan.
g) Satire ialah puisi yang isinya berupa sindiran ataupun
kritikan.
h) Distikon merupakan puisi dimana pada tiap baitnya terdiri
dari 2 baris.
i) Terzina ialah puisi dimana tiap baitnya terdiri atas 3 baris.
j) Kuatrain yakni puisi empat seuntai dimana puisi yang tiap
baitnya terdiri dari 4 baris .
k) Kuint ialah puisi lima seuntai yang mana pada tiap baitnya
terdiri dari 5 baris.
l) Sektet yaitu puisi enam seuntai yang tiap baitnya terdiri
dari 6 baris.
m) Septime ialah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh
baris atau puisi tujuh seuntai.
n) Oktaf/Stanza merupakan puisi dimana tiap baitnya terdiri
dari 8 baris.
o) Soneta ialah puisi yang terdiri dari 14 baris dan terbagi
menjadi dua, yakni pada dua bait pertama masing-masing
empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga
baris.(“√ Pengertian Puisi, Ciri dan Jenisnya (Pembahasan
Terlengkap),” 2015)
B. Simeotika Riffaterre
1. Pengertian Semiotika Riffattere
Definisi semiotika dapat dipahami melalui pengertian semiotika yang
berasal dari kata semeion, bahasa asal Yunani yang berarti tanda. Semiotika
ditentukan sebagai cabang ilmu yang berurusan dengan tanda, mulai dari system
tanda, dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda pada akhir abad ke-18.
Michael Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry,
mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami
dan memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah: a. puisi adalah ekspresi
tidak langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, b. pembacaan
heuristik dan hermeneutik (retroaktif), c.matriks, model, dan varian, dan
d.hipogram.(bambangsantoso, 2012)
a. Ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi
Ciri penting puisi menurut Michael Riffaterre adalah puisi mengekspresikan
konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langsung. Sederhananya, puisi
mengatakan satu hal dengan maksud hal lain. Hal inilah yang membedakan
puisi dari bahasa pada umumnya. Puisi mempunyai cara khusus dalam
membawakan maknanya (Faruk, 2012:141). Bahasa puisi bersifat semiotik
sedangkan bahasa sehari-hari bersifat mimetik.
Ketidaklangsungan ekspresi puisi terjadi karena adanya pergeseran makna
(displacing), perusakan makna (distorsing), dan penciptaan makna (creating)
1) Pergeseran Makna (Displacing of Meaning)
Pergeseran makna terjadi apabila suatu tanda mengalami perubahan dari
satu arti ke arti yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang lain.
Umumnya, penyebab terjadinya pergeseran makna adalah penggunaan
bahasa kiasan, seperti metafora dan metonimi.
2) Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning)
Perusakan atau penyimpangan makna terjadi karena ambiguitas,
kontradiksi, dan non-sense. Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa,
kalimat, maupun wacana yang disebabkan oleh munculnya penafsiran
yang berbeda-beda menurut konteksnya. Kontradiksi muncul karena
adanya penggunaan ironi, paradoks, dan antitesis. Non-sense adalah kata-
kata yang tidak mempunyai arti (sesuai kamus) tetapi mempunyai makna
“gaib” sesuai dengan konteks.
3) Penciptaan Makna (Creating or Meaning)
Penciptaan makna berupa pemaknaan terhadap segala sesuatu yang
dalam bahasa umum dianggap tidak bermakna, misalnya “simetri, rima,
atau ekuivalensi semantik antara homolog-homolog dalam suatu stanza”
(Riffaterre dalam faruk, 2012:141). Penciptaan arti terjadi karena
pengorganisasian ruang teks, di antaranya: enjambemen, tipografi, dan
homolog.
Enjambemen adalah peloncatan baris dalam sajak yang menyebabkan
terjadinya peralihan perhatian pada kata akhir atau kata yang
“diloncatkan” ke baris berikutnya. Pelocatan itu menimbulkan intensitas
arti atau makna liris.
Tipografi adalah tata huruf. Tata huruf dalam teks biasa tidak
mengandung arti tetapi dalam sajak akan menimbulkan arti. Sedangkan
homolog adalah persejajaran bentuk atau baris. Bentuk yang sejajar itu
akan menimbulkan makna yang sama.
Di antara ketiga ketidaklangsungan tersebut, ada satu faktor yang
senantiasa ada, yaitu semuanya tidak dapat begitu saja dianggap sebagai
representasi realitas. Representasi realitas hanya dapat diubah secara jelas
dan tegas dalam suatu cara yang bertentangan dengan kemungkinan atau
konteks yang diharapkan pembaca atau bisa dibelokkan tata bahasa atau
leksikon yang menyimpang, yang disebut ketidakgramatikalan
(ungrammaticality). Dalam ruang lingkup sempit, ketidakgramatikalan
berkaitan dengan bahasa yang dipakai di dalam karya sastra, misalnya
pemakaian majas. Sebaliknya, dalam ruang lingkup luas,
ketidakgramatikalan berkaitan dengan segala sesuatu yang “aneh” yang
terdapat di dalam karya sastra, misalnya struktur naratif yang tidak
kronologis.
