Anda di halaman 1dari 30

Nama : Alexis Audi Gayatri Krisnamurti Yeni

Kelas : PA 2018
NIM : 18020074043

RANGKUMAN BUKU

Judul Buku : Pengantar Teori Sastra


Pengarang : Dr. Surastina, M.Hum
Penerbit : Penerbit Elmatera Yogyakarta
Tahun Terbit : 2018 (Cetakan Kedua)
BAB I
HAKIKAT SASTRA

A. Definisi Ilmu Sastra


 Sasrtra berasal dari Bahasa Sanskerta, çastra yang berarti tulisan.
 Sastra meliputi segala bentuk tulisan manusia, seperti catatan ilmu
pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.
 Dalam arti khusu, sastra merupakan ekspresi dan perasan manusia untuk
mengungkapkan gagasannya melalui bahasa.
 Sastra merupakan cabang dari kesenian.
 Sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi.
 Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat, contohnya novel, cerpen, dan
drama.
 Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah tertentu, contohnya
syair dan pantun.

B. Sastra Sebagai Ilmu


 Ilmu sastra merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan sastra secara ilmiah berdasarkan metode tertentu.
 Karya sastra adalah tulisan dari hasil kerja penulis yang bisa dinikmati
oleh orang lain.
 Ilmu sastra terdiri dari teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.
 Teori sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-
asas serta sistem sastra.
 Sejarah sastra merupakan ilmu yang mempelajari sastra sejak timbul
hingga perkembangannya yang terbaru,
 Kritik sastra merupakan ilmu yang mempelajari karya sastra dengan
memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra.

C. Konvensi dan Inovasi


 Konvensi adalah kesepakatan yang sudah diterima orang banyak dan
sudah menjadi tradisi.
 Sastra berkaitan dengan konvensi artinya, apabila seseotang ingin menulis
suatu karya sastra harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara
melakukannya.
 Sastra selau berubah dari zaman ke zaman.
 Seiring dengan perkembangan zaman, jenis-jenis teks sastra digolongkan
menjadu tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama.

D. Fungsi Sastra
 Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan.
 Karya sastra dapat dipentaskan sebagai pertunjukkan yang menghibur.
 Contoh bentuk hiburan dari karya sastra yang dipentaskan yaitu
musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, pembacaan cerpen, pementasan
fragmen novel atau cerita rakyat.
 Sastra yang memberikan hiburan mentalitas yang bermain-main dalam
batin atau jiwa kita harus tetap hidup sekalipun dipadukan dengan
berbagai seni lain.
 Jenis hiburan yang terkandung dalam karya sastra bergantung pada
kepekaan dan ketajaman intuisi pembaca.
 Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, namun juga
memberikan pendalaman akan makna kehidupan.
 Fungsi sastra selalu berubah dari zaman ke zaman bergantung pada
kondisi dan kepentingan masyarakat.
 Beberapa fungsi sastra :
1. Fungsi rekreatif
Sastra mampu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembaca.
2. Fungsi didaktif
Sastra mampu mendidik dan mengarahkan pembacanya melalui nilai-
nilai yang terkandung di dalam karya sastra.
3. Fungsi estetis
Sastra mampu memberikan kesan keindahan kepada pembaca.
4. Fungsi moralitas
Sastra mampu memberikan pengetahuan tentang moral baik dan buruk
kepada pembaca.
5. Fungsi religious
Sastra mampu menghasilkan karya-karya sastra yang mengandung
unsur-unsur ajaran agama yang dapat diteladani oleh pembaca.

E. Produksi dan Reproduksi Sastra


 Pada zaman dahulu karya sastra ditulis dalam bentuk manuskrip.
 Dari segi ungkapan, puisi dikategorikan menjadi lirik dan epik.
 Puisi lirik banyak mengeksplorasi subjektivitas dan individualitas. Puisi
lirik lebih mengutamakan suasana daripada tema.
 Puisi epil banyak menggunakan kisahan dan lebih bergaya prosais. Puisi
epik disebut juga sajak naratif.
 Sajak naratif merupakan sajak yang menceritakan tentang riwayat orang-
orang biasa.
 Sajak dibagi menjadi dua yaitu, sajak yang bentuknya terikat dan sajak
yang bentuknya bebas.
 Sajak-sajak yang bentuknya terikat yaitu soneta, kwatrin, pantun, puisi
kongkret, ode dan epifat.
 Sajak yang bentuknya bebas yaitu puisi-puisi modern yang banyak
berkembang pada zaman ini.
BAB II
BENTUK KARYA SASTRA

 Karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir pada masyarakat lama,
yaitu masyarakat yang memegang adat-istiadat yang berlaku di daerahnya.
 Karya sastra lama mengandung nilai moral, pendidikan, adat-istiadat, serta
ajaran-ajaran agama.
 Ciri-ciri sastra lama Indonesia:
1. Terikat oleh kaidah-kaidah tertentu
2. Istanasentris
3. Bentuknya baku
4. Anonim
 Karya sastra modern di Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastra dari
Eropa.
 Ciri-ciri sastra modern Indonesia:
1. Bercerita tentang kehidupan masyarakat
2. Dinamis
3. Mencerminkan kepribadian pengarang
4. Diketahui nama pengarangnya

A. Pantun
 Puisi lama yang memiliki empat baris, baris pertama dan kedua disebut
sampiran, baris ketiga dan keempat disebut isi. Bersajak dengan pola a-b-
a-b.
 Peran pantun adalah sebagai penjaga fungsi fakta. Dari adanya penjaga
fungsi kata tersebut, maka alur berpikir pun akan dapat dijaga.
 Pantun memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi berpikir secara
asosiatif. Ketika seseorang hendak membuat atau mengucapkan penggalan
pantun, maka seseorang tersebut akan merancang bagaimana caranya agar
setiap baris pada pantun dapat memiliki keterkaitan dengan baris
selanjutnya.
 Pantun digunakan untuk menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir
dan bermain-main dengan kata-kata.
 Jenis-jenis pantun:
1. Pantun adat, berkaitan dengan adat masyarakat setempat.
2. Pantun nasihat, memberikan nasihat yang baik.
3. Pantun kias, berisi kiasan atau analogi.
4. Pantun agama, mengandung ajaran agama.
5. Pantun percintaan, bertemakan cinta.
6. Pantun budi, menceritakan tentang watak dan budi.
7. Pantun jenaka, bersifat lucu.
8. Pantun kepahlawanan, berisi tentang kepahlawanan.
9. Pantun teka-teki, berisi teka-teki.
10. Pantun perpisahan, berisi salam perpisahan.
11. Pantun peribahasa, mengandung peribahasa.

B. Puisi
 Puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-
aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif,
emosional, dan intelektual penyair yang diungkapkan dengan teknik
tertentu, sehingga puisi dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula
dalam diri pembaca atau pendengarnya.
 Unsur-unsur puisi dibagi menjadi unsur tematik/semantik dan unsur
sintaksis.
 Unsur tematik/semantik adalah struktur batin, makna yang terkandung
dalam sebuah puisi yang tidak dapat dihayati secara langsung.
 Unsur tematik terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat
atau pesan.
 Unsur sintaksis adalah struktur fisik, struktur yang tampak dan dapat
dilihat secara langsung.
 Unsur sintkasis terdiri dari diksi, kata konkret, verifikasi, pengimajian,
bahasa figurative atau majas, dan tata wajah.
 Puisi dibedakan menjadi puisi lama dan puisi baru.
 Aturan-aturan yang terdapat dala puisi lama:
1. Banyak kata dalam satu baris
2. Banyak baris dalam satu bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
 Contoh dari puisi lama antara lain:
1. Mantra
Merupakan puisi tua yang berasal dari adat-istiadat masyarakat Melayu.
2. Gurindam
Merupakan puisi lama yang berasal dari Tamil.
 Puisi baru berbentuk bebas, tidak terikat aturan-aturan atau kaidah-kaidah
tertentu seperti puisi lama.
 Hakikat puisi baru:
1. Sifat atau fungsi estetika
Puisi harus bersifat indah karena, keindahan dari piuisi akan menarik
pembaca.
2. Kepadatan
Puisi harus padat makna atau pesan.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan karena merupakan
pengambaran dari perasaan atau pikiran dari pengarang yang ingin
disampaikan kepada pembaca.
 Rima adalah pesamaan atau pengulangan bunyi.
 Irama adalah alunan yang terjadi sebagai akibat dari adanya pengulangan
dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang dan pendek bunyi.
 Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan.
 Manfaat kemampuan memilih kata bagi penyair:
1. Rangkaian bunyi yang merdu
2. Makna yang tepat menimbulkan rasa estetis
3. Kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam
4. Citraan
5. Makna denotasi dan makna konotasi
6. Memparafrasekan sebagai sarana memahami

