Kelas : PA 2018
NIM : 18020074043
RANGKUMAN BUKU
D. Fungsi Sastra
Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan.
Karya sastra dapat dipentaskan sebagai pertunjukkan yang menghibur.
Contoh bentuk hiburan dari karya sastra yang dipentaskan yaitu
musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, pembacaan cerpen, pementasan
fragmen novel atau cerita rakyat.
Sastra yang memberikan hiburan mentalitas yang bermain-main dalam
batin atau jiwa kita harus tetap hidup sekalipun dipadukan dengan
berbagai seni lain.
Jenis hiburan yang terkandung dalam karya sastra bergantung pada
kepekaan dan ketajaman intuisi pembaca.
Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, namun juga
memberikan pendalaman akan makna kehidupan.
Fungsi sastra selalu berubah dari zaman ke zaman bergantung pada
kondisi dan kepentingan masyarakat.
Beberapa fungsi sastra :
1. Fungsi rekreatif
Sastra mampu memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembaca.
2. Fungsi didaktif
Sastra mampu mendidik dan mengarahkan pembacanya melalui nilai-
nilai yang terkandung di dalam karya sastra.
3. Fungsi estetis
Sastra mampu memberikan kesan keindahan kepada pembaca.
4. Fungsi moralitas
Sastra mampu memberikan pengetahuan tentang moral baik dan buruk
kepada pembaca.
5. Fungsi religious
Sastra mampu menghasilkan karya-karya sastra yang mengandung
unsur-unsur ajaran agama yang dapat diteladani oleh pembaca.
Karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir pada masyarakat lama,
yaitu masyarakat yang memegang adat-istiadat yang berlaku di daerahnya.
Karya sastra lama mengandung nilai moral, pendidikan, adat-istiadat, serta
ajaran-ajaran agama.
Ciri-ciri sastra lama Indonesia:
1. Terikat oleh kaidah-kaidah tertentu
2. Istanasentris
3. Bentuknya baku
4. Anonim
Karya sastra modern di Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastra dari
Eropa.
Ciri-ciri sastra modern Indonesia:
1. Bercerita tentang kehidupan masyarakat
2. Dinamis
3. Mencerminkan kepribadian pengarang
4. Diketahui nama pengarangnya
A. Pantun
Puisi lama yang memiliki empat baris, baris pertama dan kedua disebut
sampiran, baris ketiga dan keempat disebut isi. Bersajak dengan pola a-b-
a-b.
Peran pantun adalah sebagai penjaga fungsi fakta. Dari adanya penjaga
fungsi kata tersebut, maka alur berpikir pun akan dapat dijaga.
Pantun memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi berpikir secara
asosiatif. Ketika seseorang hendak membuat atau mengucapkan penggalan
pantun, maka seseorang tersebut akan merancang bagaimana caranya agar
setiap baris pada pantun dapat memiliki keterkaitan dengan baris
selanjutnya.
Pantun digunakan untuk menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir
dan bermain-main dengan kata-kata.
Jenis-jenis pantun:
1. Pantun adat, berkaitan dengan adat masyarakat setempat.
2. Pantun nasihat, memberikan nasihat yang baik.
3. Pantun kias, berisi kiasan atau analogi.
4. Pantun agama, mengandung ajaran agama.
5. Pantun percintaan, bertemakan cinta.
6. Pantun budi, menceritakan tentang watak dan budi.
7. Pantun jenaka, bersifat lucu.
8. Pantun kepahlawanan, berisi tentang kepahlawanan.
9. Pantun teka-teki, berisi teka-teki.
10. Pantun perpisahan, berisi salam perpisahan.
11. Pantun peribahasa, mengandung peribahasa.
B. Puisi
Puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-
aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif,
emosional, dan intelektual penyair yang diungkapkan dengan teknik
tertentu, sehingga puisi dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula
dalam diri pembaca atau pendengarnya.
Unsur-unsur puisi dibagi menjadi unsur tematik/semantik dan unsur
sintaksis.
Unsur tematik/semantik adalah struktur batin, makna yang terkandung
dalam sebuah puisi yang tidak dapat dihayati secara langsung.
Unsur tematik terdiri dari tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat
atau pesan.
Unsur sintaksis adalah struktur fisik, struktur yang tampak dan dapat
dilihat secara langsung.
