Anda di halaman 1dari 17

VARIASI BAHASA INDONESIA PADA MEDIA SOSIAL TIKTOK

1
Ajeng Nusa Puspita B, 2Hanifah Yulia Putri S, 3Tarissa Rasendriya
Sastra Indonesia, FIB, Universitas Sebelas Maret
1
ajengnusap.b027@gmail.com

Abstrak

Variasi bahasa adalah ketidakseragaman dalam satu bahasa. Makalah ini membahas
tentang variasi bahasa Indonesia pada media sosial Tiktok yang sekarang menjadi sosial
media populer di kalangan muda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan variasi
bahasa Indonesia yang ditemui pada media sosial Tiktok. Kajian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sosiolinguistik dengan teori variasi kebahasaan. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, sedangkan data yang dianalisis berbentuk tuturan yang di
dalamnya terdapat variasi bahasa Indonesia. Sumber data penelitian ini diambil dari
media sosial Tiktok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia
mempunyai variasi bahasa dalam penggunaanya.
Kata kunci: Sosiolinguistik, Variasi Bahasa, Bahasa Indonesia.

PENDAHULUAN

Bahasa lahir karena kebutuhan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia


lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Richards, Platt & Weber dalam Wiratno &
Santosa (2014:2) bahwa bahasa adalah sistem yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi yang diwujudkan dalam bentuk suara atau tulisan yang terstruktur
supaya membentuk suatu satuan yang lebih besar, seperti morfem, kata, dan
kalimat.Namun, dalam perkembangannya, bahasa tidak hanya digunakan oleh satu
kelompok manusia saja tetapi seluruh kelompok manusia di dunia. Kelompok-
kelompok tersebut pastinya memiliki karakteristik yang membedakan dengan kelompok
lainnya (tidak homogen) sehingga bahasa yang mempresentasikan mereka pun juga
berbeda-beda. Walaupun bahasa yang digunakan oleh kelompok satu dengan kelompok
dua sama, tetap saja terdapat perbedaan yang membedakan mereka.
Lajunya perkembangan zaman ini membuat manusia dapat berkomunikasi
dengan mudah antar sesamanya dengan menggunakan media sosial. Contoh media
sosial yang paling sering digunakan sekarang ini adalah Whatsapp, Facebook, Twitter,
Tiktok. Berbeda dengan saluran televisi atau radio yang lebih sering menggunakan
bahasa Indonesia khas Jakarta atau bahasa Indonesia yang baku, penggunaan bahasa
Indonesia pada media sosial cenderung bervariasi. Para pembuat video di media sosial
cenderung mempertahankan dialek daerahnya untuk berkomunikasi, alih-alih
menggunakan dialek Jakarta. Hal tersebut dilakukan oleh para pembuat video untuk
digunakan sebagai ciri khas mereka.

Tiktok adalah media sosial yang baru saja dibuat oleh perusahaan asal
Tiongkok pada tahun 2016 tetapi Tiktok sudah bisa berhasil mendapatkan lebih dari 100
juta pengguna, 5 juta diantaranya berasal dari Indonesia. Dengan Tiktok, para
penggunanya dapat mengunggah dan melihat berbagai macam jenis video pendek.
Penelitian ini menjadi menarik karena ditemukannya banyak data variasi bahasa pada
media sosial Tiktok. Berikut salah satu data yang ditemukan oleh peneliti.

- Brandon : “ajarono mama po’o video call yoopo cara e” (1)

Pada potongan tuturan (1) tersebut ditemukan adanya dialek Surabaya, dapat
dilihat dari penggunaan kata “po’o” dan kata “yoopo”, kedua kata ini merupakan kata
khas orang Surabaya, kata “po’o” merupakan kata yang memiliki arti mengapa”
sedangkan kata “yoopo” merupakan kata yang memiliki makna “bagaimana” yang
apabila diucapkan dalam bahasa jawa menjadi kata “piye”/ “kepiye”, kata “yoopo”
sebenarnya berasal dari kata “kaya apa” yang dalam bahasa jawa standart berarti
“seperti apa”.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Junus pada tahun 2019 dengan judul
“Variasi Bahasa dalam Sosial Media: Sebuah Konstruksi Identitas”. Penelitian tersebut
membahas tentang variasi bahasa pada media sosial yang terjadi karena adanya
kemajuan teknologi dan digunakan sebagai proses mempresentasikan diri. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa variasi bahasa pada media sosial digunakan untuk
memperlihatkan apakah pengguna tersebut mengikuti perkembangan jaman atau tidak,
menjelaskan apakah pengguna tersebut merupakan seorang penutur satu bahasa atau
banyak bahasa, dan menunjukkan apakah seorang pengguna dapat memanfaatkan
sebuah bahasa untuk diolah sebagai humor atau candaan.

Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Muliawati (2017) dengan judul
“Variasi Bahasa Gaul Pada Mahasiswa Unsgawati Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia 2016”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripisikan variasi bahasa
gaul yang ditemukan pada mahasiswa Unsgawati Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 2016. Hasilnya mahasiswa Unsgawati cenderung menggunakan bahasa gaul
dan bahasanya sendiri pada situasi tidak resmi, seperti bahasa Sunda, bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia sedangkan bahasa Indonesia digunakan oleh mahasiswa pada situasi
formal dan berkomunikasi dengan mahasiswa yang tidak berasal dari Cirebon.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Setiawati (2019) dengan judul “Variasi
bahasa dalam situasi tidak formal pada mahasiswa program studi Pendidikan bahasa
Indonesia di Universitas Taduluko”. Hasilnya ditemukan 62 data yang memiliki bentuk
variasi bahasa, antara lain: 11 data dengan dialek bahasa Kaili, 14 data dengan dialek
Palu, 5 data dengan dialek Palu, 2 data dengan dialek Ampana, 4 data dengan dialek
Manado, 2 data dengan dialek Jawa, 2 data dengan dialek Luwuk, dan 22 data untuk
variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya.

Menurut Chaer dan Agustina (2014: 62), variasi bahasa dapat dipandang sebagai
akibat adanya keragaman sosial dan fungsi bahasa, serta dapat dipandang sebagai alat
interaksi yang digunakan untuk memenuhi fungsinya dalam masyarakat yang beraneka
ragam. Variasi bahasa terjadi karena adanya masyarakat yang homogen, beragamnya
interaksi sosial, banyaknya penutur sebuah bahasa, dan wilayah bahasa yang
digunakannya juga banyak. Faktor-faktor tersebutlah yang membuat bahasa yang
digunakan oleh manusia menjadi tidak seragam dan memiliki variasinya masing-
masing.

Selanjutnya, Chaer dan Agustina (2014: 61) menambahkan bahwa variasi bahasa
dibedakan atas penutur dan penggunaannya. Variasi bahasa berdasarkan penuturnya
berkaitan dengan siapa yang menuturkannya, kedudukan penutur, asal penutur, jenis
kelaminnya, dan kapan tuturan tersebut diucapkan. Sedangkan variasi bahasa
berdasarkan penggunaannya berkaitan dengan kegunaan bahasa tersebut dan bagaimana
tingkat keformalannya.
a. Variasi dari Segi Penuturnya
1. Idiolek, yaitu variasi bahasa yang dimiliki oleh perorangan.
2. Dialek, yaitu variasi bahasa dari sebuah area tertentu.
3. Kronolek, yaitu variasi bahasa yang hanya berlaku pada masa tertentu.
4. Sosiolek, yaitu variasi bahasa yang berkaitan dengan status, golongan, dan
kelas sosial seseorang.

b. Variasi dari Segi Keformalannya


1. Ragam resmi, yaitu ragam yang sudah ditetapkan sebagai suatu standar
bagi sebuah bahasa. Misalnya, pembicaraan antar dekan dan diskusi
mahasiswa pada ruang kelas kuliah.
2. Ragam usaha, yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan
yang menghasilkan produk. Contohny arapat.
3. Ragam santai, yaitu variasi bahasa yang digunakan pada saat situasi tidak
resmi.
4. Ragam akrab, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh penutur yang
sudah memiliki hubungan akrab dengan mitra tuturnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln
dalam Herdiansyah (2010:7), penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada
pemahaman terhadap sebuah fenomena. Berbentuk deskriptif sebab tujuannya untuk
mendeskripsikan data dengan cara menganalisis tuturan yang mengandung variasi
bahasa Indonesia pada media sosial Tiktok.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan
teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap yang dilakukan dengan mengamati dan
mencermati tuturan yang terdapat dalam video Tiktok unggahan dari warganet.
Sementara teknik catat yang dilakukan dengan mencatat dan mengkalsifikasikan tuturan
variasi bahasa Indonesia yang ditemukan pada video Tiktok. Sumber data pada
penelitian ini diambil dari beberapa nama pengguna media sosial Tiktok, yaitu
@acirestiii, @panggilakubambang, @TJRuth, @RiyukaBunga, @brandonlilhero,
@varidaanggriani, @dikingo69, @stanleyhao, @_alfathannatau, dan @veryvinca.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat variasi bahasa Indonesia yang