C. Sajak
 Sajak adalah persamaan bunyi pada awal, tengah, maupun akhir kalimat.
 Sajak dibagi menjadi enam:
1. Sajak awal
2. Sajak tengah
3. Sajak akhir
4. Asonansi, adalah persamaan bunyi huruf vokal yang terdapat dalam
perkataan atau kalimat.
5. Sajak sempurna, sempurna dalam memilih perkataan untuk mencapai
persamaan bunyi.
6. Sajak tak sempurna, hanya bunyi saja yang hampir bersamaan.

D. Peribahasa
 Peribahasa adalah bentuk pengucapan yang banyak dijupai dalam
kesusastraan lama, sebgai representasi cara berpikir bangsa kita pada masa
itu.
 Isi dan jiwa yang terkandung dalam peribahasa banyak berasal dari sejarah,
soasial, dan kehidupan mereka pada masa lampau.

E. Kata Mutiara
 Kata mutiara adalah kata-kata yang terucap dan merupakan hasil
pemikiran seseorang. Kata tersebut dibahasakan dengan halus dan lembut
sebagai kata-kata indah.

F. Majasa/ Gaya Bahasa


 Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai
dalam satu karangan.
 Tujuan majas adalah untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang
itu sendiri.
 Majas dibagi menjadi majas perbandingan, majas sindiran, majs pengasan,
majas pertentangan.
 Majas perbandingan terdiri dari:
1. Alegori
2. Alusio
3. Simile
4. Metafora
5. Antropomorfisme
 Majas sindiran terdiri dari:
1. Ironi
2. Sarkasme
3. Sinisme
4. Satire
5. Innuendo
 Majas penegasn terdiri dari:
1. Apofasis
2. Pleonasme
3. Repetisi
4. Pararima
5. Aliterasi
 Majas pertentangan terdiri dari:
1. Paradoks
2. Oksimoron
3. Antitesis
4. Kontradiksi
5. Anakronisme

G. Novel
 Novel adalah cerita dalam bentuk prosa.
 Unsur intrinsik novel terdiri dari judul, tokoh, watak, dan perwatakan,
setting atau latar, alur atau plot, gaya, sudut pandang pengarang, dan tema.
H. Cerpen
 Cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Ciri-ciri cerpen
sendiri adalah:
1. Panjangnya kira-kira tujuh halaman
2. Alur lebih sederhana
3. Tokoh hanya ada beberapa orang
4. Latar hanya sesaat
5. Tema dan nilai-nilai yang terkandung sederhana
 Fungsi cerpen:
1. Fungsi rekreatif
2. Fungsi didaktif
3. Fungsi estetis
4. Fungsi moralitas
5. Fungsi religiusitas
 Teknik menulis cerpen:
1. Paragraph pertama yang menegaskan
a. Mengali suasana
b. Menggunakan kalimat efektif
c. Mengerakkan tokoh (karakter)
d. Fokus cerita
2. Teknik pengisahan
a. Penggalan cerita
b. Awal konflik
c. Permunculan konflik
d. Klimaks
e. Penyelesaian
 Unsur intrinsik cerpen:
1. Tema
2. Latar/setting
3. Penokohan
4. Sudut pandang
5. Alur
 Unsur ekstrinsik cerpen:
1. Latar belakang pegarang
2. Latar belakang masyarakat

I. Prosa Fiksi Inkonvensional dan Konvensional


 Ciri-ciri prosa fiksi inkonvensional:
1. Bersifat absurd, sehingga sulit dipahami.
2. Bersifat antiplot, tidak dapat dibedakan plotnya.
3. Tokohnya belum tentu tokoh fisik yang mempunyai identitas dan
perwatakan yang jelas karena ad kecenderungan untuk menghadirkan
tokoh imajiner.
4. Bersifat antirasional.
5. Perwatakan kabur.
6. Mengandung penemuan-penemuan baru.
 Ciri-ciri prosa fiksi konvensional:
1. Mudah dipahami pembaca
2. Mempunyai plot atau alur yang jelas
3. Tokoh mempunyai identitas
4. Bersifat rasional
5. Tidak mengandung penemuan baru

