Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“MEMAHAMI ARTI KARAKTERISTIK FUNGSI DAN RAGAM BAHASA”

Pengampu : Anis Dwi Winarsih, M.Pd

KELOMPOK 1

Oleh:

1. Devia Ivanka Setiyaningrum (201910420311171)

2. Dinda Putri Savira (201910420311091)


3. Elna Dwi Putriani (201910420311187)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ILMU KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
dengan judul “MEMAHAMI ARTI KARAKTERISTIK FUNGSI DAN RAGAM
BAHASA “.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ininantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah inikami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semu pihak khususnya kepada


dosen Bahasa Indonesia kami Ibu Anis Dwi Winarsih yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini.

Malang, 13 September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................1

1.3 TUJUAN...........................................................................................................2

1.4 MANFAAT………………...…………………………………........................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 BAHASA………..............................................................................................3

2.2 ASPEK BAHASA……………........................................................................4

2.3 KARAKTERISTIK BAHASA.........................................................................5

2.3.1 BAHASA BERSIFAT ABRITRER…………………………………….......5

2.3.2 BAHASA BERSIFAT PRODUKTIF………………………………………5

2.3.3 BAHASA BERSIFAT DINAMIS………………………………………….5

2.3.4 BAHASA BERSIFAT BERAGAM………………………………………..6

2.3.5 BAHASA BERSIFAT MANUSIAWI……………………………………..6

2.4 FUNGSI BAHASA…………………………………………………………...6

2.4.1 ALAT UNTUK MENYATAKAN EKPRESI DIRI………………………..7

2.4.2 ALAT KOMUNIKASI……………………………………………………..7

2.4.3 ALAT MENGADAKAN INTEGRASI DAN ADAPTASI SOSIAL...……8

2.4.4 ALAT MENGADAKAN KONTROL SOSIAL……………...…………....9

ii
2.5 RAGAM BAHASA.……………………………………………………….10

2.5.1 RAGAM BAHASA MENURUT CARA BERKOMUNIKASI.…….......10

2.5.2 RAGAM BAHASA MENURUT CARA PANDANG PENUTUR..........19

2.5.3 RAGAM BAHASA MENURUT TOPIK PEMBICARAAN……….........21

BAB III : PENUTUP

3.1 SIMPULAN..................................................................................................26

3.2 SARAN.........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia
sejak zaman dahulu sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang dapat
dengan benar menggunakan tata cara atau aturan-aturan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar, salah satu contohnya adalah pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang
tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk digunakan dalam mempelajari
bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Seluruh lapisan masyarakat wajib hukumnya untuk mempelajari Bahasa Indonesia


secara baik dan benar. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga
Indonesia wajib mempelajari Bahasa Indonesia. Dengan mengutip pendapat beberapa ahli,
Menurut Bahasa Indonesia, ragam bahasa merupakan variasi Bahasa Indonesia yang
penggunaannya berbeda-beda (Resmini, Novi. 2003). Beberapa contohnya ,yaitu ragam
bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan arti ragam bahasa?


2. Apa yang dimaksud dengan karakteristik dan fungsi bahasa?
3. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?

1
1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang ragam Bahasa
Indonesia dan macam-macam ragam Bahasa Indonesia yang ditinjau dari berbagai
aspek dan sebagai syarat untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat

Manfaat makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui arti pengertian ragam bahasa.


2. Mahasiswa dapat mengetahui arti karakteristik dan fungsi bahasa.
3. Mahasiswa dapat mengetahui arti ragam bahasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahasa

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi karena semua orang telah menyadari bahwa
interaksi termasuk segala macam kegiatan dalam masyarakat. Melalui bahasa, kebudayaan
suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, diturunkan kepada generasi mendatang. Dengan
adanya bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Komunikasi bahasa ini setiap orang
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Setiap
orang mempunyai kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan. Bahasa sebagai alat komunikasi
sehari-hari dengan bahasa sendiri. Pengertian bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Setiap orang pasti ada yang berkeberatan dengan mengatakan bahasa bukan alat
untuk komunikasi. Hal itu disebabkan karena mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara yang telah disepakati bersama yaitu dengan lukisan – lukisan, asap-
api, bunyi gendang atau tong - tong dan sebagainya. Hal tersebut sudah sejak lama telah
dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat, tetapi mereka itu
harus mengakui bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tersebut
mengandung kelemahan terhadap bahasa. Bahasa itu memberikan pengetahuan yang luas
dan kompleks dari pada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Untuk
itu, sangat sulit jika membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan manusia yang
begitu kompleks jika tanpa bahasa. Walaupun asap apu, bunyi gendang dan sebagainya
dalam keadaan yang terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi, tetapi semuanya
bukanlah bahasa. Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

3
2.2 Aspek Bahasa

Bahasa bisa diartikan dengan suatu komunikasi yang mempergunakan simbol –


simbol vokal diperkuat dengan gerak – gerik badan karena bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia harus diberikan makna tertentu. Simbol juga bisa diartikan tanda yang
diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada panca indra.

Bahasa dibagi menjadi dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal. Bunyi
merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang diserap panca indra kita),
sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan
tanggapan dari orang lain.

Arti makna yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau
manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi harus mengandung arti yang tertentu. Makna sebuah kata tergantung dari
kesepakatan masyarakat bahasa yang terjadi.

Dalam sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar
antara kata dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada, untuk itu diusahakan
bermacam – macam keterangan mengenai timbulnya kata – kata dalam bahasa. Usaha lain
yang mempertahankan pendapat itu adalah dikenal dengan onomatope (kata peniru bumi).
Namun hal inipun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan bahwa tiap bumi sebenarnya
mengandung nilai – nilai tertentu, misalnya vokal a, u, o menyatakan sesuatu yang besar,
rendah dan berat, sebaliknya vokal i, e menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil, dan tajam.

Demikian pula konsonan – konsonan melambangkan bunyi – bunyi tertentu. Dalam


beberapa dapat ditunjuk contoh – contoh yang mungkin meyakinkan. Tetapi terlalu banyak
hal yang akan menentang contoh – contonya. Dengan demikian pendapat lain lebih dapat
diterima bahwa antara kata dan barang tidak terdapat suatu hubungan. Hubungan itu
bersifat arbitrer, yaitu sesuai dengan konvensi masyarakat bahasa yang bersangkutan.

4
2.3 Karakteristik Bahasa

2.3.1 Bahasa Besifat Abritrer

Bahasa yang bersifat abritrer bisa diartikan hubungan antara lambang


dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat
dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu. Secara
kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.

Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Maksudnya setiap


penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan
untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan itu tidak untuk
melambangkan konsep yang lain kerena jika dilakukan berarti dia telah melanggar
konvensi itu.

2.3.2 Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif bisa diartikan dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta
Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan
23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

2.3.3 Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis bisa diartikan bahwa bahasa tidak lepas dari
berbagai perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada
tataran apa saja, missal fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon.
Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga
ada kosakata lama yang tenggelam dan tidak digunakan lagi.

5
2.3.4 Bahasa Bersifat Beragam

Bahasa bersifat ragam bisa diartikan mempunyai kaidah tertentu yang sama
karena bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam,
baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.
Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di
Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan
yang digunakan di Arab Saudi.

2.3.5 Bahasa Bersifat Manusiawi

Bahasa bersifat manusiawi bisa diartikan sebagai alat komunikasi verbal,


hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan
sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat
produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukan secara instingtif
atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari
bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

2.4 Fungsi Bahasa

Sejarah bahasa sejak awal hingga sekarang yaitu dapat dikatakan dengan dasar dan
motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam
garis besarnya dapat berupa:

a. Untuk menyatakan ekspresi diri.

b. Sebagai alat komunikasi.

c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.

d. Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.