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik
Menifestasi semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda-
tanda dari tingkat mimetik ke tingkat pemaknaan yang lebih tinggi. Proses
semiotik pada dasarnya terjadi di dalam pikiran pembaca sebagai hasil dari
pembacaan tahap kedua. Sebelum mencapai tahap pemaknaan, pembaca
harus menghadapi rintangan pada tataran mimetik. Proses dekoding karya
sastra diawali dengan pembacaan tahap pertama yang dilakukan dari awal
hingga akhir teks. Pembacaan tahap pertama ini disebut sebagai pembacaan
heuristik sedangkan pembacaan tahap kedua disebut sebagai pembacaan
hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan sajak sesuai dengan tata bahasa
normatif, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pembacaan heuristik ini
menghasilkan arti secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan
sistem semiotik tingkat pertama.
Setelah melalui pembacaan tahap pertama, pembaca sampai pada pembacaan
tahap kedua, yang disebut sebagai pembacaan retroaktif atau pembacaan
hermeneutik. Pada tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua,
interpretasi yang sesungguhnya. Pembaca berusaha melihat kembali dan
melakukan perbandingan berkaitan dengan yang telah dibaca pada proses
pembacaan tahap pertama. Pembaca berada di dalam sebuah efek dekoding.
Artinya pembaca mulai dapat memahami bahwa segala sesuatu yang pada
awalnya, pada pembacaan tahap pertama, terlihat sebagai
ketidakgramatikalan, ternyata merupakan fakta-fakta yang berhubungan.
Berkaitan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik, perlu dibedakan
pengertian makna dan arti. Riffaterre dalam Faruk (2012:141) membedakan
konsep makna dan arti. Makna yang terbangun dari hubungan kesamaan
dengan realitas, yang membuatnya menjadi heterogen, yakni makna linguistik
yang bersifat referensial dari karya disebut meaning, yang dapat
diterjemahkan sebagai “makna”, sedangkan makna yang terbangun atas dasar
prinsip kesatuan formal dan semantik dari puisi, makna yang meliputi segala
bentuk ketidaklangsungan, disebut sebagai significance yang dapat
diterjemahkan sebagai “arti”.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa “makna” (meaning) adalah semua
informasi dalam tataran mimetik yang disajikan teks kepada pembaca,
sedangkan “arti” (significance) adalah kesatuan antara aspek bentuk dan
semantik. Secara sederhana, dapat dinyatakan bahwa makna sepenuhnya
bersifat referensial sesuai dengan bahasa dan bersifat tekstual, sedangkan arti
bisa saja “keluar” dari referensi kebahasaan dan mengacu kepada hal-hal di
luar teks. Pada tataran pembacaan heuristik pembaca hanya mendapatkan
“makna” sebuah teks, sedangkan “arti” diperoleh ketika pembaca telah
melampaui pembacaan retroaktif atau hermeneutik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif, karena pengertian penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2005) adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrument kunci. Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif
adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori. (“penelitian kualitatif menurut
para ahli - Penelusuran Google,” n.d.)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mencapai Maksud
Dengarlah pesanku o, bayu1) (1)
Bawa dia terbang tinggi, (2)
Bisikkan pada angkatan baru, (3)
Yang sedang menuju bahagia negeri, (4)
Penulisan puisi ini menggunakan bahasa yang digunakan pada era 40-an, dan
muatan makna dan arti yang terkandung didalamnya juga mendalam pesan pesan
yang terkan perlu dimaknai secara mendalam. Baris (1) disini dijelaskan bahwa
penulis meminta kepada angin untuk mendengarkan pesannya yang kemudian
pada baris (2) mengatakan agar pesan itu di bawa tebang tinggi, yang kemudian
disampaikan kepada pelaut angkatan baru yang sedang dalam keadaan bahagia.
Ada banyak hal yang akan terjadi dalam kehidupan, cita, angan, dan bahagia tentu
kita ingin sampai pada titik itu. Dalam puisi ini menjelaskan agar kita dapat
bersabar dalam menjalani suatu proses. Posisi baris baris (1) yang
mengamanahkan kepada para angkatn baru untuk berhati hati, begitu pula dengan
baris (9) yang memperingatkan agar tetap berada dalam satu komando yang satu
memegang prinsip, hingga mengamanahkan pesan terakhir agar tidak pernah
mundur dalam pelayaran apalagi jika sudah sampai ditengah jalan.