J. Drama
 Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan
dan aksi dari tokoh-tokohnya.
 Drama mempunyai dua aspek esensial, yaitu aspek cerita dan aspek
pementasan.
 Dari segi dimensinya, drama dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi
sastra, gerakan, dan ujaran.
 Drama bukan berasal dari peradaban Yunani Kuno, tetapi Mesir Kuno.
 Unsur intrinsik drama:
1. Judul
2. Dialog
3. Alur
4. Tokoh
5. Babak dan adegan
6. Petunjuk lakuan
 Unsur ekstrinsik drama adalah unsur-unsur di luar teks drama namun
mempengaruhi penciptaan drama itu sendiri.
BAB III
PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA

A. Pujangga Lama
 Merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang
dihasilkan sebelum abad ke-20.
 Didominasi oleh karya sastra bergenre puisi lama, antara lain sayir,
pantun, talibun, seloka, gurindam, matsnawi, dan hikayat.
 Syair adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu
bait.
 Pantun adalah puisi lama yang dalam satu baitnya terdiri dari empat baris,
dua baris pertama disebut sampiran, dua baris selanjutnya disebut isi.
 Talibun adalah puisi lama yang hampir sama dengan pantun, yang
membedakan adalah jumlah barisnya.
 Seloka adalah puisi lama yang berisi pepatah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau, sindiran, bahkan ejekan.
 Gurindam adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari dua baris,
persajakannya a-a.
 Matsnawi adalah puisi lama yang berisi makna atau rahasia terdalam dari
suatu ajaran agama.
 Hikayat adalah karya sastra berbentuk prosa yang berbahasa Melayu.

B. Sastra Melayu Lama


 Sastra Melayu lama dihasilkan antara tahun 1870-1942.
 Sastra Melayu lama ditulis tangan pada kertas.
 Sastra Melayu lama tidak mencantumkan informasi detail tentang
pembuatan karya sastranya.
 Contoh karya sastra Melayu lama di antaranya:
1. Kisah Perjalanan Nahkoda Bontekoe
2. Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
3. Kisah Pelayaran ke Makasar dan lain-lainnya
4. Drama Raden Bei Surioretno
5. Syair Java Bank Dirampok

C. Angkatan Balai Pustaka


 Karya sastra yang dihasilkan antara thun 1920-1950, yang dipelopori
oleh penerbit Balai Pustaka.
 Awalnya diciptakan oleh kaum-kaum Belanda.
 Tujuan awal adalah untuk mengembangkan dan memajukan sastra
Indonesia, tetapi untuk kepentingan politik belaka.
 Tujuan didirikannya Balai Pustaka untuk mencegah pengaruh buruk dari
adanya bacaan-bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah.
 Menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu: Melayu-tinggi, bahasa Jawa,
dan bahasa Sunda.
 Contoh pengarang dan karya sastra buatannya pada Angkatan Balai
Pustaka:
1. Merari Siregar
a. Azab dan Sengsara
b. Binasa kerna Gadis Priangan!
2. Marah Rusli
a. Siti Nurbaya
b. Anak dan Kemenakan
3. Sutan Iskandar
a. Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan
b. Katak Hendak Menjadi Lembu
4. Abdul Muis
a. Pertemuan Djodoh
b. Salah Asuhan
5. Sutan Takdir Alisyahbana
a. Tak Putus Dirundung Malang
b. Anak Perawan di Sarang Penjamun
D. Pujangga Baru
 Berdiri pada awal Bulan Juli 1933, ditandai dengan terbitnya majalah
Poejangga Baroe, yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir
Hamzah, dan Armijn Pane.
 Terbentuk atas reaksi terhadap banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan.
 Merupakan sastra intelektual, nasionalistik, dan elitis yang kemudian
menjadi “Bapak” sastra modern Indonesia.
 Ciri khasnya adalah mengandung nuansa romantic.
 Pokok persoalan berkisar pada masalah kehidupan kota atau kehidupan
masyarakat modern.
 Ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:
1. Kelompok “seni untuk seni”, dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah.
2. Kelompok “seni untuk pembangunan masyarakat”, dimotori oleh
Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, dan Rustam Efendi.
 Contoh penulis dan hasil karya sastra Pujangga Baru:
1. Sutan Takdir Alisyahbana
a. Layar Terkembang
b. Tebaran Mega
2. Armijn Pane
a. Belenggu
b. Gamelan Djiwa- kumpulan sajak
3. Sanusi Pane
a. Madah Kelana