Unsur sintkasis terdiri dari diksi, kata konkret, verifikasi, pengimajian,
bahasa figurative atau majas, dan tata wajah.
Puisi dibedakan menjadi puisi lama dan puisi baru.
Aturan-aturan yang terdapat dala puisi lama:
1. Banyak kata dalam satu baris
2. Banyak baris dalam satu bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama
Contoh dari puisi lama antara lain:
1. Mantra
Merupakan puisi tua yang berasal dari adat-istiadat masyarakat Melayu.
2. Gurindam
Merupakan puisi lama yang berasal dari Tamil.
Puisi baru berbentuk bebas, tidak terikat aturan-aturan atau kaidah-kaidah
tertentu seperti puisi lama.
Hakikat puisi baru:
1. Sifat atau fungsi estetika
Puisi harus bersifat indah karena, keindahan dari piuisi akan menarik
pembaca.
2. Kepadatan
Puisi harus padat makna atau pesan.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan karena merupakan
pengambaran dari perasaan atau pikiran dari pengarang yang ingin
disampaikan kepada pembaca.
Rima adalah pesamaan atau pengulangan bunyi.
Irama adalah alunan yang terjadi sebagai akibat dari adanya pengulangan
dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang dan pendek bunyi.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan.
Manfaat kemampuan memilih kata bagi penyair:
1. Rangkaian bunyi yang merdu
2. Makna yang tepat menimbulkan rasa estetis
3. Kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam
4. Citraan
5. Makna denotasi dan makna konotasi
6. Memparafrasekan sebagai sarana memahami
C. Sajak
Sajak adalah persamaan bunyi pada awal, tengah, maupun akhir kalimat.
Sajak dibagi menjadi enam:
1. Sajak awal
2. Sajak tengah
3. Sajak akhir
4. Asonansi, adalah persamaan bunyi huruf vokal yang terdapat dalam
perkataan atau kalimat.
5. Sajak sempurna, sempurna dalam memilih perkataan untuk mencapai
persamaan bunyi.
6. Sajak tak sempurna, hanya bunyi saja yang hampir bersamaan.
D. Peribahasa
Peribahasa adalah bentuk pengucapan yang banyak dijupai dalam
kesusastraan lama, sebgai representasi cara berpikir bangsa kita pada masa
itu.
Isi dan jiwa yang terkandung dalam peribahasa banyak berasal dari sejarah,
soasial, dan kehidupan mereka pada masa lampau.
E. Kata Mutiara
Kata mutiara adalah kata-kata yang terucap dan merupakan hasil
pemikiran seseorang. Kata tersebut dibahasakan dengan halus dan lembut
sebagai kata-kata indah.
G. Novel
Novel adalah cerita dalam bentuk prosa.
Unsur intrinsik novel terdiri dari judul, tokoh, watak, dan perwatakan,
setting atau latar, alur atau plot, gaya, sudut pandang pengarang, dan tema.
H. Cerpen
Cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Ciri-ciri cerpen
sendiri adalah:
1. Panjangnya kira-kira tujuh halaman
2. Alur lebih sederhana
3. Tokoh hanya ada beberapa orang
4. Latar hanya sesaat
5. Tema dan nilai-nilai yang terkandung sederhana
Fungsi cerpen:
1. Fungsi rekreatif
2. Fungsi didaktif
3. Fungsi estetis
4. Fungsi moralitas
5. Fungsi religiusitas
Teknik menulis cerpen:
1. Paragraph pertama yang menegaskan
a. Mengali suasana
b. Menggunakan kalimat efektif
c. Mengerakkan tokoh (karakter)
d. Fokus cerita
2. Teknik pengisahan
a. Penggalan cerita
b. Awal konflik
c. Permunculan konflik
d. Klimaks
e. Penyelesaian
Unsur intrinsik cerpen:
1. Tema
2. Latar/setting
3. Penokohan
4. Sudut pandang
5. Alur
Unsur ekstrinsik cerpen:
1. Latar belakang pegarang
2. Latar belakang masyarakat
J. Drama
Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan
dan aksi dari tokoh-tokohnya.
Drama mempunyai dua aspek esensial, yaitu aspek cerita dan aspek
pementasan.
Dari segi dimensinya, drama dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi
sastra, gerakan, dan ujaran.
