KELOMPOK 1
Oleh:
ILMU KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
dengan judul “MEMAHAMI ARTI KARAKTERISTIK FUNGSI DAN RAGAM
BAHASA “.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ininantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah inikami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN...........................................................................................................2
1.4 MANFAAT………………...…………………………………........................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 BAHASA………..............................................................................................3
ii
2.5 RAGAM BAHASA.……………………………………………………….10
3.1 SIMPULAN..................................................................................................26
3.2 SARAN.........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia
sejak zaman dahulu sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang dapat
dengan benar menggunakan tata cara atau aturan-aturan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar, salah satu contohnya adalah pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang
tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk digunakan dalam mempelajari
bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
1
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang ragam Bahasa
Indonesia dan macam-macam ragam Bahasa Indonesia yang ditinjau dari berbagai
aspek dan sebagai syarat untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahasa
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi karena semua orang telah menyadari bahwa
interaksi termasuk segala macam kegiatan dalam masyarakat. Melalui bahasa, kebudayaan
suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, diturunkan kepada generasi mendatang. Dengan
adanya bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Komunikasi bahasa ini setiap orang
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Setiap
orang mempunyai kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan. Bahasa sebagai alat komunikasi
sehari-hari dengan bahasa sendiri. Pengertian bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Setiap orang pasti ada yang berkeberatan dengan mengatakan bahasa bukan alat
untuk komunikasi. Hal itu disebabkan karena mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara yang telah disepakati bersama yaitu dengan lukisan – lukisan, asap-
api, bunyi gendang atau tong - tong dan sebagainya. Hal tersebut sudah sejak lama telah
dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat, tetapi mereka itu
harus mengakui bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tersebut
mengandung kelemahan terhadap bahasa. Bahasa itu memberikan pengetahuan yang luas
dan kompleks dari pada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Untuk
itu, sangat sulit jika membayangkan asal dan perkembangan kebudayaan manusia yang
begitu kompleks jika tanpa bahasa. Walaupun asap apu, bunyi gendang dan sebagainya
dalam keadaan yang terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi, tetapi semuanya
bukanlah bahasa. Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
3
2.2 Aspek Bahasa
Bahasa dibagi menjadi dua bidang, yaitu bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal. Bunyi
merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang diserap panca indra kita),
sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan
tanggapan dari orang lain.
Arti makna yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau
manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi harus mengandung arti yang tertentu. Makna sebuah kata tergantung dari
kesepakatan masyarakat bahasa yang terjadi.
Dalam sejarah bahasa pernah diperdebatkan apakah ada hubungan yang wajar
antara kata dengan barangnya. Satu kelompok mengatakan ada, untuk itu diusahakan
bermacam – macam keterangan mengenai timbulnya kata – kata dalam bahasa. Usaha lain
yang mempertahankan pendapat itu adalah dikenal dengan onomatope (kata peniru bumi).
Namun hal inipun sangat terbatas. Terakhir dikemukakan bahwa tiap bumi sebenarnya
mengandung nilai – nilai tertentu, misalnya vokal a, u, o menyatakan sesuatu yang besar,
rendah dan berat, sebaliknya vokal i, e menyatakan sesuatu yang tinggi, kecil, dan tajam.
4
2.3 Karakteristik Bahasa
Bahasa bersifat produktif bisa diartikan dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta
Bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan
23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
Bahasa bersifat dinamis bisa diartikan bahwa bahasa tidak lepas dari
berbagai perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada
tataran apa saja, missal fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon.
Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga
ada kosakata lama yang tenggelam dan tidak digunakan lagi.
5
2.3.4 Bahasa Bersifat Beragam
Bahasa bersifat ragam bisa diartikan mempunyai kaidah tertentu yang sama
karena bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam,
baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.
Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di
Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan
yang digunakan di Arab Saudi.