E. Angkatan ‘45
 Diwarnai dengan gejolak sosial-politik-budaya di Indonesia.
 Karya sastra lebih realistik.
 Contoh penulis dan karya sastra Angkatan ’45:
1. Chairil Anwar
a. Kerikil Tadjam
b. Deru Tjanipur Debu
2. Mochtar Lubis
a. Tidak Ada Esok
b. Djalan Tak Ada Udjung
c. Si Djamal
d. Harimau-Harimau!

F. Angkatan ‘50
 Munculnya Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah Kisah asuhan
H.B. Jasin.
 Karya sastra didominasi oleh cerita pendek dan kumpulan puisi yang
terbit sampai tahun 1956 yang kemudian diteruskan oleh majalah sastra
lainnya.
 Mulai muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung
pada organisasi LEKRA (Lembaga Kebudajaan Rakjat) yang berkonsep
realisme sosialis.
 Tahun 1960 muncul perpecahan san polemik berkepanjangan antar
kalangan sastrawan di Indonesia.
 Berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
 Contoh penulis dan karya sastra Angkatan ’50:
1. Ali Akbar Navis
a. Hudjan Panas
b. Robohnja Surau Kami
2. Nh. Dini
a. Dua Dunia
b. Hati jang Damai
3. Nugroho Notosusanto
a. Hujan Kepagian
b. Tiga Kota
4. Sitor Situmorang
a. Dalam Sadjak
b. Surat Kertas Hidjau
5. Toto Sudarto Bachtiar
a. Suara
b. Etsa
6. W.S. Rendra
a. Balada Orang-Orang Tertjinta
b. Empat
c. Ia Sudah Bertualang

G. Angkatan ’60 sampai ’70-an


 Ditandai dengan terbitnya majalah Horizon.
 Memiliki beragam aliran sastra.
 Penerbit Pustaka Jaya banyak membantu dalam penerbitan karya sastra di
Indonesia.
 Contoh penulis dan karya sastra Angkatan ’60-an:
1. Abdul Hadi W.M.
a. Laut Belum Pasang
b. Meditasi
2. Sapardi Djoko Darmono
a. Dukamu Abadi
b. Perahu Kertas
3. Goenawan Mohamad
a. Interlude
b. Parikesit
c. Potret Seorang Penyair Muda sebagai Si Malin Kundang
4. Danarto
a. Godlob
b. Adam Makrif
c. Berhala

H. Dasawarsa ’80-an
 Ditandai dengan banyaknya karya sastra roman percintaan.
 Sastrawan wanita yang menonjol pada masa ini adalah Marga T. dan
Mira W.
 Contoh sastrawan dan hasil karya sastra pada Angkatan Dasawarsa ’80-
an:
1. Ashadi Siregar
a. Badai Pasti Berlalu
2. Yudhistira Ardi Nugraha
a. Cintaku di Kampus Biru
b. Sajak Sikat Gigi
3. Seno Gumira Ajidarma
a. Arjuna Mencari Cinta
4. Marga T.
a. Manusia Kamar
 Pada angkatan ini lahir sastra beraliran pop yang ditandai dengan
lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya.

I. Angkatan Reformasi
 Angkatan reformasi muncul akibat sejumlah pergantian tampuk
kekuasaan RI dari zaman Soeharto sampai Megawati Soekarnoputri.
 Lahirnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya sastra berupa
puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi.
 Merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun
1990-an seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
 Sastrawan pada Angkatan Reformasi:
1. Sutardji Chalzoum Bachri
2. Ahmadun Yosi Herfanda
3. Acep Zamzam Noor
4. Hartono Benny Hidayat
J. Sastrawan Angkatan 2000
 Angkatan 2000 lahir ditandai dengan wacana yang dilempar oleh Korrie
Layun Rampan dan diterbitkannya sebuah buku tebal oleh Gramedia,
Jakarta, tahun 2000.
 Lebih dari seratus penyair, cerpenis, novelis, dan kritikus sastra yang
dimasukan ke dalam daftar sastrawan Angkatan 2000.
 Sastrawan pada Angkatan 2000-an:
1. Afrizal Malna
2. Ahmadun Yosi Herfanda
3. Seno Gumira Ajidarma
4. Ayu Utami
5. Dorotea Rosa Herliany