Drama bukan berasal dari peradaban Yunani Kuno, tetapi Mesir Kuno.
Unsur intrinsik drama:
1. Judul
2. Dialog
3. Alur
4. Tokoh
5. Babak dan adegan
6. Petunjuk lakuan
Unsur ekstrinsik drama adalah unsur-unsur di luar teks drama namun
mempengaruhi penciptaan drama itu sendiri.
BAB III
PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA
A. Pujangga Lama
Merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang
dihasilkan sebelum abad ke-20.
Didominasi oleh karya sastra bergenre puisi lama, antara lain sayir,
pantun, talibun, seloka, gurindam, matsnawi, dan hikayat.
Syair adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu
bait.
Pantun adalah puisi lama yang dalam satu baitnya terdiri dari empat baris,
dua baris pertama disebut sampiran, dua baris selanjutnya disebut isi.
Talibun adalah puisi lama yang hampir sama dengan pantun, yang
membedakan adalah jumlah barisnya.
Seloka adalah puisi lama yang berisi pepatah maupun perumpamaan
yang mengandung senda gurau, sindiran, bahkan ejekan.
Gurindam adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari dua baris,
persajakannya a-a.
Matsnawi adalah puisi lama yang berisi makna atau rahasia terdalam dari
suatu ajaran agama.
Hikayat adalah karya sastra berbentuk prosa yang berbahasa Melayu.
E. Angkatan ‘45
Diwarnai dengan gejolak sosial-politik-budaya di Indonesia.
Karya sastra lebih realistik.
Contoh penulis dan karya sastra Angkatan ’45:
1. Chairil Anwar
a. Kerikil Tadjam
b. Deru Tjanipur Debu
2. Mochtar Lubis
a. Tidak Ada Esok
b. Djalan Tak Ada Udjung
c. Si Djamal
d. Harimau-Harimau!
F. Angkatan ‘50
Munculnya Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah Kisah asuhan
H.B. Jasin.
Karya sastra didominasi oleh cerita pendek dan kumpulan puisi yang
terbit sampai tahun 1956 yang kemudian diteruskan oleh majalah sastra
lainnya.
Mulai muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung
pada organisasi LEKRA (Lembaga Kebudajaan Rakjat) yang berkonsep
realisme sosialis.
Tahun 1960 muncul perpecahan san polemik berkepanjangan antar
kalangan sastrawan di Indonesia.
Berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Contoh penulis dan karya sastra Angkatan ’50:
1. Ali Akbar Navis
a. Hudjan Panas
b. Robohnja Surau Kami
2. Nh. Dini
a. Dua Dunia
b. Hati jang Damai
3. Nugroho Notosusanto
a. Hujan Kepagian
b. Tiga Kota
4. Sitor Situmorang
a. Dalam Sadjak
b. Surat Kertas Hidjau
5. Toto Sudarto Bachtiar
a. Suara
b. Etsa
6. W.S. Rendra
a. Balada Orang-Orang Tertjinta
b. Empat
c. Ia Sudah Bertualang
H. Dasawarsa ’80-an
Ditandai dengan banyaknya karya sastra roman percintaan.
Sastrawan wanita yang menonjol pada masa ini adalah Marga T. dan
Mira W.
Contoh sastrawan dan hasil karya sastra pada Angkatan Dasawarsa ’80-
an:
1. Ashadi Siregar
a. Badai Pasti Berlalu
2. Yudhistira Ardi Nugraha
a. Cintaku di Kampus Biru
b. Sajak Sikat Gigi
3. Seno Gumira Ajidarma
a. Arjuna Mencari Cinta
4. Marga T.
a. Manusia Kamar
Pada angkatan ini lahir sastra beraliran pop yang ditandai dengan
lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya.
I. Angkatan Reformasi
Angkatan reformasi muncul akibat sejumlah pergantian tampuk
kekuasaan RI dari zaman Soeharto sampai Megawati Soekarnoputri.
Lahirnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya sastra berupa
puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi.
Merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun
1990-an seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
Sastrawan pada Angkatan Reformasi:
1. Sutardji Chalzoum Bachri
2. Ahmadun Yosi Herfanda
3. Acep Zamzam Noor
4. Hartono Benny Hidayat
J. Sastrawan Angkatan 2000
Angkatan 2000 lahir ditandai dengan wacana yang dilempar oleh Korrie
Layun Rampan dan diterbitkannya sebuah buku tebal oleh Gramedia,
Jakarta, tahun 2000.