ditemukan pada tuturan dalam media sosial video Tiktok. Variasi bahasa yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah variasi bahasa berdasarkan segi penuturnya, yaitu
dialek dan variasi bahasa berdasarkan segi keformalannya, yaitu ragam santai. Analisis
variasi bahasa Indonesia pada media sosial Tiktok dapat dilihat sebagai berikut.

A. Dialek Jakarta

Tuturan diambil dari nama pengguna @acirestiii dan


@panggilakubambang, di mana tuturan tersebut mengandung dialek Jakarta.
Nama pengguna @panggilakubambang merupakan pembuat konten di media
sosial Tiktok. Sementara nama pengguna @acirestiii merupakan seorang
komedian lulusan SUCA (salah satu program televisi berupa ajang kompetensi
lawak di indosiar) dan konten pada media sosial Tiktok miliknya mengandung
unsur yang sama dengan profesinya.

Data 1 :
Aci Resti : “Hallo tetangga, bisa kagak lu kalau nyetel lagu, volumenya dikecilin
dikit jangan gede-gede”

Pada tuturan data (1) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Jakarta yakni pada kata ‘kagak lu’. ‘kagak’ yang berarti
‘tidak’ dalam bahasa Indonesia dan ‘lu’ yang biasa digunakan oleh orang-orang
Jakarta sebagai kata sapaan ‘kamu’.
Data 2 :
Aci Resti : “Kanan kiri lu ada tetangga egeee, coba tolong dipikirin”

Pada tuturan data (2) ditemukan adanya kosakata yang mengandung


dialek Jakarta berupa sebutan ‘egeee’ yang merupakan bahasa gaul khas orang
Jakarta, kata ‘ege’ merupakan bentuk lain dari kata ‘bege’ yang merupakan
bentuk slang dari kata ‘bego’ yang berarti bodoh atau dungu.
Data 3 :
Aci Resti: “gua nggak tahuya di daerah rumah gua doang apa dimana-mana,
kenapa kalau misalnya motor lunas gitu abis nyicil terus lunas,
kenapa nyawer gitu? Kenapa nyawer duit kocak banget padahal
bentar lagi dimaling orang itu”

Pada tuturan data (3) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Jakarta, berupa penggunaan kata ‘kocak’. Kata ‘kocak’
memiliki arti lucu dalam bahasa Indonesia.

Data 4 :
Aci Resti: “ini menurut gue ya, kalau misalnya orang tua lu masih mampu
ngebiayain yaudah sikat, tapi lu kuliahnya yang bener, jangan tolol,
jangan ngabisin uang orang tua”

Pada tuturan data (4) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Jakarta, berupa penggunaan kata ‘sikat’ dan ‘tolol’. Kata
‘sikat’ dan ‘tolol’ termasuk bahasa gaul Jakarta, kata ‘sikat’ memiliki arti dalam
bahasa Indonesia sebagai ‘ambil’, sedangkan kata ‘tolol’ merupakan kata lain
dari ‘bodoh’.

Data 5 :
Aci Resti: “Lu pernah nggak lagi makan, terus lidah lu kegigit hm anjing bet ya
rasanya”

Pada tuturan data (5) ditemukan adanya kosakata yang mengandung


dialek Jakarta, berupa penggunaan frasa ‘anjing bet’. Frasa tersebut termasuk ke
dalam bahasa gaul sekaligus sebagai umpatan atau kata kasar yang sering
digunakan oleh orang Jakarta. Kata ‘bet’ berasal dari kata ‘banget’ dalam
bahasa Indonesia.
Data 6 :
Sania: “Gue kagak ngerti sama laki-laki yang doyan minta pap.”
Pada tuturan data (6) ditemukan adanya kosakata yang
mengandungdialek Jakarta, berupa kata ‘kagak’. Kata ‘kagak’ dalam bahasa
Indonesia memiliki arti sebagai ‘tidak’.