K. Cybersastra
 Didukung oleh internet yang mulai berkuasa di Indonesia.
 Banyak karya sastra yang tidak berbentuk buku namun beredar luas di
dunia maya, baik yang dikelola oleh pemerintah, organisasi nonprofit,
maupun situs pribadi.
BAB IV
SISTEM DAN KONVENSI SASTRA

A. Sistem Bahasa
 Bahasa merupakan susunan komponen tertentu yang merupakan suatu
kesatuan dan memiliki keterikatan satu sama lainnya.
 Sistem tanda adalah unsur bahasa yang memiliki arti sendiri dan secara
konvensi disepakati oleh masyrakat.

B. Konvensi Budaya
 Konvensi budaya adalah kebudayaan yang melatarbelakangi sastra, yang
menjadi asal-muasal dari lahirnya sastra tersebut.
 Pengetahuan mengenai kebudayaan yang melatarbelakangi lahirnya karya
sastra diperlukan untuk membantu dalam memahami suatu karya sastra.

C. Konvensi Sastra
 Konvensi sastra adalah segala aturan atau norma-norma yang berlaku
dalam sastra yang telah disepakati masyarakat.
 Konvensi sastra sering menimbulkan pertentangan antara aturan dan
kebebasan, serta antara mimesis dan kreasi.
 Pertentangan antara aturan dan kebebasan adalah suatu kondisi di mana
aturan adalah hal yang secara mutlak harus ada dalam karya sastra,
sedangkan penulis memiliki hak kebebasan di mana penulis bebas dalam
menentukan akan seperti apa jadinya karya sastra yang dimilikinya.
 Pertentangan antara mimesis dan kreasi adalah suatu kondisi di mana
dalam konvensi sastra terdapat mimesis yang merupakan kemampuan
dalam proses peniruan, dan juga penulis memiliki hak berkreasi, di mana
kreasi adalah suatu ciptaan baru atau ide baru.

D. Jenis Sastra
 Kriteria sastra menurut Aristoteles dalam bukunya yang berjudul “Arts
Poetica”:
1. Media of representation (sarana perwujudannya), seperti prosa dan
puisi.
2. Objects of representation (objek perwujudan), seperti manusia yang ad
tiga kemungkinannya:
a. Kemungkinan bahwa manusia rekaan lebih agung dari maunisa
nyata: tragedi, epik, cerita Panji.
b. Kemungkinan bahwa manusia rekaan lebih hina: komedi, lenong.
c. Kemungkinan bahwa manusia rekaan sama dengan manusia nyata:
roman.
3. Manner of poetic representation (ragam perwujudan) yang terdiri dari:
a. Teks berisi cerita, sebagian percakapan tokoh: epik.
b. Yang bicara si aku lirik, penyair: lirik.
c. Yang bicara para tokoh saja: drama.

E. Teks Sastra
 Teks sastra adalah karya-karya sastra yang diciptakan sastrawan dengan
judul sebuah teks.
 Ciri-ciri teks sastra:
1. Pragmatik, menyangkut perbuatan, dan ungkapan bahasa pembicaraan
dalam konteks sosial tertentu dalam satu-kesatuan.
2. Sintaksis, unsure-unsur bahasa yang memperlihatkan suatu pertautan.
3. Semantik, tema yang berfungsi untuk merumuskan makna simbolik
dari unsur-unsur bahasa teks.
 Fungsi teks sebagai pesan dalam sebuah komunikasi yang ditentukan oleh
lima faktor:
1. Pemancar dan penerima
2. Pesan
3. Konteks
4. Kode
5. Saluran
 Jenis teks:
1. Teks acuan, teks yang mengacu pada suatu konteks. Terdiri atas tiga
macam:
a. Teks informative
b. Teks diskursif
c. Teks intruksif
2. Teks ekspresif, teks yang mengungkapkan perasaan, pertimbangan,
pengalaman batin, dsb.
3. Teks persuasif, teks yang berfungsi untuk mempengaruhi pendapat dan
perasaan.
 Ciri yang dimiliki teks sastra menurut Jacobson:
1. Berfungsi sebagai sastra
2. Sekelompok pembaca teks sebagai basik sastra
3. Teks berciri khas sastra
 Jenis teks menurut Jacobson:
1. Teks monolog
2. Teks dramatik
3. Teks naratif