6
2.4.1 Alat Untuk Menyatakan Ekspresi Diri

Sebagai alat untuk mengekspresikan diri bisa diartikan bahasa secara terbuka
tersirat di dalam keberadaan kita. Unsur – unsur yang mendorong ekspresi diri
antara lain:

a. Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita.

b. Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

Fungsi bahasa diatas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari –
hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan dimana yang lain
berakhir sangatlah sulit. Pada awal permulaan, bahasa pada anak – anak sebagian
berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri.

2.4.2 Alat Komunikasi

Alat Komunikasi bisa diartikan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua
yang kita rasakan, pikiran dan kita ketahui kepada orang – orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh
nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang – orang yang sezaman dengan
kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan memungkinkan kita


menciptakan kerja sama dengan sesama warga dengan mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan. Manusia
menganalisa masa lampaunya untuk memetik hasil – hasil yang berguna bagi masa
kini dan masa yang akan datang. Dalam pengalaman sehari – hari maupun sejak
kecil hingga dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan
dengan bertambahnya pengalaman – pengalaman seseorang.

7
Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan
wujud dan fungsi bahasa yang bertahap – tahap dalam kehidupan individual, yaitu
wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak – kanak, serta wujud dan fungsi
bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapat
dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat
manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami perkembangan dari zaman ke zaman
sesuai dengan perkembangan intelektual manusia sebagai hasil dari kemajuan
intelektual itu sendiri.

Bila kita menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia


primitif masih sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka
masih sangat rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta dipihak
lain kita mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau
mengkomuikasikan semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka
dapat ditegaskan pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada manusia – manusia
primitif masih terbatas pula sesuai dengan keterbatasan kebutuhan dan kemampuan
intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia bertambah serta kebudayaan dan
kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu turut pula berkembang untuk dapat
menampung semua apa yang telah dicapai oleh umat manusia sehingga komunikasi
tidak mengalami kemacetan

2.4.3 Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, manusia memanfaatkan


pengalaman – pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman – pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang – orang lain.
Anggota – anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan melalui bahasa.

8
Bahasa sebagai alat komunikasi untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari bentrokan – bentrokan untuk memperoleh
efisiensi yang setinggi – tingginya dengan memungkinkan integrasi (pembauran)
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.

Melalui bahasa, masyarakat perlahan – lahan belajar mengenal segala adat-


istiadat, tingkah laku dan tata krama masyarakatnya untuk mencoba menyesuaikan
dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang baru
dalam sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hdiup
dengan tenteram dan harmonis dengan masyarakat itu harus menyesuaikan dirinya
dengan masyarakat itu untuk itu harus mememerlukan bahasa, yaitu bahasa
masyarakat tersebut. Bila dapat menyesuaikan dirinya maka akan dengan mudah
membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata-krama masyarakat
tersebut.

Bahasa menunjukan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi


masing – masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam saut kesatuan untuk
memungkinakan tiap individu untuk menyesuaikan dirinya dengan adat-istiadat
dan kebiasaan masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa
yang sama, akan mempergunakan kata – kata yang sama untuk melukiskan situasi
yang identik. Simbol bukan saja melambangkan pikiran atau gagasan tertentu,
tetapi juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah laku seseorang.

2.4.4 Alat Mengadakan Kontrol Sosial

Kontrol sosial bisa diartikan usaha untuk mempengaruhi tingkah laku orang
lain.

9
Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah laku yang dapat
diamati atau di observasi) maupun yang bersifat tertutup (convert: yaitu tingkah
laku yang tak dapat diobservasi). Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik
karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.

Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang dipergunakan


untuk menyampaikan instruksi kepada bawahannya dengan menggunakan bahasa
yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya akan menggagalkan
usaha untuk mempengaruhi tingkah laku.