Data 7 :
Sania: “Gue gak ngerti kenapa setiap keluarga pasti ada satu tante yang
mulutnya kagak berhenti ngomong kayak komentator sepak bola.”

Pada tuturan data (7) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Jakarta, berupa penggunaan kata ‘gue’. Kata ‘gue’
merupakan kata sapaan gaul yang khas dari Jakarta untuk mengganti kata ‘aku’
dalam bahasa Indonesia. Lawan kata dari ‘gue’ adalah ‘lo’ yang artinya ‘kamu’.

B. Dialek Betawi

Tuturan diambil dari nama pengguna @acirestiii, @TJRuth, dan


@RiyukaBunga, di mana tuturan tersebut mengandung dialek Betawi. Nama
pengguna @acirestiii merupakan seorang komedian lulusan SUCA (salah satu
program televisi berupa ajang kompetensi lawak di indosiar) dan konten pada
media sosial Tiktok miliknya mengandung unsur yang sama dengan profesinya.
Nama pengguna @TJRuth merupakan akun miliki Ruth Permatasari, konten
pada tiktoknya berisi tutorial masak yang mengandung unsur komedi. Terakhir,
nama pengguna @RiyukaBunga merupakan pembuat konten pada media sosial
Tiktok yang berunsur komedi.

Data 8 :
Aci Resti: “Saban hari pak, sayang gak pernah lihat dia keluar rumah, di dalem
mulu tapi duitnya banyak, heran nggak? Panik nggak? Yaudah ayo
samperin rumah babi itu”.
Pada tuturan data (8) ditemukan kosakata yang mengandungdialek
betawi, berupa frasa ‘saban hari’. ‘Saban hari’ termasuk dialek orang betawi
yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai ‘setiap hari’.

Data 9 :
Riyuka: “Pusing gua jupri ama lu pusing gua saban hari lu mancing, mancing
mancing lu mau lu ape lu kagak begawe lu masyaallah ni bini butuh
makan ni hetdah”

Pada tuturan data (9) ditemukan kosakata yang mengandungdialek


betawi, berupa penggunaan kata ‘begawe’. Kata ‘begawe’ merupakan kata khas
orang betawi yang sering digunakan untuk pengganti kata ‘bekerja’.

Data 10 :
TJ Ruth: “No dah gua masakinya nasi jagal khas tanggerang ini, udah gua tulisin
kabeh noh bumbu-bumbunya tinggal ngikutin bae kalau mau, kalau
kagak ya jangan, lu yang kagak demen gua ngomong begitu emang
ngapa, laklakan-laklakan gua, video-video gua, masakan-masakan
gua”

Pada tuturan data (10) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek betawi, berupa penggunaan kata ‘demen’. Kata ‘demen’
merupakan kata dalam dialek betawi yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia
sebagai kata ‘suka’.

Data 11 :
TJ Ruth: “Begono aja kisah hari ini, selamat madang mpok”

Pada tuturan data (11) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek betawi, berupa penggunaan kata ‘begono’. Kata ‘begono’
merupakan kata khas yang sering dipakai oleh orang betawi. Kata ‘begono’
dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sama dengan kata ‘begitu’.

Data 12 :
TJ Ruth: “Nih tadi saya masak beginian mpok, biasa dah saya makai nasi second
lagi nih”

Pada tuturan data (12) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek betawi, berupa penggunaan kata ‘mpok’. Kata ‘mpok’
merupakan kata sapaan dalam kekerabatan orang betawi yang digunakan untuk
memanggil kakak perempuan. Kata ‘mpok’ juga dapat digunakan untuk
memanggil seorang wanita yang usianya lebih tua.

Data 13 :

TJ Ruth: “Nih die nih bolu pisang kukusya, noh gue makai pisang yang tompel-
tompel mpok, udah enakb anget pasti, jangan ngada-ngada segala
nanya mpok ganti jamblang boleh kagak? Yaboleh bae”.

Pada tuturan data (13) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek betawi, berupa penggunaan kata ‘bae’. Kata “bae” sering
digunakan oleh orang betawi untuk menggantikan kata ‘saja’ dalam bahasa
Indonesia.