F. Membaca Sastra
 Membaca sastra bersifat ekspresif.
 Untuk memahami teks sastra, pembaca harus memliki pengetahuan
tentang sistem kode yang rumit, yaitu kode bahasa, kode sosial budaya,
dan kode sastra.
 Pembaca sastra harus memiliki:
1. Kepekaan emosi
2. Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaan
3. Pemahaman terhadap aspek kebahasaan
4. Pemahaman terhadap intrinsik cipta sastra

G. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis


 Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir logis dengan cara
bertanya, menganalisis, membandingkan, mengontraskan, dan
mengevaluasi.
 Kesadaran kritis adalah kemampuan mengenali kondisi yang
menghasilkan ide-ide istimewa melebihi yang lain di dalam suatu budaya
atau masyarakat tertentu.
 Literasi kritis adalah pembahasan tentang bagaimana kekuasaan digunakan
dalam teks oleh individu atau kelompok untuk memberikan hak istimewa
suatu kelompok melebihi kelompok lain.
 Ciri utama teiru wacana kritis:
1. Memahami pengalaman kehidupan orang-orang dalam konteks
sebenarnya.
2. Pendekatan kritis, menyelidiki kondisi sosial untuk mengungkap
struktur tersembunyi.
3. Melakukan usaha sadar untuk menyatukan antara teori dan tindakan.
 Membaca sastra dengan ancangan literasi kritis dilakukan dengan cara
pembelajaran memahami teks astra, kemudian menemukan pola-pola
bahasa yang menyuarakan ide-ide khusus, sekaligus menemukan ideologi
yang dominan yang dengan intens disuarakan oleh pengarang.
 Kekuasan digunakan sebagai basis analisis literasi kritis.
BAB V
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA

A. Unsur Intrinsik
 Merupakan unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam dan
menyempurnakan struktur suatu karya.
 Unsur intrinsik sastra terdiri dari:
1. Tema
Merupakan gagasan awal dan merupakan makna isi sastra scara
keseluruhan. Tema dibedakan menjadi dua:
a. Tema mayor, tema yang paling utama dan berada dalam
keseluruhan bagian.
b. Tema minor, tema yang tidak menonjol, tema sebagian.
2. Amanat
Merupakan pemecahan persoalan di dalam karya sastra yang diberikan
oleh pengarang. Amanat disebut juga dengan makna. Makna
dibedakan menjadi dua:
a. Makna niatan
Makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang
ditulisnya
b. Makna muatan
Makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
3. Tokoh
Merupakan pelaku dalam karya sastra, yang dapat menjadi penentu
keberhasilan karya tersebut. Jenis tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh datar
Tokoh yang hanya menunjukkan satu sisi saja.
b. Tokoh bulat
Tokoh yang menunjukkan berbagai segi.
Dari segi kejiwaan tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh introvert
Pribadi tokoh tersebut ditentukan oleh ketidaksadarannya.
b. Tokoh ekstrovert
Pribadi tokoh tersebut ditentukan oleh kesadarannya.
Sifat-sifat tokoh dalam karya sastra dibedakan menjadi dua:
a. Tokoh protagonist
Memiliki sifat-sifat yang baik atau menyenangkan
b. Tokoh antagonis
Memiliki sifat-sifat buruk atau tidak menyenangkan
4. Penokohan
Merupakan teknik atau cara untuk memperlihatkan tokoh. Cara dalam
menampilkan tokoh dibedakan menjadi:
a. Cara analitik
Menampilkan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang.
b. Cara dramatik
Menampilkan tokoh secara tifdak langsung, tetapi melalui ucapan,
perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atas tokoh dalam
suatu cerita.
5. Alur dan pengaluran
Merupakan rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat,
sehinga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Tujuannya
untuk mengetahui jalan cerita dari suatu karya sastra. Tahapan alur:
a. Tahap penyituasisan/ tahap perkenalan
b. Tahap pemunculan konflik
c. Tahap peningkatan konflik
d. Tahap klimaks
e. Tahap penyelesaian
Konflik dibagi menjadi dua:
a. Konflik internal
Terjadi di dalam diri tokoh itu sendiri
b. Konflik eksternal
Terjadi di luar tokoh. Konflik dengan lingkungan, konflik dengan
alam, konflik dengan Tuhan, konflik dengan tokoh lain.
4. Latar dan pelataran
Merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana di dalam cerita.