Sejarah bahasa sejak awal hingga sekarang yaitu dapat dikatakan dengan dasar dan
motif pertumbuhan bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam
garis besarnya dapat berupa:
6
2.4.1 Alat Untuk Menyatakan Ekspresi Diri
Sebagai alat untuk mengekspresikan diri bisa diartikan bahasa secara terbuka
tersirat di dalam keberadaan kita. Unsur – unsur yang mendorong ekspresi diri
antara lain:
Fungsi bahasa diatas tidak terpisah satu sama lain dalam kenyataan sehari –
hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan dimana yang lain
berakhir sangatlah sulit. Pada awal permulaan, bahasa pada anak – anak sebagian
berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri.
Alat Komunikasi bisa diartikan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua
yang kita rasakan, pikiran dan kita ketahui kepada orang – orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh
nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang – orang yang sezaman dengan
kita.
7
Bila kita membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan
wujud dan fungsi bahasa yang bertahap – tahap dalam kehidupan individual, yaitu
wujud dan fungsi yang terbatas pada masa kanak – kanak, serta wujud dan fungsi
bahasa yang jauh lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapat
dibayangkan betapa wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat
manusia hingga kini. Bahasa itu mengalami perkembangan dari zaman ke zaman
sesuai dengan perkembangan intelektual manusia sebagai hasil dari kemajuan
intelektual itu sendiri.
8
Bahasa sebagai alat komunikasi untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari bentrokan – bentrokan untuk memperoleh
efisiensi yang setinggi – tingginya dengan memungkinkan integrasi (pembauran)
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Kontrol sosial bisa diartikan usaha untuk mempengaruhi tingkah laku orang
lain.
9
Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt: yaitu tingkah laku yang dapat
diamati atau di observasi) maupun yang bersifat tertutup (convert: yaitu tingkah
laku yang tak dapat diobservasi). Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik
karena dapat diatur dengan mempergunakan bahasa.
A) Ragam Lisan
10
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam
bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri
kebakuan yang berbeda.
11
Penggunaan Kosa Kata :
B) Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam
bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh
karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan
dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk
kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam
tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain
dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa
seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide.
Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah,
surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar
dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
12
Ciri-ciri ragam tulis :
2. Bersifat objektif.
Ketentuan-ketentuan tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau
materi yang menarik dan menyenangkan.
13
Kelemahan bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak
ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat
dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh perbedaan bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (Berdasarkan tata
bahasa dan kosa kata) :
Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
14
Kosa kata
a. Ragam Lisan
b. Ragam Tulis
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa
standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat
kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak
bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di
bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modern. (Hasan Alwi, 1998: 14)
b. Hubungan antarpembicara.
d. Lingkungan
15
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard
adalah sebagai berikut:
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,
Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.
16
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka
rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai
jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik
pembicaraan bersifat resmi seperti surat-menyurat dinas, perundang-undangan,
karangan teknis, atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak
baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang
menyimpang dari norma ragam baku.
a. Kemantapan dinamis
Kemantapan dinamis artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa
dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan
terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin
dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang
pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
a. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar.
Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang
lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran
apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku
dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau
pembaca.
17
b. Seragam
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak
disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara
atau pramugari. Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam
lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu
muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan.
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan
dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Dalam
masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam
ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam
pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek
daerahnya.
18
2.5.2 Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Cara Pandang Penutur
a. Ragam Dialek
Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi
awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan
kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara
karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli
dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia
orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas
yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b. Ragam Terpelajar
19
Tidak Terpelajar Terpelajar
Pidio Vidio
Pilem Film
Komplek Kompleks
Pajar Fajar
Pitamin Vitamin
1) Ragam resmi
e. Menggunakan EYD.
20
2) Ragam tak resmi
a. Ragam Politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka
menata dan mengatur kehidupan masyarakat dengan sendirinya penguasa
merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
21
b. Ragam Hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang
panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia
tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya
didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan
ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang
lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika
berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan
teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status
sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
22
d. Ragam Jurnalistik
e. Ragam Sastra
23
RAGAM CONTOH
24
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari
pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Penerbit
Nusa Indah.
Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Alwi, Hasan, et. al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai
Pustaka.
Resmini, Novi. 2003. Makalah Lokakarya Lomba Karya Tulis Mahasiswa dan
Program Kreativitas Mahasiswa Tingkat FPBS UPI. Jakarta : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.
27