C. Dialek Surabaya

Tuturan diambil dari nama pengguna @brandonlilhero dan


@varidaanggriani, di mana tuturan tersebut mengandung dialek Surabaya.
Nama pengguna @brandonlilhero merupakan penari breakdance yang sering
mengunggah video pendek bertema parodi di media sosial Tiktok. Sementara,
nama pengguna @varidaanggriani merupakan pegawai kereta api sering
mengunggah video pendek bertemakan profesinya.
Data 14 :
Brandon : “Ajarono mama po’o video call yoopo cara e”

Pada tuturan data (14) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Surabaya, berupa penggunaan kata ‘po’o’ dan kata ‘yoopo’.
Kedua kata tersebut merupakan kata khas yang sering digunakan oleh orang
Surabaya. Kata “po’o” merupakan kata yang memiliki arti ‘mengapa’,
sedangkan kata ‘yoopo’ merupakan kata yang memiliki arti ‘bagaimana’ yang
dalam bahasa jawa sama dengan kata ‘piye’ atau ‘kepiye’. Kata ‘yoopo’
sebenarnya berasal dari kata ‘kaya apa’ yang dalam bahasa Indonesia memiliki
arti sebagai ‘seperti apa’.

Data 15 :
Brandon : “Anak lanang nonton wae repot koyo ngene mbok pikir gak kesel, hp
an ae, hp an ae, pacaran ambek sopo kon?”

Pada tuturan data (15) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Surabaya, berupa penggunaan kata ‘kon’. Kata ‘kon’
merupakan kata sapaan yang sering digunakan oleh orang Surabaya yang berarti
‘kamu’. Kadang kala kata ‘kon’ dapat digantikan dengan kata ‘awakmu’ dalam
dialek Surabaya.

Data 16 :

Brandon : “Aku belanja ndek sini ya”

Pada tuturan data (16) ditemukan kosakata yang mengandungdialek


Surabaya, berupa frasa ‘ndek sini’. Kata ‘ndek’ merupakan kata khas dialek
Surabaya yang digunakan untuk mengganti kata ‘di’. ‘Ndek sini” memiliki
makna yang sama dengan ‘di sini’ dalam bahasa Indonesia.

Data 17 :
Brandon : “He kok lucune topi iku rek”
Pada tuturan data (17) ditemukan kosakata yang mengandung dialek
Surabaya, berupa penggunaan kata sapaan ‘rek’. Kata ‘rek’ atau ‘arek’ sering
digunakan oleh orang Surabaya yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti
sebagai ‘anak’.

Data 18 :
Brandon : “Hiii cek ayune, lho jek mbek jojo ta sayang?”

Pada tuturan data (18) ditemukan adanya kosakata yang


mengandungdialek Surabaya, berupa penggunaan kata ‘cek’. Kata ‘cek’
merupakan kata tambahan untuk penekanan kata selanjutnya. Dalam tuturan di
atas kata ‘cek’ sebagai kata tambahan yang digunakan untuk memuji seseorang.
Dalam bahasa Indonesia kata ‘cek’ dapat digantikan dengan kata ‘kok’.

Data 19 :
Varida: “Sik ta, tengkurep opo mlumah iku lo opo gak loro kabeh, opo kon sing
ngatur-ngatur ki lapo? Wong anceno gak loro”

Pada tuturan data (19) ditemukan kosakata yang mengandung dialek


Surabaya, berupa penggunaan frasa ‘sik ta’. Frasa ‘sik ta’ merupakan kata yang
sering digunakan oleh orang Surabaya yang digunakan untuk menjeda suatu
peristiwa. Kata ‘sik’ dalam bahasa Indonesia memiliki arti ‘sebentar’, sedangkan
kata ‘ta’ merupakan kata tambahan yang dapat disamakan dengan kata ‘to’
dalam bahasa Jawa.

Data 20 :
Varida : “Sopo sing gaiso mangan lek gaonok krupuk e? Wkwk aku banget”

Pada tuturan data (20) ditemukan adaya kosakata yang mengandung


dialek Surabaya, berupa penggunaan kata ‘lek gaonok’. Kata ‘lek’ dalam bahasa
Indonesia memiliki aerti sebagai ‘kalau’, sedangkan kata ‘gaonok’ merupakan
kata yang berasal dari kata ‘ga ono’. Dalam dialek Surabaya kata ‘ono’
diberikan tambahan glotal. Kata ‘ga onok’ dalam bahasa Indonesia memiliki arti
sebagai ‘tidak ada’.

D. Dialek Sunda

Tuturan diambil dari nama pengguna @dikingo69, di mana tuturan


tersebut mengandung dialek Sunda. Nama pengguna @dikingo69 merupakan
seorang pembuat konten yang sering mengunggah video pendek di media sosial
Tiktok.