B. Unsur Ekstrinsik
 Merupakan unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri.
 Unsur ekstrinsik terdiri dari:
1. Latar belakang pengarang
Meliputi pendidikan, suku bangsa, pola pemikiran.
2. Semangat zaman
Meliputi proses kreatif.
3. Nilai-nilai karya sastra prosa
a. Nilai sosial
b. Nilai budaya
c. Nilai sosial
d. Nilai agama
e. Nilai politik
f. Nilai pendidikan
BAB VI
PROSA FIKSI DAN STRUKTURNYA

 Secara etimologis, maksud prosa adalah mengungkapkan apa yang


dirasakan, diketahui, dan dimaksud pengarang. Hal itu diucapkan secara
langsung dengan bahasa yang langsung dan bebas, serta tidak memerlukan
bahasa yang rumit.
 Istilah fiksi berasal dari “fiction” yang berarti khayalan atau rekaan.
 Karya fiksi terdiri dari unsur intrinsik dan unsure ekstrinsik karya fiksi.
 Unsur intrinsik karya fiksi:
1. Tema dan amanat
2. Alur atau plot
Dilihat dari aspek tokohnya, alur dibagi menjadi:
a. Alur erat
b. Alur longgar
3. Perwatakan dan penokohan
Cara melukiskan perwatakan tokoh dalam cerita:
a. Physical description, menggambarkan bentuk lahir dari pelaku
cerita.
b. Portroyal of throught streem of conscious, pelukisan jalan pikiran
tokoh.
c. Reactions to events, penggambaran reaksi tokoh terhadap kejadian-
kejadian.
d. Direct auther analysis, menganalisis langsung watak tokoh.
e. Discussion of environment, pelukisan keadaan di lingkungan
sekitar pelaku.
f. Reaction of other about to character, pelukisan pandangan tokoh
lain terhadap tokoh utama.
g. Conversation of about to character, percakapan antar pelaku.
4. Sudut pandang
Merupakan tempat pencerita, atau hubungannya dengan cerita, dan
dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya.
Sudut pandang dibagi menjadi tiga macam:
a. Pengarang terlibat
b. Pengarang sebagai pengamat
c. Pengarang serba tahu
5. Latar atau setting
6. Gaya bahasa
Fungsi gaya bahasa:
a. Memberi warna pada karangan sehingga gaya bahasa
mencerminkan ekspresi individual.
b. Alat melukiskan suasana cerita dan mengintesifkan penceritaan.
BAB VII
RAGAM PROSA DAN NONFIKSI

A. Ragam Prosa Fiksi


1. Prosa Lama
Dongeng termasuk karya prosa fiksi lama. Dalam khazanah sastra
Indonesia, dongeng adalah cerita rakyat yang pad awalnya disampaikan
secara oral atau lisan. Kisah dalam dongeng merupakan khayalan yang
diolah dengan imajinasi dan disesuaikan dengan kenyataan. Berdasarkan
isinya, dongeng dibedakan mejadi:
a. Mite atau Mitos
Merupakan cerita dewata atau dongeng terjadinya bumi dengan segala
isinya, meriwayatkan zaman purbakala dan dipercayai suatu bangsa
sampai pada saat ini. Menurut Van Peursen, mitos mempunyai fungsi:
 Memberi kesadaran pada manusia
 Menghadirkan kembali peristiwa-peristiwa yang dulu pernah
terjadi
 Menjelaskan tentang alam semesta
b. Legenda
Merupakan cerita purbakala yang meriwayatkan tentang masa lalu
yang belum pasti kebenarannya. Ciri-ciri legenda:
 Bersifat duniawi
 Tokohnya biasanya manusia
 Diakui sebagai milik dari daerah asal legenda tersebut
 Mengalami perubahan
 Diwariskan turun-temurun
 Mengandung ajaran mengenai kebaikan dan keburukan
Legenda dibagi menjadi beberapa golongan:
 Legenda keagamaan
 Legenda kegaiban
 Legenda perseorangan
 Legenda lokal
c. Sage
d.

Anda mungkin juga menyukai