Lebih dari seratus penyair, cerpenis, novelis, dan kritikus sastra yang
dimasukan ke dalam daftar sastrawan Angkatan 2000.
Sastrawan pada Angkatan 2000-an:
1. Afrizal Malna
2. Ahmadun Yosi Herfanda
3. Seno Gumira Ajidarma
4. Ayu Utami
5. Dorotea Rosa Herliany
K. Cybersastra
Didukung oleh internet yang mulai berkuasa di Indonesia.
Banyak karya sastra yang tidak berbentuk buku namun beredar luas di
dunia maya, baik yang dikelola oleh pemerintah, organisasi nonprofit,
maupun situs pribadi.
BAB IV
SISTEM DAN KONVENSI SASTRA
A. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan susunan komponen tertentu yang merupakan suatu
kesatuan dan memiliki keterikatan satu sama lainnya.
Sistem tanda adalah unsur bahasa yang memiliki arti sendiri dan secara
konvensi disepakati oleh masyrakat.
B. Konvensi Budaya
Konvensi budaya adalah kebudayaan yang melatarbelakangi sastra, yang
menjadi asal-muasal dari lahirnya sastra tersebut.
Pengetahuan mengenai kebudayaan yang melatarbelakangi lahirnya karya
sastra diperlukan untuk membantu dalam memahami suatu karya sastra.
C. Konvensi Sastra
Konvensi sastra adalah segala aturan atau norma-norma yang berlaku
dalam sastra yang telah disepakati masyarakat.
Konvensi sastra sering menimbulkan pertentangan antara aturan dan
kebebasan, serta antara mimesis dan kreasi.
Pertentangan antara aturan dan kebebasan adalah suatu kondisi di mana
aturan adalah hal yang secara mutlak harus ada dalam karya sastra,
sedangkan penulis memiliki hak kebebasan di mana penulis bebas dalam
menentukan akan seperti apa jadinya karya sastra yang dimilikinya.
Pertentangan antara mimesis dan kreasi adalah suatu kondisi di mana
dalam konvensi sastra terdapat mimesis yang merupakan kemampuan
dalam proses peniruan, dan juga penulis memiliki hak berkreasi, di mana
kreasi adalah suatu ciptaan baru atau ide baru.
D. Jenis Sastra
Kriteria sastra menurut Aristoteles dalam bukunya yang berjudul “Arts
Poetica”:
1. Media of representation (sarana perwujudannya), seperti prosa dan
puisi.
2. Objects of representation (objek perwujudan), seperti manusia yang ad
tiga kemungkinannya:
a. Kemungkinan bahwa manusia rekaan lebih agung dari maunisa
nyata: tragedi, epik, cerita Panji.
b. Kemungkinan bahwa manusia rekaan lebih hina: komedi, lenong.
c. Kemungkinan bahwa manusia rekaan sama dengan manusia nyata:
roman.
3. Manner of poetic representation (ragam perwujudan) yang terdiri dari:
a. Teks berisi cerita, sebagian percakapan tokoh: epik.
b. Yang bicara si aku lirik, penyair: lirik.
c. Yang bicara para tokoh saja: drama.
E. Teks Sastra
Teks sastra adalah karya-karya sastra yang diciptakan sastrawan dengan
judul sebuah teks.
Ciri-ciri teks sastra:
1. Pragmatik, menyangkut perbuatan, dan ungkapan bahasa pembicaraan
dalam konteks sosial tertentu dalam satu-kesatuan.
2. Sintaksis, unsure-unsur bahasa yang memperlihatkan suatu pertautan.
3. Semantik, tema yang berfungsi untuk merumuskan makna simbolik
dari unsur-unsur bahasa teks.
Fungsi teks sebagai pesan dalam sebuah komunikasi yang ditentukan oleh
lima faktor:
1. Pemancar dan penerima
2. Pesan
3. Konteks
4. Kode
5. Saluran
Jenis teks:
1. Teks acuan, teks yang mengacu pada suatu konteks. Terdiri atas tiga
macam:
a. Teks informative
b. Teks diskursif
c. Teks intruksif
2. Teks ekspresif, teks yang mengungkapkan perasaan, pertimbangan,
pengalaman batin, dsb.