Data 21 :
Diki : “Hallo teman-teman, daripada kita bete mending papasakan yuk, masak
cimol sama keju aroma dari raihanania.id gasskeun”

Pada tuturan data (21) ditemukan adanya kosataka yang mengandung


dialek sunda, berupa penggunaan kata ‘papasakan’. Kata ‘papasakan’
merupakan kata khas dalam bahasa sunda yang memiliki arti ‘masak-masak’.

Data 22 :
Diki: “Kenapa cewek suka bilang lagi pengen sendiri dulu? Karena dia pernah
punya pasangan dan dia pun setia dan dia pun rela ngeluarkeun uang buat
jajan si cowoknya namun ujung-ujungnya didua”

Pada tuturan data (22) ditemukan adanya kosakata yang mengandung


dialek sunda, berupa penggunaan kata ‘ngeluarken’. Kata ‘ngeluarken’
merupakan kata khas dari sunda dengan mengganti vokal a menjadi e. Kata
‘ngeluarkeun’ dalam bahasa Indonesia sama dengan kata ‘mengeluarkan’.

Data 23 :
Diki: “Maneh pernah teu? Chattan dengan seseorang, tapi tidak sesuai
ekspektasi, ngabales teh lilateh”
Pada tuturan data (23) ditemukan adanya kosakata yang mengandung
dialek sunda, berupa penggunaan kata ‘maneh’. Kata ‘maneh’ merupakan kata
yang sering digunakan oleh orang sunda. Kata ‘maneh’ memiliki arti dalam
bahasa Indonesia yaitu ‘kamu’.

Data 24 :
Diki : “Anjasss naon ceunah wkwk”

Pada tuturan data (24) ditemukan kosakata yang mengandung dialek


sunda, berupa penggunaan kata ‘naon’ dan ‘ceunah’. Kata tersebut merupakan
kata khas yang sering digunakan oleh orang sunda. Kata ‘naon’ dalam bahasa
Indonesia sama dengan kata ‘apa’, sedangkan kata ‘ceunah’ dalam bahasa
Indonesia sama dengan kata ‘katanya’.

Data 25 :
Diki : “lieur aku tuh wkwk”

Pada tuturan data (25) ditemukan adanya kosakata yang mengandung


dialek sunda, berupa kata ‘lieur’. Kata “lieur” merupakan kata khas orang
sunda yang digunakan sebagai pengungkapan kondisi pusing.

E. Dialek Jawa

Tuturan diambil dari nama pengguna @stanleyhao, di mana tuturan


tersebut mengandung dialek Jawa. Nama pengguna @stanleyhao yang dipanggil
Hao adalah pembuat konten yang sering mengunggah video pendek di media
sosial Tiktok.

Data 26:
Hao: “Hah, 1 lembar? Jelasno apa, Pak?”
Pada tuturan data (26) ditemukan dialek Jawa. Hal tersebut dapat dilihat
dari penggunaan kata ‘jelasno’. Kata tersebut mengandung imbuhan khas Jawa
berupa ‘+ana’ yang diselipkan dalam kalimat bahasa Indonesia.

Data 27:
Hao: “Nah, pabrike de e kerjae di bidang kertas.”

Pada tuturan data (27) ditemukan dialek Jawa. Hal tersebut dapat dilihat
dari penggunaan kata ‘de e’. Kata tersebut merupakan kata sapaan dalam bahasa
Jawa yang artinya ‘dia’ dalam bahasa Indonesia.

F. Dialek Medan

Tuturan diambil dari nama pengguna @_alfathannatau, di mana tuturan


tersebut mengandung dialek Medan. Nama pengguna @_alfathannatau yang
dipanggil Agung adalah pembuat konten yang sering mengunggah video pendek
tentang kehidupannya sehari-hari di media sosial Tiktok.

Data 28 :
Agung: “Tapi tunggu dulu, wak. Aku mau pamer rambut.”

Pada tuturan data (28) ditemukan dialek Medan. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggunaan kata ‘wak’. Kata ‘wak’ merupakan kata sapaan yang
biasa digunakan di Medan yang artinya ‘kata sapaan terhadap seorang kakak’.

Data 29:
Agung: “Jadi, sebenernya aku agak lupa cerita spesifiknya. Ini itu antara aku
pigi mau makan nih.”