Dalam kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosialisasi


dengan masyarakat. Proses sosialisasi dapat diwujudkan dengan cara pertama,
memperoleh keahlian bicara dan dalam masyarakat yang lebih maju, memperoleh
keahlian membaca dan menulis. Keahlian bicara dan keahlian menulis pada
masyarakat yang sudah maju, merupakan prasyarat bagi tiap individu untuk
mengadakan partisipasi yang penuh dalam masyarakat tersebut. Kedua, bahasa
merupakan dimana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak –
anak yang tengah tumbuh.

2.5 Ragam Bahasa

2.5.1 RAGAM BAHASA MENURUT CARA BERKOMUNIKASI

A) Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga


kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Tetapi, hal itu tidak mengurangi
ciri kebakuannya.

10
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
formal atau santai.

Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri
kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:

Memerlukan orang kedua/teman bicara, tergantung situasi, kondisi, ruang


dan waktu, tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh, berlangsung cepat, sering dapat berlangsung tanpa alat
bantu, kesalahan dapat langsung dikoreksi,dapat dibantu dengan gerak tubuh
dan mimik wajah serta intonasi, di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Contoh ragam lisan.

Penggunaan Bentuk Kata :

- Nia sedang baca surat kabar.


- Ari mau nulis surat.
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Medan.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas.

11
Penggunaan Kosa Kata :

- Alzeta bilang kalau kita harus belajar.

- Kita harus bikin karya tulis.

Penggunaan Struktur Kalimat :

- Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.

- Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta.

B) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam
bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh
karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan
dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk
kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam
tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain
dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide.
Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah,
surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar
dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
12
Ciri-ciri ragam tulis :

1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.

2. Bersifat objektif.

3. Tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta waktu.

Ketentuan-ketentuan tulis :

1. Memakai ejaan resmi.

2. Menghindari unsur kedaerahan.

3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.

4. Memakai bentuk sintesis.

5. Pemakaian partikel secara konsisten.

6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah.

Kelebihan bahasa tulis :

1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau
materi yang menarik dan menyenangkan.

2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.

13
Kelemahan bahasa tulis :

1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak
ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.

2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat
dan nilai jual.

3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

Contoh perbedaan bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (Berdasarkan tata
bahasa dan kosa kata) :

Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)

a. Ragam bahasa lisan:

- Nia sedang baca surat kabar.

- Ari mau nulis surat.

b. Ragam bahasa tulis:

- Nia sedang membaca surat kabar.

- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

- Mereka bertempat tinggal di Menteng.

- Akan saya tanyakan soal itu.

14
Kosa kata

Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:

a. Ragam Lisan

- Ariani bilang kalau kita harus belajar.

- Kita harus bikin karya tulis.

- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.

b. Ragam Tulis

- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa
standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat
kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak
bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di
bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modern. (Hasan Alwi, 1998: 14)

Perbedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan


berdasarkan:

a.Topik yang sedang dibahas.

b. Hubungan antarpembicara.

c. Medium yang digunakan.

d. Lingkungan

e. Situasi saat pembicaraan terjadi .

15
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard
adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti.


b. Penggunaan kata tertentu.
c. Penggunaan imbuhan.
d. Penggunaan kata sambung (konjungsi).
e. Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,
Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.

Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai


perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar,
digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu
tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus
menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Kelengkapan fungsi merupakan
ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada
bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup
mendukung pengertian. Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan
S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan
ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.

16
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka
rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai
jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik
pembicaraan bersifat resmi seperti surat-menyurat dinas, perundang-undangan,
karangan teknis, atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak
baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kemantapan dinamis
Kemantapan dinamis artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa
dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan
terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin
dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang
pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai


makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan.
Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu
disebut pelanggan.

a. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar.
Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang
lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran
apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku
dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau
pembaca.
17
b. Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan


bahasa yaitu proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan
bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang
dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata
ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward
atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.

Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak
disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara
atau pramugari. Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam
lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu
muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan.

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan
dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Dalam
masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam
ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.

18
2.5.2 Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Cara Pandang Penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat,


yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.

a. Ragam Dialek

Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok


bahasawan ditempat tertentu (Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama
disebut dengan logat -logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah
lafal (lihat Sugono, 1999:11).

Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi
awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan
kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara
karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli
dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia
orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas
yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.

b. Ragam Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur Bahasa Indonesia juga mewarnai


penggunaan bahasa indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang
digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam
tabel berikut :

19
Tidak Terpelajar Terpelajar

Pidio Vidio

Pilem Film

Komplek Kompleks

Pajar Fajar

Pitamin Vitamin

c. Ragam Resmi dan Tak Resmi

Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai


berikut :

1) Ragam resmi

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi


resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan
undangan-undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.

b. Menggunakan imbuhan secara lengkap.

c. Menggunakan kata ganti resmi.

d. Menggunakan kata baku.

e. Menggunakan EYD.

f. Menghindari unsur kedaerahan.

20
2) Ragam tak resmi

Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi


takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti
dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (Keraf,1991:6). Ciri- ciri
ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada
dalam situasi yang tidak normal.

Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat


keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat
kebakuan suatu bahasa, berarti semakin resmi bahas yang
digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan-
(Sugono, 1998:12-13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh
bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang
digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.

2.5.3 Ragam Bahasa Indonesia Menurut Topik Pembicaraan.

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik,


ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan
sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.

a. Ragam Politik

Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka
menata dan mengatur kehidupan masyarakat dengan sendirinya penguasa
merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

21
b. Ragam Hukum

Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang
panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia
tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya
didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan
ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang
lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

c. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian


norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam lingkungan
sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan
penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan
keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang
menjadi lawan bicara.

Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika
berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan
teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status
sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.

Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan


ragam bahasa yang diakitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau
kegiatan tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan,
ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi
pada dunia mereka sendiri.

22
d. Ragam Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia


persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan
lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh
media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan
multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam
bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam
khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

e. Ragam Sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur,


konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat
kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang
kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum.

Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi


(perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin
dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena
kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya.
Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping
alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala
kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata,
ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek.
Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan
umum.

Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu


sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu
itu sendiri.

23
RAGAM CONTOH

Lisan Sudah saya baca buku itu.

Tulis Saya sudah membaca buku itu.

Dialek Gue udah baca itu buku.

Terpelajar Saya sudah membaca buku itu.

Resmi Saya sudah membaca buku itu.

Takresmi Sudah saya baca buku itu.

Ragam Non Ilmu (nonilmiah) Ilmu (Ilmiah)

- Ayam bukan penyakit - Epilepsi bukan penyakit


menular. menular.
- Polisi bertugas - Polisi bertugas mengintrogasi
menanyai tersangka. tersangka.
- Setiap agen akan - Setiap agen akan mendapatkan
mendapatkan potongan. rabat.
- Jalan cerita sinetron itu - Alur cerita sinetron itu
membosankan. membosankan.

Ciri-ciri ragam ilmiah:

1. Bahasa Indonesia ragam baku.

2. Penggunaan kalimat efektif.

3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda.

24
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias.

5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi


tulisan..

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum).

2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam


bisnis).

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut


topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks
ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.

Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu


menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan
ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam
bahasa lisan diharapkan para Warga Negara Indonesia mampu
mengucapkan dan memakai Bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur
kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.

3.2 Saran

Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia


menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga keberadaan
ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang
terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di Indonesia bahkan
bertentangan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Penerbit
Nusa Indah.

Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Arifin, Zaenal. 1999. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah Lengkap Dengan


Kaidah Bahasa Indonesia Yang Benar Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Akademika Pressindo.

Alwi, Hasan, et. al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.

Resmini, Novi. 2003. Makalah Lokakarya Lomba Karya Tulis Mahasiswa dan
Program Kreativitas Mahasiswa Tingkat FPBS UPI. Jakarta : Universitas
Pendidikan Indonesia.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik: Edisi Ketiga.Jakarta: Gramedia


Pustaka Umum.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.

27

Anda mungkin juga menyukai