Beberapa hal dalam puisi ini kemudian perlu dibaca lebih dalam lagi baris (7)
misalnya, “ menempuh Samudra mayapada” yang atrinya menempuh Samudra di
dunia yang fana posisi baris ini mengalami ungramatikalis karena puisi ini
umumnya menyampaikan pesn yang sebenarnya. Sedangkan pada baris ini
menyebutkan Samudra fana. Posisi samudta fana ini dapat disandingkan dengan
hal lain kontes yang menjelaskan tentang dunia fana yang artinya dalam menjalani
kehidupan kita perlu sentiasa berhati hati dalam mengambil tindakan karena itu
akan kita pertanggung jawabkan sebab dunia yang kita pijaki saat ini hanyalah
dunia fana.
Dengan demikian, puisi ini merupakan oposisi dari mencapai maksud yang
di maksudkan disini bukanlah maksud kepada angkatan baru akan tetapi maksud
yang ingin disampaikan kepada seluruh manusia di muka bumi ini bahwa dunia
yang kita tempati kini hanyalah dunia fana dan kita akan kembali ketempat kita.
Namun demikan hal itu kita harus tetap melanjutkan hidup sebagaimana mestinya.
Menyesal
c. Hipogram
Sawah
Judul dari puisi yang menggambarkan keadaan sawah yang telah dilahap oleh
hama yang disebut sebagai “pipit”. Sawah yang tadinya ditumbuhi oleh padi yang
hijau, baris (5) “perawan” adalah penggambaran orang orang sawah yang selalu
menjaga padi dari burung -burung yang biasa memakan padi. Burung burung ini
biasa di gambarkan sebagai hama.
Baris (13) menggambarkan bagaimana kemua hama-hama itu pergi tanpa rasa
belas kasih dan tidak tahu rasa iba. Pesan kepada pipit pun tertua : “ mengapa
engkau ayuhai pipit, takt ahu arti iba kasihan, badan ku payah menanggung sakit,
mencucur keringat sepanjang zaman, padi ku pupuk sejak semula, engkau tahu
memakan saja?” pada kalimat kalimat ini menggambarkan bagaimana perasaan
kecewa si petani. Dalam puisi tidak terdapat hal yang mengantarkan pembaca
pada tahap ungramatikalis sehingga tdak di dapatkan pendalam makna yang lebih
atau makna tersirata dalam puisi ini.
A. Simpulan
Penulis telah membandingkan beberapa tulisan karya Muhammad Ali Hasjim,
yaitu “Mencapai Maksud”, “Menyesal”, “Sawah”, “Bangunlah, O Pemuda”, dan
“Pengemis”. Kebanyakan dalam tulisannya penulis menuangkan pesan pesan
morakl kepada pembaca. Banyak hal yang kemudian ditarik ke masa lampu agar
dapat mengartikan apa yang dituliskan dalam puisi, namun hal tidak bisa di
dapatkan oleh pengarang adalah bagaimana kondisi ataupun latar belakang dari
penciptaan puisi tersebut.
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam tulisan ini maka dari itu,
penulis membutuhkan beberapa kritik dan sara yang bersifat membangun.
Penulis juga berharap pembaca tidak berhenti didisini dan senantiasa mencari
referensi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
√ Pengertian Puisi, Ciri dan Jenisnya (Pembahasan Terlengkap). (2015, July 1). Retrieved
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/07/pengertian-puisi-ciri-ciri-dan-
jenis-puisi-terlengkap.html
Akbar,Amal dan Harifin H. (2018). Representasi Generasi Pada Novel Taman Sunyi Sekala
Karya Aida Vyasa. Retrieved juli 20, 2019, from
https://osf.io/preprints/inarxiv/yq523/.
Asriningsari, A., & Umaya, N. (2010). Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra.
UPGRIS PRESS.
Badriya, Y. (2016, October 11). Jenis Jenis Seni Sastra dan Pengertiannya. Retrieved April
jenis-seni-sastra
https://bambangsantoso.wordpress.com/2012/12/03/mengenal-semiotika-
michael-riffaterre/
Cakiel, H. (2018, November 1). Sastra : Pengertian, Fungsi dan Contoh Macam Jenis.
PEMBELAJARAN SASTRA | ALDON SAMOSIR , S.Pd. (n.d.). Retrieved April 7, 2019, from
https://aldonsamosir.wordpress.com/kurikulum/pembelajaran-sastra/
penelitian kualitatif menurut para ahli - Penelusuran Google. (n.d.). Retrieved May 16,
safe=strict&ei=tV_dXK_HLKfaz7sP7rOAsAM&q=penelitian+kualitatif+menurut+p
ara+ahli&oq=penelitian+kualitatif+menurut&gs_l=psy-
ab.1.0.0l10.4311.6078..8269...0.0..3.664.2625.0j3j1j1j2j1......0....1..gws-
wiz.......0i71.NR_ySPNCH1o
Prawiro, M. (2018, August 22). Pengertian Prosa Adalah: Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh
Prosa. Retrieved April 7, 2019, from Pengertian dan Definisi Istilah website:
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-prosa.html