Pada tuturan data (29) ditemukan dialek Medan. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggunaan kata ‘pigi’. Kata ‘pigi’ merupakan bahasa keseharian
orang Medan yang artinya ‘pergi’.
Data 30:
Agung: “Ada momen dia belanja ke panjak. Panjak tuh artinya pasar.”

Pada tuturan data (30) ditemukan dialek Medan. Hal tersebut dapat
dilihat dari penggunaan kata ‘panjak’. Kata ‘panjak’ merupakan bahasa
keseharian orang Medan yang artinya ‘pasar’.

G. Dialek Tiongkok-Indo

Tuturan diambil dari nama pengguna @stanleyhao dan @veryvinca, di


mana tuturan tersebut mengandung dialek Tiongkok-Indo. Nama pengguna
@stanleyhao yang dipanggil Hao, adalah pembuat konten yang sering
mengunggah video pendek di media sosial Tiktok. Sementara, nama pengguna
@veryvinca yang dipanggil Vinca, adalah pembuat konten yang sering
mengunggah video pendek mengenai kesehariannya di media sosial Tiktok.

Data 31:
Vinca: “Hai, sis. Thank you ya udah mau ngomong sama i. Karena memang
jujur, we need to talk sih. Mmm, gini ya. I sebenarnya juga sungkan
ngomong sama you.”

Pada tuturan data (31) ditemukan dialek mandarin pada keturunan


Tiongkok. Dari percakapan tersebut dapat diketahui bahwa orang keturunan
Tiongkok sering menggunakan kata ganti ‘i’ dan ‘you’ untuk mengucapkan
‘aku’ dan ‘kamu’ dalam kalimat bahasa Indonesia.

Data 32:
Hao: “Jadi koko ne papaku ini kan punya pabrik gitu, kan.”

Pada tuturan data (32) ditemukan dialek yang digunakan oleh keturunan
Tiongkok-Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata ‘koko’.
Kata ‘koko’ merupakan kata sapaan yang diambil dari bahasa Mandarin yang
berarti ‘kakak laki-laki’.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat


disimpulkan bahwa tuturan pada media sosial Tiktok mengandung variasi bahasa.
Variasi bahasa Indonesia yang ditemukan adalah variasi bahasa Indonesia dari segi
penuturnya yaitu penggunaan dialek, dan variasi bahasa Indonesia dari segi
keformalannya adalah penggunaan ragam santai. Terdapat tujuh dialek yang ditemukan
dalam variasi bahasa Indonesia, yaitu dialek Jakarta, dialek Betawi, dialek Jawa, dialek
Surabaya, dialek Sunda, dialek Medan, dan dialek Tiongkok-Indonesia. Sedangkan
variasi bahasa Indonesia yang ditemukan dalam penelitian hampir semuanya
menggunakan ragam bahasa santai.

Dengan adanya variasi bahasa, hal ini menunjukkan bahwa pada bahasa
Indonesia memiliki keragaman yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena adanya
perbedaan identitas setiap pengguna bahasa. Misalnya dialek Medan, menunjukkan
bahwa pengguna bahasa tersebut menonjolkan identitasnya sebagai orang Medan.
Dialek Betawi, menunjukkan bahwa pengguna bahasa tersebut menonjolkan
identitasnya sebagai orang Betawi, dan sebagainya. Penggunaan variasi bahasa
Indonesia ragam santai dapat terjadi ketika berada dalam situasi yang tidak resmi atau
formal. Media sosial adalah alat komunikasi yang paling mudah di kalangan muda,
salah satunya adalah platform Tiktok. Dengan Tiktok, para penggunanya dapat
mengunggah dan melihat berbagai macam jenis video pendek. Maka dari itu, tidak
harus menggunakan ragam bahasa resmi atau formal.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Ed. Rev.,
Jakarta: Rineka Cipta.
Junus, F. G. (2019). Variasi Bahasa Dalam Sosial Media: Sebuah Konstruksi Identitas.
366-372.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.

Muliawati, H. (2017). Variasi Bahasa Gaul pada MahasiswaUnswagati Prodi


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2016. Deiksis: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 42-53. https://doi.org/10.33603/deiksis.v4i2.618
Setiawati, R. D. (2019). Variasi Bahasa dalam Situasi Tidak Formal pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Tadulako. Bahasa
Dan Sastra, 4(1).
Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul
Pengantar Linguistik Umum, 1-19.

Anda mungkin juga menyukai