3. Teks persuasif, teks yang berfungsi untuk mempengaruhi pendapat dan
perasaan.
Ciri yang dimiliki teks sastra menurut Jacobson:
1. Berfungsi sebagai sastra
2. Sekelompok pembaca teks sebagai basik sastra
3. Teks berciri khas sastra
Jenis teks menurut Jacobson:
1. Teks monolog
2. Teks dramatik
3. Teks naratif
F. Membaca Sastra
Membaca sastra bersifat ekspresif.
Untuk memahami teks sastra, pembaca harus memliki pengetahuan
tentang sistem kode yang rumit, yaitu kode bahasa, kode sosial budaya,
dan kode sastra.
Pembaca sastra harus memiliki:
1. Kepekaan emosi
2. Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaan
3. Pemahaman terhadap aspek kebahasaan
4. Pemahaman terhadap intrinsik cipta sastra
A. Unsur Intrinsik
Merupakan unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam dan
menyempurnakan struktur suatu karya.
Unsur intrinsik sastra terdiri dari:
1. Tema
Merupakan gagasan awal dan merupakan makna isi sastra scara
keseluruhan. Tema dibedakan menjadi dua:
a. Tema mayor, tema yang paling utama dan berada dalam
keseluruhan bagian.
b. Tema minor, tema yang tidak menonjol, tema sebagian.
2. Amanat
Merupakan pemecahan persoalan di dalam karya sastra yang diberikan
oleh pengarang. Amanat disebut juga dengan makna. Makna
dibedakan menjadi dua:
a. Makna niatan
Makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang
ditulisnya
b. Makna muatan
Makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
3. Tokoh
Merupakan pelaku dalam karya sastra, yang dapat menjadi penentu
keberhasilan karya tersebut. Jenis tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh datar
Tokoh yang hanya menunjukkan satu sisi saja.
b. Tokoh bulat
Tokoh yang menunjukkan berbagai segi.
Dari segi kejiwaan tokoh dibedakan menjadi:
a. Tokoh introvert
Pribadi tokoh tersebut ditentukan oleh ketidaksadarannya.
b. Tokoh ekstrovert
Pribadi tokoh tersebut ditentukan oleh kesadarannya.
Sifat-sifat tokoh dalam karya sastra dibedakan menjadi dua:
a. Tokoh protagonist
Memiliki sifat-sifat yang baik atau menyenangkan
b. Tokoh antagonis
Memiliki sifat-sifat buruk atau tidak menyenangkan
4. Penokohan
Merupakan teknik atau cara untuk memperlihatkan tokoh. Cara dalam
menampilkan tokoh dibedakan menjadi:
a. Cara analitik
Menampilkan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang.
b. Cara dramatik
Menampilkan tokoh secara tifdak langsung, tetapi melalui ucapan,
perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atas tokoh dalam
suatu cerita.
5. Alur dan pengaluran
Merupakan rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat,
sehinga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Tujuannya
untuk mengetahui jalan cerita dari suatu karya sastra. Tahapan alur:
a. Tahap penyituasisan/ tahap perkenalan
b. Tahap pemunculan konflik
c. Tahap peningkatan konflik
d. Tahap klimaks
e. Tahap penyelesaian
Konflik dibagi menjadi dua:
a. Konflik internal
Terjadi di dalam diri tokoh itu sendiri
b. Konflik eksternal
Terjadi di luar tokoh. Konflik dengan lingkungan, konflik dengan
alam, konflik dengan Tuhan, konflik dengan tokoh lain.
4. Latar dan pelataran
Merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana di dalam cerita.
B. Unsur Ekstrinsik
Merupakan unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri.
Unsur ekstrinsik terdiri dari:
1. Latar belakang pengarang
Meliputi pendidikan, suku bangsa, pola pemikiran.
2. Semangat zaman
Meliputi proses kreatif.
3. Nilai-nilai karya sastra prosa
a. Nilai sosial
b. Nilai budaya
c. Nilai sosial
d. Nilai agama
e. Nilai politik
f. Nilai pendidikan
BAB VI
PROSA FIKSI DAN STRUKTURNYA